Anda di halaman 1dari 13

TUGAS UJIAN

OSLER

Nama : Reki Pebi Wahyuni

NPM : 113170061

Kelompok : 8F

Penguji :

dr. A. Fariz.M.Z.Zein, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2018

1. Spirometri dan interpretasi ?


a. Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi mekanik
paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah volume udara
yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume residu.

b. Indikasi Spirometri Indikasi spirometri dibagi dalam 4 manfaat, yaitu:

1. Diagnostik : evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda, atau hasil


laboratorium yang abnormal; skrining individu yang mempunyai risiko penyakit
paru; mengukur efek fungsi paru pada individu yang mempunyai penyakit paru;
menilai risiko preoperasi; menentukan prognosis penyakit yang berkaitan dengan
respirasi dan menilai status kesehatan sebelum memulai program latihan.

2. Monitoring : menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan penyakit


yang mempengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang terpajan agen berisiko
terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang mempunyai toksisitas pada paru.

3. Evaluasi kecacatan/kelumpuhan : menentukan pasien yang membutuhkan


program rehabilitasi, kepentingan asuransi dan hukum.

4. Kesehatan masyarakat : survei epidemiologis (skrining penyakit obstruktif dan


restriktif) menetapkan standar nilai normal dan penelitian klinis.

c. Kontraindikasi Spirometri Kontraindikasi Spirometri terbagi dalam kontra indikasi


absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut meliputi: Peningkatan tekanan
intrakranial, space occupying lesion (SOL) pada otak, ablasio retina, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain: hemoptisis yang
tidak diketahui penyebabnya, pneumotoraks, angina pektoris tidak stabil, hernia
skrotalis, hernia inguinalis, hernia umbilikalis, Hernia Nucleous Pulposus (HNP)
tergantung derajat keparahan, dan lain-lain.

d. Interpretasi

Sebelum melakukan interprestasi hasil pemeriksaan terdapat beberapa standar


yang harus dipenuhi. American Thoracic Society (ATS) mendefinisikan bahwa hasil
spirometri yang baik adalah suatu usaha ekspirasi yang menunjukkan (1) gangguan
minimal pada saat awal ekspirasi paksa, (2) tidak ada batuk pada detik pertama
ekshalasi paksa, dan (3) memenuhi 1 dari 3 kriteria valid end-of-test: (a) peningkatan
kurva linier yang halus dari volumetime ke fase plateau dengan durasi sedikitnya 1
detik; (b) jika pemeriksaan gagal untuk memperlihatkan gambaran plateau ekspirasi,
waktu ekspirasi paksa/ forced expiratory time (FET) dari 15 detik; atau (c) ketika
pasien tidak mampu atau sebaiknya tidak melanjutkan ekshalasi paksa berdasarkan
alasan medis. Setelah standar terpenuhi, tentukan nilai referensi normal FEV1 dan
FVC pasien berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi badan (beberapa tipe
spirometri dapat menghitung nilai normal dengan memasukkan data pasien).
Kemudian pilih 3 hasil FEV1 dan FVC yang konsisten dari pemerikssan spirometri
yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai normal yang sudah ditentukan
sebelumnya untuk mendapatkan persentase nilai prediksi.

a. Fungsi Paru Normal Hasil spirometri normal menunjukkan FEV1 >80% dan
FVC >80%

b. Obstructive Ventilatory Defects (OVD) Gangguan obstruktif pada paru, dimana


terjadi penyempitan saluran napas dan gangguan aliran udara di dalamnya, akan
mempengaruhi kerja pernapasan dalam mengatasi resistensi nonelastik dan akan
bermanifestasi pada penurunan volume dinamik. Kelainan ini berupa penurunan
rasio FEV1 :FVC <70 %.
c. Restrictive Ventilatory Defects (RVD) Gangguan restriktif yang menjadi masalah
adalah hambatan dalam pengembangan paru dan akan mempengaruhi kerja
pernapasan dalam mengatasi resistensi elastik. Manifestasi spirometrik yang
biasanya timbul akibat gangguan ini adalah penurunan pada volume statik. RVD
menunjukkan reduksi patologik pada TLC (<80%).

