Anda di halaman 1dari 3

JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, Oktober 2018, hlm. 225-230 Vol. 16, No.

2
ISSN 1693-1831

Uji Aktivitas Antiinflamasi Nanopartikel Ekstrak Etanol


Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dengan
Metode Penghambatan Denaturasi Protein

(Anti-Inflammation Activity Test of Nanoparticles Ethanol


Extract of Temulawak Rhizome (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) with Protein Denaturation Inhibition Method)
YUNAHARA FARIDA1*, DENI RAHMAT1, AGI WIDIA AMANDA1
1
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640,
Indonesia

Diterima 7 Mei 2018, Disetujui 10 September 2018

Abstrak: Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dikenal memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan sebagai antibakteri, antiinflamasi, antidiabetes dan antikanker. Tujuan dari penelitian ini
untuk membandingkan aktivitas antiinflamasi dari ekstrak rimpang temulawak dengan nanopartikelnya.
Ekstrak rimpang temulawak dibuat dengan maserasi yang menggunakan pelarut etanol 96% (v/v).
Ekstrak dibuat menjadi nanopartikel dengan metode gelasi ionik dimana menggunakan kitosan dan
tripolifosfat. Uji antiinflamasi in vitro dilakukan dengan metode penghambatan denaturasi protein.
Hasil uji aktivitas antiinflamasi dengan menggunakan metode penghambatan denaturasi protein pada
ekstrak dan nanopartikel ektrak rimpang temulawak menunjukkan bahwa ekstrak memiliki aktivitas
antiinflamasi. Hasil menunjukkan nilai rata-rata penghambatan denaturasi protein (IC50) dari ektrak
521,67±5,80 bpj sedangkan nilai IC50 dari nanopartikel ektrak rimpang temulawak yang diuji yaitu
398,02±1,78 bpj. Sehingga hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas antiinflamasi nanopartikel ekstrak
rimpang temulawak lebih baik daripada ekstrak rimpang temulawak.

Kata kunci: Temulawak, ekstrak, nanopartikel, antiinflamasi, denaturasi protein.

Abstract: Javanese turmeric rhizome (Curcumaxanthorrhiza Roxb.) has been known to have many health
benefits as antibacterial, anti-inflammatory, antidiabetic and anticancer. The purpose of this study was to
compare the anti-inflammatory activity of temulawak rhizome extract with its nanoparticles. Temulawak
rhizome extract was obatained by maceration using 96% (v/v) ethanol as a solvent. The extracts were
made into nanoparticles by ionic gelation method which used chitosan and tripolyphosphate. The results
of antiinflammatory activity test using a method of inhibiting protein denaturation showed the persentage
of inhibition of protein denaturation (IC50) of the extract of temulawak rhizome of 521.67±5.80 ppm
while the IC50 of the nanoparticles was 398.02±1.78 ppm. Accordingly, the antiinflammatory activity of
the nanoparticles was better than the extract of temulawak rhizome.

Keywords: Temulawak, extract, nanoparticles, antiinflammatory, protein denaturation.

* Penulis korespondensi, HP 081317639394


e-mail: yunahara_farida@yahoo.com
226 FARIDA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

