Anda di halaman 1dari 63

BAB XI.

FLOTASI
 Metoda fisika kimia untuk memisahkan mineral berharga
dari yang tidak berharga dengan cara mengapungkan
salah satu mineral ke permukaan pulp.

 Didasarkan pada sifat permukaan mineral apakah suka


terhadap udara (takut air) atau suka terhadap air (takut
udara).

 Mineral yang diapungkan adalah mineral yang tidak


dibasahi (suka udara) → mineral hydrophobic,
sedangkan mineral yang tidak diapungkan → mineral
yang dibasahi (suka air) disebut mineral hidrophilic.
• PROSES PENGAPUNGAN

 Kondisi utama agar proses flotasi


berlangsung dengan baik → adanya partikel-
partikel tertentu (yang akan diapungkan)
menempel pada gelembung udara kemudian
bersama-sama naik ke permukaan.
 Syarat-syarat agar proses tsb. terjadi antara lain:

 Ukuran partikel harus cukup kecil.


Ada selang ukuran optimum  10mm – 70 mm

 Gelembung udara beukuran cukup untuk mengangkat partikel


mineral.

 Sifat-sifat fisik partikel  hidrofobik dan hidrofilik.

 Harus tercipta suasana hidrodinamika tertentu yang


memungkinkan terjadinya perlekatan mineral tertentu pada
gelembung udara.
Kontak Tiga Fasa dan Sudut Kontak

Kontak tiga fasa padat-air-udara


 Dalam keadaan setimbang, berlaku hubungan sebagai berikut :

g pu  g pa
cos q =
g ua

dengan,
gpu = tegangan antarmuka padat-udara
gpa = tegangan antarmuka padatan-air
gua = tegangan antarmuka udara-air
q = sudut kontak
 Tegangan permukaan (g) adalah kerja yang dilakukan untuk
menaikkan antarmuka antara dua fasa, dimensinya adalah energi
per satuan luas.

 Sudut kontak (q) adalah sudut yang terbentuk antara permukaan


padat dan antarmuka air-udara dan diukur melalui fasa air.

 Sudut kontak nol (00) berarti permukaan padatan diselimuti air


(hidrofilik). Sudut kontak 1800 berarti udara menutupi padatan,
namun pada kenyataannya sudut kontak terbesar yang diketahui
adalah 1000.

 Pada sistem flotasi sudut kontak sebesar 600 sudah cukup untuk
berlangsungnya flotasi dengan baik. Sudut kontak sering
digunakan untuk atau sebagai ukuran kehidrofobian permukaan.
Perlekatan Partikel pada Gelembung Udara

 Perlekatan partikel pada gelembung udara dalam media air tergantung


pada laju penipisan air antara gelembung dan permukaan partikel.
Perlekatan partikel pada gelembung udara dalam proses flotasi
 Proses perlekatan partikel pada gelembung udara
dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :

1) Partikel - gelembung udara saling mendekati,


menghasilkan suatu lapis tipis diantaranya. Di daerah ini
partikel bergerak menurut hukum hidrodinamika.

2) Penipisan lapis tipis air. Daerah ini disebut lapis diffusion


bonding.

3) Hilangnya lapis tipis air. Gerakan partikel dikendalikan


oleh gaya interaksi lapis rangkap dan gaya interaksi
molekul. Perlekatan diawali dengan terbentuknya kontak
tiga fasa yang dengan cepat meluas.
Reagen Flotasi
 Reagen kimia digunakan dalam proses flotasi untuk
menciptakan suatu kondisi agar proses flotasi
berlangsung dengan baik.

 Setiap reagen kimia yang ditambahkan mempunyai


fungsi yang spesifik.

 Ada tiga kelompok utama reagen kimia yang biasa


digunakan dalam proses flotasi yaitu kolektor, frother
(pembuih), dan modifier.
Kolektor
 Kolektor  reagen kimia yang dapat mengubah
permukaan mineral yang semula hidrofilik (dapat dibasahi)
menjadi hidrofobik (tidak dapat dibasahi).

