Anda di halaman 1dari 6

Madzahab (Fungsioal) Sociological Jurisprudence

Aliran sociological jurisprudence berkembang di Amerika Serikat dan Eropa, tokoh-tokoknya


antara lain Paton, Eugen Ehrlich dan Rosecoe pound, Benyamin Cardozo Kantorwics dan
Gurvict. madzhab ini lahir dan berkembang akibat dari proses dialektis antara hukum positif
yang ditekankan sebagai tesis aliran ini, smentara madzhab hukum sejarah sebagai
antittesisnya. Dari kedua aliran tersebut, sebagai lahiranya madzhab sociological
jurisprudence sebagai sistensisnya.

a. Eugen Ehrlich
Hukum dalam pandangan aliran ini lebih bersifat fungsional ketimbang
analitis,
karena itu istilah sociolocal menurut paton kurang tepat karena dapat menimbulkan
kekacauan karena itu ia menyebutkan sociological jurisprudence ini dengan
anthropological untuk menghindari kekacauan pengertian dengan sosiologi hukum.
Berdasarkan preskripsinya yang demikian, Ehrlich akhirnya mengajukan sebuah
hipotesis bahwa hukum positif baru akan berlaku efektif ditentukan dan dinilai dari
sudut pandang asismiliasi (kesesuian) denga hukum yang hidup di masyrakat.
Masyarakat bagi Ehrlich adalah ide umum yang dapat digunakan untuk
menandakan hubungan sosial. suatu kesatuan yang lebih tinggi dan berwibawa
diantara mereka, seperti keluarga, desa lemabaga sosial, negara dan sistem ekonomi
dunia. Hubungan hukum sebagai hukum, ditandai dengan faktor-faktor ekonomis,
karenanya sistem ekonomiyang digunakan dalam produksi, distribusi dan konsumsi
bersifat menentukan bagi pembentukan hukum. Hukum dalam pandangan Ehrlich
merupakan suatu Naturalisme sosiologis, yang didekati sama seperti benda-benda
alam, penyangkalan terhadap sifat normatif hukum berdasarkan pada argumentasi
bahwa hukum merupakan kenyataan saja, kenyataann sosial yang melahirkan hukum
itu ditafsirkannya secara ekonomis, Ehrlich memberikan empat jalan untuk
menjelaskan perubahan dialektis dengan mana kenyataan-kenyataan yang anormatif
menjadikan normatif, keempat jalan itu ialah: (1) kebiasaan (2)kekuasaan efektif, (3)
milik efektif dan (4) pernyataan kehendak pribadi.
Peraturan yang memungkinkan proses pengambilan keputusan sosial
mengindikasikan adanya sengketa antara kelompok dan individu, dilihat dari
pembatasan dan kompetisinya. dengan kerangka ini, kita lebih banyak mencerati
persoalan konflik daripada rekonsiliasi, dengan subjek yang berbeda baik inidividu-
kolektif maupun sebaliknya, bahkan dalam suatu titik individu yang salingberhadap-
hadapan sebagai suatu yang terpisah dan terputus hubunganya dari lingkaran
masyarakatnya, Ehrlich mengajukan kriteria terhadap peraturan ini, dimana ia
meletakan perbedaan antara individu dan masyarakat dan kesetaraan organis tubuh
kelompok-kelompok sosial
b. Roseoe punda, Stone dan Cardozo
Roscoe Punda menyatakan bahwa hukum dirumuskan untuk memaksimalkan
pemuasan kebutuhan dan kepentingan masyarakat latar belakang pemikiran pound
yang demikian diawali dari konfrontasi analitiknya yang terjadi secara terus menerus
dari masalah-masalah pengawasan sosial dan kepentingan sosial., persoalan filsafat
pragmatise dan teori-teori eksperimental tentang nilai-nilai sebagai kemantapan dan
keluwesan dalam sejarah, tipologi dan sistem hukum, dan masalah mafaat, unsur
kebijakan administratif dalam proses peradilan, pada tahun 1923 roseoe punda
menandaskan, dalam suatu analisa mengenai teori tentang keputusan pengadilan,
gambaran yang harus dipergunakan oleh ahlinya hukum modern untuk membantu
pengadila.
Dalam karangan yang sama, pound menekankan bahwa perundang-indangan,
hukum, merupakan kebiasaan, hukum administratif dan keadilan hukum menurut tipe
tiperekayasa sosial yang berbeda,
Menurut Alvin S Johson disebabkan karena yang menjadi pokok pemikiran
pound adalah sebagai berikut;
1. Menelaah akibat-akibat sosial yang aktual dari adanya lembaga-
lembaga hukum dan dokrin-doktrin hukum (lebih pada fungsi hukum
dari pada abstraknya)
2. Mengajukan studi sosiologis untuk mempersiapkan perundang-
undangan dan menganggap hukum sebagai suatu lembaga sosial yang
dapat diperbaiki oleh usaha-usaha yang bijaksana dalam menemukan
cara-cara terbaik untuk melanjutkan dan membimbinhg usaha-usaha
yang seperti itu
3. Untuk menciptakan efektivitas cara dalam membuat perundang-
undangan dan memberikan tekanan kepada hukum untuk mencapai
tujuan-tujuan sosial (tidak ditekankan kepada saksi)
Dalam banyak karangannya pound menunjukan sikapnya mengenai pentinya
kekuatan-kekuatan sosial pembentukan hukum dari pada ungkapan-ingkapan hukum
teknis. untuk mendukung rekayasa sosial yang demikian, pound memberikan
klasifikasi mengenai kepentingan-kepintingan yang sah dilindungi, serta
pengelompokoan hubungan sosial, yang lebih lanjut oleh para ahli modern diuraikan
lebih lanjut atau ditata ulang berdasarkan klasifikasi pound, sperti yang dilakukan
oleh stone,paton dan cordozo, klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut ini:
1) Kepentingan umum
2) Kepentingan Sosial
3) Kepentingan Pribadi
Dari klasifikasi yang demikian, dapat disimpulkan bahwa pound terpenngaruh
rancangan-rangcangan banguan pemikiran Von Jhering dan Bentham, terutama
pendekatan hukum sebagai jalan ke arah tujuan sosial dan sebagai alat dalam
perkembangan sosial.
Menurut Shidarta, dalam model penalaran hukum, pound menekankan
pendapatan dua arah antara kutub empirisme di satu sisi dan rasionalisme dikutub
lainya, pound menyapaikan bahwa proses praktis tatanan hukum, tidaklah hanya
berhenti pada penemuan eksprimental dengan trial dan error, inklusi pradilan dan
pengecualian peradilan, terutama untuk menyelesaikan konflik kepentingan yang
tumpang-tindih. Atas dasar ini, pengalaman dikembangkan melalui argumentasi-
rasioanl. sebaliknya, pertimbanga rasional diuji oleh pengalaman, demikianlah kita
mendapatkan metode kedua, yaitu menilai dengan mengacu pada dalil-dalil hukum
(jural postulates) berperadapan dalam ruangan dan waktu saat ini.