PENDAHULUAN sediaan farmasinya. Nanopartikel berbasis kitosan


diharapkan dapat mempunyai luas permukaan yang
besar terhadap interaksi dengan lingkungan yang
TEMULAWAK diketahui memiliki banyak khasiat,
berguna bagi aktivitas penghambatan denaturasi
salah satu khasiat temulawak adalah antiinflamasi.
protein oleh panas.
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, yaitu
suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa
yang bernama kurkumin, desmetoksikurkumin, BAHAN DAN METODE
bidesmetoksikurkumin, dihidrokurkumin, dan
heksahidrokurkumin. Kandungan kurkuminoid pada
BAHAN. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza
temulawak mempunyai khasiat yaitu dapat digunakan
Roxb.), etanol, kitosan, asam asetat glasial, propilen
sebagai antioksidan dan hepatoprotektif, antikanker,
glikol, dimetil sulfoksida, natrium tripolifosfat, bovine
gastroprotektif, antihiperglikemik dan antiinflamasi.
serum albumin (BSA), tris base, NaCl, asam asetat
Kurkumin yang merupakan komponen utama dalam
glasial, natrium diklofenak, aquadest.
kurkuminoid dapat berfungsi dalam aktivitas biologi
METODE. Determinasi Tanaman. Determinasi
sebagai antiinflamasi dengan cara meng¬hambat
Tanaman dilakukan di Balai Penelitian dan
aktivasi NF-kB yang berperan penting dari ekspresi
Pengembangan Botani, Herbarium Bogoriense, Pusat
COX-2(1,2).
Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong, Bogor.
Rimpang temulawak dapat diekstraksi
Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang
menggunakan pelarut etanol 96% (v/v). Ekstrak kental
Temulawak. Bahan yang digunakan adalah rimpang
rimpang temulawak dapat dibuat menjadi nanopartikel
diperoleh dari Balitro, Bogor dan pelarut yang
dengan basis kitosan-Na tripolifosfat. Metode yang
digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96% secara
digunakan dalam pembuatan nanopartikel ekstrak
maserasi berulang. Ditimbang sejumlah 500 g serbuk
temulawak adalah metode “buttop up” dengan teknik
simplisia kemudian dimaserasi dengan 5 liter etanol
gelasi ionik. Teknik gelasi ionik yang melibatkan
96% (v/v) selama 6 jam lalu didiamkan selama 24
ikatan sambung silang antara kitosan dan sodium
jam. Hasil maserasi disaring dan dilakukan maserasi
tripolifosfat dapat meningkatkan kestabilan dari
kembali sebanyak 10 kali dengan etanol 96%
nanopartikel yang terbentuk(3).
(v/v). Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan
Pengujian aktivitas antiinflamasi secara in vitro
menggunakan rotavapor vakum. Penapisan fitokimia
dari senyawa aktif dapat dilakukan dengan metode
dilakukan pada ekstrak untuk mengetahui adanya
penghambatan denaturasi protein menggunakan Bovin
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
Serum Albumin. Hal ini karena, denaturasi protein
kuinon, tanin, steroid dan triterpenoid, minyak atsiri,
pada jaringan adalah salah satu penyebab inflamasi.
kumarin(5,6).
Panas dapat digunakan untuk mempengaruhi ikatan
Pembuatan Nanosuspesi dari Ekstrak Etanol
hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar karena
96% Rimpang Temulawak. Kitosan sebanyak 1
panas meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan
g dilarutkan dalam 100 mL asam asetat glasial 1%
molekul yang menyusun protein bergerak sangat
menggunakan magnetik stirrer sehingga diperoleh
cepat sehingga mengacaukan ikatan hidrogen. Selain
konsentrasi kitosan 1% (b/v). Sebanyak 500 mg
itu, pemanasan akan membuat protein berubah
ekstrak etanol temulawak ditambahkan pelarut campur
kemampuan mengikat airnya. Energi panas akan
(20 mL propilenglikol : 20 mL etanol 70% : 20 mL
mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen
DMSO 10%) dan 100 mL air. Kemudian ditambahkan
yang ada pada struktur alami protein tetapi tidak
larutan kitosan 1% (b/v) sebanyak 40 ml sehingga
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan
konsentrasi kitosan menjadi 0,2%. Campuran tersebut
peptida. Proses ini terjadi pada rentang suhu yang
diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama
sempit. Penghambatan denaturasi protein diketahui
10 menit. Selanjutnya ditetesi dengan 20 mL odium-
dengan pengukuran serapan secara spektrofotometri
TPP 0,4% diteteskan dengan kecepatan 1 tetes / 3 detik
UV-Vis. Senyawa yang menghambat denaturasi
dengan buret dan dalam magnetic stirrer 300 rpm
protein lebih besar dari 20% dianggap memiliki
hingga terbentuk nanopartikel yang ditandai dengan
aktivitas antiinflamasi dan dapat dijadikan sebagai
kekeruhan yang homogen. Pengadukan dilanjutkan
nilai acuan untuk pengembangan obat(4).
selama 15 menit agar didapat suspensi nanopartikel
Pada penelitian ini akan dibandingkan aktivitas
ekstrak temulawak yang stabil. Pada suspensi
antiinflamasi ekstrak rimpang temulawak dengan
nanopartikel ekstrak etanol temulawak dilakukan
bentuk nanopartikelnya sehingga dapat diketahui
kestabilan selama 5 hari meliputi warna, kekeruhan
bentuk yang efektif dari ekstrak untuk pengembangan
dan endapan(3).
Thank you for using www.freepdfconvert.com service!

Only two pages are converted. Please Sign Up to convert all pages.

https://www.freepdfconvert.com/membership

Anda mungkin juga menyukai