 Banyaknya pemakaian (dosis) kolektor yang dipakai


tergantung pada faktor-faktor berikut :

1. Total luas permukaan partikel yang akan diselimuti (merupakan


fungsi dari kadar dan ukuran partikel).

2. Ion-ion yang ada dalam pulp yang berinteraksi dengan kolektor.

3. Tingkat oksidasi permukaan mineral.


 Contoh untuk kolektor xanthate, pemakaiannya
antara 10 - 100 gram per ton bijih kering. Pemakaian
kolektor juga ada kaitannya dengan besarnya sudut
kontak. Semakin kecil sudut kontak maka semakin
banyak kolektor yang harus ditambahkan.

 Kolektor yang baik adalah kolektor yang selektif


terhadap mineral tertentu, walaupun pada
kenyataannya kolektor biasanya selektif terhadap
kelompok mineral.

 Kolektor biasanya dikenal dengan nama dagangnya,


oleh karena itu untuk mengetahui strukturnya perlu
melihat katalog dari pabrik yang bersangkutan.
Kolektor yang umum digunakan
dalam proses flotasi
Frother (Pembuih)
 Frother  reagen kimia yang digunakan dalam proses flotasi
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
mudah membentuk gelembung yang relatif stabil.

Beberapa frother yang


umum digunakan dalam
proses flotasi
 Selama masa pengapungan, gelembung yang terbentuk harus
stabil/tidak pecah dan setelah keluar dari sel flotasi gelembung
tersebut pecah sehingga partikel-partikel yang menempel pada
gelembung tersebut bisa ditampung.

 Jika setelah keluar dari sel flotasi gelembung masih tetap


stabil atau gelembung belum pecah maka akan menyulitkan
dalam penanganan material yang diapungkan maupun
penanganan untuk proses berikutnya seperti drying
(pengeringan), filtering, dan lain-lain.

 Disamping dapat menstabilkan gelembung, frother yang baik


harus dapat larut dalam air (mempunyai daya larut yang
tinggi).
Modifier
 Modifier atau regulator  reagen kimia lain (selain
kolektor dan frother) yang ditambahkan dalam
proses flotasi yang berfungsi mengatur lingkungan
yang sesuai dengan lingkungan flotasi sehingga
selektifitas kolektor menjadi bertambah baik dan
dengan demikian dapat memperbaiki recovery
(perolehan) proses flotasi.

 Modifier terdiri dari macam-macam reagen, yaitu:


pH regulator, depressant, activator, dan dispersant.
a). pH Regulator

 pH regulator  reagen kimia yang berfungsi untuk mengatur pH


lingkungan flotasi.

 pH regulator  perlu ditambahkan dalam proses flotasi karena


mineral mengapung dengan baik pada pH tertentu, reagen lebih
stabil pada pH tertentu, dan kolektor juga bekerja dengan baik
pada pH tertentu.

 pH dimana mineral-mineral dapat mengapung dengan baik


disebut pH kritis.

 pH kritis dari suatu mineral  tergantung pada macam kolektor


yang dipakai dan konsentrasi (jumlah pemakaian) dari kolektor.
a). pH Regulator (lanjutan)

 Ada dua jenis pH regulator, yaitu :

1). pH regulator asam, yaitu pH regulator dalam lingkungan asam.


Contoh : H2SO4

2). pH regulator basa, yaitu pH regulator dalam lingkungan basa.


Contoh : lime (CaO), soda abu (Na2CO3), NaOH.
b). Depressant

 Depressant  reagen kimia yang berfungsi untuk


mencegah interaksi kolektor terhadap mineral tertentu
sehingga mineral tersebut tetap bersifat hidrofilik agar
tidak terapungkan.

