Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
SEMESTER VI

I. DESKRIPSI UMUM ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN


I.1 MEPERIDIN HCl (PETHIDINE HCl)

Gambar 1.1 Struktur Meperidine HCl


(USP30-NF25, hal 2571)
Rumus molekul : C15H21NO2.HCl
BM : 283.79 g/mol
(USP30-NF25, hal 2571)
Pemerian : Putih halus tidak berbau, bubuk kristal.
Kelarutan : Sangat larut dalam air; larut dalam alkohol;
sedikit larut dalam eter.
pH larutan :5
(Martindale The Complete Drug Reference 36 Edition, 2009, hal 113-115)
pH stabilitas sediaan : 3,5 – 6
(Handbook on Injectable Drugs 15th, hal 824)
Data stabilitas : Meperidine HCl harus disimpan pada suhu
antara 15-25oC dan terlindungi dari cahaya.
(Handbook on Injectable Drugs 15th, hal 824)
Titik Lebur : 186–189oC
(USP30-NF25, hal 2571)
Inkompatibilitas (OTT) : Tidak cocok dengan alkali, yodium, iodida, dan
tiopenton natrium.
(Martindale The Complete Drug Reference 36 Edition, 2009, hal 113-115)
Kompatibilitas : Kompatibel dengan NaCl 0,9%
(Handbook on Injectable Drugs 15th, hal 824)
I.2 HYDROCHLORID ACID
Sinonim : Acidum hydrochloridum concentratum;
chlorohydric acid, asam klorida.
Rumus Molekul : HCl

BM : 36.46 g/mol

Pemerian : Jernih, tidak berwarna, bau menyengat.

Kelarutan : Larut dengan air; larut dalam dietil eter, etanol


(95%), dan metanol.
pH : 0,1 (10% v / v larutan air)

Kegunaan : Penyesuai pH

OTT : Asam klorida bereaksi keras dengan alkali.


Asam klorida juga bereaksi dengan banyak
logam, hidrogen.
Stabilitas : Asam klorida harus disimpan dalam gelas yang
tertutup rapat atau lainnya wadah lembam pada
suhu di bawah 30oC.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, hal 308-
309)

I.3 WATER FOR INJECTION


Sinonim : Aqua pro injeksi

Rumus Molekul : H2O

BM : 18.02 g/mol

Pemerian : Cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


dan tidak berasa.
Kelarutan : Larut dengan sebagian besar pelarut polar.

pH :7

Kegunaan : Pembawa

OTT : Dapat bereaksi dengan logam alkali dan dengan


logam alkali dan oksida, seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan
garam anhidrat untuk terbentuk hidrat dari
berbagai komposisi, dan dengan bahan organik
tertentu dan kalsium karbida.
Stabilitas : Simpan dalam wadah yang tertutup rapat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, hal 766-
769)

II. URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI


2.1 Bentuk Sediaan Aktif
Infus intravena
Alasan: Pemilihan sediaan berbentuk IV ini karena Meperidine
Hydrochloride sangat larut dalam air sehingga dapat digunakan WFI (Water
For Injection) sebagai pembawa oleh karena itu sediaan ini cocok
digunakan dengan rute intravena.

2.2 Mekanisme Kerja


Mekanisme kerja Meperidine hidroklorida terjadi pada sistem saraf
dengan menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam
munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor.

