Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK PADA BALITA


DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG

Dosen Pengampu : Sri Rahayu, S.Kp, Ns, S.Tr.Keb, M.Kes.

Oleh :
MILA TIARA MIRNAYANTI
P1337424818023

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan Judul “Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik


pada Balita di Puskesmas Mijen Kota Semarang” Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh
Pembimbing Institudi Program Studi Profesi Bidan, Jurusan Kebidanan, Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, Pada :
Hari :
Tanggal :

Semarang, Februari 2019


Pembimbing Lahan Praktikan

Handayani, S.Kep, Ns Mila Tiara Mirnayanti


NIP. 197705102002122008 NIM. P1337424818023

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Sri Rahayu, S.Kp, Ns, S.Tr.Keb, M.Kes.


NIP. 197408181998032001

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut UNICEF mendefinisikan anak
sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dinyatakan bahwa
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun (0-18 tahun)
(Kemenkes RI, 2013).
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan umur 28 hari.
Bayi baru lahir juga di namakan neonatus merupakan individu yang
sedang berkembang dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstra uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan nya 2500-4000
gram (Dewi, 2010).
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Kemenkes RI, (2013) dalam buku Pedoman
Pelaksanaan , Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Dasar, Pertumbuhan dan
perkembangan dimulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, praremaja,
remaja, tua. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat. Sedangkan Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian
Menurut Wong (2009), pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intrer seluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar,gerak halus bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI,2013).
c. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri
yang saling berkaitan. Menurut Kemenkes RI (2015), ciri-ciri tersebut
sebagai berikut :
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.
Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak ada yang bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai
contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa
berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lainnya yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat. Karena itu, perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda
Sebagaiman pertumbuhan, perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik
maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
setiap anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan
pun demikian terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi, dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah
berat dan tinggi badamya, serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang menetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua
hukum yang tetap, yaitu sebagai berikut :
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b) Perkembanagn terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang
teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagianya.
d. Prinsi-Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip
yang saling berkitan. Menurut Kemenkes RI (2015), prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembagan yang berasal dari latihan dan usah.
Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak.
Dengan demikian, perkembangna seorang anak dapat diramalkan.
Perkembanagan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan
spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang
Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dna perkembangan anak. Menurut
Kemenkes RI (2015), adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1) Faktor dalam (internal), yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri
anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh,
antara lain :
a) Ras (etnik) atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika, maka
ia tidak memiliki faktor herediter ras atau bangsa Indonesia
atau sebaliknya. Menurut Soetjiningsih dan Gde Ranuh (2015),
mengatakan bahwa pertumbuhan somatik dipengaruhi oleh
ras/suku bangsa.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja. Menurut
Soetjiningsih dan Gde Ranuh (2015), pada usia satu tahun
pertama merupakan masa anak yang rentan terhadap penyakit
dan sering terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita
merupakan dasar pembentukan kepribadian anak, maka dari itu
diperlukan perhatian khusus.
d) Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan perkembangan
lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi, setelah melewati
masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu
potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa
kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak seperti kerdil.
f) Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhsn seperti sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2) Faktor Luar (Eksternal)
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir
kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot.
(3) Toksin atau zat kimia
Beberapa obat-obatan, seperti Aminopterin dan
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
palatoskizis.

(4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hiperplasia adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental dna deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes
simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin, seperti
katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan
kelainan jatung kongenital.