 Beberapa contoh depressant:

 ZnSO4  untuk mendepress sphalerit (ZnS) pada pH cukup


tinggi (sekitar pH = 9 - 11)

 NaCN  untuk mendepress sphalerit, pirit, Au, Ag.


c). Activator
 Activator reagen yang berfungsi membantu kolektor agar
interaksi kolektor dengan mineral tersebut bekerja dengan baik.

 Contoh activator :

 CuSO4  ion-ion Cu++ diadsorpsi (diserap) oleh permukaan mineral


yang sebelumnya bekerja kurang baik dengan kolektor.
Dengan diserapnya ion-ion Cu++ pada permukaan mineral akhirnya
mineral tersebut menjadi hidrofobik (suka udara).

 Na2S.9H2O  ion-ion S2- diadsorp oleh permukaan mineral sulfida


yang berubah menjadi oksida sehingga permukaan mineral menjadi
sulfida lagi.
d). Dispersant

 Dispersant  reagen kimia yang berfungsi untuk


melepas penempelan partikel-partikel halus (slimes
coating) pada permukaan mineral yang akan
diapungkan.

 Contoh: sodium silikat (mNa2O.nSiO2)  penambahan


sodium silikat tidak boleh berlebihan karena mempunyai
efek terhadap gelembung udara (gelembung udara
cepat pecah).
OPERASI FLOTASI

 Conditioning dan Aerasi

Operasi atau proses flotasi sebenarnya terdiri dari dua tahap, yaitu :
1) Conditioning
Conditioning merupakan tahapan dari flotasi dimana permukaan mineral
yang berada dalam pulp diolah dengan reagen kimia sedemikian rupa
sehingga apabila diberi udara maka mineral tertentu akan mengapung
dan mineral lainnya akan tenggelam agar proses flotasi berlangsung
dengan baik.
Proses conditioning dilakukan dalam alat yang disebut conditioner.
Mekanisme yang diperlukan pada conditioning yaitu :

 Pengadukan
– reagen terdispersi (tersebar) ke seluruh pulp.

– kontak berulang-ulang antara molekul-molekul reagen dengan


partikel-partikel mineral.

– harus cukup waktu kontak agar interaksi reagen dengan


partikel berlangsung baik. Waktu yang diperlukan di sini
disebut waktu conditioning.

 Tidak ada udara yang masuk


2) Proses Aerasi

Proses aerasi  tahapan proses flotasi dengan memasukkan aliran


udara ke dalam pulp yang telah mengalami conditioning, sehingga timbul
gelembung-gelembung udara dalam pulp.

Pada proses aerasi ini partikel-partikel mineral yang bersifat hidrofobik


(suka udara) akan menempel pada gelembung udara kemudian naik ke
atas dan keluar bersama-sama.

Apungan ini selanjutnya ditampung, gelembung udara pecah dan tinggal


padatannya.

Partikel-partikel mineral yang bersifat hidrofilik (suka air) akan tetap


tenggelam dan menjadi produkta berupa endapan.

Dengan demikian dapat dipisahkan antara apungan (froth) dan endapan


(sink).
Keterangan :
1. Aliran udara masuk
2. Zona-zona :
a. Zona apungan
b. Zona benturan partikel -
gelembung udara
c. Zona pengadukan
3. Impeller
4. Arah aliran gelembung
udara

Mekanisme flotasi dan zona-zona dalam proses flotasi


(Contoh pada mesin flotasi denver sub-A)
Jenis-jenis Proses Flotasi

1) Flotasi ruah (bulk flotation)


 Proses flotasi yang mengapungkan sekelompok mineral.
 Produkta berupa konsentrat dan tailing.
 Sebagai contoh adalah bijih kompleks Pb-Cu-Zn.
 Jika pada bijih kompleks ini dilakukan flotasi ruah maka
akan didapatkan konsentrat dan tailing. Konsentrat
tetap mengandung Pb-Cu-Zn tetapi dengan kadar yang
lebih tinggi.
Jenis-jenis Proses Flotasi - lanjutan

