Makalah IKK
Makalah IKK
Disusun oleh:
Kelompok 3 Kelas 3B
BOGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembuatan Sabun Mandi Padat” ini. Penulis berterima
kasih kepada para dosen mata kuliah praktikum industri kecil kimia yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pembuatan sabun mandi
padat. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan., mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.
Penulis
PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT
I. Latar Belakang
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam
lemak. Sabun dihasilkan dari proses safonifikasi yaitu hidrolisis lemak dan
minyak menjadi garam asam lemak dan alkohol (gliserol) dalam kondisi basa.
Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOH dan KOH. Asam
lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian
dinamakan sabun. Pembuatan sabun mandi padat biasanya menggunakan NaOH.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang
dan ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat–zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hdrofilik dan larut dalam air.
Karena adanyan rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul air
yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnnya yang
menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992).
Pemakaian sabun padat yang sudah ada sejak dahulu bahkan sampai
sekarang masih dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat bahkan semua
lapisan dan golongan, walaupun kurang praktis tetapi cukup ekonomis. Sabun
mandi padat masih menjadi pilihan masyarakat pada umumnya, dan semakin
bervariasinya aroma yang dapat membuat konsumen tertarik. Sehingga
pembuatan sabun mandi padat dapat dijadikan sebagai suatu alternatif dalam
membangun industri rumah tangga.
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau
minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam
karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis)
panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah
kation dari kelompok alkali atau ion amonium (Austin, 1984). Lemak dan minyak
yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga
buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing-
masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon
panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan
begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun
melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan
gliserol (Baysinger,2004).
Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
dari komponen asam-asam lemak yang digunakan. Komposisi asam-asam lemak
yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat
kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon
dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat
sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam-asam lemak
tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara.
Alasan-alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan
minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat
sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
a. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur
berupa ester dari gliserol. Jumlah minyak atau lemak yang digunakan
dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan,
seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah
teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.
b. Basa
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang
biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali
yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH
banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang
mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan
alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Ralph J. Fessenden,
1992).
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat
non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun,
yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang
menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes
sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap
tersuspensi (Austin, 1984).
IV. Prinsip
Sabun padat terbuat dari minyak dan lemak yang direaksikan dengan basa
yaitu natrium hidroksida (NaOH). Proses reaksi antara asam lemak dengan
natrium hidroksida untuk menghasilkan garam asam lemak dan gliserol disebut
reaksi saponifikasi. Pembuatan sabun mandi padat dilakukan dengan cara
pencampuran minyak dengan NaOH hingga trace yang kemudian ditambahkan zat
aditif lalu dilakukan pencetakan.
V. Reaksi
VI. Hasil
Berat
No. Nama Bahan Sifat Fisik
(g)
Cairan, kuning, bau khas
1. Minyak Kelapa 72,529
minyak kelapa
Cairan, kuning, bau khas
2. Minyak Kedelai 117,453
minyak kedelai
Cairan, kuning, bau khas
3. Minyak Sawit 50,075
minyak sawit
No Bahan Pengamatan
1. Minyak Kelapa Larutan minyak berwarna
Minyak Sawit kuning, setelah dilakukan
Minyak Kedelai pencampuran hingga menjadi
NaOH kental (trace), campuran
Dicampurkan dan diaduk berwarna putih keruh
VII. Pembahasan
Bahan pembuatan sabun mandi padat terdiri dari dua jenis, yaitu bahan
baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak
atau lemak dan basa (NaOH). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun
dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan
sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna. Namun dalam praktikum ini, bahan pendukung yang digunakan yaitu
parfum dan pewarna.
Sabun mandi padat ini dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH
dengan minyak atau lemak dengan menggunakan mixer hingga trace. Penggunaan
mixer dilakukan bertujuan agar sabun yang dihasilkan lebih halus dan bercampur
secara sempurna. Pada pencampuran ini terjadi proses hidrolisis dalam suasana
basa karena adanya NaOH sehingga dapat mengubah minyak atau lemak menjadi
sabun (garam asam lemak) dan produk samping berupa gliserol. Proses ini disebut
saponifikasi. Saponifikasi merupakan reaksi eksoterm. Pembuatan sabun melalui
reaksi hidrolisis lemak tidak langsung menghasilkan sabun. Minyak atau lemak
diubah terlebih dahulu menjadi asam lemak melalui proses splitting (hidrolisis)
dengan menggunakan air, selanjutnya asam lemak yang dihasilkan dari reaksi
hidrolisis tersebut akan dinetralkan dengan basa sehingga akan dihasilkan sabun.
Hidrolisis ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi. Air yang digunakan
pada proses hidrolisis dapat berupa air dingin, panas atau dalam bentuk uap air
panas (steam).
Produk samping yang dihasilkan dalam pembuatan sabun ini yaitu gliserol
dapat membantu mempertahankan kelembaban kulit karena menarik oksigen
kedalam kulit juga dapat membantu perbaikan jaringan dan sel kulit. Setelah
dilakukan proses pencampuran antara minyak dan NaOH hingga trace, kemudian
ditambahkan bahan pendukung seperti pewangi dan pewarna. Pewangi yang
digunakan yaitu beraroma lemon sedangkan warna yang digunakan yaitu warna
merah. Setelah penambahan ini, dilakukan pencampuran kembali menggunakan
mixer hingga beberapa saat agar semua bahan tercampur secara merata. Setelah
merata, hasil sabun dituang kedalam cetakan dan ditutup oleh plastic wrap lalu
didiamkan untuk menghasilkan sabun yang keras dan padat.
VIII. Kesimpulan
Sabun padat terbuat dari minyak dan lemak yang direaksikan dengan basa
yaitu natrium hidroksida (NaOH) juga dengan bahan tambahan berupa pewarna
dan pewangi. Jenis minyak yang digunakan dalam proses pembuatan dapat
mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Sabun terjadi karena adanya reaksi
saponifikasi. Pembuatan sabun mandi padat dilakukan dengan cara pencampuran
minyak dengan NaOH hingga trace yang kemudian ditambahkan zat aditif lalu
dilakukan pencetakan.
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Dana, B. 2016. Semua yang Harus Kamu Ketahui Tentang Sabun Pembuat Sabun
Mandi. http://banaransoap.com/bahan-pembuat-sabun-mandi/.
[Diakses pada 10 November 2018 pukul 14.00 WIB]
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Irawan, C. 2009. Pengantar Kimia Organik II. Politeknik AKA Bogor. Bogor.
Hal. 66
X. Lampiran
Ditutup dengan plastic wrap Dituangkan hasil sabun Diaduk kembali hingga
dan disimpan kedalam cetakan beberapa menit