(7) Kelainan imunologi


Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kernikterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
(9) Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah
atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c) Faktor Pascasalin
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat. Kekurangan gizi dalam makanan
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan
mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya. Kekurangan
gizi tersebut meliputi kekurangan vitamin A, yodium, zat
besi, dan mineral/ vitamin.
(2) Penyakit kronis kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
(3) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering di sebut mileu adalah tempat anak
tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif,
zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dan lain-lain)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
(4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang
anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuannya atau anak
yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut
Soetjiningsih dan Gde Ranuh (2015), interaksi timbal balik
antara anak dan orangtua akan menimbulkan keakraban
dalam keluarga. Interaksi tidak ditentukan oleh lama waktu
bersama anak, tetapi oleh kualitas interaksi, yaitu
pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya
optimal untuk memenuhi kebutuhan yang dilandasi oleh
rasa saling menyayangi. Hubungan yang menyenangkan
dengan orang lain, terutama dengan anggota keluarga, akan
mendorong anak untuk mengembangkan kepribadian dan
interaksi sosial dengan orang lain.
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit
hipoteroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan
pertumbuhan,
(6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, dan
ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
Menurut Anik Maryunani (2010), keluarga dengan sosial
ekonomi kurang, biasanya terdapat keterbatasan dalam
pemberian makanan bergizi, pendidikan dan pemenuhan
kebutuhan primer lainnya untuk anak. Keluarga sulit
memfasilitasi anak untuk mencapai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anak yang optimal sesuai dengan
tahapan usianya.

(7) Pekerjaan/pendapatan
Menurut Soetjiningsih dan Gde Ranuh (2015),
pendapatan atau pekerjaan keluarga yang memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat
menyediakan semua kebutuhan dasar anak. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2012)
mengatakan bahwa, kedua orangtua bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan salah satu
faktor risiko keterlambatan perkembangan anak.
Keberadaan pengasuh atau pengganti ibu berperan dalam
mencegah keterlambatan perkembangan. Sedangkan
menurut hasil penelitian Kusumanti dan Zulaicha (2015),
di dapatkan karakteristik responden status pekerjaan yaitu
ibu dengan status bekerja sebanyak 80 orang (54,8%) dan
yang tidak bekerja 66 orang (45,2%) menunjukan terdapat
hubungan antara status pekerjaan dengan motorik kasar
pada balita di Desa Kaligono. Ditunjukkan dengan nilai
sig. p sebesar 0,000 atau p<0,05.
(8) Pendidikan Ayah/Ibu
Menurut Soetjiningsih dan Gde Ranuh (2015),
pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang
penting untuk tumbuh kembang anak. Karena dengan
pendidikan yang baik, orangtua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak,
mendidiknya, dan sebagainnya. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini
jelas bahwa tingkat pendidikan yang rendah merupakan
faktor penghambat dalam mencari dan menerima informasi
terutama informasi kesehatan.
(9) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau
stimulasi khususnya dalam keluarga, misal penyediaan alat
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak. Menurut
Soetjiningsih dan Gde Ranuh (2015), anak yang mendapat
stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak
mendapat stimulasi. Stimulasi dapat dilakukan dengan
verbal (bicara), audio (pendengaran), visual (penglihatan)
serta taktil (sentuhan). Melakukan stimulasi sesuai tahap
pertumbuhan, perkembangan, dan kondisi anak yang
memadai artinya merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian pada anak berlangsung secara
optimal sesuai dengan umur dan kondisi anak (Kemenkes
RI, 2014).
(10) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak
sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(11) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan
menghambat pertumbuhan demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produkdi hormon prtumbuhan.
f. Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak
Menurut Ranuh (2015) pencapaian tumbuh kembang anak
meliputi:
1) Masa Pranatal
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang
terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini
terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu
organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku,
dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.Masa pranatal
terdiri atas dua fase yaitu: Fase Embrio dan Fase Fetus.

2) Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam
beberapa fase berikut, yaitu:
a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa
neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada
masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh,
dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan
frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian
denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan
ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan
rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk
memenuhi kebutuhan gizi
b) Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
(1) Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali
dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka
perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan.
Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.
(2) Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan
perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan
berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan
gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak
mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan
umur.
(3) Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan
dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan
berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9
bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila
memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar
1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun,
pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan
mencapai 75 cm.
c) Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan
dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya
mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga
akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2
cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi
susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga
seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan
lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan
orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan
naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun,
dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.
d) Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan
rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi
aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai
kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain.
Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap
tahun.Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola
bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak
juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.
e) Masa Sekolah (6-12 tahun)
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur
6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar.
Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar
membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai
memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya.
Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak,
dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.

f) Masa Remaja (12-18 tahun)


Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena
masa ini merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin
mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah
perubahan bentuk tubuh. Perkembangan khusus yang terjadi
pada masa ini adalah kematangan identitas seksual yang
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini
merupakan masa krisis identitas dimana anak memasuki proses
pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga
membutuhkan bantuan dari orang tua.
g. Tugas Perkembangan Bayi
Ranuh (2015) menyatakan bahwa tugas perkembangan anak adalah
sebagai berikut:
1) Usia 1 bulan
a) Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa
membuka matanya. Namun setelah berjalan beberapa hari
kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak 20 cm.
b) Bulan pertama ini bayi akan memulai adaptasinya dengan
lingkungan baru
c) Memiliki gerakan refleks alami.
d) Memiliki kepekaan terhadap sentuhan.
e) Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian tubuh yang
disentuh.
f) Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum.
g) Komunikasi yang digunakan adalah menangis. Arti dari
tangisan itu sendiri akan Anda ketahui setelah mengenal
tangisannya, apakah ia lapar, haus, gerah, atau hal lainnya.
h) Peka terhadap sentuhan jari yang disentuh ke tangannya
hingga ia memegang jari tersebut.
i) Tiada hari tanpa menghabiskan waktunya dengan tidur.
2) Usia 2 bulan
a) Sudah bisa melihat dengan jelas dan bisa membedakan muka
dengan suara.
b) Bisa menggerakkan kepala ke kiri atau ke kanan, dan ke
tengah.
c) Bereaksi kaget atau terkejut saat mendengar suara keras.
3) Usia 3 bulan
a) Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
b) Memberikan reaksi ocehan ataupun menyahut dengan ocehan.
c) Tertawanya sudah mulai keras.
d) Bisa membalas senyum di saat Anda mengajaknya bicara atau
tersenyum.
e) Mulai mengenal ibu dengan penglihatannya, penciuman,
pendengaran, serta kontak.
4) Usia 4 bulan
a) Bisa berbalik dari mulai telungkup ke terlentang.
b) Sudah bisa mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
c) Sudah bisa menggenggam benda yang ada di jari jemarinya.
d) Mulai memperluas jarak pandangannya.
5) Usia 5 bulan
a) Bisa meraih benda yang terdapat dalam jangkauannya.
b) Saat tertawa terkadang memperlihatkan kegembiraan dengan
suara tawa yang ceria.
c) Sudah bisa bermain sendiri.
d) Akan tersenyum saat melihat gambar atau saat sedang bermain.
6) Usia 6 bulan
a) Dapat mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
b) Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri.
c) Matanya sudah bisa tertuju pada benda-benda kecil.
7) Usia 7 bulan
a) Sudah bisa duduk sendiri dengan sikap bersila.
b) Mulai belajar merangkak.
c) Bisa bermain tepuk tangan dan cilukba.
8) Usia 8 bulan
a) Merangkak untuk mendekati seseorang atau mengambil
mainannya.
b) Bisa memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya.
c) Sudah bisa mengeluarkan suara-suara seperti, mamama,
bababa, dadada, tatata.
d) Bisa memegang dan makan kue sendiri.
e) Dapat mengambil benda-benda yang tidak terlalu besar.
9) Usia 9 bulan
a) Sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki yang juga ikut
menyangga berat badannya
b) Mengambil benda-benda yang dipegang di kedua tangannya.
c) Mulai bisa mencari mainan atau benda yang jatuh di
sekitarnya.
d) Senang melempar-lemparkan benda atau mainan.
10) Usia 10 bulan
a) Mulai belajar mengangkat badannya pada posisi berdiri.
b) Bisa menggenggam benda yang dipegang dengan erat.
c) Dapat mengulurkan badan atau lengannya untuk meraih
mainan.
11) Usia 11 bulan
a) Setelah bisa mengangkat badannya, mulai belajar berdiri dan
berpegangan dengan kursi atau meja selama 30 detik.
b) Mulai senang memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
c) Bisa mengulang untuk menirukan bunyi yang didengar.
d) Senang diajak bermain cilukba.
12) Usia 12 bulan
a) Mulai berjalan dengan dituntun.
b) Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, suka memegang apa saja.
d) Mulai mengenal dan berkembang dengan lingkungan
sekitarnya.
e) Reaksi cepat terhadap suara berbisik.
f) Sudah bisa mengenal anggota keluarga.
g) Tidak cepat mengenal orang baru serta takut dengan orang
yang tidak dikenal/asing.