2. Geneexpert dan Interpetasi ?


Tes geneexpert ialah tes molekuler baru bagi penderita penyakit tb yang sudah
resisten terhadap obat tb paru terutama rimfapisin.beberapa organisasi kesehatan dunia
yang aktif dalam memberantas tb mengklaim bahwa tes genexpert akan menjadi uji
revolusi dalam mendiagnosa secara cepat dan tepat dalam penanganan resistensi obat
terhadap bakteri tb. uji terbaru ini sangat diperlukan karena adanya kesulitan dalam
mendiagnosa secara cepat terhadap pasien yang resistensi dengan obat tb yang biasa
diberikan.
WHO merekomendasikan bahwa tes harus digunakan sebagai tes awal diagnosis
pada pasien yang diduga menderita TB MDR, atau TB terkait HIV. Mereka juga
menyarankan bahwa hal itu dapat digunakan sebagai tes mikroskopi dalam pengaturan
dimana MDR TB atau TB dengan HIV sangat sedikit menjadi perhatian utama. WHO
juga menekankan bahwa tes tidak menghilangkan pemeriksaan yang biasa dilakukan
dalam pemeriksaan penyakit TB paru, karena digabungkannya pemeriksan akan
menegakkan diagnosa secara pasti dalam TB MDR ini, Genexpert ini dapat digunakan
dalam memantau pengobatan,seperti mendeteksi bakteri yang masih hidup atau yang
sudah mati

Metode : Deteksi DNA dengan real-time PCR

Tujuan :
Untuk mendektesi mycobacterium tuberculosis dan kepekaannya terhadap rifampicin
dengan menggunakan GeneXpert MTB/RIF.

Prinsip :
Bakteri dalam sputum dilisiskan dan DNA bakteri diisolasi. Fragmen DNA
spesifik M.tb diamplifikasi jutaan kali dengan Real Time Polymerase Chain Reaction.
Primer dalam assai Xpert MTB/RIF memperbanyak bagian dari gen rpoB yang
mengandung 81 pasangan basa “core”. Probes dapat membedakan conserved wild-type
sequence dan mutasi pada core yang berhubungan dengan resistensi terhadap RIF.

Uji dengan alat GeneXpert


1. Lihat tampilan GeneXpert Dx System, klik “CREATE TEST”.
2. Pindai barcode pada catridge Xpret MTB/RIF.

3. Akan tampil Create Test Window.

4. Menggunakan informasi barcode, mesin secara otomatis akan mengisi kotak-


kotak pada: Select Assay, Reagent Lot ID, Catridge SN, and Expiration Date.

5. Pindai atau ketik identitas contoh uji. Pastikan identitas benar. Identitas contoh uji
berhubungan dengan hasil uji dan akan ditampilkan “View Result” window dan semua
laporan.

6. Klik “Start Test”.

7. Ketik kata sandi.

8. Bila lampu hijau berkedip, buka pintu modul dan masukkan catridge.

9. Tutup pintu.

10. Selama pengujian lampu hijau tetap menyala tanpa berkedip.

11. Apabila pengujian selesai lampu hijau akan padam.

12. Tunggu sampai sistem membuka pintu pada akhir pengujian, kemudian buka
pintu modul dan keluarkan catridge.(Cepheid GeneXpert Rev. D, 2011).

Interprestasi Hasil
Membaca hasil pada perangkat lunak GeneXpert :
1. Klik “VIEW RESULTS” tampak view result.
2. Apabila perangkat lunak melaporkan “Error” “Invalid” or “No result”,ulangi
pengujian dengan menggunakan contoh uji yang telah diolah dan catridge yang
baru.

3. Laporkan “tidak ditemukan MTB” atau “ditemukan MTB”.

4. Untuk uji resistensis rifampicin hasil dilaporkan “ditemukan resisten


Rifampicin” atau “tidak ditemukan resisten Rifampicin”.
5. Print hasil.

3. Manfaat B6 pada TBC ?

Suplemen vitamin B6 diberikan pada penderita kekurangan vitamin B6 (misalnya


karena malnutrisi), morning sickness, mengatasi jenis anemia tertentu (anemia
sideroblastik), dan kejang terkait vitamin B6 (pyridoxine dependent seizure). Selain itu,
suplemen vitamin B6 juga sering diberikan untuk serta mencegah efek samping
obat tuberkulosis (isoniazid), namun kondisi ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe
TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia dan yang paling sering neuritis
perifer sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti
piridoksin (vitamin B6), juga untuk mengurangi insidensi terjadinya neuritis perifer

4. Pemeriksaan EKG pada pasien PPOK ?


Pemeriksaan EKG pada pasien PPOK dapat dijumpai P pulmonal ataupun tanda-tanda
hipertrofi ventrikel kanan yang menandakan adanya komplikasi ke jantung.

P Pulmonal Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya


pembesaran di otot atrium kanan.
Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kanan akan terjadi penambahan
kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kanan sehingga terjadi
 Peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kanan (V1 dan V2)
 Peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah Kiri (V5 dan V6)
 Meningkatnya waktu depolarisasi ventrikel dibandingkan dengan otot yang tidak menebal
(Pelebaran pada kompleks QRS)
 Terganggunnya fase repolarisasi (Abnormalitas dari gelombang ST-T)
 Aksis arus listrik akan dominant ke arah ventrikel kanan atau dikenal dengan istilah Right Axis
Deviation
 Serta pada beberapa kasus bisa saja terdapat pemebsaran atrium kiri atau Right Atrial
Enlargement
5. Tes tuberkulin ?
Tes Mantoux atau tuberculin skin test (TST) adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui adanya paparan kuman TB pada tubuh. Tes ini dilakukan dengan
menyuntikkan sejumlah zat kecil cairan yang disebut dengan PPD tuberculin, ke kulit
lengan. Pasca penyuntikan, biasanya akan terbentuk benjolan kecil di permukaan kulit.

Tes mantoux disarankan / wajib dilakukan selain foto rontgen terhadap orang-
orang yang beresiko tinggi terpapar Mycobacterium. Orang-orang yang termasuk
beresiko tinggu yaitu :

1. Orang yang sering melakukan kontak dengan penderita TBC


2. Orang yang bekerja / tinggal di lingkungan padat penduduk, sehingga mudah
terpapar bakteri TB tanpa disadari.

3. Orang yang mengkonsumsi / meminum obat-obatan yang menekan atau membuat


sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi baik. Contoh obat yang dimaksud misalnya
obat steroid.

4. Pasien penyakit lain yang kronis dan mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh.
Contoh pasien seperti ini adalah pasien penderita kanker, penderita HIV / AIDS, dan
orang yang menerima organ tranplantasi.

5. Orang yang menunjukkan gejala-gejala batuk TBC. Gejala-gejala tersebut, adalah


nafsu makan menurun, berat badan tidak naik / cenderung menurun juga, mudah
sakit, lemah, letih, lesu, dan tidak bersemangat ketika beraktivitas, batuk berulang /
berdahak lebih dari 3 minggu, ada bejolan di leher, berkeringat di malam hari,
demam, dan sering mengalami diare.