2.3 Farmakokinetik (ADME)


2.3.1 Absorpsi
Sekitar 80-85% dari dosis obat diserap dalam waktu 6 jam
setelah injeksi intragluteal. analgesia puncak terjadi sekitar 40-60
menit setelah pemberian subkutan dan 30-50 menit setelah pemberian
IM. analgesia dapat dipertahankan selama 2-4 jam setelah pemberian
subkutan atau IM. Puncak konsentrasi plasma IM terjadi dalam 5-15
menit.
2.3.2 Distribusi
Sekitar 60-80% terikat dengan protein plasma, terutama
albumin dan glikoprotein asam-1. Meperidine melintasi plasenta dan
didistribusikan ke dalam susu.
2.3.3 Metabolisme
Sebagian besar petidin dimetabolisme di hepar. Proses
metabolisme ini diawali dengan proses hidrolisis menjadi asam
petidin, selanjutnya diikuti dengan proses koagulasi parsial dengan
asam glukoronik. Petidin juga melalui proses N-demetilasi menjadi
norpetidin dan mengalami hidrolisis dan konjugasi yang terakhir.
Norpetidin adalah bahan metabolit aktif dan memiliki aktivitas
sebagai antinyeri setara dengan setengah kadar petidin dan memiliki
aktivitas anti kejang setara dengaan dua kali petidin. Pada pasien
dengan gangguan hepar dapat terjadi akumulasi dari kadar petidin,
oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan penyetaraan dosis pada
golongan pasien ini.
2.3.4 Ekresi
Kadar nilai bersihan plasma pada penggunaan petidin
intravena adalah 1.06 L/menit (0.71-1.32l/menit), sekitar 3.8% (2.2-
6.9%) dari dosis petidin akan diekskresikan dalam bentuk yang sama.
Nilai bersihan plasma ini akan berkurang pada disfungsi hepar.
Nilai half life petidin diperkirakan sekitar 3.5 jam. Pada pasien sirosis
dan pada pasien dengan hepatitis akut, nilai ini dapat memanjang
sampai 7-11 jam sehingga sebaiknya dilakukan penyesuaian dosis.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada usia lebih dari
60 tahun dan neonatus, nilai half life dari norpetidin akan memanjang
sampai lebih dari 30 jam, sehingga menimbulkan akumulasi dan efek
toksik seperti kejang, agitasi, iritabel, tremor, twitching dan kejang
mioklonus. Dalam keadaan normal, nilai half life adalah 8-21 jam.
Pada wanita hamil, nilai half life adalah 20.6 jam. Kadar obat yang
diekskresikan tidak berubah atau tetap dalam keadaan metabolisme
aktifnya disesuaikan dengan tingkat keasaman dimana petidin dan
norpetidin terdapat pada urin yang asam sedangkan bentuk
konjugasinya terdapat pada urin yang basa.

2.4 Indikasi dan Dosis


2.4.1 Indikasi
Analgesik yang kuat digunakan untuk meredakan nyeri sedang
hingga berat. Biasanya, peredaan sementara dari nyeri sedang hingga
berat seperti yang berhubungan dengan gangguan medis akut dan
kronis termasuk kolik ginjal atau empedu, trauma akut, nyeri pasca
operasi, dan kanker.
Digunakan untuk memberikan analgesia selama prosedur
diagnostik dan ortopedi dan selama persalinan.
Untuk sedasi sebelum operasi dan sebagai suplemen untuk
anestesi.
2.4.2 Dosis
Dosis Meperidine HCl 25-50 mg intravena setiap 4-6 jam.
Dosis alternatif: dosis awal 1 mg/kgBB dilanjutkan dengan 100-400
mcg/kgBB dengan infus lambat.

2.5 Kontraindikasi
a. Pasien yang menerima inhibitor MAO.
b. Hipersensitif terhadap meperidine atau bahan apa pun yang dikenal
dalam formulasi masing-masing.

2.6 Aturan Pakai


Berikan melalui injeksi IV langsung, perangkat terkontrol untuk
analgesia yang dikendalikan pasien (PCA). Injeksi IV untuk PCA:
Diadministrasikan sendiri secara intermiten sesuai kebutuhan melalui alat
yang dapat dikontrol, dengan interval penguncian biasa (waktu minimum
antara dosis yang diatur sendiri yang diprogram ke dalam perangkat) 6-12
menit.
Ketika diberikan secara parenteral, terutama dengan rute IV, pasien
harus berbaring.
Selama dan segera setelah pemberian IV, antagonis opiat dan fasilitas
untuk pemberian oksigen dan kontrol respirasi harus tersedia.

2.7 Efek Samping


Efek Sistem Saraf Pusat yang merugikan termasuk pusing, gangguan
penglihatan, pengaburan atau depresi mental, sedasi, koma, euforia, disforia,
kelemahan, pingsan, agitasi, gelisah, gugup, kejang, dan, jarang, delirium
dan insomnia.
Efek Gastrointestinal yang merugikan dari agonis opiat termasuk
mual, muntah, dan sembelit.
Agonis opiat dapat mengganggu evaluasi fungsi SSP, terutama relatif
pada tingkat kesadaran, perubahan pupil, dan depresi pernapasan, sehingga
menutupi perjalanan klinis pasien.
Dapat meningkatkan risiko keracunan air pada pasien pasca operasi
karena stimulasi pelepasan vasopressin.

2.8 Toksisitas
Meskipun umumnya digunakan untuk menghilangkan rasa sakit akut,
penggunaan sebagai terapi opiat lini pertama tidak dianjurkan karena
keracunan sentral metabolit (normeperidine). Karena metabolisme first-pass
yang luas di hati menjadi normeperidine, risiko toksisitas meningkat dengan
pemberian meperidine oral; Oleh karena itu, terapi oral tidak dianjurkan.