h. Pathway
Stimulus

Otak mempelajari hal baru

Letupan listrik antar sel syaraf

Koneksi sel syaraf

Sel otak menyimpan informasi

Sel otak mengembang

Hubungan antarsyaraf kuat

Banyak neuron membentuk unit

Fungsi otak maksimal

Motorik kasar Motorik halus Visual Sosial dan Kemandirian


(Faras,2009; Chamidah, 2009)

i. Aspek-Aspek Perkembangan yang Dipantau


Menurut kemenkes RI (2014) aspek perkembangan yag
dipantau adalah sebagai berikut:
1) Gerak kasar atau motorik kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan
sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,
dan sebaginya.
2) Gerak halus atau motorik halus
Gerak halus tau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebaginya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainnya.
4) Sosialisasi dan kemandirian
Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemapuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu atau pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya.
j. Gangguan Tumbuh Kembang
Menurut Kemenkes RI (2015), bebrapa gangguan tumbuh
kembang yang sering ditemukan yaitu :
1) Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh
perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab
melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi, dan
lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi anak dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.
2) Cerebal Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang
tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan atau
ganngguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang
sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya.
3) Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat
dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yan terbatas,
yang terjadin akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.
Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa
faktor, seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat,
masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk
menolong diri sendiri.
4) Perawakan Pendek
Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu
terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil
3 atau -2 SO pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi
tersebut. Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi,
kelainan kromosom, penyakit sistemik, atau karena kelainan
endokrin.
5) Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak
yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif
berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan
tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara
mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada anak
autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
6) Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia
yang rendah (IQ < 70) yang meneyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan di mana anak mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan
hiperaktivitas.
k. Penilaian Perkembangan
Menurut Kemenkes (2014), deteksi dini tumbuh kembang yang
dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan
jaringannya yaitu, deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi
dini penyimpangan perkembangan, dan deteksi dini penyimpangan
mental emosional. Deteksi dini penyimpangaan perkembangan anak
adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan perkembangan pada balita dan anak pra
sekolah. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan perkembangan di
tingkat pelayanan dasar adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku
KIA), Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya
Dengar (TDD), dan Tes Daya Lihat (TDL).
1) Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
a) Tujuan : Untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan saat
anak berusia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 54, 60, 66,
dan 72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih.
b) Alat atau instrumen yang digunakan adalah :
(1) Formulir KPSP berdasarkan usia. Formulir berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak. Sasaran KPSP anak usia 0-72 bulan.
(2) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebsesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm
sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit
kecil. Berukuran 0,5-1 cm.

c) Petunjuk menggunakan KPSP


(1) Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa
(2) Tentukan umur anak
Usia anak ditetapkan menurut tanggal, bulan dan tahun. Bila
usia kelebihan 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan.
(3) Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
(4) KPSP terdiri dua macam yaitu, pertanyaan yang dijawab
oleh ibu atau pengasuh anak dan berisi perintah kepada ibu
atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP.
(5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
(6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban, ‘ya’ atau ‘tidak’.
Catat jawaban tersebut pada formulir.
(7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu atau
pengasuuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
(8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
d) Interprestasi hasil KPSP
(1) Hitunglah berapa jumlah jawaban ‘ya’
(a) Ya, jika ibu atau pengasuh anak menjawab bahwa anak
bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
(b) Tidak, jika ibu atau pengasuh anak menjawab bahwa
anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
bila ibu atau pengasuh menjawab tidak tahu.
(2) Jumlah jawaban ‘ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S)
(3) Jumlah jawaban ‘ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M)
(4) Jumlah jawaban ‘ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
(5) Untuk jawaban ‘tidak’ perlu dirinci jumlah jawaban ‘tidak’
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
e) Intervensi
(1) Perkembangan anak sesuai (S), lakukan tindakan berikut:
(a) Beri pujian pada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik
(b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak
(c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
(d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur 1 bulan sekali dan
setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
adak sudah memasuki usia pra sekolah (36-72 bulan),
anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), kelompok bermain, dan taman
kanak-kanak.
(e) Lakukan pemeriksaan atau skrining rutin menggunakan
KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24
bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72
bulan.
(2) Perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut :
(a) Berikan petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat
dan sesering mungkin.
(b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan
atau mengejar ketertinggalannya.
(c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
(d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
(e) Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘ya’ tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Endang
Sulistyowati (2014) anak yang mengalami keterlambatan
(meragukan) dan penyimpangan dideteksi menggunakan
KPSP dengan diberikan intervensi stimulasi alat permainan
edukatif selama 2 minggu per 3-4 jam setiap hari
menunjukan ada peningkatan bermakna pada status
perkembangan anak sebelum dan sesudah di beri perlakuan
menggunakan APE dengan nilai p value 0,001.

(3) Perkembangan anak terjadi penyimpangan (P), lakukan


tindakan berikut :
Buatlah rujukan ke RS dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
2) Tes Daya Dengar (TDD)
a) Tujuan : untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak. TDD dilakukan setiap
3 bulan pada bayi usia kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak usia 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
b) Alat atau sarana yang diperlukan:
(1) Instrumen TDD menurut usia anak
(2) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.
(3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
c) Petunjuk melakukan TDD
(1) Tentukan umur anak
Tanyakan usia anak menurut tanggal, bulan dan tahun. Pilih
daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan usia anak.
(2) Pada anak usia kurang dari 24 bulan:
(a) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua atau
pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
(b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
satu persatu, berurutan.
(c) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
(d) Jawaban ‘ya’ jika menurut orang tua atau pengasuh,
anak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
(e) Jawaban ‘tidak’ jika menurut orang tua atau pengasuh,
anak tidak pernah, anak tidak tahu atau tidak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.

(3) Pada anak usia 24 bulan atau lebih:


(a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang
tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
(b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orang tua atau pengasuh.
(c) Jawaban ‘ya’ jika anak dapat melakukan perintah orang
tua atau pengasuh.
(d) Jawaban ‘tidak’ jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
d) Interprestasi TDD
(1) Jika ada satu atau lebih jawaban ‘tidak’, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
(2) Catat dalam buku KIA atau kohort bayi atau balita atau
status atau catatan medik anak, jenis kelamin.
e) Intervensi TDD
(1) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
(2) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
3) Tes Daya Lihat (TDL)
a) Tujuan :
Untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera
dapat dilakukan tindak lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. TDL
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia pra sekolah usia 36-72
bulan. Tes dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga
PAUD dan petugas terlatih lainnya.
b) Alat atau sarana yang diperlukan :
(1) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
(2) Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk pemeriksa
(3) Poster ‘E’ untuk digantung dan kartu ‘E’ untuk dipegang
anak
(4) Alat penunjuk
c) Petunjuk melakukan TDL
(1) Pilih ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang
baik
(2) Gantungkan poster ‘E’ setinggi mata anak dengan posisi
duduk
(3) Letakan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster ‘E’,
menghadap ke poster ‘E’.
(4) Letakan sebuah kursi lainnya di samping poster ‘E’ untuk
pemeriksa
(5) Pemeriksa memberikan kartu ‘E’ pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu ‘E’ menghadap atas, bawah, kiri
dan kanan, sesuai yang ditunjuk pada poster ‘E’ oleh
pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya.
Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu ‘E’
dengan benar.