Pendapat selanjutnya adalah bahwa hukum itu bukanlah kehendak penguasa,


melainkan hukum itu merupakan kebiasaan. Hukum itu tidak dibuat tetapi tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat, pertumbuhan hukum itu pada hakikatnya tidak terasa dan
merupakan suatu proses yang organis, oleh karena itu kebiasaan (custom) merupakan sumber
hukum terpenting dalam hukum dan dapat mengalahkan undang-undang. Secara realistis
hukum itu bersumber dari kenyataan hukum (facts of law), hukum itu hidup dalam
masyarakat (living law).

Harus dibedakan antara sosiologi hukum dengan sociological jurisprudence. Sosiologi


hukum merupakan cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum
dan masyarakat, titik tolaknya adalah pendekatan dari masyarakat ke hukum,
sedangkan sociological jurisprudence adalah cabang filsafat hukum yang merupakan suatu
teori hukum yang mempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat, dengan pendekatan
dari hukum kemasyarakat. Keduanya sama-sama merupakan hukum yang hidup dalam
masyarakat .
Hukum positif berpangkal dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, walaupun
terdapat perbedaan antara hukum positif di satu pihak dan hukum yang hidup dalam
masyarakat (living law) di lain pihak, menurutnya bahwa hukum positif akan memiliki daya
berlaku secara efektif apabila selalu beririsan atau selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Pada umumnya hukum yang hidup dalam masyarakat merupakan hukum positif,
tetapi tidak selalu demikian, ada kalanya hukum yang hidup dalam masyarakat tidak
merupakan hukum positif, begitu juga sebaliknya kadang kala hukum positif tidak merupakan
hukum yang hidup dalam masyarakat.