2) Differential flotation
 Proses flotasi dilakukan secara bertahap terhadap
konsentrat dari flotasi ruah.
 Flotasi tahap pertama akan dihasilkan apungan berupa
misalnya konsentrat Pb dan endapan yang masih
banyak mengandung Cu dan Zn.
 Pada tahap kedua, endapan diolah (dilakukan proses
flotasi) untuk menghasilkan apungan berupa konsentrat
Cu dan endapan yang masih banyak mengandung Zn.
 Pada tahap ketiga dilakukan proses flotasi pada
endapan yang masih banyak mengandung Zn,
dihasilkan apungan berupa konsentrat Zn dan endapan
yang merupakan tailing akhir.
Jenis-jenis Proses Flotasi - lanjutan

3) Selective flotation
 Proses flotasi seperti pada proses differential flotation
tetapi tanpa dilakukan proses flotasi ruah terlebih
dahulu.
 Berbeda dengan differential flotation, pada selective
flotation pada setiap tahapnya dilakukan dalam jumlah
yang besar sehingga peralatan yang dipakai juga lebih
banyak.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Proses Flotasi

 Ukuran partikel
 Persen padatan
 Derajat oksidasi
 pH pulp dan karakteristik air
 Reagen flotasi
 Kecepatan putaran pengaduk
 Laju pengaliran udara
MESIN (SEL) FLOTASI
 Semua partikel harus tetap berada dalam bentuk suspensi. Oleh karena itu sel
flotasi harus ada pengaduknya.

 Semua partikel mempunyai kesempatan yang sama untuk diapungkan atau


dengan perkataan lain mempunyai kesempatan yang sama untuk bertemu
dengan gelembung udara.

 Gelembung yang terbentuk harus tersebar ke seluruh pulp.

 Harus dapat menciptakan antukan / benturan antara partikel dan gelembung


udara.

 Harus ada daerah yang relatif tenang di bagian atas agar pulp tidak terjebak
dan keluar bersama gelembung.

 Tercipta ketebalan buih (froth) tertentu di atas pulp.

 Ada cara atau tempat terbaik untuk memasukkan umpan.

 Ada tempat untuk mengeluarkan konsentrat atau tailing.

 Ada tempat untuk memasukkan udara.


PERALATAN (SEL) FLOTASI

 Berbagai desain sel flotasi dibuat dengan fungsi utama


agar terjadi kontak antara partikel hidrofobik dengan
gelembung udara, membawa partikel ke permukaan dan
membentuk buih (busa) yang kemudian dapat dipisahkan.

 Untuk mencapai fungsi tersebut maka sel flotasi harus:

1. Memiliki kemampuan untuk menjaga agar semua


partikel berada dalam keadaan suspensi.
 Laju pulp keatas harus lebih besar dari pada kecepatan
pengendapan semua partikel (termasuk partikel terbesar).
2. Memiliki kemampuan agar semua partikel yang
masuk sel flotasi mempunyai kesempatan untuk
diapungkan.
 By-passing atau short-circuiting dalam sel flotasi tidak
diinginkan (harus minimal).
 Dead space juga tidak diinginkan karena mengurangi
volume efektif dari sel.

3. Dapat mendispersi gelembung udara yang relatif


berukuran kecil ke seluruh pulp.
 Jumlah udara yang dibutuhkan bergantung pada keadaan
mineral dan fraksi massa yang akan diapungkan.
4. Dapat menciptakan terjadinya tumbukan antara
partikel-gelembung udara sehingga partikel-
partikel hidrofobik melekat pada gelembung udara
dan naik menjadi buih (froth).
 Ini dapat dilakukan dengan : pengadukan, aliran counter
current, atau presipitasi udara (gas) terlarut.

5. Dapat menciptakan zona pulp yang tenang di


bawah daerah buih.
 Untuk meminimasi ‘entrainment’ pulp dalam daerah buih dan
disrupsi turbulen di daerah buih.