(6) Anak diminta untuk menutup sebelah matanya dengan buku
atau kertas
(7) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf ‘E’ pada poster, satu
persatu, mulai baris pertama sampai baris ke empat atau
baris ‘E’ terkecil yang masih dapat dilihat.
(8) Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu ‘E’ yang
dipegangnya dengan huruf ‘E’ pada poster.
(9) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara
yang sama
(10) Tulis baris ‘E’ terkecil yang masih dapat dilihat, pada
kertas yang telah disediakan yaitu, mata kanan: . ; mata kiri:
d) Interpretasi
Anak pra sekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat
sampai baris ketiga pada poster ‘E’. Bila kedua mata anak tidak
dapat melihat baris ketiga poster ‘E’, artinya tidak dapat
mencocokan arah kartu ‘E’ yang dipegangnya dengan arah ‘E’
pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinana
anak mengalami gangguan daya lihat.
e) Intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta
anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada
pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris
yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan
kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).
2. Imunisasi dan vaksinasi
a. Pengertian imunisasi dan vaksinasi
Menurut Ranuh (2011) Imunisasi dan vaksinasi merupakan
salah satu upaya pencegahan primer. Pencegahan primer adalah
semua upaya untuk menghindari kejadian yang dapat mengakibatkan
seseorang sakit atau menderita cidera dan cacat. Imunisasi dan
vaksinasi menjadi salah satu cara menghindarkan sakit yang dapat
menghambat tumbuh kembang anak.
Imunisasi dan vaksinasi adalah dua istilah yang berbeda, akan
tetapi oleh masyarakat dianggap sama. Imunisasi adalah proses untuk
mendapatkan kekebalan (imunitas) terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke tubuh
manusia dengan tujuan untuk mendapatkan efek kekebalan terhadap
penyakit tertentu. Dari pengertian tersebut bisa diketahui bahwa
imunisasi merupakan istilah yang lebih umum untuk proses
kekebalan tubuh, sedangkan vaksinasi adalah proses imunisasi yang
khusus menggunakan vaksin saja. Artinya vaksinasi adalah bagian
dari imunisasi sedangkan imunisasi belum tentu merupakan
vaksinasi.
Imunisasi ada 2 golongan, yaitu imunisasi pasif dan imunisasi
aktif. Imunisasi pasif dibedakan alami dan buatan. Imunisasi pasif
alami didapatkan dari transplasenta yaitu antibodi diberikan ibu
melalui plasenta kepada janin saat dikandung dan ASI yang diberikan
saat ibu menyusui. Sedangkan imunisasi pasif buatan adalah
pemberian antibodi (imunitas) yang sudah disiapkan dan dimasukkan
ke dalam tubuh anak. Seperti pada bayi baru lahir dengan ibu HbsAg
positif, memerlukan imunoglobulin spesifik hepatitis B (HBIG) yang
harus diberikan segera setelah lahir.
Imunisasi aktif dilihat dari cara mendapatkannya juga dibagi
dua yaitu imunisasi aktif alami dan buatan. Imunisasi aktif alami
didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, kemudian antigen
yang masuk tersebut merangsang tubuh anak untuk membentuk
antibodi. Secara aktif anak akan menjadi kebal karenanya. Sedangkan
imunisasi aktif buatan (Vaksinasi) yaitu dengan mekanisme
pemberian vaksin baik dari kuman yang dimatikan ataupun yang
dilemahkan, yang dapat merangsang pembentukan antibodi.
b. Jadwal imunisasi
Jadwal Imunisasai 2017 Rekomendasi IDAI

c. Jenis vaksin dan fungsinya


Menurut Ranuh (2011) berikut adlah vaksin yang di berikan pada bayi
di indonesia:
JENIS VAKSIN
NAMA
NO Live KETERANGAN
VAKSIN Inactivated
attenuated
1 Campak, Virus Untuk mencegah penyakit campak,
Rubela, gondok, rubella (campak jerman). Saat
MMR ini ada beberapa macam vaksin
campak yaitu: monovalen, kombinasi
campak dengan rubella (MR) dan
MMR (Kombinasi campak, mump,
dan rubella). Vaksinasi campak
diberikan umur 9 bulan diulang umur
18 bulan, tetapi ulangan campak tidak
perlu diberikan apabila sudah
mendapatkan MMR.
Vaksin campak disimpan dalam suhu
2-8⁰C. Vaksin campak bisa disimpan
dengan suhu kurang 2⁰C, (-25 sampai
-15⁰C), Tetapi umur vaksin tidak lebih
lama dari penyimpanan dengan suhu
2⁰C. Untuk itu vaksin tidak perlu
disimpan dalam suhu beku/frezer.
Vaksin campak setelah dilarutkan
dapat bertahan hanya 8 jam bila
terlindung dari cahaya matahari,
optimal digunakan dalam 1 jam.
2 Polio Virus Untuk Mencegah penyakit yang
oral disebabkan virus polio. Pada bayi baru
lahir, pemberian OPV saat bayi akan
dipulangkan. Selanjutnya dilakukan
polio ulangan pada usia 1,2, dan 3
bulan. vaksin polio segera gunakan
apabila sudah dibuka. Dengan cara
penyimpanan yang tepat, maka vaksin
dapat bertahan sampai 2 minggu
setelah di buka.
3 BCG Bakteri Untuk mencegah penyakit TBC.
Pemberian vaksin BCG dianjurkan
sebelum 3 bulan, optimal pada usia 2
bulan. apabila diberikan pada usia 3
bulan atau lebih perlu dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin
BCG disimpan dalam suhu 2-8⁰C,
dapat disimpan dengan suhu kurang
dari itu tetapi sama dengan polio dan
campak dimana penyimpanan dengan
suhu kurang 2⁰C tidak berdampak
pada perpanjangana umur vaksin.
Vaksin BCG apabila sudah diencerkan
segera gunakan dalam 3 jam,
selebihnya dibuang.
4 HB Virus Untuk mencegah hepatitis B akut,
mencegah hepatitis kronik, mencegah
karsinoma-hepatoseluler.
Vaksin HB monovalen paling baik
diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir dan didahului pemberian suntikan
Vit K 1 mg minimal 30 menit
sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin
HB monovalen adalah usia 0,1,6
bulan. Bayi lahir dari ibu HbsAg
positif diberikan vaksin HB dan
imonoglobulin hepatitis B (HBIG)
pada ekstrimitas yang berbeda apabila
diberikan HB kombinasi dengan DTP,
maka jadwal pemberian pada usia 2,3,
dan 4 bulan. apabila vaksin HB
kombinasi dengan DTPa, maka
jadwal pemberian pada usia 2,4, dan 6
bulan
Vaksin disimpan dalam suhu 2-8⁰C.
Setelah dbuka sebaiknya segera
digunakan maksimal sampai 4 minggu.
Vaksin sisa pelayanan dinamis tidak
boleh kembali digunakan pada
pelayanan berikutnya.
5 DTP Bakteri Diberikan untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis dan tetanus. Vaksinasi
DTP diberikan pada bayi umur > 6
minggu dan vaksinnya dapat diberikan
bersamaan dengan vaksin lain.
Terdapat 2 Sediaan vaksin DTP yaitu
DTwP (Pertusis whole cell:
pentabio→DTwP/Hib/HB,Tetravalen
→DTwP/HB) dan DTaP (Pertusis a
seluler:Infanrik→DTaP/Hib/IPV,Pedia
cel→DTaP/Hib/IPV).Vaksin disimpan
dalam suhu 2-8⁰C. Bila sudah dibuka
penutupnya, vaksin masih dapat
dipakai dalam 4 minggu.