2.9 Interaksi Obat


1. Interaksi dengan Alkohol dan Penyalahgunaan Narkoba
Meperidine mungkin diharapkan memiliki efek aditif ketika
digunakan bersama dengan alkohol, opioid lain, atau obat-obatan
terlarang yang menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
2. Interaksi dengan Depresan SSP lainnya
Meperidine harus digunakan dengan hati-hati dan pertimbangan
harus diberikan untuk memulai dengan mengurangi dosis pada pasien
yang secara bersamaan menerima sistem saraf pusat lainnya.
Depresan termasuk obat penenang atau hipnotik, anestesi umum,
fenotiazin, obat penenang lainnya, dan alkohol. Interaksi obat-obat
dapat menyebabkan depresi pernapasan, hipotensi, sedasi mendalam.
3. Interaksi dengan Analgesik Opioid Agonis Campuran / Antagonis
Analgesik agonis/antagonis (mis. Pentazocine, nalbuphine,
butorphanol, dan buprenorphine) harus diberikan dengan hati-hati
kepada pasien yang telah menerima atau sedang menerima kursus
terapi dengan analgesik agonis opioid murni seperti meperidin. Dalam
situasi ini, campur analgesik agonis/antagonis dapat mengurangi efek
analgesik meperidin dan/atau mungkin gejala penarikan endapan pada
pasien ini.
(AHFS Drug Information, 2010, 28.08.08)

III. FORMULA
III.1 Formula
R/ Meperidine Hydrochloride 50 mg
Hydrochloric Acid qs
Water For Injection add 1 mL
(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Steril Product 6th
Edition, Hal : 270)

III.2 Alasan Pemilihan Formula


Formula dipilih berdasarkan litelatur yang digunakan yakni Handbook
of Pharmaceutical Manufacturing Steril Product, karena dilihat dari sifat
fisika kimia dari Meperidine Hydrochloride sangat larut dalam air, dan tidak
membutuhkan zat tambahan lainnya. Maka efektif untuk dibuat sediaan
injeksi.
III.3 Alasan Pemilihan Zat Tambahan pada Formula
Water For Injection : digunakan dalam formula sebagai zat pembawa
dimana zat aktif sangat larut dalam air oleh karena
itu digunakan Water For Injection.
Hydrochloric Acid : digunakan dalam formula sebagai Adjustment pH,
karena Hydrochloric Acid cukup aman digunakan
dibanding zat asam lainnya.

III.4 Perhitungan Tonisitas


w = 0,52 – ΔTb1 x C
ΔTb2

= 0,52 – 0,125 x 5
0,576
= -0,1822 gram / 100 mL

Tonisitas larutan yang sebenarnya:


0,9 – (-0,1822 gram / 100 mL) = 1,0822 gram / 100 mL
(Hipertonis)
III.5 Penimbangan
Volume Sediaan yang dilebihkan
Ampul = (n + 2) x C + 2 mL
= (10.000 + 2) x 1,1 mL + 2 mL
= 11.005 mL
Untuk 1 Ampul
Meperidine Hydrochloride = 50 mg
Hydrochloric Acid = qs
Water For Injection = add 1 mL

Untuk 1 Batch (10.000 ampul @1 mL)


Meperidine Hydrochloride = 50 mg x 11.005 mL = 550,250 mg
Hydrochloric Acid = qs
Water For Injection = 1 mL x 11.005 mL = 11.005 mL

3.6 Pembuatan
Meperidine Hydrochloride dilarutkan dengan Water For Injection
hingga larut, lalu pH sediaan di periksa, apabila pH sediaan belum sesuai
ditambahkan larutan Hydrochloric Acid 1N sebanyak 4-5 tetes, lalu
campuran di add menggunakan Water For Injection sebanyak volume akhir
injeksi, lalu sediaan disaring menggunakan membrane filter sterilisasi 0,2
atau 0,22-mm, lalu diisikan kedalam ampul secara aseptic sesuai volume
yang diinginkan, setelah itu sediaan di sterilisasi menggunakan Autoclave
pada 121ºC selama 20 menit.
(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Steril Product 6th Edition,
Hal : 270)

