PERCOBAAN 3.1
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
I. Tujuan Percobaan
1.1.Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
1.2.Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
1.3.Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil penetapan
kadar
II. Teori
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat
atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam
kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat
berupa zat padat atau zat cair (Acun, dkk, 2010).
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupaka metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan
uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan. Tekanan
uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-
sama dengan fase gerak yang berupa gas (Acun, dkk, 2010).
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan
campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa
detik untuk campuran yang sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang
mengandung 500-1000 komponen. Metode ini sangat baik untuk analisis senyawa
organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan eter. Analisis minyak
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 1 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan tehnik ini.
Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel
dan cairan, dengan menggunakan fase cair standar yang diketahui efektif untuk
berbagai senyawa (Acun, dkk, 2010).
Prinsip dasar dari HPLC, dan semua metode kromatografi adalah
memisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi
(kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut
(kuantitatif). Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui informasi tentang
identitas kimia dari analat dalam suatu sample. Sedangkan analisa kuantitaif untuk
mengetahui jumlah dan konsentrasi analat tersebut dalam sample (Riyadi, 2009).
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area
puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan
standar. Pada prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila
hanya melibatkan satu standar, oleh karena itu maka perbandingan dilakukan
dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi (Cupritabu, 2010).
Menurut Adnan (1997), komponen utama HPLC adalah :
a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi
tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa
tempat pelrut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas
atau udara yang ada dalam pelarut
b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile dengan
kecepatan dan tekanan yang tetap
c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar pelarut
tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi
dapat menggunakan syringe.
d. Kolom krmatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 – 25 cm dan
diameter 4,5 – 5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran 5-10
mikrometer dan terbuat dari logam atau stainlessteel.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 2 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 3 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor
yang dimilikinya mnyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik
senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom
nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti methanol/ air. Parasetamol
diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi plasma
dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar
ke seluruh tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.
Parasetamol digunakan sebagai analgesic dan antipiretik (Cupritabu, 2010).
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretikyang
populer dan dipakai untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan,
serta demam. Dipakai dalam sebagian besar resep obat analgesik selesma dan flu.
Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat patut
sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Berlainan dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam
obat macam NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan
dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus
pada janin.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 4 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Struktur metanol
Air, zat yang terdiri dari unsur-unsur kimia hidrogen dan oksigen dan ada
dalam bentuk gas, cair, dan padat. Air adalah salah satu senyawa yang paling
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 5 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
berlimpah dan penting. Air merupakan sebuah cairan hambar dan tidak berbau pada
suhu kamar, Air memiliki kemampuan penting untuk melarutkan banyak zat
lainnya. Memang, fleksibilitas air sebagai pelarut sangat penting untuk organisme
hidup. Hidup diyakini berasal dari larutan air dari lautan di dunia, dan organisme
hidup tergantung pada air, seperti darah dan pencernaan, untuk proses biologis.
Dalam jumlah kecil air tidak berwarna, tapi air sebenarnya memiliki warna biru
intrinsik yang disebabkan oleh sedikit penyerapan cahaya pada panjang gelombang
merah.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 6 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
V. Prosedur
Sistem Kromatografi
Fase diam : ODS, Packing l1
Fase gerak : air:methanol = 3:1 (v/v)
Laju alir : 1.5ml/menit
Lempeng teoretis : 1000
Tailing factor : maksimal 2
Detector : UV 243 nm
5.1. Uji Kesesuaian
Pengujian dilakukan dengan menginjeksikan larutan standar ke dalam
instrument KCKT berturut – turut. Kemudian, diamati dan dihitung luas area
standar, waktu retensi, factor ikutan nilai simpangan baku relatifnya.
5.2. Analisis Kualitatif
5.2.1. Larutan Standar
25mg bahan baku pembanding parasetamol ditimbang, kemudian
dimasukan ke dalam labu takar 50ml. setelah ditimbang, parasetamol diencerkan
dengan fase gerak hingga memenuhi tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen,
lalu dipipet 1.0ml ke dalam labu takar 10ml. larutan kemudian diencerkan dengan
fase gerak hingga tanda batas. Kemudian larutan disaring dengan membran filter
PTFE berukuran 0.45µm.
5.2.2. Larutan uji
25mg bahan baku parasetamol ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam
labu takar 50ml. setelah ditimbang, parasetamol diencerkan dengan fase gerak
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 7 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
hingga memenuhi tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen, lalu dipipet 1.0ml
ke dalam labu takar 10ml. larutan kemudian diencerkan dengan fase gerak hingga
tanda batas. Kemudian larutan disaring dengan membran filter PTFE berukuran
0.45µm.