Prosedur

Tes mantoux dilakukan dengan menyuntikkan reagen atau campuran bahan kimia
yang disebut PPD 5 TU atau PPD 2 TU. Reagen / anti gen ini berisi protein dari bakteri
TBC. Dengan menyuntikkan reagen sebesar 0,1ml berarti telah memasukkan jenis bakteri
ke dalam tubuh melalui kulit untuk mengetahui reaksinya.
Suntikan mantoux dilakukan pada pertengahan bagian atas, lengan bawah kiri
yang menghadap depan. Menyuntik antigen yang diapkan sampai bagian dalam kulit.
Setelah selesai melakukan suntikan, dokter akan menandai tempat / daerah menyuntik
dengan spidol. Hasil pemeriksaan akan diperiksa 48 sampai 72 jam kemudian.

Interprestasi Tes Mantoux

Ada beberapa interprestasi yang mungkin diberikan oleh dokter setelah tes mantoux.
Interprestasi tersebut umumnya dikombinasikan dengan semua hasil diagnosis yang ada.
Interprestasi terhadap tes ini, yaitu :

1. Apabila pada bekas suntikan tidak terjadi pembengkakan atau tidak ada benjolan yang
terjadi sampai 72 jam setelahnya, berarti tidak ada reaksi dari imun tubuh terhadap
antigen yang masuk. Ini berarti dalam tubuh pasien tidak ada Mycobacterium atau hasil
tes mantoux negatif.

2. Apabila ada benjolan / indurasi dengan ukuran sekitar 5 mm, yang diukur melintang dari
lengan, berarti ada reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap antigen yang masuk. Adanya
benjolan / indurasi dengan ukuran sekitar 5 mm, berarti positif terinfeksi
Mycobacterium. Indurasi 5 mm dianggap positif oleh dokter apabila pasien memenuhi
kriteria berikut :

 Penderita HIV, yang menurunkan kekebalan tubuh.


 Kontak langsung dengan sengaja atau tidak dengan penderita TBC.

 Orang yang pernah mengalami sakit TBC sebelumnya, sehingga apabila dilihat hasil
foto rontgen paru-paru terjadi perubahan fibrotik.

 Orang yang pernah menerima tranplantasi organ / pemindahan organ dari orang lain
ke dalam tubuhnya,

 Orang yang memang mempunyai daya tahan tubuh / imunitas yang rendah karena
sebab tertentu. Penyebab imun rendah misalnya konsumsi obat tertentu, seperti jenis
prednisone dan steroid.
3. Indurasi sekitar 10 mm, dianggap positif oleh dokter apabila pasien memenuhi keriteria
di bawah ini :

 Baru pindah tempat tinggal, kurang dari 5 tahun, dari negara atau daerah yang
endemik atau banyak memiliki penderita TBC.
 Pengguna narkotika dan napza yang menggunakan jarum suntik, terutama
penggunaan secara bergantian merupakan salah satu cara penularan HIV dan
Mycobacterium.

 Orang yang bekerja atau bertempat tinggal di daerah yang padat penduduknya.
Tempat seperti ini meningkatkan resiko kontak dengan penderita TBC.

 Pekerja laboratorium yang pernah memeriksa bakteri Mycobacterium atau di


laboratorium terdapat bakteri jenis ini.

 Orang yang sakit dan menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun.

 Anak di bawah usia 4 tahun, sangat beresiko terpapar Mycobacterium karena daya
tahan tubuhnya masih lemah.

 Balita, anak, dan dewasa yang melakukan hubungan langsung atau tidak langsung
dengan penderita TBC.
6. Diet pada TB paru ?
Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah
kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita adapa
melakukan aktifitas normal
Terapi diet untuk penderita kasus TB Paru adalah :
a. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan
normal
b. Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak , meningkatkan kadar albumin
serum yang rendah (75-100 gr)
c. Lemak cukup 15-25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan energi total
Macam diet untuk penyakit TB:
a. Diet tinggi energi tinggi protein 1 (TETP 1)
Energi: 2600 kkal, protein 100 gr (2/ KgBB)
b. Diet tinggi energi tinggi protein 1 (TETP 1)
Energi: 3000 kkal, protein 125 gr (2,5/ KgBB)

Anda mungkin juga menyukai