6 Hib Bakteri Untuk mencegah penyakit meningitis,


pneumonia, epiglotitis, selulitis,
artritis. Vaksin Hib diberikan sejak 2
bulan, dan tidak boleh diberikan
kurang dari umur 2 bulan karena bayi
belum mampu membentuk antibodi.
Sediaan vaksin monovalen dan
kombinasi dengan vaksin yang lain
seperti DTP.
7 Pneumo Bakteri Mencegah penyakit infeksi saluran
Kokus nafas. Vaksin PCV direkomendasikan
(PCV) pada semua anak yang sehat diatas
usia 2 bulan sampai 5 tahun. Pada
anak dengan kondisi
immunokompromise tetap bisa
diberikan. Vaksin tersebut juga
direkomendasikan pada anak yang
tinggal di pemukiman padat,
lingkungan perokok, panti asuhan dan
sering terkena OMA. Vaksin PCV
belum menjadi program imunisasi
dasar/wajib.nama dagang yang beredar
di indonesia synflorix, prevenar,
pneumovak.
8 Polio Virus Mencegah kelumpuhan akibat virus
Inaktif polio yang dilakukan dengan injeksi.
(Injeksi)/ Vaksin polio ini terdapat sedian
vaksin kombinasi dengan DTP (pediacel,
salk hexaxim, infanrik Hib-IPV).
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/ masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil,
masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Estiwidani dkk, 2008). Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencenaan, pelaksanaan dan evaluasi (Estiwidani, 2012).
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Terdapat 7 langkah proses manajemen kebidanan menurut Varney dalam
(WHO dan Pusdiknakes, 2011), yaitu :
a. Langkah I : Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan klien secara keseluruhan.
Data yang dikumpulkan meliputi data objektif dan subjektif, diperoleh
dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang
b. Langkah II : Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi
diagnosis/ masalah.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan
merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis potensial/ masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya.
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakana segera,
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta melaksanakan
rujukan sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh dengan
tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-
langkah sebelumnya
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung suhan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII : Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan
mengulang kembali penatalaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan
yang tidak efektif.
3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Menurut Muslihatun (2010) dokumentasi SOAP adalah catatan
tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada
pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang
telah di berikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai
asuhan yang telah dan akan di lakukan pada seorang pasien, di dalamnya
tersirat proses berfikir bidan yang simetris dalam menghadapi seseorang
pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Adapun metode yang digunakan dalam proses pendokumentasian
asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP, yaitu catatan yang
tertulis secara singkat dan lengkap sehingga asuhan yang diberikan dapat
berlangsung secara berkesinambungan (continuity of care).
Prinsip dari metode SOAP merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen yaitu:
a. Data Subjektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data),
terutama data yang di peroleh melalui annamnesis.Data subjektif ini
berhubungan debgan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang di catat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan
diagnosis yang akan di susun.
b. Data Objektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama
data yang di peroleh melaui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lainnya.
Catatan medik di informasi dari keluarga atau orang lain dapat di
masukkan dalam data objektif ini. Data ini akanmemberikan bukti gejala
klinis pasien data fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. Assessment (A)
Assessement merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga, dan keempat
sehingga mencakup hal-hal sebagai berikut: diagnosis/ masalah
kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/ masalah
potensial.
d. Perencanaan (P)
Pendokumentasian menurut Helen Varney langkah kelima,
keenam, dan ketujuh.Pendokumetasian P dalam SOAP ini adalah
pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah di susun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

Bagan 1. Manajemen Kebidanan Varney dalam SOAP

Mengumpulkan data Subjektif

Identifikasi diagnosis/ masalah Objektif


Identifikasi diagnosis/ masalah
Analisa
potensial dan antisipasinya
Menetapkan kebutuhan/ tindakan
segera, konsultasi,rencana
Menyusun kolaborasi, rujukan
asuhan

Pelaksanaan asuhan
Penatalaksanaan
Evaluasi hasil asuhan

DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani, 2010, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : CV. Trans Info Media.

Ariani (2012).Usia anak dan pendidikan ibu sebagai faktor resiko gangguan
perkembangan anak. Vol 27 No.2. Jurnal Kedokteran Brawijaya.

Chamidah, Atien Nur. 2009. Talk Show “Tumbuh Kembang dan Kesehatan Anak”.
Fakultas Ilmu Pendidikan UNY (diunduh tanggal 18 februari 2019).
Dewi, Vivyan, Nany Lia. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Faras Handayani (ed): Stimulasi Otak untuk Kecerdasan. Penerbitan Sarana Bobo,
Jakarta, 2009.

Kemenkes RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66


Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI .2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Jakarta: Kemenkes


RI.

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelaksanaan , Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Dasar. Kemenkes RI

Kusumanti, Pratiwi Dyah Dan Elvy Nurika Zulaicha.2015. Hubungan Status


Pekerjaan Dengan Motorik Kasar Pada Balita Di Desa Kaligono.

Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya

Pusdiknakes, 2011. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.

Ranuh, IGN., Soeyitno, H., Hadinegoro, SRS., Kartasasmita, S., Izmoedijanto.,


Soedjatmiko., 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi Keempat, Satgas
Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta :
EGC.

World Health Organization (WHO) Regional Office for South-East Asia.2011

Anda mungkin juga menyukai