Setelah membuat larutan standar dan larutan uji, larutan diinjeksikan
kedalam alat KCKT. Kromatogram yang terbentuk direkam, dan dibandingkan
antara hasil kromatogram larutan uji dan larutan standar.
5.3.Analisis Kuantitatif
5.3.1. Larutan Standar
25mg bahan baku pembanding parasetamol ditimbang, kemudian
dimasukan ke dalam labu takar 50ml. setelah ditimbang, parasetamol diencerkan
dengan fase gerak hingga memenuhi tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen,
kemudian dibuatlah serangkaian pengenceran larutan standar untuk pembuatan
kurva kalibrasi. Larutan dipipet masing masing 0.2;0.4;0.6;0.8;1.0;1.2 ml dan
dimasukan ke dalam labu takar 10ml. larutan kemudian diencerkan dengan fase
gerak hingga tanda batas. Kemudian larutan disaring dengan membran filter PTFE
berukuran 0.45µm.
5.3.2. Larutan uji
25mg bahan baku parasetamol ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam
labu takar 50ml. setelah ditimbang, parasetamol diencerkan dengan fase gerak
hingga memenuhi tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen, lalu dipipet 1.0ml
ke dalam labu takar 10ml. larutan kemudian diencerkan dengan fase gerak hingga
tanda batas. Kemudian larutan disaring dengan membran filter PTFE berukuran
0.45µm.
5.4. Kurva Kalibrasi
Masing – masing konsentrasi larutan standar dan larutan uji diinjeksikan ke dalam
alat KCKT. Kemudian dicatat luas area kromatogram masing – masing larutan
standar dan larutan uji. Kadar larutan sampel dihitung menggunakan kurva
kalibrasi.
5.5.One Point
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 8 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Luas area kromatogram diambil dari salah satu pembanding, kemudian dihitung
kadar larutan sampel dengan menggunakan metode one point
𝐿𝑈
𝐶𝑢 = 𝑥 𝐶𝑠
𝐿𝑆
Cu = Konsentrasi Larutan uji
Lu = Luas Area Kromatogram Larutan Standar
Ls = Luas Area Kromatogram Larutan Uji
Cs = Konsentrasi Larutan Standar
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 9 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
7 3,373 4334927
Rata-rata 3,434857143 4259410114
SD 0,050042841 60822105227
SBR / RSD 1,74804 % 1,42794 %
Pengenceran: V1 × N1 = V2 × N2
10 ml × N1 = 1 ml × 506 ppm
N1 = 50,6 ppm
b. Larutan Uji
Massa bahan baku Paracetamol = 25 mg
Volume yang dibuat 50 ml
25 𝑚𝑔
Konsentrasi = × 1000 𝑚𝑙 = 500 ppm
50 𝑚𝑙
Pengenceran: V1 × N1 = V2 × N2
10 ml × N1 = 1 ml × 500 ppm
N1 = 50 ppm
6.1.4. Analisis Kualitatif
a. Larutan Standar
Massa baku pembanding Parasetamol = 25,3 mg
Volume yang dibuat 50 ml
25,3 𝑚𝑔
Konsentrasi = × 1000 𝑚𝑙 = 506 ppm
50 𝑚𝑙
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 10 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Pengenceran: V1 × N1 = V2 × N2
10 ml × N1 = 1 ml × 500 ppm
N1 = 50 ppm
6.2. Perhitungan
6.2.1. Analisis Kuantitatif
Tabel Hasil Kromatogram Uji dan Standar
Sampel Waktu retensi Luas area
Uji 3,320 41582200
Standar 3,434857143 4259410114
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 11 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
𝑥 = 52,72168096 ppm
52,72168096 ppm
% Kadar Paracetamol = x 100% = 105,4433619%
50 ppm
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 12 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Cu = 53,37132026 ppm
53,37132026 ppm
% Kadar Paracetamol = x 100% = 106,7426%
50 ppm
VII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukukan analis kualitatif dan kuantitatif bahan
baku dengan metode KCKT dengan prinsipnya yaitu, pemisahan komponen analit
berdasarkan kepolarannya, artinya komponen pada suatu analit (sampel) akan
terpisah berdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam sampel,
apakah kepolarannya lebih mirip dengan fasa diam, maka dia akan tertinggal di fasa
diam atau bergerak lebih lambat, ataukah kepolarannya lebih mirip dengan fasa
gerak sehingga dia akan bergerak terdistribusi lebih jauh dan lebih cepat.
Sedangkan untuk prinsip kerja dari alat KCT tersebut adalah ketika suatu sampel
yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan
terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia (analit) sesuai dengan
perbedaan afinitasnya. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat
padatnya merupakan fasa diam (stasioner).