3.7 Evaluasi Sediaan


3.7.1 Fisika
a. Uji pH
Dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH meter
terlebih dahulu dikalibrasi dengan pH 4, pH 7 dan pH 9. Lalu
bilas elektroda dengan larutan uji, kemudia elektroda dicelupkan
kedalam larutan uji dan dicatat pH.
(Farmakope Indonesia IV, hal 1039-1040)
b. Keseragaman Volume
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar, lalu
dilihat keseragaman volume secara visual.
(Farmakope Indonesia IV, hal 1044)
c. Kebocoran Ampul
Diletakan ampul zat warna (biru metilen 0.5- 1%) dalam
ruangan vakum. Tekanan atmosfir berikutnya kemudian
menyebabkan zat warna berpenetrasi kedalam lubang, dapat
dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat
warnanya.
(Lachman, 2008, hal
1354)

d. Kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual, dengan memeriksa
wadah bersih dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik.
(Lachman, 2008, hal 1355)
3.7.2 Biologi
a. Uji Sterilitas
Larutan uji ditambah media perbenihan kemudian
diinkubasi pada suhu 20-25°C, lalu diamati kekeruhannya.
(Farmakope Indonesia IV, hal 855)
b. Uji Pirogenitas
Dilakukan dengan menggunakan metode rabbit test,
dengan menyuntikan secara intavena pada kelinci, lalu diamati
kenaikan suhu tubuh kelinci (kenaikan suhu tubuh kelinci tidak
lebih dari 0.5°C).
3.7.3 Kimia
a. Identifikasi (sesuai dengan monografi bahan)
b. Penetapan Kadar (sesuai dengan monografi bahan)
(Farmakope Indonesia V, hal 1422)
3.8 Penyimpanan
Simpan pada Suhu kamar 15-20oC, dan terlindung dari cahaya.

IV. KEMASAN
IV.1 Kemasan Primer

Gambar 4.1 Ampul injeksi


IV.2 Kemasan Sekunder

IV.3 Label
IV.4 Brosur

®
PETHIN
Meperidine HCl injection
Intravena
KOMPOSISI
Tiap 1 mL mengandung :
Meperidine HCl 50 mg
Asam Klorida qs
Aqua Pro Injeksi 1 mL

INDIKASI
Untuk meredakan nyeri sedang hingga berat (gangguan medis akut dan
kronis termasuk kolik ginjal atau empedu, trauma akut, nyeri pasca operasi,
dan kanker). Digunakan untuk memberikan analgesia selama prosedur
diagnostik dan ortopedi dan selama persalinan.

KONTRA-INDIKASI
a. Pasien yang menerima inhibitor MAO.
b. Hipersensitif terhadap meperidine atau bahan apa pun yang
dikenal dalam formulasi masing-masing.

EFEK SAMPING
Dapat menyebabkan pusing, gangguan penglihatan, pengaburan atau
depresi mental, sedasi, koma, euforia, disforia, kelemahan, pingsan,
agitasi, gelisah, gugup, kejang, dan, jarang, delirium dan insomnia.
Efek Gastrointestinal yang merugikan dari agonis opiat termasuk mual,
muntah, dan sembelit.

PERINGATAN
Ketergantungan dan toleransi fisik dan psikis dapat berkembang dengan
pemberian berulang, dan potensi penyalahgunaan ada; gunakan dengan
hati-hati.

INTERAKSI OBAT
- Pemberian dengan alkohol dapat menyebabkan depresi
- Jangan memberikan meperidine bersama dengan antagonis karena dapat
mengurangi efek dari meperidine.

DOSIS
Dosis dewasa 25-50 mg intravena setiap 4-6 jam. Dosis alternatif: dosis
awal 1 mg/kgBB dilanjutkan dengan 100-400 mcg/kgBB dengan infus
lambat.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


PENYIMPANAN
Simpan pada Suhu kamar 15-20oC dan terlindung dari cahaya.

V. DAFTAR Mg.
PUSTAKA
Date : 7 Mei 2019 PT. Puntung Farma
Exp. Date : 7 Mei 2022 Bandung-Indonesia
AHFS drug information. 2010. McEvoy GK, ed. Meperidine. Bethesda, MD:
American Society of Health-System Pharmacists. 28.08.08.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V.


Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1422.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.


Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 855, 1039-
1044.

HID. Trissel LA. 2009. Handbook On Injectable Drugs. 15th ed. Bethesda, MD:
American Society of Health-System Pharmacists. 824.

Lachman, L., Lieberman H. A., Kanig, J. L., 2008. Teori Dan Praktek Farmasi
Industri Edisi III. UI. Jakarta. 1354-1355.

Niazi, Sarfaraz, 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Steril Product


6th Edition. New york: Informa Healthcare USA, Inc. 270.

Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, and Sian C. owen. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipient 6th Ed. Wasington DC and London:
Pharmaceutical Press. 308-309, 766-769.

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.


113-115.

United States Pharmacopoeia (USP), 30-NF/25. 2007. Monograph: Meperidine


Hydrochloride. The United States Pharmacopeia Convention: Rockville.
2571.

Anda mungkin juga menyukai