6. Dapat menyediakan ketebalan buih tertentu


sehingga memungkinkan terjadinya ‘drainage’ dari
partikel.
7. Ada cara atau tempat terbaik untuk memasukkan
umpan.

8. Ada tempat untuk mengeluarkan konsentrat atau


tailing.

9. Ada tempat untuk memasukkan udara.


Sel flotasi secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian :
1. Sel flotasi mekanikal
2. Sel flotasi pneumatik

1) Sel flotasi mekanikal


 Terdapat impeller yang berputar dalam sel/tangki.
 Sel/tangki umumnya mempunyai baffle.
 Udara masuk ke daerah impeller  gelembung udara yang
selanjutnya terdispersi ke seluruh bagian sel, tercampur dengan
baik tumbukan gelembung udara – partikel mineral dan terjadi
perlekatan antara gelembung udara – partikel.
 Udara masuk ke daerah impeller melalui ‘impeller shaft’ atau
melalui pipa sekitar shaft.
1) Sel flotasi mekanikal - lanjutan

 Masuknya udara ke dalam sel flotasi bisa dengan cara


induksi atau dengan menggunakan eksternal blower.

 Contoh-contoh sel flotasi mekanikal:


– Sel dengan cara induksi : Denver, Wemco
– Sel dengan eksternal blower: Outokumpu, Dorr-Oliver, Agitar,
Batequip, Svedala, Krupp, Sala, Maxwell, Nagahm

 Paling banyak digunakan dalam proses flotasi mineral-


mineral logam.
Sel Flotasi Wemco
Sel Flotasi Outokumpu
Sel Flotasi Outokumpu
(Industrial Scale)
Sel Flotasi Outokumpu - Impeller
Outokumpu Flotation Cell Banks
Sel Flotasi Outokumpu – Pilot Scale
Sel Flotasi Outokumpu – Pilot Scale
Sel Flotasi Dorr-Oliver (Pilot Scale)
Sel Flotasi Dorr-Oliver (Impeller – Stator)
Sel Flotasi Dorr-Oliver (Aeration by Using an External Blower)
Sel Flotasi Dorr-Oliver (Side View)
pulleys and V-belt variable
cover speed drive

pulley V-belt pulley

induction
motor
pressure
gauge

pressure
gauge

digital control side channel


flow meter valves blower
air flows

excess air
froth (thin)
layer
impeller
shaft
rectangular
glass tank

stator

impeller
Sel Flotasi Dorr-Oliver
(Pilot Scale)
support
arm
Sel Flotasi Dorr-Oliver
(Industrial Scale)
Sel Flotasi Dorr-Oliver
(Industrial Scale)
Sel Flotasi Agitar
Sel Flotasi Svedala
Sel Flotasi Svedala
Tangki Flotasi Maxwell
2) Sel flotasi pneumatik

 Pencampuran udara – pulp terjadi dalam pipa semprot


(injection nozzle).

 Contoh-contoh sel flotasi pneumatik:


– Sel flotasi kolom, Sel flotasi Davcra, Sel flotasi Flotaire, Jameson
cell.
Sel flotasi kolom
(a). Sel flotasi kolom
(b). Sel flotasi Davcra
Jameson Cell
Jameson Cell
Sel flotasi skala laboratorium

 Sel flotasi mekanikal dan sel flotasi pneumatik.

 Micro flotation test equipment:


– Hallimond tube, microflotation cell
Sel flotasi skala laboratorium
Microflotation test equipment
(a). Hallimond tube
(b). Microflotation cell
Faktor-faktor Utama Dalam Pemilihan Sel Flotasi

1. Unjuk kerja metalurgi: grade dan recovery.

2. Kapasitas: ton per jam dari umpan per unit volume

3. Ongkos operasi per ton umpan, termasuk


konsumsi power, biaya perawatan, dan biaya
tenaga kerja langsung.

4. Tingkat kemudahan pengoperasian (mungkin


merupakan faktor subyektif, berdasarkan
pengalaman).

Anda mungkin juga menyukai