Fasa gerak dalam KCKT adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau
pelarut. Fasa gerak yang digunakan adalah air dan metanol dengan perbandingan
3:1 yang bersifat lebih polar, sedangkan fase diamnya berupa ODS besifat lebih
nonpolar. Hal ini disebabkan karena senyawa yang dianalisis yaitu paracetamol
bersifat lebih polar. Molekul polar dalam campuran itu akan menghabiskan
sebagian besar waktu mereka bergerak dengan pelarut. Senyawa non-polar dalam
campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena
gaya dispersi van der Waals. Mereka juga akan kurang larut dalam pelarut karena
membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya di antara molekul-
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 13 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
molekul air atau metanol. Maka jenis teknik kromatografi yang digunakan adalah
kromatografi fase balik.
Pada KCKT fasa gerak selain berfungsi membawa komponen-komponen
campuran menuju detector, fasa gerak dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh
karena itu, fasa gerak dalam KCKT merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan proses pemisahan. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring
terlebih dahulu untuk menghindari adanya partikel-partikel kecil . Selain itu,
adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan
berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan
mengacaukan analisis.
Sebelum melakukan analisis setiap hari, seorang analis harus memastikan
bahwa sistem dan prosedur yang digunakan harus mampu memberikan data yang
dapat diterima. Hal ini dilakukan dengan percobaan kesesuaian system yang
didefinisikan sebagai serangkaian uji untuk menjamin bahwa metode tersebut dapat
menghasilkan akurasi dan presisi yang dapat diterima. Uji kesesuaian system
ditujukan utk memastikan efektivitas sistem operasional dari sistem kromatografi
sebelum digunakan utk analisis (terutama analisis kuantitatif).
Farmakope Amerika (United States Pharmacopeia, USP) menentukan
parameter-parameter yang dapat digunakan untuk menetapkan kesesuaian sistem
sebelum dianalisis. Parameter-parameter yang dapat digunakan meliputi: bilangan
lempeng teori (N), factor tailing, kapasitas (k’ atau ) dan α nilai standar deviasi
relative (RSD) tinggi puncak dan luas puncak dari serangkaian injeksi. Uji
kesesuaian system dinyatakan memenuhi syarat apabila nilai Simpangan Baku
Relatif (SBR) < 2,0%. Dalam pengujian yang kami lakukan diperoleh nilai SBR
1,74804% dan 1,42794% menunjukan bahwa system yang digunakan tidak
memenuhi syarat, karena waktu retensinya < 2,0%.
Faktor tailing adalah ukuran tailing puncak. Didefinisikan sebagai jarak dari
kemiringan depan puncak ke kemiringan belakang dibagi dua kali jarak dari garis
tengah puncak ke kemiringan depan, dengan semua pengukuran dilakukan pada 5%
dari ketinggian puncak maksimum. Faktor tailing dari puncak biasanya akan mirip
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 14 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
dengan faktor asimetri untuk puncak yang sama, tetapi dua nilai tidak dapat
dikonversi secara langsung.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 15 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 16 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 17 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 18 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
VIII. Kesimpulan
Analisis kualitatif bahan baku parasetamol dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Semakin besar nilai luas
area maka semakin besar pula konsentrasi sampel.
Prinsip metode kromatografi cair kinerja tinggi adalah memisahkan setiap
komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung
berapa konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Analisa
kualitatif bertujuan untuk mengetahui informasi tentang identitas kimia dari analat
dalam suatu sample. Sedangkan analisa kuantitaif untuk mengetahui jumlah dan
konsentrasi analat tersebut dalam sampel.
Hasil analisis kuantitatif bahan baku paracetamol dengan menggunakan
kurva kalibrasi diperoleh %kadar paracetamol sebesar 105,4433619% hal tersebut
menyatakan bahwa %kadar paracetamol tidak memenuhi persyarat karena melebihi
rentang yang berada pada literature (farmakope) yaitu 98-100%.
Sedangkan hasil analisis kuantitatif bahan baku paracetamol dengan
menggunakan onepoint methode diperoleh %kadar paracetamol sebesar
106,7426405% hal tersebut menyatakan bahwa %kadar paracetamol tidak
memenuhi persyarat karena melebihi rentang yang berada pada literature
(farmakope) yaitu 98-100%.
Perbedaan %kadar yang diperoleh dengan literature dapat disebabkan
karena kesalahan praktikan dalam menimbang atau memipet konsentrasi, dapat
juga disebabkan bahan baku paracetamol dilaboratorium tidak murni lagi atau telah
terkontamiasi.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 19 dari 20
Laporan Praktikum Metode Analisis Instrumen 2018
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba 20 dari 20