Kelemahan teori Eungen Ehrlich mengenai Sociological Jurisprudence sebagai berikut :


1. Ehrlich tidak berhasil memberikan ukuran yang tegas untuk membedakan norma
hukum dengan norma sosial lainnya.
2. Ehrlich mengaburkan kebiasaan sebagai sumber hukum atau sebagai jenis (type)
hukum, karena di dalam masyarakat primitif kebiasaan memang dijadikan sumber
hukum dan merupakan jenis hukum, tetapi pada negara yang modern, kebiasaan
sudah tidak berarti lagi sebagai salah satu jenis hukum.
3. Ehrlich hanya melihat kemungkinan hukum yang hidup (living law) memengaruhi
hukum positif, tetapi sebaliknya kurang melihat kemungkinan adanya hukum positif
memengaruhi hukum yang hidup (living law). Pada kenyataannya hukum positif
bukan saja bisa memengaruhi hukum yang hidup (living law), melainkan bahkan
dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.
Pendasar aliran ini, antara lain: Roscoe Pound, Eugen Ehrlich, Benjamin Cardozo,
Kontorowics, Gurvitch dan lain-lain. Aliran ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran
ini hendak mengatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat. Kata “sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan
nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat.

Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum
menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini :

“ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di antara
masyarakat”.

Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum


kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul
sebagai akibat dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab
sejarah.

Roscoe Pound, hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, dan adalah tugas ilmu hukum untuk
mengembangkan suatu kerangka dengan mana kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi
secara maksimal.

Eugen Ehrlich, Penulis yang pertama kali menyandang sosiolog hukum (Grundlegung
der Soziologie des Recht, 1912). Menurut Ehrlich pusat gaya tarik perkembangan hukum
tidak terletak pada perundang-undangan, tidak pada ilmu hukum, tetapi di dalam masyarakat
sendiri. Ajaran berpokok pada pembedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup,
atau dengan kata lain pembedaan antara kaidah-kaidah hukum dengan kaidah-kaidah sosial
lainnya. Hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.

Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sosiologi Hukum. Berarti bahwa


hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat. Dijelaskan oleh Roscoe
Pound dalam kata pengantar pada buku Gurvitch yang berjudul Sosiologi hukum, perbedaan
diantara keduanya ialah :

Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam filsafat hukum


yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, sedangkan Sosiologi
Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai gejala sosial yang mempelajari
pengaruh masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam
masyarakat dapat mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya,
yaitu pengaruh hukum terhadap masyarakat.
Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi hukum) dapat
dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara pendekatannya bertolak dari
hukum kepada masyarakat, sedangkan sosiologi hukum cara pendekatannya bertolak dari
masyarakat kepada hukum.

Roscoe Pound menganggap bahwa hukum sebagai alat rekayasa sosial (Law as a tool
of social engineering and social controle) yang bertujuan menciptakan harmoni dan
keserasian agar secara optimal dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia dalam
masyarakat. Keadilan adalah lambang usaha penyerasian yang harmonis dan tidak memihak
dalam mengupayakan kepentingan anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk
kepentingan yang ideal itu diperlukan kekuatan paksa yang dilakukan oleh penguasa negara.

Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the positive law)
dengan hukum yang hidup (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika antara
(tesis) Positivisme Hukum (antitesis) dan Mazhab Sejarah. Sebagaimana diketahui,
Positivisme Hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan penguasa (law
is a command of law givers), sebaliknya Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul dan
berkembang bersama dengan masyarakat.

Kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence


Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal dengan cita hukum
masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena mengutamakan bagaimana suatu hukum
itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini
bukanlah tanpa kritik.

Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sosiologi jurisprudence Pound, lebih
mengutamakan tujuan praktis dengan :

1. Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum, karena
itu , lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya.
2. Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada tujuan
sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi.
3. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang ditimbulkan oleh
doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya.
4. Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak supaya
ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat berubah.
5. Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha untuk
mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif.

Program sosiologis jurisprudence Pound kelihatan berpengaruh dalam pandangannya


yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering serta ajaran sociological
jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum yang baik itu adalah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya
hukum yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan
dengan peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan
antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian.

Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan, secara teoritis karya
Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap ajaran sociological
jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya disebabkan oleh keinginanannya
meremehkan fungsi negara dalam pembuatan undang-undang.

Kelemahan itu adalah :


1. Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum dari
norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu yang
merupakan fakta historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian pernedaan
yang jelas. Sesuai dengan itu sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu
dalam garis besar, sosilogi umum.
2. Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat kebiasaan
sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya dalam hukum
internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai sumber hukum
maupun sebagai bentuk hukum yang paling penting. Di negara modern peran
masyarakat mula-mula masih penting, tetapi kemudian berangsur berkurang.
Masyarakat modern menuntut sangat banyak undang-undang yang jelas dibuat oleh
pembuat undang-undang yang sah. Undang-undang semacam itu selalu derajat
bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum
bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya
Ehrlich.
3. Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-norma
hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi
sanksi pada fakta-fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat kebiasaan berkurang
sebelum perbuatan udang-undang secara terperinci, terutama undang-undang yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan dalam masyarakat sama
banyaknya dengan pengaruh dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai