Anda di halaman 1dari 77

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA


SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR

DHEA ADISTI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi


Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati
Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Dhea Adisti Permastasari


NIM H34090091
ABSTRAK

DHEA ADISTI PERMATASARI. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan


Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO.
Ayam tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat
konsumsinya sebesar 16.3 % yang berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012).
Salah satu jenis ayam buras yang banyak dibudidayakan adalah ayam kampung.
Kelompok Tani Sehati adalah salah satu kelompok yang membudidayakan ayam
kampung secara intensif. Kelompok Tani Sehati mengalami masalah pada aspek
manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan budidaya sehingga
membutuhkan strategi pengembangan untuk keberlanjutan usaha peternakan ayam
kampungnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
lingkungan internal dan eksternal kelompok tani sehati, menentukan alternatif
strategi pengembangan, dan menentukan prioritas strategi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah matriks IFE (internal factor evaluation) dan EFE
(eksternal factor evaluation), matriks IE (internal-eksternal), matriks SWOT
(strengths-weaknesses-opportunities-treaths) matriks QSPM. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kelompok tani sehati berada pada tahapan tumbuh dan
membangun dengan strategi intensif dan integratif. Hasil analisis SWOT
mengidentifikasi terdapat enam alternatif strategi pengembangan yang dapat
diterapkan. Strategi yang memiliki prioritas tinggi berdasarkan perhitungan matriks
QSPM adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar
yang selama ini dijangkau oleh kelompok.

Kata Kunci : Ayam Kampung, Kelompok Tani Sehati, Strategi Pengembangan


ABSTRACT

DHEA ADISTI PERMATASARI. Business Development Strategy of native


chicken poultry in Sehati Farmers Group Sirnagalih Village Tamansari sub district
Bogor Regency. Supervised by SUHARNO.
Chicken is one of the poultry comodities whose food consumption level
nowadays has reached 16,3 percent deriving from local poultry (Ditjennak, 2012).
One kinds of range chicken which is grown in poultry farm is native chicken.
Sehati farmers group is one of the farmer group which is grow native chicken
intensively. This farmers group has a problem in management, on-farm, and
marketing therefore needs a business development strategy to the continous of this
business. This research purposes are identifying internal and external business
environment condition from sehati farmer group, determining business
development strategy alternative, and priotizing strategies. There are some methods
in this research which are IFE (internal factor evaluation) and EFE (external factor
evaluation) matrix, IE (internal external) matrix, SWOT (strenghts, weaknesses,
opportunities, threaths) matrix, and at last QSPM. The result of the analysis
showed that sehati farmer group was in grow and build stage with intensive and
integrative strategy. The result of SWOT analysis identified that there were six
alternative of business development strategies which could be implemented. The
highest priotizing strategy based on the calculation of QSPM matrix was a strategy
to expanding market of native chicken to new market outside the current and
existing market.
Keywords : Business Development Strategy, Native Chicken, Sehati Farmers
Group
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN
AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA
SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR

DHEA ADISTI PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Strategi
: Pengembangan Usaha Peternakan Ayam
Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
Nama : Dhea
: Adisti Permatasari
NIM : H34090091
:

Disetujui oleh

Dr. Ir. Suharno M, Adev


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.


Ketua Departemen Agribisnis

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi
Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati,
Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan Maret hingga April
2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suharno M,Adev
selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir Ratna Winandi, MS serta Ibu Eva
Yolynda A, SP MM sebagai dosen penguji atas segala masukan dan saran
untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada pihak Kelompok Tani
Sehati yaitu Bapak Mahpudin, Ibu Hj. Tati, dan Bapak Epi selaku responden
yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan
data, serta Bapak Maksal selaku perwakilan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Peternakan yang telah memberikan informasi dan data mengenai kelompok
ternak ayam kampung yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta,
Mamak, Bapak, Mas, dan Abang atas perhatian, doa, dan dukungan yang
tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini serta teman – teman
satu bimbingan dan sahabat-sahabat Agribisnis 46 atas dukungan dan
semangat yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Dhea Adisti Permatasari


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL 10xi


DAFTAR GAMBAR 10xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Deskripsi Ayam Buras 8
Deskripsi Ayam Kampung 9
Manfaat ayam kampung 10
Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha 10
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Pengertian Strategi 12
Alternatif Strategi 13
Manajemen Strategis 14
Analisis Lingkungan 15
Kerangka Pemikiran Operasional 19
METODOLOGI PENELITIAN 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Jenis dan Sumber Data 21
Metode Pemilihan Responden 21
Metode Analisis Data 21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27
Kondisi Umum Wilayah Penelitian 28
Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati 28
HASIL DAN PEMBAHASAN 31
Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok
Tani Sehati 31
Lingkungan Internal 31
Lingkungan Eksternal 36
Tahap Masukan (Input Stage) 43
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) 43
Matriks EFE ( external factor evaluation) 44
Tahap pencocokan (Matching Stage) 46
Matriks IE ( Internal – Eksternal) 46
Matriks SWOT. 47
Tahap Keputusan (Decision Stage) 51
Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 51
SIMPULAN DAN SARAN 52
DAFTAR PUSTAKA 54
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pdrb Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 Menurut Provinsi 1


Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a 2
Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras Di Kabupaten Bogor a 3
a
Tabel 4 Daftar Kelompok Yang Membudidayakan Ayam Buras 4
Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Burasa 4
Tabel 6 Penjualan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Bulan Oktober
2012a 6
a
Tabel 7 Matriks IFE 22
Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks Ife 23
Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan 24
Tabel 10 Matriks EFEa 24
Tabel 11 Matriks SWOTa 26
a
Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 27
Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kelompok Tani Sehati 44
Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kelompok Tani Sehati 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Jenis Ayam Ras Dan Bukan Ras 9


Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter 18
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam
Kampung Kelompok Sehati 20
Gambar 4 Matriks IE 25
Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati 29
Gambar 6 Matriks Internal Eksternal (IE) Kelompok Tani Sehati. 46
Gambar 7 Matriks SWOT 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati 57


Lampiran 2 Rata-Rata Hasil Perhitungan Bobot Dan Rating Matriks IFE
Dan EFE 60
Lampiran 3 Matriks Qspm 61
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kinerja perekonomian suatu negara dapat dilihat salah satunya dari


Produk Domestik Bruto. Laju pertumbuhan PDB Nasional Indonesia pada
tahun 2011**) mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan PDB atas
harga konstan, laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2011**) sekitar
6,46 % dan pada tahun 2010*) sebesar 6,20 % (Angka Sementara)
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Kontribusi
Pertanian pada PDB atas dasar harga konstan (2009-2011**) memberikan
kontribusi terbesar kedua menurut Lapangan Usaha dari 9 sektor. Sektor –
sektor tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa – jasa.
Dalam sektor pertanian terdapat beberapa sub sektor, salah satunya adalah
sub sektor peternakan. PDB sub sektor peternakan di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2011 (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012).
Salah satu provinsi yang memegang peranan penting dalam kontribusi
peternakan untuk PDB adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut data dari
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011, Total PDRB
sub sektor peternakan menurut harga konstan Provinsi Jawa Barat
menempati urutan kedua dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Total
PDRB subsektor peternakan di beberapa provinsi di Indonesia ditunjukkan
pada Tabel 1.

Tabel 1 PDRB Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 (Atas Dasar Harga
Konstan) Menurut Provinsi (Rp Milyar)a
Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010b Total
Jawa Timur 7 421 7 872 8 038 8 366 8 648 40 345
Jawa Barat 5 411 5 356 5 327 5 458 5 556 27 108
Jawa Tengah 3 603 4 034 4 156 4 409 4 665 20 867
Sumatera
2 378 2 503 2 616 2 731 2 852 13 080
Utara
Lampung 1 442 1 458 1 484 1 622 1 649 7 655
Aceh 1 326 1 342 1 427 1 447 1 499 7 041
NTT 1 213 1 243 1 277 1 310 1 356 6 399
Bali 1 128 1 145 1 164 1 320 1 437 6 194
a)
Sumber : Ditjennak 2011 (data diolah), b) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa total PDRB sub sektor


peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 hingga 2010 adalah
2

sebesar 27 108 milyar rupiah. Besarnya total PDRB ini menempatkan


Provinsi Jawa Barat berada pada posisi kedua setelah Provinsi Jawa Timur.
Menurut jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar, yaitu
sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, ternak kecil yaitu kambing, domba,
babi, ternak unggas yaitu ayam buras, ayam ras peterlur, ayam ras pedaging,
itik dan aneka ternak yaitu kelinci, burung puyuh, dan merpati (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu komoditi
peternakan yang berkembang di Provinsi Jawa Barat adalah ternak unggas
yaitu komoditi ayam buras. Menurut data yang diperoleh dari direktorat
jenderal peternakan 2012, Provinsi Jawa Barat menempati posisi ketiga
dalam hal populasi ayam buras. Data yang akan dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a (ekor)
Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012b) Total

Aceh 13297300 8904869 7999580 8486097 6010575 6311104 51009525


Sumatera
18668266 11349742 11417842 11929543 11963682 12113225 77442300
Utara
Sumatera
4529802 4638908 5873480 5130660 5023666 5241693 30438209
Barat
Riau 4487162 3466760 2819901 2545130 2848075 3704542 19871570
Sumatera
11929000 7240000 7229810 6326820 6265183 7484095 46474908
Selatan
Lampung 10309346 11234890 11590517 10554350 9341358 10319233 63349694
Jawa Barat 27789274 27761015 28028034 27394516 27396383 27304697 165673919
Jawa
32730855 35824735 35636726 36908672 38296383 39485958 218883329
Tengah
DI
3921178 3925958 3916636 3861676 4019960 4052139 23697547
Yogyakarta
Jawa Timur 40819911 23261021 23596465 24006814 29310251 29749905 170744367
Nusa
Tenggara 9842890 9936923 10064577 7986623 10528966 10579804 58939783
Timur
Kalimantan
11383274 12643202 12911052 13702575 13651778 14245780 78537661
Selatan
Sulawesi
14336350 14487129 13047576 14765458 17833769 20586980 95057262
Selatan
Sulawesi
7557231 8602823 9101089 10716956 9884728 10427989 56290816
Tenggara
Banten 9836217 10121412 9669410 9784326 10026124 10574553 60012042
a) b
Sumber : Ditjennak 2012 (data diolah), ) Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah populasi ayam


buras di Provinsi Jawa Barat sebanyak 165 673 919 ekor. Total jumlah
populasi tersebut menempatkan Provinsi Jawa Barat berada pada posisi
ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tingginya angka populasi ini
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra
pembudidayaan ayam buras di Indonesia.
Salah satu wilayah yang mengembangkan ayam buras di Provinsi
Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Data dari Dinas Peternakan Jawa
Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2011, jumlah populasi
3

ayam buras di kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.97 %.


Kecamatan Tamansari merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten
Bogor yang masayarakatnya banyak membudidayakan ayam buras. Tabel 3
menunjukkan jumlah populasi ayam buras 14 dari 40 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bogor.

Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras di 14 Kecamatan Wilayah


Kabupaten Bogor a
Kecamatan Ayam Buras (ekor)
Cisarua 188556
Nanggung 120554
Pamijahan 99654
Cibungbulang 79419
Tamansari 78737
Megamendung 78412
Cigombong 32175
Gunung Sindur 49341
Klapanunggal 11733
Ciomas 7882
Parung Panjang 30047
Tenjo 4220
Tajur Halang 3218
Ciawi 41342
Dramaga 13067
a)
Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012 Kabupaten Bogor (data diolah)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari


memiliki populasi ayam buras terbesar kelima di Kabupaten Bogor.
Kecamatan Tamansari memiliki 78 737 ekor ayam buras. Hal ini
menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari merupakan daerah yang banyak
membudidayakan ayam buras. Salah satu desa yang termasuk dalam
Kecamatan Tamansari adalah Desa Sirnagalih. Rata – rata masyarakat di
Kecamatan Tamansari pada umumnya dan Desa Sirnagalih pada khususnya
membudidayakan ayam kampung secara ekstensif yaitu dengan sistem
pemeliharaan umbaran dan jumlahnya sedikit. Di Desa tersebut terdapat
Kelompok Tani Sehati yang membudidayakan ayam buras jenis ayam
kampung dalam jumlah banyak. Tabel 4 menunjukkan data kelompok yang
membudidayakan ayam buras di Kabupaten Bogor.
4

Tabel 4 Daftar Kelompok yang Membudidayakan Ayam Buras di Wilayah


Kabupaten Bogora
Kecamatan Desa Nama Kelompok Jumlah Populasi (ekor)
Cigombong Ciburuy Motekar 389
Gunung Sindur Rawa Kalong Tani Maju 100
Cisarua Citeko Jembar Alam 200
Megamendung Sukakarya Bina Karya 400
TamanSari Sirnagalih Sehati 1500
Ciomas Parakan Sugih 34
Parung Panjang Parung Cemani Laras 200
Tenjo Tapos Suka Makmur 200
Tajur Halang Kallsuren Berkat Jaya 150
Ciawi Ciawi Tani Makmur 200
Dramaga Sinarsari Harapan Mulya 200
a
Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok sehati


membudidayakan ayam buras terbesar di wilayah Kecamatan Tamansari.
Ayam buras yang dibudidayakan oleh kelompok ini adalah ayam buras jenis
ayam kampung.
Ayam buras tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini
tingkat konsumsinya sebesar 65 % dimana 16.3 % diantaranya berasal dari
unggas lokal (ditjennak,2012). Selain itu jumlah konsumsi ayam buras per
kapita per tahunnya terus meningkat. Jumlah konsumsi ayam buras pada
tahun 2009 sebesar 0.501 kg/kapita meningkat pada tahun 2010 menjadi
0.602 kg/kapita dan meningkat pula pada tahun 2011 menjadi 0.626
kg/kapita (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal
ini menunjukkan bahwa unggas banyak diminati oleh masyarakat sebagai
salah satu bahan pangan sumber protein yang dapat meningkat seiring
perkembangan waktu. Jumlah kandungan gizi dalam 100 gram daging ayam
buras dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Buras per 100 gram Daging yang
dapat Dimakana
Jenis Zat Jumlah Kandungan
Kalori (kal) 302
Protein (g) 18.2
Lemak (g) 25
Kalsium (mg) 14
Fosfor (mg) 200
Besi (mg) 1.5
Vitamin A (SI) 810
Vitamin B1 (mg) 0.08
Air (g) 55.9
a)
Sumber : Daftar Komposisi bahan makanan, Direktorat Gizi, depkes RI dalam Cahyono
2002
5

Walaupun permintaan ayam buras terus meningkat, jumlah produksi


atau populasi ayam buras dapat tergolong kecil jika dibandingkan dengan
jumlh produksi ayam ras pedaging. Menurut data Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan (2012), jumlah populasi ayam buras masih jauh
dibandingkan dengan ayam ras. Jumlah populasi ayam buras sebesar 27 396
416 ekor pada tahun 2011. Jumlah ini hanya sebesar 4.6 % dari jumlah populasi
ayam ras pedaging yang jumlahnya mencapai 583 263 441 ekor pada tahun 2011.
Menurut Cahyono (2002), daging ayam buras merupakan sumber protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Menurut Cahyono (2002), ayam kampung sendiri memiliki kelebihan
dari sisi kemudahan cara pemeliharaannya dibandingkan dengan ayam ras
pedaging. Kelebihan ayam kampung ini terletak pada daya adaptasi yang
tinggi karena mampu menyesuaikan diri pada berbagai situasi. Selain itu,
bentuk badan ayam kampung memiliki susunan otot yang baik, jari kaki
yang tidak terlalu panjang tapi kuat dan ramping, dan daging yang lebih
padat dan lebih enak. Penyebaran ayam kampung juga merata dari dataran
rendah hingga dataran tinggi.
Pengembangan ayam kampung dewasa ini merupakan hal yang
potensial, karena saat ini preferensi konsumen mulai beralih dari produk
berlemak ke produk yang lebih organik. Selain itu, rasa daging ayam
kampung yang khas juga merupakan preferensi konsumen yang dapat
dijadikan peluang untuk menarik konsumen potensial. Saat ini, dengan
populasi ayam buras yang salah satu varietasnya adalah ayam kampung
yang cukup besar, wilayah Jawa Barat seharusnya memperoleh pendapatan
yang cukup tinggi.
Salah satu kelompok yang bergearak dalam usaha peternakan ayam
kampung adalah Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Kelompok ini membudidayakan ayam
kampung sejak awal tahun 2012 dengan modal utama berasal dari
pemerintah sebesar 150 juta rupiah. Menurut Muhammad (2008), strategi
pengembangan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan
atau membesarkan perusahaan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, yaitu
bisa dengan meningkatkan volume penjualan, meningkatkan pangsa pasar,
meningkatkan laba yang diperoleh, menambah wilayah pemasaran yang
dijangkau,dan lain – lain. Maka Untuk mendukung dan menjaga
keberlangsungan Kelompok Tani Sehati dalam menjalankan usahanya, maka
diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang efektif untuk mencapai
sasaran bisnis yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan profit
kelompok tani.

Perumusan Masalah

Kelompok Tani Sehati merupakan yang membudidayakan ayam


kampung dengan menerapkan sistem pemeliharaan intensif. Kelompok Tani
Sehati memperoleh bantuan modal dari pemerintah melalui program SMD
(Sarjana Membangun Desa) sebesar 150 juta rupiah. Persyaratan yang
diberikan adalah ayam yang dibudidayakan harus ditempatkan dikandang
6

bersama. Oleh karena itu, investasi awal dimulai dari kandang, DOC, pakan,
obat-obatan, dan lain-lain merupakan milik bersama yang dikelola bersama.
Kelompok Tani Sehati terbentuk pada tahun 2012 dengan populasi
ayam kampung yang dipelihara sebanyak 1500 ekor. Menurut Bamualim,
Inounu dan Talib yang diacu dalam Dhakiyah (2012), Kelompok Tani Sehati
ini termasuk peternakan unggas bercorak komersial dengan skala kecil karena
jumlah kepemilikan ayam lebih dari 1000 ekor. Jumlah anggota kelompok
pada awal pembentukan adalah sejumlah 10 orang namun saat ini yang
bertahan adalah sebanyak 4 orang. Pengurangan jumlah anggota ini
dikarenakan anggota menjadikan usaha ternak ayam kampung sebagai
pekerjaan sampingan sehingga anggota lebih mengutamakan pekerjaan
utamanya di luar usaha ternak. Selain itu, terdapat 4 orang anggota yang
diberhentikan secara paksa karena merugikan kelompok dengan melakukan
pencurian pakan dan ayam kampung untuk memperoleh keuntungan sendiri.
Jadi hingga saat ini anggota yang bertahan adalah sebanyak empat orang.
Pada siklus pertama, populasi awal sebesar 1500 ekor dan bertahan
1372 ekor untuk dijual. Ayam yang mati sebanyak 128 ekor dikarenakan
kanibalisme dan saling patuk. Hal ini dikarenakan ayam mengalami
kekurangan pakan dan jadwal pemberian pakan yang tidak teratur. Target
awal kelompok adalah ayam kampung yang diproduksi dapat terjual
seluruhnya. Target ini tercapai walaupun penjualan dilakukan secara bertahap
yaitu 20 ekor, 30 ekor, 40 ekor. Data penjualan ayam kampung kelompok tani
sehati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penjualan ayam kampung Kelompok Tani Sehati bulan Oktober


2012a
Tanggal Jumlah (Ekor) Kg Harga/kg Total Penerimaan
1 48 48 Rp25,000.00 Rp1,200,000.00
4 30 30 Rp25,000.00 Rp750,000.00
6 2 1 Rp30,000.00 Rp30,000.00
15 44 44 Rp25,000.00 Rp1,100,000.00
16 6 6.08 Rp25,000.00 Rp152,000.00
17 4 4 Rp25,000.00 Rp100,000.00
20 37 37 Rp25,000.00 Rp925,000.00
22 50 50 Rp25,000.00 Rp1,250,000.00
22 74 50 Rp26,000.00 Rp1,300,000.00
25 53 48.6 Rp25,000.00 Rp1,215,000.00
26 3 3.6 Rp25,000.00 Rp90,000.00
26 30 30 Rp25,000.00 Rp750,000.00
26 29 34.8 Rp25,000.00 Rp870,000.00
28 35 36.6 Rp25,000.00 Rp915,000.00
29 58 58 Rp25,000.00 Rp1,450,000.00
29 20 20 Rp29,000.00 Rp580,000.00
a
sumber: Kelompok tani sehati, 2012
7

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ayam yang terjual bertahap


dan tidak dalam jumlah yang besar. Kondisi ini menyebabkan penambahan
bobot pada ayam, menambah biaya pakan, biaya pemeliharaan, dan tidak
menutup kemungkinan untuk terjadi kematian pada ayam tersebut yang juga
akan mengurangi keuntungan yang diperoleh.
Oleh karena itu, pada siklus kedua Kelompok Tani Sehati
menginginkan penjualan ayam kampung yang tidak bertahap agar
penerimaan lebih terlihat dan menghindari penambahan biaya pakan yang
cukup besar. Selain itu, kelompok juga menginginkan memiliki pelanggan
tetap yang membeli dalam jumlah besar sehingga ayam dapat terjual dalam
jumlah yang banyak. Namun, dalam pelaksanaannya pada siklus kedua ini
ayam kampung yang dipelihara sebesar 1500 ekor dan semuanya tidak dapat
diproduksi karena mengalami kematian. Dan saat ini kelompok sedang
melangsungkan siklus ketiga dengan jumlah populasi ayam kampung
sebesar 1000 ekor. Untuk siklus ketiga ini, kelompok telah memperbaiki
sistem budidayanya dengan cara menambah informasi cara budidaya
melalui diskusi dengan pihak SMD serta mencatat atau merencanakan
jumlah pakan yang akan diberikan. Berdasarkan informasi dari pihak
Kelompok Tani Sehati, pada siklus ketiga ini ayam kampung yang
dipeliharan tidak lagi mengalami kanibalisme sehingga tingkat kematian
ayam tidak terlalu besar. Dari 1000 ekor yang dipelihara, hingga hari ke 30
ayam yang mati sebanyak 25 ekor saja. Kematian ayam ini pada saat DOC
yang dikarenakan tergencet atau terinjak ayam yang lain. Namun ini hanya
terjadi pada hari pertama hingga hari ke-14. Oleh karena itu, siklus ketiga
ini diharapkan mampu mencapai target yang diinginkan sehingga dapat
menyejahterakan setiap anggota kelompok. Adanya permasalahan –
permasalahan dari aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan
kegiatan budidaya tersebut menjadikan formulasi strategi pengembangan
usaha peternakan Kelompok Tani Sehati penting untuk dilakukan.
Formulasi strategi pengembangan perlu mempertimbangkan dan
megidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternalnya. Hasil
identifikasi tersebut akan menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang akan berguna untuk merumuskan strategi bagi Kelompok
Tani Sehati.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Apa saja faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal yang
harus diperhatikan Kelompok Tani Sehati dalam menyusun
strategi pengembangan usaha?
2. Bagaimana rumusan alternatif strategi yang dapat dijadikan
pertimbangan untuk mengembangkan usaha peternakan ayam
kampung Kelompok Tani Sehati?
3. Apa prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat dan dapat
diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati sesuai dengan kondisi
lingkungan usaha?
8

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka


tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor – faktor lingkungan
internal dan eksternal apa saja yang harus diperhatikan Kelompok
Tani Sehati dalam menyusun strategi pengembangan usaha.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat dijadikan pertimbangan
untuk pengembangan usaha peternakan ayam kampung Kelompok
Tani Sehati.
3. Menentukan dan memutuskan prioritas strategi pengembangan usaha
yang tepat dan dapat diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati
sesuai dengan kondisi usaha.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka manfaat


dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak Kelompok Tani Sehati
untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan pengembangan yang
akan dilakukan.
2. Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam mengkaji suatu
permasalahan bagi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan suatu
informasi yang berguna bagi banyak pihak.
3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi para pembaca lain untuk
melakukan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam buras yang
dilakukan oleh Kelompok Ternak Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian
ini dibatasi pada analisis lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani
Sehati. Penelitian difokuskan pada perumusan alternatif strategi dan tidak
termasuk dalam tahap implementasi dan evaluasi strategi pemasarannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Ayam Buras

Ayam buras atau ayam bukan ras selama ini dikenal masyarakat
sebagai ayam pedaging karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsi
ayam buras dalam bentuk daging dibandingkan dalam bentuk telur. Menurut
Suharno (2002), ayam buras adalah semua jenis ayam yang bukan ayam ras,
9

seperti ayam kampung, ayam pedu, ayam hias, ayam hutan, dan ayam
pelung. Namun saat ini umumnya ayam buras sering diterjemahkan sebagai
ayam kampung. Gambar 1 dibawah ini menjelaskan jenis – jenis ayam buras
yang ditulis secara skematis.

Ayam Hias Tipe Penghibur

Ayam Kampung Tipe Dwiguna

Ayam Buras Ayam Nunukan Tipe Dwiguna

Ayam Kedu Tipe Dwiguna

Keluarga Ayam Ayam Pelung Tipe Dwiguna

Tipe Petelur

Ayam Ras Tipe Pedaging

Tipe Dwiguna

Gambar 1 Skema jenis ayam ras dan bukan ras


Sumber : Bambang Cahyono 2002

Deskripsi Ayam Kampung

Ayam kampung berukuran kecil dengan bentuk agak ramping dan


mempunyai berat badan mencapai 1,4 kg saat umur 4 bulan. Selain itu ayam
kampung juga mampu memproduksi telur mencapai 135 butir / tahun
(Cahyono, 2002). Warna bulu yang dimiliki ayam kampung ini bervariasi
yaitu putih, hitam, cokelat, kuning, kemerahan, atau kombinasi dari warna –
warna tersebut. Jenis Ayam ini dapat dibedakan dengan mudah dari ayam
ras karena bentuk tubuhnya yang lebih kecil dan warna bulunya yang
beranekaragam serta gerakannya juga lebih lincah.
Cahyono (2002) juga mengatakan bahwa terdapat perbedaan ayam
kampung jantan dan ayam kampung betina. Ayam jantan memiliki pial yang
berukuran sedang dan berwarna merah serta memiliki jengger yang berdiri
tegak dan besar. Sedangkan ayam betina memiliki pial (gelambir) sangat
kecil dan berwarna merah cerah, kemudian jengger ayam betina berukuran
lebih kecil dari ayam jantan namun lebih tebal, tegak, dan berwarna merah
cerah. Untuk keseluruhan ayam kampung, kulit yang dimiliki berwarna
kuning pucat dengan wajah yang merah serta kaki yang panjang dan kuat.
Di Indonesia, ayam kampung tersebar hingga pelosok negeri.
Masyakarat lebih mengenal ayam kampung inni dengan fungsi yang
dwiguna. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat mengkonsumsi daging dan
telur dari ayam kampung tersebut.
10

Manfaat ayam kampung

Manfaat ayam kampung dapat dikatakan sama dengan manfaat ayam


buras. Hal ini dikarenakan ayam kampung termasuk golongan dari ayam
buras. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat
dibandingkan ayam ras serta daging yang lebih padat dan enak. Oleh karena
itu ayam kampung memiliki peran penting dalam menyediakan protein
hewani yang dibutuhkan oleh manusia. Daging ayam kampung dapat
dikonsumsi oleh seluruh masyarakat sebagai makanan yang bergizi dan cita
rasa yang lezat.
Manfaat ayam kampung juga tidak hanya dilihat dari nilai gizi dan
kandungannya saja tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan
pemeliharaannya. Menurut Cahyono (2002), keuntungan yang dapat
diperoleh dari peternakan ayam kampung adalah pemeliharaannya yang
tidak memerlukan teknologi tinggi namun tetap memerlukan pemeliharaan
intensif, tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, dapat menghemat tenaga
kerja dengan kapasitas 1 orang/2000 ekor ayam, dan harga jualnya juga
lebih tinggi dibandingkan ayam ras. Kemudian manfaat secara umum
jika dilihat dari sektor peternakan, manfaat adanya pemeliharaan atau
peternakan ayam kampung ini dapat meningkatkan pendapatan sektor dari
sektor peternakan serta membuka lapangan pekerjaan bagi keluarga maupun
luar keluarga.

Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah


penelitian mengenai strategi pengembangan komoditi agribisnis dan
komoditi non agribisnis. Acuan yang diambil dari beberapa penelitian yang
telah dilakukan ini difokuskan pada alat analisis yang digunakan untuk
menghasilkan atau merumuskan strategi pengembangan.
Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian Kasim et al yang
dipublikasikan dalam Jurnal Agribisnis volume X(3) (2011) yang berjudul
strategi pengembangan sapi perah di Kabupaten Enrenkang, penelitian yang
dilakukan Wijayanti (2009) dengan judul strategi pengembangan usaha
sayuran organik (studi kasus:kelompok tani putera alam desa sukagalih,
Kecamatan megamendung, kabuaten bogor), dan penelitian yang dilakukan
oleh Yamesa (2010) tentang strategi pengembangan usaha peternakan ayam
ras petelur pada perusahaan AAPS kecamatan guguak, kabupaten 50 kota,
Sumatera barat.
Kasim et al (2011), Wijayanti (2009), dan Yamesa (2010)
merumuskan strategi pengembangan melalui tiga tahap, yaitu tahap
masukan (input), tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap input,
Kasim et al (2011), Wijayanti (2009), dan Yamesa (2010) menggunakan
matriks IFE dan EFE. Sebelumnya diidentifikasi terlebih dahulu faktor –
faktor kunci seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
diidentifikasi dari lingkungan internal dan eksternal. Pada penelitian yang
11

dilakukan Kasim et al (2011), hasil analisis faktor internal usaha


pengembangan sapi perah menggunakan IFE diperoleh skor 3.11 yang
menunjukkan bahwa pengembangan usaha sapi perah berada pada posisi
kuat dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan EFE diperoleh skor
3.01 yang menunjukkan usaha sapi perah berada pada posisi kuat.
Sedangkan total skor matriks IFE sebesar 2.320 pada penelitian Wijayanti
(2009) menunjukkan bahwa usaha sayuran organik kelompok tani putra
alam berada pada posisi rata – rata dan total skor pada matriks EFE sebesar
3.382 menunjukkan bahwa posisi usaha sayuran organik berada pada posisi
kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Yamesa pada tahun 2010 juga
menggunakan matriks IFE dan EFE dengan total skor IFE sebesar 2.608
yang menunjukkan posisi perusahaan AAPS adalah rata – rata dan total skor
EFE sebesar 3.396 yang menunjukkan perusahaan AAPS berada pada posisi
kuat.
Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan (Kasim et al 2011). Pada
tahap ini, alat analisis yang digunakan oleh Kasim et al (2011) adalah
matriks IE, SWOT, SPACE, dan matriks grand strategi. Sementara
Wijayanti (2009) dan Yamesa (2010) menggunakan matriks IE dan SWOT.
Pada penelitian Kasim et al (2011) posisi strategis usaha sapi perah pada
matriks IE berada pada sel I. Posisi ini menggambarkan pengembangan
usaha sapi perah dalam kondisi Growth yang merupakan pertumbuhan itu
sendiri atau upaya difersifikasi. Sementara posisi strategis pada matriks IE
mengenai usaha yang dijadikan tempat penelitian oleh Wijayanti (2009) dan
Yamesa (2010) adalah pada sel II. Baik itu sel I atau sel II, strategi yang
cocok diterapkan adalah strategi integrasi dan intensif karena posisi strategis
usaha berada pada kondisi strategi yang tumbuh dan membangun. Pada
tahap pencocokan, strategi yang diidentifikasi dari matriks IE
dikembangkan lebih lanjut lagi menggunakan matriks SWOT sehingga
diperoleh alternative – alternative strategi untuk kemudian diprioritaskan
menggunakan matriks QSPM. Terdapat 8 alternatif strategi yang dihasilkan
menggunakan matriks SWOT untuk mengembangkan usaha sapi perah
(Kasim et al, 2011), 7 alternaif strategi untuk pengembangan sayuran
organik (Wijayanti, 2009) , dan 4 strategi untuk mengembangkan ayam ras
petelur pada perusahaan AAPS (Yamesa, 2010).
Selanjutnya, tahapan yang digunakan pada penelitian ini adalah tahap
keputusan dengan pemrioritasan strategi menggunakan matriks QSPM
(Kasim et al, 2011). Pada penelitian Kasim et al (2011), strategi yang dipilih
berdasarkan prioritas tertinggi adalah meningkatkan populasi sapi perah
dengan total atraktif skor sebesar 1.785. Sedangkan prioritas strategi untuk
mengembangkan sayuran organik adalah memperkuat dan mempertahankan
pasar yang sudah ada dengan total atraktis skor sebesar 6.327 (Wijayani,
2009). Sementara penelitian yang dilakukan Yamesa pada tahun 2010,
menyebutkan bahwa strategi yang diprioritaskan untuk mengembangkan
usaha ayam ras petelur pada perusahaan AAPS adalah peningkatan
kapasitas produksi dengan total atraktif skor sebesar 6.194.
Adanya penelitian – penelitian terdahulu ini bermanfaat untuk
menjadi acuan bagi penelitian yang akan dilakukan mengenai strategi
pengembangan usaha peternakan ayam kampung pada Kelompok Tani
12

Sehati. Penelitian yang akan dilakukan bermanfaat untuk melengkapi


penelitian sebelumnya dengan komoditi, tempat dan kondisi yang berbeda
tentang rumusan strategi pengembangan. Perumusan strategi pengembangan
pada penelitian yang akan dilakukan memiliki tiga tahap yaitu tahap input
berupa evaluasi faktor internal dan eksternal, kemudian tahap pencocokan
menggunakan matriks IE dan SWOT dan yang ketiga adalah tahap
pengambilan keputusan untuk pemrioritaskan strategi apa yang cocok untuk
diterapkan bagi Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan
Tamansari.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis ini merupakan rangkaian teori yang dapat


digunakan dan dijadikan acuan selama penelitian ini dilakukan. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian tetap terarah sesuai dengan tujuan semula yaitu
menyusun strategi pengembangan.

Pengertian Strategi
Pengertian strategi menurut David (2009) adalah sarana bersama
tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Menurut Lesser Robert Bittel
diacu dalam Alma (2011), definisi strategi adalah suatu rencana yang
fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan. Sementara Kenneth R
Andrews yang diacu dalam Alma (2011) juga menyatakan bahwa strategi
perusahaan merupakan pola keputusan yang akan berkaitan dengan tujuan
dan sasaran untuk mempengaruhi kebijakan serta merinci jangkauan bisnis
yang akan dikejar oleh perusahaan.
David (2009) menyatakan bahwa strategi bisnis mencakup kegiatan
penetrasi pasar, diversifikasi, pengembangan produk, ekspansi geografis,
akuisisi, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan. Strategi membutuhkan
aksi atau keputusan manajemen yang juga harus disesuaikan dengan
sumbedaya yang dimiliki oleh suatu entitas usaha. Adanya keputusan –
keputusan strategi ini akan memberikan efek pada entitas usaha sehingga
membutuhkan banyak pertimbangan. Pertimbangan – pertimbangan tersebut
adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar yang
dihadapi entitas usaha tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan
mengalokasikan sumberdaya yang ada dengan tepat dan mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman sehingga tujuan jangka
panjang dapat tercapai dan dapat memenangkan kompetisi.
13

Alternatif Strategi
Menurut David (2009) terdapat beberapa strategi yang dapat
dijalankan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Strategi – strategi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Strategi Integrasi
Strategi integrasi teridri dari integrasi ke depan, ke belakang, dan
horizontal yang secara kolektif sering disebut sebagai integrasi
vertical. Strategi integrasi ini memungkinkan suatu perusahaan
atau organisasi mengontrol atau memperoleh kendali atas
distributor, pemasok, atau pesaing.
a. Strategi Integrasi ke depan, yaitu strategi yang berkaitan
dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas distributor atau ritel.
b. Strategi Integrasi ke belakang, yaitu strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali lebih besar atas
pemasok perusahaan.
c. Strategi Integrasi Horizontal, yaitu strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar
atas pesaing.
2. Strategi Intensif
Strategi Intensif berkaitan dengan upaya – upaya intensif
organisasi untuk memperbaiki posisi kompetitif dengan produk
yang ada saat ini.

a. Strategi Penetrasi Pasar adalah strategi yang mengusahakan


peningkatan pangsa pasar untuk produk dan jasa yang ada di
pasar saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih baik.
b. Strategi Pengembangan Pasar meliputi pengenalan produk
atau jasa yang ada saat ini ke wilayah geografis yang baru.
c. Strategi Pengembangan Produk adalah strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara
memperbaiki atau memodifikasi prodduk atau jasa yang ada
saat ini.
3. Strategi Diversifikasi
Dalam David (2004) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe strategi
diversifikasi yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan
konglomerat.
a. Diversifikasi Konsentrik, yaitu dengan menambah produk
atau jasa baru tetapi berkaitan secara luas.
b. Diversifikasi Horizontal, yaitu menambah produk atau jasa
baru yang tidak berkaitan dengan pelanggan yang sudah ada.
c. Diversifikasi Konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa
baru di pasar yang berbeda.
14

4. Strategi Defensif
a. Penciutan, terjadi manakala suatu organisasi melakukan
pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset
membalik penjualan dan laba yang menurun.
b. Divestasi, yaitu organisasi menjual satu divisi atau bagiannya
guna mendapatkan modal untuk akuisisi atau investasi lebih
lanjut.
c. Likuidasi, adalah tindakan menjual seluruh asset perusahaan
secara terpisah untuk setiap nilai riilnya.

Manajemen Strategis
Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan
sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya. Selain itu, manajemen strategis adalah satu set
keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi
rencana yang dirancanng untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and
Robinson, 2008).
Dirgantoro (2001) mengatakan bahwa manajemen strategis adalah
suatu proses kesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan
dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara
keseluruhan dapat selalu responsive dengan perubahan dalam lingkungan
baik itu internal maupun internal. Dirgantoro (2001) juga mengatakan
bahwa usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di organisasi untuk
menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai
tujuan perusahaa yan tealh ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan juga
termasuk kedalam kegiatan manajamen strategis.
Adanya definisi – definisi diatas dapat ditarik kesamaan – kesamaan
yaitu adanya pencapaian tujuan, mengantisipasi perubahan lingkungan, dan
perumusan dan pengimplemenatasian strategi. Manfaat yang diperoleh dari
perilaku manajemen strategis menurut Pearce and Robinson (2008) adalah
meningkatkan kesejahteraan perusahaan atau organisasi. Manajemen
strategis ini bertujuan untuk mengeksploitasi, menciptakan peluang baru
yang berbeda untuk masa mendatang dengan menyediakan sasaran serta
arah yang jelas bagi masa depan organisasi sehingga organisasi yang
mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan
tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem
manajemen strategis (David, 2006).
Proses manajemen strategis menurut David (2009) terdiri dari tiga
tahap, yaitu perumusan strategi, penerapan atau implementasi strategi, dan
evaluasi strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan
misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, identifikasi kekuatan dan
kelemahan organisasi, pencarian strategi – strategi alternatif dan pemilihan
strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi mengharuskan
perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan,
memotivasi karyawan, dan mengalokasi sumberdaya sehingga strategi yang
telah diformulasikan dapat dijalankan. Semenetara evaluasi atau penilaian
strategi merupakan tahap terakhir dari dalam manajemen strategis. David
15

(2006) mengatakan bahwa ada tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi
yaitu meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar
strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.
Dalam penelitian strategi pengembangan usaha peternakan ayam
kampung Kelompok Tani Sehati ini, difokuskan pada tahap perumusan
strategi yang mengikuti kerangka perumusan tiga tahap menurut David
(2009). Tahapan tersebut adalah tahap masukan atau tahap input yang berisi
informasi input dasar yang dibutuhkan untuk menyusun strategi. Alat
analisis yang dapat digunakan pada tahap ini adalah Matriks Evaluasi Faktor
Internal (IFE), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), dan Matriks Profil
Kompetitif (CPM). Kemudian tahap pencocokan yang berfokus pada
penciptaan strategi alternative yang logis dengan memperhatikan faktor
internal dan eksternal utama. Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap
ini adalah Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT), Matriks
posisi strategis dan evaluasi tindakan (SPACE), matriks Boston Consulting
Group (BCG), matriks internal-eksternal (IE), dan matriks strategi besar
(Grand Strategi Matrix). Tahap yang terakhir yaitu tahap keputusan yang
melibatkan satu alat analisis yaitu matriks perencanaan strategis Kuantitatif
(QSPM).

Analisis Lingkungan
Lingkungan merupakan kekuatan yang ada disekitar tempat
perusahaan beroperasi yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal.

Lingkungan Internal
Menurut David (2009), identifikasi atau analisis lingkungan internal
perusahaan akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Lingkungan internal yang dapat didentifikasi adalah pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi, dan sumber daya manusia. Hunger and whelen dalam
Yenni (2007) menyatakan bahwa disebut kekuatan apabila perusahaan
memiliki faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi
manajemen) yang lebih kuat dan berbeda daripada pesaingnya. Hal ini akan
menandakan bahwa perusahaan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki
oleh perusahaan lain dan dengan kekuatan ini, perusahaan dapat
mengembangkan kegiatan operasionalnya. Sedangkan disebut kelemahan
apabila faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi
manajemen) yang dimiliki oleh perusahaan tidak lebih baik dibandingkan
perusahaan lain. Hal ini menandakan bahwa pesaing dapat mengerjakan hal
tersebut dengan lebih baik sehingga menjadi kelemahan bagi perusahaan.
1. Manajemen
Menurut David (2006), fungsi manajemen terdiri dari lima bagian
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi,
pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan berkaitan
dengan semua aktivitas yang terkait dengan masa depan seperti
16

kegiatan peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi dan


pengembangan kebijakan. Pengorganisasian berkaitan dengan
semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan
dan hubungan otoritas. Sementara pemberian motivasi melibatkan
usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia.
Pengelolaan staf dipsatkan pada manajemen sumber daya manusia
yang berkaitan dengan tingkat upah, perekrutan, fasilitas kerja
dan lain – lain. Aktivitas kelima dalam aspek manajemen adalah
pengendalian atau kontrol. Kegiatan ini mengacu pada semua
aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa
hasil aktual sama dengan hasil yang diharapkan.
2. Pemasaran
Dalam David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai
proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan
jasa. Menurut Kotler (2005), terdapat empat macam bauran
pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
3. Keuangan / Akutansi
Dalam David (2006), dinyatakan bahwa keuangan seringkali
dianggap sebagai suatu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan
daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Keuangan berkaitan
dengan dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan
perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka
panjang, pengelola keuangan, struktur modal kerja, pemantauan
penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal.
4. Produksi dan Operasi
Fungsi produksi / operasi dari suatu bisnis adalah mengubah input
menjadi barang dan jasa (David, 2006). Hal – hal yang perlu
diperhatikan pada aspek ini adalah proses produksi, kapasitas
produksi, persedian, tenaga kerja, dan kualitas yang ditujkan agar
barang atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi.
5. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (litbang) berkiatan dengan kegiatan
pengembangan karena dianggap akan mampu menghasilkan
produk atau jasa yang memiliki keunggulan kompetitif. Oleh
karena itu, tujuan diadakanannya litbang adalah untuk
menghasilkan suatu modifikasi atau pengembangan dari produk
atau jasa untuk memberikan keunggulan kompetitif pada usaha.
6. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan
hardware, software, model analisis, dan database komputer
(David, 2006).

Lingkungan Eksternal
Analisis terhadap lingkungan eksternal akan menigidentifikasi
peluang dan ancaman dari luar perusahaan. Menurut David (2009),
mengidentifikasi peluang dan ancaman membuat suatu organisasi atau
17

perusahaan mempunyai misi yang jelas dan mampu merancnang strategi


untuk mencapai tujuan jangka panjang dan melaksanakan kebijakan untuk
tujuan tahunan atau jangka pendek. Menurut David, mengidentifikasi
lingkungan eksternal terdiri dari lima faktor, yaitu:
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
daya beli masyarakat yang akan mempengaruhi kegiatanan
pemasaran yang dilakukan. Daya beli masayarakat ini akan
dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, inflasi, harga produk, dan
lain – lain.
2. Faktor Pemerintah, dan Hukum
Faktor ini mempengaruhi pemasaran dari sisi hukum, kebijakan –
kebijakan pemerintah seperti subsisi dan undang – undang. Faktor
ini jelas pengaruhnya terhadap suatu organisasi atau perusahaan
dalam menjalankan usahanya.
3. Faktor Teknologi
Kemajuan atau peningkatan teknologi akan mempengaruhi banyak
pihak seperti produk, pemasaran, pemasok, distributor, pesaing,
konsumen, dan posisi kompetitif suatu perusahaan. Terciptanya
pasar baru dan pengembangan produk baru sebagai akibat adanya
peningkatan teknologi ini akan memberikan dampak pada posisi
kompetitif perusahaan. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi
baru akan menempatkan suatu perusahaan memiliki kekuatan
kompetitif yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
Individu yang terlibat dalam kegiatan memasarkan harus tanggap
terhadap perubahan teknologi agar dapat mengetahui kebutuhan
dan keinginan konsumen serta dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen tersebut dengan baik.
4. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan
Faktor sosial, budaya, demografis dan lingkungan ini berkaitan
dengan jumlah populasi, tingkat pendidikan, umur, dan
karakteristik masing – masing orang serta tata nilai atau norma
yang dianut oleh penduduk di lingkungan sekitar tempat usaha.
5. Faktor Kompetitif
Menganalisa faktor kompetitif in dapat dilakukan menggunakan
model lima kekuatan bersaing Porter. Lima kekuatan tersebut
adalah persaingan antarperusahaan saingan, potensi pengembangan
produk pengganti, daya tawar pemasok, potensi masuknya pesaing
baru, dan daya tawar pembeli. Model lima kekuatan bersaing
Porter dijelaskan oleh Gambar 2.
18

Potensi
Pengembangan
Produk Pengganti

Daya tawar Persaingan antar Daya Tawar


pemasok perusahaan saingan Pembeli

Potensi masuknya
pesaing baru

Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter


Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)

a. Persaingan antar perusahaan saingan


Menurut David (2009), kekuatan persaingan antar
perusahaan saingan merupaka yang paling hebat dari
kekuatan lainnya. Suatu perusahaan akan berhasil
menjalankan strateginya apabila telah memiliki
keunggulan kompetitif dari pesaingnya. Faktor yang
mempengaruhi kekuatan ini adalah jumlah pesaing yang
banyak, pertumbuhan industri yang lamban, biaya
penyimpanan tinggi, hambatan pengunduran diri yang
tinggi, dan perbedaan strategi yang diterapkan.

b. Potensi Pengembangan Produk Pengganti


Menurut Porter (1980), produk pengganti membutuhkan
perhatian adalah produk yang mempunyai harga atau
kualitas yang lebih bagus daripada produk industri, atau
produk yang memiliki kualitas yang sama namun memiliki
harga yang lebih rendah.

c. Daya tawar Pemasok


Mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan
mutu produk adalah kekuatan pemasok untuk
mempengaruhi industri. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kemampulabaan industri yang tidak dapat
mengimbangi kenaikan harganya. Pemasok bagi industri
sangat erat kaitannya dengan bahan baku yang digunakan,
jasa, dan tenaga kerja bagi industri.
19

d. Potensi Masuknya pesaing baru


Pendatang baru yang masuk ke dalam industri akan
meningkatkan persaingan. Kekuatan ini dipengaruhi oleh
rintangan masuk pesaing baru ke dalam industry. Enam
sumber rintangan masuk bagi pesaing baru ini adalah
skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal,
biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan
biaya tak menguntungkan terepas dari dari skala.

e. Daya Tawar Pembeli


Menurut Porter (1980), pembeli menekan dengan cara
menginginkan harga yang lebih murah namun dengan
kualitas dan pelayanan yang lebih baik. Pembeli akan
menjadi kuat apabila kelompok pembeli terpusat atau
membeli dalam jumlah yang besar, produk yang dibeli
dari industri merupakan biaya yang cukup besar, produk
industri sandar atau tidak terdiferensiasi, pembeli
menghadapi biaya peralihan yang kecil, pembeli mendapat
laba kecil, pembeli mempunyai informasi yang lengkap,
dan pembeli mengancam untuk melakukan integrasi balik.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional merupakan urutan langkah –


langkah yang akan dilakukan selama penelitian berdasarkan teori. Menurut
David (2009), tahap perumusan strategi ada tiga yaitu tahap input, tahap
pencocokan, dan tahap keputusan. Sebelum memasuki tahap input, perlu
diketahui terebih dahulu gammbaran organisasi secara umum, sehingga
dapat mengetahui visi dan misi organisasi. Dari identifikasi gambaran
umum tersebut, barulah memasuki tahap-tahap perumusan strategi tersebut.
Kerangka pemikiran operasional ini juga membantu menemukan dan
menentukan data – data apa saja yang akan digunakan serta diolah selama
penelitian. Data – data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan
kuesioner yang diberikan selama penelitian dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara dengan pihak
Kelompok Tani Sehati untuk mengidentifikasikan lingkungan internal dan
eksternal yang dihadapi. Kemudian melakukan analisis lingkungan internal
dan eksternal perusahaan untuk memperoleh faktor- faktor kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, kemudian
melakukan wawancara kembali kepada Kelompok Tani Sehati untuk
penentuan bobotan dan peringkat. Hasil pembobotan dan pemeringkatan ini
akan dimasukkan ke Matriks IFE dan EFE. Hasil dari Matriks IFE dan EFE
akan menjadi input untuk Matriks IE. Hasil penentuan posisi kelompok pada
Matriks IE akan menjadi dasar dalam perumusan strategi menggunakan
Matrisk SWOT. Maka selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan
20

alternatif strategi pengembangan untuk diterapkan oleh kelompok


menggunakan Matriks SWOT.
Kemudian setelah mendapatkan alternatif beberapa startegi,
dilakukan wawancara kembali dengan pihak Kelompok Tani Sehati untuk
memutuskan alternatif prioritas strategi yang tepat bagi kelompok. Tahap
keputusan ini menggunakan alat analisis matirks QSPM. Oleh karena itu,
kerangka pemikiran operasional jika digambarkan dalam bentuk skema akan
dijelaskan oleh Gambar 3.

Kelompok Tani Sehati mengalami permasalahan dari aspek


manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan kegiatan
budidaya

Visi dan Misi Kelompok Tani Sehati

Strategi Pengembangan untuk keberlanjutan Usaha

Analisis Faktor Internal (tahap input) Analisis Faktor Eksternal (tahap


 Manajemen input)
• Pemasaran  Ekonomi
• Keuangan/akuntansi • Sosial, budaya, demografi, dan
• Produksi/operasi  lingkungan
• Penelitian dan Pengembangan • Politik, hukum, dan pemerintah
• Sistem Informasi Manajemen • Teknologi

Matriks IFE Matriks EFE

Penentuan Posisi Strategis Perusahaan (Matriks IE)

Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT)

Pemrioritasan Alternatif Strategi (Matriks QSPM)

Rekomendasi Strategi Pengembangan


Usaha Peternakan Ayam Kampung
Kelopok Tani Sehati

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam


Kampung Kelompok Sehati
21

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tentang strategi pengembangan dilakukan pada


kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Kelompok Tani Sehati membudidayakan ayam
kampung dengan pemeliharaan intensif dan dalam jumlah besar
dibandingkan masyarakat lainnya.

Jenis dan Sumber Data

Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
bersumber langsung dari dua orang responden yaitu ketua Kelompok Tani
Sehati dan satu orang anggota Kelompok Tani Sehati. Data primer
diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam
bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder
dikumpulkan dari instansi terkait seperti Direktorat Jendral Peternakan
Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik, dan data monografi desa yang
menjadi lokasi penelitian. Selain itu juga didapatkan dari beberapa literatur,
baik dari website internet maupun literatur di Perpustakaan Institut
Pertanian Bogor, yang berupa hasil- hasil penelitian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Pemilihan Responden

Pemilihan responden untuk mengisi kuesioner dilakukan secara


sengaja (purposive). Kuesioner yang diberikan berkaitan dengan kondisi
internal dan eksternal kelompok, baik itu kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi Kelompok Tani Sehati. Jumlah responden sebanyak dua
orang diambil dengan pertimbangan responden yang diberikan kuesioner
dianggap mampu dan mengetahui secara keseluruhan kondisi kelompok tani
sehati. Selain itu, responden juga memiliki pengaruh besar terhadap
pengambilan keputusan atau penentu kebijakan yang berkaitan dengan
aktivitas operasional kelompok sehati.

Metode Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah terkumpul tersebut akan dihitung
menggunakan computer (software Microsoft Excel) dan kalkulator untuk
kemudian dimasukkan ke dalam tabel, gambar, dan uraian. Menurut David
22

(2009), teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam kerangka


pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan
tahap keputusan. Pada penelitian tentang perumusan strategi pengembangan
yang akan dilakukan, tahap perumusan mengikuti teknik perumusan strategi
tersebut. Pada Tahap input akan digunakan matriks evaluasi faktor internal
(IFE) dan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Tahap selanjutnya yaitu
tahap penyocokona menggunakan matriks internal eksternal (IE) dan
matriks keuatan kelemahan peluang dan ancaman (SWOT). Tahap
keputusan adalah tahap yang ketiga dan menggunakan matriks perencanaan
strategis kuantitatif (QSPM).

Tahap Input
Tahap input digunakan untuk menghasilkan informasi sebagai input
dasar untuk tahap pencocokan yaitu matriks IE dan SWOT. Tahapan ini
akan menghasilkan apa saja kekuatan dan kelemahan dari matriks evaluasi
faktor internal (IFE) serta peluang dan ancaman suatu usaha dari matriks
evaluasi faktor eksternal (EFE).
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) merangkum faktor – faktor
dari dalam lingkungan usahanya.

Tabel 7 Matriks IFEa


Faktor Kunci Internal Bobot Peringkat Skor (Bobot xPeringkat)
Kekuatan :

Kelemahan :

Total
a
Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)

Adapun langkah – langkah untuk membuat matriks IFE menurut


David (2009) adalah :
1. Membuat daftar faktor internal utama yang telah diidentifikasi
sebelumnya.
2. Memberikan bobot pada masing-masing faktor internal.
Pemberian bobot matriks IFE menggunakan metode “paired
comparison” dengan skala untuk penentuan bobot setiap faktor
adalah 1, 2, dan 3 dimana
1 = jika horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan masing – masing faktor internal
akan ditunjukkan oleh Tabel 8.
23

Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks IFE


Faktor Internal A B C … Total
A
B
C

Total

Bobot setiap faktor internal diperoleh melalui rumus berikut ini ;

Keterangan :
ai = bobot faktor ke-i
Xi = nilai faktor ke-i
i= 1,2,3…n
n= jumlah faktor yang didentifikasi
3. Memberi peringkat atau rating masing – masing faktor internal
dengan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 =
kuat, 4 = sangat kuat. Dengan catatan, kekuatan harus mendapat
nilai 3 dan 4 sementara nilai 1 dan 2 untuk kelemahan.
4. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk menghasilkan skor
bobot masing – masing faktor internal.
5. Menjumlahkan skor bobot masing – masing faktor untuk
memperoleh skor bobot total..

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) merangkum faktor – faktor


eksternal yaitu ekonomi, sosial, demografis, lingkungan, teknologi politik,
dan kompetitif. Adapun langkah – langkah untuk membuat matriks evaluasi
faktor eksternal (EFE) menurut David (2009) adalah :
1. Membuat daftar faktor eksternal utama berupa peluang dan
ancaman yang telah diidentifikasi sebelumnya.
2. Memberi bobot pada masing – masing faktor utama. Pemberian
bobot menggunakan metode “paired comparison” dengan skala
untuk penentuan bobot setiap faktor adalah 1, 2, dan 3 dimana
1 = jika horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Tabel 9 akan menunjukkan bentuk penilaian pembobotan masing –


masing faktor eksternal.
24

Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan


Faktor
A B C … Total
Eksternal
A
B
C

Total

Bobot setiap faktor eksternal diperoleh melalui rumus berikut ini :

Keterangan :
ai = bobot faktor ke-i
Xi = nilai faktor ke-i
i= 1,2,3…n
n= jumlah faktor yang didentifikasi
3. Memberikan peringkat atau rating dari setiap faktor eksternal
dengan nilai 1 hingga 4 dengan nilai 1 = respon dibawah rata –
rata, 2 = respon rata rata, 3 = respon diatas rata – rata, dan 4 =
respon sangat bagus.
4. Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh
skor bobot.
5. Jumlahkan skor rata – rata setiap faktor untuk memperoleh skor
bobot total.

Menurut David, skor bobot total tertinggi adalah 4,0 yang


mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon dengan baik peluang
dan acaman yang ada. Sedangkang skor terendah adalah 1,0 yang
mengindikasikan strategi perusaaan tidak mampu memanfaatkan peluang
dan menghindari ancaman yang ada. Matriks EFE ditunjukkan oleh Tabel
10.

Tabel 10 Matriks EFEa


Faktor Kunci Eksternal Bobot Peringkat Skor (Bobot xPeringkat)
Peluang :

Ancaman :

Total
a
Sumber : Manajemen strategis, David (2009)
25

Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan ini menggunakan matriks IE dan Matriks SWOT.
Hasil yang diperoleh dari Maktriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam
matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan. Menurut david (2009),
matriks IE mempunyai dua dimensi kunci yaitu skor bobot IFE total pada
sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor tersebut dibagi
kedalam tiga tingkatan. Menurut David (2009), sumbu x yang menyatakan
skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang
lemah; skor 2,0 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal yang sedang; dan
skor 3,0 sampai 4,0 adalah skor kuat. Sementara pada sumbu y yang
menyatakan skor bobot EFE dari 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah; skor
dari interval 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor pada interval 3,0
sampai 4,0 dianggap tinggi.
Matriks IE mempunyai Sembilan sel yang dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar. Masing – masing bagian memiliki implikasi strategi yang
berbeda-beda (David 2009). Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.

Total Nilai IFE yang Dibobot

Kuat Rata-Rata Lemah


3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
Tinggi I II III
Total 3,0-4,0
Nilai Sedang IV V VI
EFE
2,0-2,99
yang
Dibobot Rendah VII VIII IX
1,0-1,99

Gambar 4 Matriks IE
Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)

Menurut David (2009), sel I, II, dan IV digambarkan sebagai tumbuh


dan membangun (grow and build). Strategi yang cocok digunakan pada
posisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan produk,
dan pengembangan pasar), atau strategi yang integratif (integrasi ke depan,
ke belakang, dan horizontal). Sementara sel III,V atau VII digambarkan
sebagai menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Strategi yang
cocok untuk digunakan pada posisi ini adlah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Sementara sel VI, VII, atau IX adalah panen atau
divestasi (harvest or divest).
26

Setelah memperoleh hasil dari pemetaan matriks IE, tahap


selanjutnya adalah menggunakan matriks SWOT (Strengths-Weasknesses-
Opportunities-Threats). Menurut David (2009), matriks SWOT adalah alat
pencocokan yang penting yang menghasilkan empat jenis strategi, yaitu :
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities), yaitu dengan menggunakan
kekuatan internal untuk memanfaatkan atau menarik keuntungan
dari peluang eksternal.
2. Strategi WO (weaknesses-Opportunies), yaitu strategi yang
bertujuan untuk mengatasi kelemahan internal dengan
memanfaatkan atau mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
3. Strategi ST (Strenghts-Threats), bertujuan untuk menggunakan
kekuatan internal untuk mencegah atau mngurangi terjadinya
dampak acaman dari luar.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats), adalah strategi yang defensif
untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman
eksternal.
Matriks SWOT ini memiliki Sembilan sel dengan empat sel faktor
utama, empat sel strategi dan satu sel kosong pada sudut kiri atas. Membuat
matriks SWOT ini didahului dengan membuat daftar peluang , ancaman,
kekuatan, dan kelemahan utama perusahaan, kemudian menyocokan strategi
dengan memadukan kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman tersebug
sehingga akan muncul beberapa alternatif strategi yang terdidiri dari empat
jenis, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT (David, 2009). Matriks SWOT
akan ditunjukkan oleh Tabel 11.

Tabel 11 Matriks SWOTa


STRENGHTS (S) WEAKNESES (W)
Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan
OPPORTUNITIES STRATEGI S-O STRATEGI W-O
(O) Gunakan kekuatan untuk Mengatasi kelemahan
Daftar Peluang memanfaatkan peluang internal dengan mencoba
eksternal yang ada memanfaatkan peluang
THREATHS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Daftar Ancaman Gunakan kekuatan Meminimumkan
perusahaan untuk kelemahan dan
menghindari dampak dari menghindari ancaman
ancaman eksternal eksternal
a
Sumber : Manajemen Strategi, David 2009

Tahap Keputusan
Tahap terakhir yaitu tahap pembuatan keputusan dimana pembuat
keputusan harus menentukan strategi apa yang akan digunakan. Menurut
David (2009), teknik yang digunakan pada tahap ketiga ini menggunakan
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Teknik ini menurut
David (2009) secara objektif menunjukkan mana strategi yang terbaik. Hal
ini dikarenakan QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun
27

strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor keberhasilan


internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Matriks QSPM
akan ditunjukkan oleh Tabel 12.

Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)a


Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Faktor – Faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Total
a
Sumber : Manajemen Strategis, David 2009

Tabel 12 menunjukkan matiks QSPM yang langkah – langkah


pembuatannya menurut David (2009) adalah sebagai berikut :
1. Membuat daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan
kelemahan di kolom sebelah kiri. Minimal sepuluh faktor internal
dan eksternal dimasukkan ke dalam QSPM yang diperoleh dari
matriks IFE dan EFE.
2. Memberi bobot pada setiap faktor baik itu internal maupun
eksternal. Bobot yang diberikan sama dengan bobot pada matriks
IFE dan EFE.
3. Mencermati matriks – mtriks SWOT dan IE pada tahap dua dan
mengidentifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan.
Strategi tersebut dicantumkan dalam matriks QSPM.
4. Menentukan skor daya tarik (AS) yang didefinisikan sebagi nilai
numerik yang merepresentasikan daya tarik relative setiap strategi.
Skor daya tarik 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara
logis menarik , dan 4 = sangat menarik (David dalam Sari, 2012).
5. Menghitung skor daya tarik total (TAS). TAS merupakan hasil
perkalian bobot dengan skor daya tarik (AS). Semakin tinggi TAS,
maka strategi semakin menarik.
6. Menghitung jumlah keseluruhan daya tarik total dari setiap
alternatif strategi. Skor yang lebih tinggi menunjukkan bahwa
alternatif strategi semakin menarik dan menjadi prioritas.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


28

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Sirnagalih yang berada di wilayah


Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Luas wilayah Desa Sirnagalih
adalah 177.18 Ha yang terbagi menjadi empat dusun, 12 RW, dan 52 RT.
Dari 177.18 Ha tersebut, wilayah Desa Sirnagalih dimanfaatkan sebagai
perumahan seluas 59.60 Ha, untuk areal sawah seluas 48.80 Ha, areal kebun
atau ladang seluas 49.90 Ha perkantoran 0.8 Ha, kolam atau empang seluas
0,20 ha, sedangkan sisanya dipakai untuk keperluan umum seperti tempat
peribadahan, bangunan pendidikan, jalan, lapangan olahraga, dan
pemakaman.
Batas – batas wilayah Desa Sirnagalih adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kota Batu;
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamantri
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tamansari
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Eurih.
Jumlah penduduk Desa Sirnagalih saat ini sebesar 12 461 jiwa
dengan 6 433 laki – laki dan 5 936 perempuan. Mayoritas penduduk Desa
Sirnagalih beragama islam dan merupakan penduduk asli daerah. Dari total
jumlah angkatan kerja yang dimiliki Desa Sirnagalih, 4 162 diantaranya
telah mengenyam bangku pendidikan. Dari 4 162 jiwa tersebut, sebanyak 2
174 jiwa atau sebesar 52.23 % telah menamatkan pendidikan tingkat SMA /
sederajat yang terbagi lagi menjadi 358 jiwa tamat akademi dan perguruan
tinggi sebanyak 212 jiwa. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa
Sirnagalih memiliki jenjang pendidikan yang baik dan memiliki kualitas
sumber daya manusia yang baik.
Sebanyak 297 orang penduduk Desa Sirnagalih yang berprofesi
sebagai petani yang juga termasuk peternak. Salah satu komoditi yang
dibudidayakan di Desa Sirnagalih adalah ayam buras jenis ayam kampung.
Data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) menggambarkan bahwa sebagian
besar ayam buras yang dipelihara oleh rumah tangga dengan rata – rata
dibawah seratus ekor per rumah tangga peternak dengan total populasi ayam
kampung di Desa Sirnagalih sebesar 4 098 ekor.

Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati

Kelompok tani sehati didirikan pada 23 Oktober 2010. Pada awalnya,


kelompok ini berdiri atas inisiatif Bapak Mahpudin bersama teman –
temannya untuk mengembangkan peternakan khususnya ayam kampung di
Desa Sirnagalih, namun kelompok belum berdiri secara resmi. Kemudian
setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari Unit Pelaksana Teknis
Peternakan, Bapak Mahmudin disarankan untuk meresmikan kelompok.
Keberadaan kelompok ini semakin diperkuat dengan dikukuhkannya
kelompok pada awal 2012 yaitu tepatnya pada tanggal 10 Januari 2012.
Salah satu anggota kelompok yaitu Ibu Hj Tati Idawati yang
memegang jabatan sebagai bendahara Kelompok Tani Sehati merupakan
29

tokoh yang aktif di di kegiatan sosial dan sering pergi ke Dinas Peternakan
mendengar bahwa ada informasi mengenai bantuan dana dari Pemerintah
untuk membangun dan memberdayakan masyarakat yang mempunyai
profesi sebagai petani. Kegiatan pemerintah tersebut adalah program
Sarjana Membangun Desa (SMD). Pengajuan dana melalui program SMD
ini dengan mengajukan proposal yang dibuat oleh Kelompok Tani Sehati.
Bantuan dana dari pemerintah yang diterima adalah sebesar 150 juta rupiah.
Berdasarkan wawancara dengan pihak Kelompok Tani Sehati, alasan
pemilihan ayam kampung sebagai komoditas yang dibudidayakan adalah
pemeliharaan yang tidak terlalu sulit dan cocok untuk diusahakan pada skala
usaha kecil jika dibandingkan dengan ayam ras walaupun membutuhkan
waktu yang lebih lama yaitu tiga bulan mulai dari pembersihan kandang
hingga panen. Selain itu, ayam kampung memiliki harga jual yang lebih
tinggi. Kendala utama dalam pemeliharaan ayam kampung adalah penyakit
yang diakibatkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu.
Kelompok tani sehati telah memiliki struktur organisasi yang juga
dibentuk ketika pengukuhan. Adanya struktur organisasi ini ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan atau operasional peternakan ayam kampung di
kelompok tani sehati tersebut serta membuat pembagian tugas menjadi lebih
jelas.

Pembina Pelindung (Kepala


Dewi lesatri S.Tp Desa Sinar Galih)
Ugan Sugandi

Ketua Kelompok
Mahpudin

Bendahara Sekretaris
Hj. Tati I Epi Rudaepi

Unit Budidaya Unit Sapronak Unit Pemasaran


Udin Sarwono Bowo

Anggota Anggota Anggota


Adi Hasan 1. Muhtar
2. Dedi

Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati


30

Kelompok tani sehati pada awalnya memiliki sepuluh orang anggota.


Namun hingga saat ini yang masih bertahan sebanyak empat orang. Hal ini
dikarenakan enam orang lainnya tidak bertanggung jawab terhadap
kelompok, dalam artian bertindak curang terhadap kelompok sehingga
menyebabkan pemberhentian secara paksa oleh ketua terhadap anggota
kelompok tersebut. Alasan lainnya adalah adanya kelalaian anggota dalam
kegiatan budidaya ayam menyebabkan ayam kampung yang dipelihara
mengalami kematian. Kelalaian tersebut seperti tidak menjalankan tugas
mengikuti jadwal yang telah diberikan sehingga ayam tidak diberi makan
dan dikontrol. Hal inilah yang menyebabkan anggota kelompok tani sehati
akhirnya tinggal empat orang.
Dari empat orang tersebut, dibagi tugas dengan mengikuti jadwal
yang telah dietentukan bersama. Pembagian tugas untuk pemeliharaan ayam
yaitu dengan pembagian waktu kerja. Pemberian pakan dan pengaturan suhu
pemanas pada pagi hari dari pukul 08.00 hingga 10.00 dilakukan oleh ketua
kelompok yaitu Bapak Mahpudin, kemudian pada siang hari dengan tugas
pengaturan suhu pemanas dan melihat dan mengawasi kondisi untuk
menjaga agar ayam tidak bertumpuk dari rentang waktu 12.00 hingga 15.00
dilakukan oleh Bapak Dedi, kemudian pemberian pakan pada sore hari dan
mengatur suhu pada pemanas dilakukan oleh Bapak Epi. Baru kemudian
pengawasan dan pengaturan suhu pemanas ayam pada malam hari dilakukan
oleh ketiganya. Sementara Ibu Tati bertugas dalam hal pencatatan atau
administrasi kelompok.
Kelompok tani sehati memiliki tiga kandang ternak dengan ukuran 6
x 15 m, 6 x 13 m, dan 4 x 5 m. Sistem pemeliharaan dilakukan secara
bersama dalam kandang yang sama dan jumlah ayam yang sama. Hal ini
berarti masing anggota tidak memiliki ayam sendiri atau pribadi karena
semua ayam yang dibudidayakan merupakan milik bersama. Selain
kandang, fasilitas lain yang dimiliki adalah gudang penyimpanan pakan,
serta peralatan – peralatan untuk pemeliharaan ayam seperti tempat minum,
tempat pakan, tempat obat, pemanas, dan lain – lain.

Visi dan Misi Kelompok


Pada awal pembentukan, kelompok tani sehati merumuskan visi dan
misi kelompok Kelompok tani sehati ini memiliki visi menyejahterakan
seluruh anggota kelompok. Untuk mencapai visi tersebut kelompok
merumuskan misi yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
beternak sehingga kehidupan anggota lebih sejahtera dengan adanya
peningkatan produktivitas dan pendapatan, membangun kerjasama antar
anggota untuk mengelola sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan
kelompok, serta menjadikan kelompok sebagai kelompok mandiri dengan
sistem kekeluargaan.
31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok


Tani Sehati

Lingkungan Internal
Setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam berbagai
bidang. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan ini perlu dilakukan
evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan serta meninjau
kemampuan yang dapat diunggulkan yang dimiliki oleh kelompok.
Lingkungan internal terdiri dari pemasaran, keuangan, produksi dan operasi,
manajemen, penelitian dan pengembangan, serta system informasi
manajemen.
1. Manajemen
Menurut David (2009), fungsi manajemen terdiri lima aktivitas dasar
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan
pengendalian. Perencanaan berperan dalam pengalokasian segala sumber
daya yang digunakan untuk pencapaian hasil yang diinginkan. Kegiatan
manajemen berkaitan dengan sumber daya manusia yang terlibat
didalamnya. Pada awal pembentukan, sumber daya manusia yang ada di
kelompok berjumlah sepuluh orang. Namun, saat ini anggota kelompok
yang bertahan sebanyak empat orang. Adapun untuk penunjukkan staf,
memang telah ada struktur organisasi yang telah disusun. Namun, dalam
pelaksanaannya, ketua kelompok berperan atau terlibat dalam semua
kegiatan kelompok mulai dari pembelian DOC, pemeliharaan ayam hingga
pemasaran. Artinya, kelompok belum memiliki atau melakukan
pendistribusian tanggung jawab dengan lebih baik. Ketua kelompok ini
dibantu oleh tiga orang anggota dengan rincian tugas dua orang terlibat
dalam budidaya dan pemasaran, dan satu orang pada bagian pencatatan atau
administrasi kelompok. Begitu pula dengan kegiatan perencanaan dan
pengendalian. Kegiatan ini belum terlihat atau terbagi dengan jelas. Hal ini
membuktikan bahwa kelompok belum memiliki kegiatan atau proses
manajemen yang cukup baik.
Saat ini, motivasi yang dimiliki anggota cukup baik, karena masih
tetap bertahan untuk terus mengusahakan ayam kampung walaupun terjadi
beberapa kendala. Motivasi yang selama ini dimiliki didasarkan pada
kesepakatan kelompok untuk terus mengusahakan kesejahteraan anggota,
apalagi kegiatan ini didukung oleh pemerintah dalam bentuk pemberian
modal.

2. Pemasaran
Ayam Kampung dijual dengan satuan kilogram dan dalam kondisi
masih hidup. Kelompok tani sehati biasanya menjual untuk konsumen lokal
saja. Konsumen lokal yang membeli berasal dari lingkungan sekitar daerah
Bogor dan membeli dalam jumlah yang tidak banyak. Pembelian ayam
kampung dalam jumlah yang banyak biasanya berasal dari Tangerang,
Sukabumi, dan Kebun Jeruk. Penjualan ayam kampung yang selama ini
32

dilakukan masih bertahap, artinya ayam kampung terjual tidak sekaligus


dalam jumlah yang banyak.
Selain itu, adanya keterbatasan tenaga kerja juga menyebabkan
kegiatan pemasaran menjadi kurang lancar. Keterbatasan diakibatkan karena
hingga saat ini anggota kelompok yang aktif berjumlah empat orang dan
seluruh kegiatan usaha baik itu dari kegiatan budidaya hingga pemasaran
menjadi tanggung jawab ketua kelompok. Anggota kelompok hanya sebatas
bekerja untuk kegiatan budidaya.
Untuk harga, kelompok sehati mengikuti harga yang berada di pasar.
Harga ayam kampung yang dijual rata – rata adalah Rp 27 000,00 per
kilogram. Untuk harga tertinggi yang diterima adalah Rp 30 000,00 per
kilogram sedangkan harga terendah adalah Rp 24 000,00 per kilogram.
Kegiatan distribusi yang dilakukan selam ini adalah tanggung jawab
pembeli karena pembeli datang langsung ke lokasi peternakan dan
membawa ayam kampung yang beli dengan biaya sendiri. Lokasi
peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati ini mudah dijangkau
karena akses jalan masuk cukup lebar. Lokasi peternakan yang dipilih
kelompok dapat dikatakan strategis karena akses jalan cukup baik hingga
mampu dijangkau oleh konsumen dan lokasi cocok untuk pemeliharaan
ayam kampung. Hal ini dikarenakan, selain jauh dari pemukiman warga,
lokasi juga mendukung untuk menjaga agar ayam tidak stress karena jarang
adanya gangguan suara seperti suara motor, mobil, dan suara warga yang
berinteraksi yang dapat membuat ayam stress.

3. Keuangan
Kondisi sumber keuangan kelompok sehati dapat dikatakan cukup
baik. Hal ini dikarenakan, kelompok memperoleh modal dari pemerintah.
Saat ini pencatatan yang dilakukan oleh kelompok masih tergolong
pencatatan yang sederhana. Hal ini dikarenakan pencatatan yang dilakukan
terbatas pada pencatatan pemasukan dan pengeluaran saja. Pencatatan
tersebut belum terkomputerisasi. Jadi hanya dicatat di buku keuangan dan
belum terpisah antar biaya investasi dan biaya operasionlanya. Hal ini
menyebabkan kelompok mengalami kesulitan dalam memprediksi
keuntungan yang diperoleh karena komponen biayanya tidak dipisah.

4. Produksi dan Operasi


Kelompok sehati memlilih ayam buras (bukan ras) jenis ayam
kampung untuk dibudidayakan dan kemudian dijual. Kegiatan budidaya ini
berlangsung kurang lebih tiga bulan yang dimulai dari pembersihan kandang
hingga panen. Hingga saat ini, kelompok telah melalui dua musim ternak
dan saat ini sedang menjalankan musim ketiga.
Untuk kegiatan budidaya sendiri diawali dengan pembersihan
kandang sehingga steril dan tidak memiliki penyakit. Kegiatan pembersihan
kandang dilakukan dengam menyemprot kandang menggunakan cairan
disinfektan. Penyemprotan dilakukan selama satu kali seminggu selama tiga
minggu. Pada minggu ketiga, barulah DOC (day old chick) masuk. DOC
dimasukkan ke dalam kandang yang telah disediakan pemanas untuk
menjaga agar ayam tetap hangat dan tidak mati. Tidak semua bagian atau
33

luas kandang digunakan untuk budidaya tahap DOC ini, lebar kandang yang
digunakan secukupnya untuk DOC dan jangkauan pemanas. Setiap hari,
kandang yang telah dibatasi dan digunakan untuk DOC dilebarkan sedikit
demi sedikit atau sekitar penambahan panjang satu meter untuk
mengimbangi pertumbuhan ayam.
Pemanas yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati adalah pemanas
semawar. Menurut (Harianto dan Krista, 2013), pemanas semawar adalah
pemanas yang baik dibandingkan pemanas lainya yaitu gasolek, kayu bakar,
batu bara, dan lampu bohlamp. Pemanas semawar dapat memanaskan
hingga 500 DOC dan panas yang dikeluarkan berupa uap panas.
Penggunaan pemanas sewar ini juga tidak sulit dan tidak berbahaya baik
untuk ayam maupun penggunanya yaitu anggota Kelompok Tani Sehati.
Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Saat ini kelompok
menerapkan pemberian jumlah pakan berbeda setiap harinya, dalam artian
pakan yang diberikan mengalami penambahan jumlah. Jenis pakan yang
diberikan adalah pakan pabrik Sinta BR21 E dengan protein 21 %.
Sedangkan jenis vitamin yang digunakan untuk budidaya ayam
kampung adalah vitacit dan cochivet. Vitamin ini diberikan ketika ayam
terlihat lemas atau tidak lincah. Vaksin yang digunakan adalah vaksin
gumboro dan NDB 1 dan 2. Vaksin ini diberikan untuk pencegahan
terhadap penyakit. Secara umum pemeliharaan ayam kampung dibagi
menjadi dua, yaitu pemeliharaan masa starter dan masa finisher. Masa
starter dimulai dari pembersihan kandang hingga pemeliharaan minggu
keempat. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari pemberian pakan, mengatur
pemanas, menutup kandang dengan tirai atau terpal, memberikan vaksin,
dan pengaturan kepadatan kandang agar ayam tidak bertumpuk. Masa
finisher pemeliharaan ayam dimulai dari minggu kelima hingga panen.
Pemeliharaan masa finisher ini juga sama dengan masa starter,
perbedaannya hanya terletak pada jumlah pakan yang diberikan berbeda.
Selain itu, pada masa finisher juga tirai penutup kandang mulai dibuka pada
siang hari dan ditutup kembali pada malam harinya atau saat hari hujan.
Pada dasarnya pemeliharaan ayam kampung dapat dikatakan lebih mudah
jika dibandingkan dengan ayam ras.

5. Penelitian dan Pengembangan


Hingga saat ini, kegiatan penelitian dan pengembangan belum
dilakukan. Penelitian dan pengembangan ini merupakan faktor yang
mempengaruhi pengembangan produk, baik dari segi bentuk maupun
kualitas dari produk itu sendiri. Belum adanya kegiatan ini karena
terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki dan usaha kelompok masih
tergolong usaha kecil.

6. Sistem informasi Manajemen


Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan
landasan bagi semua keputusan manajerial. Saat ini, kelompok belum
memiliki situs resmi karena belum mampunya sumberdaya manusia untuk
mengelola situs tersebut. Selain itu, kelompok merasa bahwa situs resmi
belum diperlukan untuk pengembangan usahanya saat ini.
34

Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi lingkungan internal


kelompok tani sehati dapat ditentukan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh kelompok. Adapun kekuatan yang dimiliki adalah :
1. Sumber modal usaha berasal dari pemerintah.
Sumber modal jelas menjadi kekuatan bagi Kelompok Tani Sehati.
Hal ini dikarenakan kelompok mendapat bantuan dana dari
pemerintah yang tidak harus dikembalikan. Artinya kelompok ttidak
memiliki beban hutang yang harus dibayarkan. Selain itu, jumlah
bantuan dana sebesar 150 juta dapat dikatakan cukup besar untuk
membiayai seluruh kegiatan investasi maupun operasional kelompok
untuk jangka pendek. Adanya modal ini membuat kelompok tidak
mengalami kesulitan dalam menentukan atau memutuskan semua hal
yang berkaitan dengan keterbatasan dana.
2. Teknologi yang digunakan sudah baik.
Kelompok dapat mengatur dan menentukan teknologi apa yang akan
digunakan selama pemeliharaan ayam kampung dilakukan. Saat ini
teknologi yang digunakan kelompok adalah pemanas semawar yang
merupakan pemanas dengan kualitas terbaik untuk pemeliharaan
ayam kampung. Pemanas semawar tersebut mudah diakses dan
mudah pula untuk diterapkan oleh kelompok karena tidak
memerlukan keahlian khusus dalam pengoperasiannya. Oleh karena
itu, teknologi ini merupakan kekuatan bagi kelompok tani sehati.
3. Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk
melakukan usaha budidaya ayam kampung.
Keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota merupakan kekuatan
yang dimiliki oleh kelompok tani ehati. Hal ini dikarenakan
kelompok telah mengalami masa – masa sulit dalam pemeliharaan
ayam. Masa sulit tersebut adalah ketika hamper seluruh ayam
kampung yang dibudidayakan dan telah memasuki masa panen
mengalami kematian secara mendadak. Namun, anggota kelompok
yang saat ini mengelola peternakan tersebut tidak putus asa dan terus
mencari informasi mengenai pemeliharaan ayam kampung yang baik
dan benar. Sehingga pada siklus yang sekarang tengah dijalankan
tidak terdapat kesalahan seperti siklus sebelumnya. Hal ini
membuktikan bahwa keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota
kelompok untuk terus mengembangkan usaha ayam kampung yang
saat ini sedang dijalankan.
4. Lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam kampung secara
intensif.
Lokasi peternakan ayam kampung yang dilakukan oleh kelompok
tani sehati jauh dari pemukiman warga. Hal ini menyebabkan tidak
ada protes dari masyarakat sekitar mengenai keberadaan peternakan
yang menimbulkan bau dan mengganggu masyarakat. Meskipun jauh
dari pemukiman warga, akses ke kelompok tani sehati dapat
dikatakan cukup mudah sehingga dalam proses pendistribusiannya
tidak mengalami kesulitan yang cukup besar.
35

Adapun beberapa kelemahan yang dapat didentifikasi dari kelompok


tani sehati adalah :
1. Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil.
Tingkat pengetahuan baik itu untuk budidaya ayam kampung maupun
dilihat dari tingkat pendidikan anggota kelompok dapat dikatakan
cukup rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kematian
ayam yang tinggi akibat kelalaian atau ketidaktahuan cara
penggunaan obat yang tepat oleh ketua maupun anggota kelompok
tani. Hal ini disebabkan dari empat anggota yang aktif saat ini,
tedapat dua orang yang memiliki pengalaman dalam peternakan
ayam. Namun, ayam yang dipelihara sebelumnya ayam ras pedaging
yang notabene dalam kegiatan budidayanya berbeda dengan ayam
buras jenis ayam kampung. Selain itu, tingkat pendidikan anggota
kelompok yang sebagian besar lulus sekolah dasar, menyebabkan
anggota kurang terampil dalam hal manajemen sumber daya
manusianya, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi
manajemennya.
2. Kelompok tani pasif dalam pencarian pangsa pasar.
Pasif disini berarti kelompok kurang gesit dalam mencari pangsa
pasar. Saat ini konsumen ayam kampung kelompok tani sehati datang
sendiri ke kelompok. Namun, belum ada usaha kelompok untuk
memasarkan ayamnya sendiri ke pasar – pasar tradisional dan pasar
lain diluar pembeli dari Tangerang, Kebun Jeruk, Bogor dan
Sukabumi. Konsumen dari wilayah Bogor sebatas pembeli rumah
tangga yang membeli dalam jumlah yang sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa pemasaran yang dilakukan kelompok kurang
gencar.
3. Belum memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang
besar.
Pelanggan yang dating ke kelompok berasal dari lingkungan sekitar
peternakan saja. Jumlah pembelian ayamnya pun tidak tergolong
dalam jumlah yang besar. Hal ini pula yang menyebabkan kelompok
mengalami excess supply pada masa panen dengan berat badan ayam
satu kilogram. Dampaknya adalah kelompok menunggu pembeli yang
akan membeli ayam yang siap panen dengan tetap memelihara ayam
sehingga bobot dan umur ayam bertambah yang juga mengakibatkan
penurunan permintaan konsumen.
4. Belum adanya distribusi tugas yang merata.
Saat ini, ketua masih memegang semua urusan mulai dari
pemeliharaan hingga pemasaran ayam. Ketua dan anggota masih
memegang banyak tugas dan tugas tersebut belum terbagi dengan
jelas walaupun kelompok telah memiliki struktur organisasi. Hal ini
menyebabkan tanggung jawab anggota masih kurang karena merasa
semua hal yang berkaitan dengan peternakan adalah tanggung jawab
ketua.
36

Lingkungan Eksternal
Menganalisis atau mengidentikasi lingkungan eksternal suatu
organisasi dapat bermanfaat untuk melihat berbagai peluang yang dapat
dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari oleh organisasi. Lima
kategori kekuatan kunci eksternal menurut David (2009) adalah kekuatan
ekonomi; kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; kekuatan
teknologi, dan kekuatan pesaing.
1. Kekuatan Ekonomi
Faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap kelompok adalah daya
beli masyarakat saat ini. Daya beli ini dapat dipengaruhi oleh tingkat
inflasi, jumlah pendapatan, harga produk, pengaruh harga bahan
bakar, dan lain – lain. Untuk kelompok tani sehati ini sendiri,
pengaruh harga pakan yang terus meningkat mempengaruhi
kemampuan daya belinya. Dengan tingkat harga pakan yang semakin
meningkat setiap periode membuat kelompok harus mengeluarkan
biaya yang lebih besar karena penggunaan jumlah pakan tidak dapat
dikurangi bahkan terus bertambah seiring pertambahan umur dan
berat badan ayam. Pengaruh harga pakan ini, menurut responden juga
akibat dari harga bahan bakar yang naik sehingga semua biaya yang
berkaitan dengan pakan mulai dari harga pokok hingga distribusi juga
meningkat. Adanya kenaikan harga pakan inilah yang menjaadi
ancaman bagi kelompok tani sehati dalam usaha budidaya ayam
kampung yang saat ini dijalankan.
2. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan.
Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan dapat menjadi
peluang ataupun ancaman bagi suatu organisasi kecil maupun besar.
Kecenderungan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan
membentuk gaya hidup dan tingkat konsumsi masyarakat. Saat ini
trend konsumsi masyarakat adalah mengkonsumsi makanan sehat
sebagai akibat adanya pengaruh pendidikan dan pendapatan yang
semakin baik. Hal inilah yang menjadi peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh kelompok untuk terus membudidayakan ayam
kampung. Kesadaran masyarakat terhadap makanan yang lebih sehat
ditambah dengan apresiasi masyarakat terhadap ayam kampung yang
lebih baik dapat dijadikan peluang yang dapat dimanfaatkan
kelompok tani sehati. Selain itu, adanya peningkatan jumlah
penduduk di Kabupaten Bogor juga turut mepengaruhi tingkat
konsumsi masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan
permintaan terhadap ayam kampung yang dijual.
Jika dilihat dari faktor lingkungan, cuaca dapat mempengaruhi tingkat
kematian ayam kampung yang dibudidayakan. Walaupun daya tahan
tubuh ayam kampung lebih tinggi dibandingkan ayam ras, ayam
kampung yang terus menerus dihadapakan dengan kondisi iklim dan
cuaca yang tidak menentu juga dapat terserang penyakit. Penyakit
yang menyerang ayam ini jika tidak dapat diatasi maka akan
menyebabkan kematian pada ayam.
37

3. Kekuatan pemerintah, dan hukum.


Pengaruh pemerintah yang berkaitan dengan politik, hukum dan
kebijakan yang ditetapkan juga dapat menjadi peluang dan ancaman
bagi suatu organisasi. Hal ini juga berkaitan dengan undang- undang
yang mengatur ataupun kebijakan lain seperti subsidi pemerintah dan
pajak juga akan mempengaruhi organisasi. Saat ini, kelompok tani
sehati belum terpengaruh oleh hal – hal yang berkaitan dengan
undang-undang dan pajak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
FGD (Forum Group Discussion) yang telah dilakukan, diketahui
bahwa kelompok belum membayar pajak yang berkaitan dengan
usaha karena usaha budidaya ayam kampung baru berjalan selama
satu tahun dan belum mendapatkan profit yang diinginkan. Peraturan
pemerintah yang selama ini berpengaruh bagi kelompok adalah
perjanjian dengan pemerintah untuk terus membudidayakan ayam
kampung dengan berkelompok dan dalam satu kandang. Hal ini yang
terus dilakukan oleh kelompok agar dana bantuan dapat
dimanfaatkan. Peraturan ini berkaitan dengan diperolehnya dana
bantuan dari pemerintah sebesar 150 juta rupiah.
4. Kekuatan Teknologi
Teknologi yang digunakan kelompok tani sehati dapat dikatakan baik.
Secara keseluruhan, alat – alat yang digunakan kelompok untuk usaha
budidaya ayam sudah sesuai dengan yang diperlukan atau yang
seharusnya digunakan untuk budidaya ayam kampung. Saat ini,
perkembangan teknolgi untuk budidaya ayam kampung cukup baik.
Contohnya adalah perkembangan pemanas yang semakin baik yang
dimulai dari batu bara, kayu bakar, lampu, gasolek hingga semawar.
Saat ini pemanas yang paling baik adalah pemanas jenis semawar
yang dilengkapi kanopi dengan diameter kurang lebih satu meter
yang berfungsi untuk mengoptimalkan panas yang dihasilkan. Satu
pemanas semawar dapat menghangatkan sekitar 500 ekor DOC dan
dapat dioperasikan dengan mudah serta dapat diatur panasnya
menggunakan regulator. Tidak hanya itu, perkembangan kontruksi
kandang juga semakin baik. Konstruksi kandang postal. cocok
digunakan untuk skala sedang dan besar. Kandang postal adalah jenis
kandang yang umum digunakan untuk pemeliharaan ayam kampung
mulai dari DOC hingga panen. Lantai dari kandang tersebut langsung
bersentuhan dengan tanah yang dilapisi sekam dengan ketebalan
kurang lebih satu centimeter. Kandang postal termasuk ke dalam
kandang koloni untuk peternakan dalam skala besar.
5. Kekuatan kompetitif.
Mengidentifikasi persaingan dapat dianalisa menggunakan lima
kekuatan bersaing Porter. Mengindefikasi kekuatan kompetitif ini
berkaitan dengan pesaing dan posisi oragnisasi dalam kondisi
persaingan tersebut. Hal ini menjad bagian penting dalam
indentifikasi lingkungan eksternal untuk melihat atau mengenali
pesaing mulai dari kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancamannya bagi organisasi.
38

Berikut ini adalah kondisi kelompok tani sehati yang dianalisa


menggunakan model lima kekuatan Porter.
a. Persaingan antar perusahaan saingan
Menurut David (2009), kekuatan persaingan antar
perusahaan saingan merupakan yang paling hebat dari kekuatan
lainnya. Suatu perusahaan akan berhasil menjalankan strateginya
apabila telah memiliki keunggulan kompetitif dari pesaingnya.
Umumnya, posisi yang diperebutkan adalah market share,
penguasaan saluran distribusi, pemasok, persaingan lokasi,
kualitas dan harga. Kelompok Tani Sehati perlu mengantisipasi
adanya persaingan antar perusahaan saingan ini karena dapat
mengancam keberadaan usaha. Secara umum, usaha peternakan
ayam kampung lainnya yang dihadapi oleh kelompok sebagian
besar adalah rumah tangga.
b. Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Menurut Porter (1980), produk pengganti membutuhkan
perhatian adalah produk yang mempunyai harga atau kualitas
yang lebih bagus daripada produk internal, atau produk yang
memiliki kualitas yang sama namun memiliki harga yang lebih
rendah. Ancaman produk pengganti dari ayam kampung adalah
ayam broiler atau ayam ras. Hal ini dikarenakan ayam ras
memiliki harga yang lebih terjangkau dan merupakan barang
yang sehari – hari dikonsumsi oleh masyarakat karena
ketersiadaannya lebih banyak. Persaingan dengan ayam ras
merupakan persaingan yang paling besar bagi kelompok tani
sehati dalam hal ketersediaan dan harga. Harga ayam kampung
di tingkat peternak lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu peluang usaha
peternakan ayam kampung.
Selain itu, menurut Harianyo dan Krista (2013), citarasa
yang dimiliki ayam kampung lebih unggul jika dibandingkan
dengan unggas lainnya, ayam kampung memiliki tekstur dan
citarasa yang unik dan memiliki keunggulan tersendiri. Adanya
keunggulan citarasa ini dapat dijadikan potensi atau peluang bagi
kelompok tani sehati dalam hal perintaan daging ayam kampung.
Selain itu, ayam kampung memiliki keunggulan karena ayam
kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap
perubahan lingkungan dibandingkan dengan ayam ras. Daya
tahan tubuh ayam kampung terhadap lingkungan yang lebih baik
merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk
mengusahakan ayam kampung. Hal ini dikarenakan dengan daya
tahan tubuh yang lebih baik tersebut, kelompok dapat lebih
mudah melakukan proses budidayanya. Artinya, pemeliharaan
ayam kampung tidak sesulit memelihara ayam ras yang
membutuhkan pengaturan pemanas setiap harinya karena bagi
ayam kampung, pemanas hanya digunakan ketika pemeliharaan
DOC dan musim hujan. Hal inilah yang dijadikan peluang usaha
39

bagi peternak untuk terus mengembangkan usaha peternakan


ayam kampung.
c. Kekuatan Daya tawar Pemasok
Mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu
produk adalah kekuatan pemasok untuk mempengaruhi industri.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampulabaan industri yang
tidak dapat mengimbangi kenaikan harganya. Pemasok bagi
industri sangat erat kaitannya dengan bahan baku yang
digunakan, jasa, dan tenaga kerja bagi industi. Saat ini, hubungan
antara kelompok dengan pemasok DOC cukup baik. Walaupun
belum terikat secara kontrak, namun kelompok tidak berpindah
ke pemasok lain untuk membeli DOC. Menurut responden,
kualitas DOC yang dibeli dari pemasok tersebut baik
dibandingkan yang lain. Adanya hubungan yang baik didasari
pada hubungan yang telah dibina sebelumnya antara ketua
dengan pemasok sehingga pemesanan ayam dan complain bisa
dilakukan melalui telepon, selain itu pembayaran secara cash
yang dilakukan oleh kelompok bisa ditunda. Ini artinya, antara
kelompok dan pemasok tekah terbina hubungan yang saling
percaya.
d. Potensi Masuknya pesaing baru
Pendatang baru yang masuk ke dalam industri akan
meningkatkan persaingan. Apabila kapasitas menjadi bertambah,
maka akan terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan
sumber daya produksi yang terbatas. Hal inilah yang kemudian
menjadi ancaman bagi usaha peternakan ayam kampung yang
sudah ada.
Menurut Porter (1980), terdapat enam faktor hambatan
masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala
ekonomis, diferensiasi peroduk, kebutuhan modal, biaya beralih
pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak
menguntungkan. Yang pertama yaitu skala ekonomis yang
menggambarkan menurunnya biaya satuan suatu produk apabila
volume absolute per periode meningkat. Hal ini menghalangi
masuknya pendatang baru dengan memaksa pendatang baru
untuk masuk pada skala besar dengan risiko yang ada. Untuk
memulai usaha peternakan ayam kampung tidak harus dimulai
dengan skala yang besar karena siapa saja dapat memulai usaha
dari skala kecil dengan pemeliharaan ekstensif, semi intensif,
maupun intensif dengan jumlah populasi yang tidak banyak.
Yang kedua yaitu diferensiasi produk yang tujuannya untuk
memberikan identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan yang
disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, dan perbedaan
terhadap produk lainnya Pada umumnya ayam kampung yang
dijual oleh kelompok dengan pesaingnya sama secara fisik.
Faktor yang ketiga yaitu kebutuhan modal. Kebutuhan
modal untuk pemeliharaan ayam kampung tidak cukup besar jika
dilakukan dengan sistem pemeliharaan yang ekstensif dan semi
40

intensif. Namun jika sistem pemeliharaan yang dilakukan adalah


sistem pemeliharaan intensif dengan jumlah DOC yang banyak
maka jumlah modal yang cukup besar diperlukan untuk
pembuatan kandang, pembelian pemanas yang tepat guna untuk
memanaskan DOC, serta pembelian asset untuk investasi
lainnya. Namun, jika pemeliharaan secara intensif dengan jumlah
DOC yang kecil maka modal untuk kegiatan investai tidaklah
besar. Hal inilah yang nantinya dapat semakin memperkecil
hambatan pendatang baru untuk masuk kedalam industri
restoran. Selanjutnta adalah faktor biaya beralih pemasok, yaitu
biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah
dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok yang lain.
Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang
baru cukup besar agar pelaku usaha peternakan ayam kampung
yang telah ada mau berpindah dari pemasok tetapnya. Hal ini
terjadi karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan
pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan
merasa kesulitan untuk memaksa pemilik usaha yang telah ada
untuk pindah pemasok.
Faktor yang kelima yaitu akses ke saluran distribusi.
Saluran distribusi merupakan hambatan bagi pendatang baru
apabila saluran distribusi untuk produk sejenis tersebut telah
ditangani oleh perusahaan yang sudah mapan dan perusahaan
baru tersebut harus meyakinkan perusahaan tersebut agar
menerima produknya. Pada usaha peternakan ayam kampung,
konsumen langsung datang ke tempat produsen atau lokasi
peternakan untuk memperoleh ayam kampung. Faktor yang
terakhir yaitu biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.
Para pelaku usaha yang telah mapan mungkin memiliki
keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru pendatang
baru yang akan masuk ke dalam industri restoran tradisional.
Misalnya dalam hal pengalaman, teknik bididaya, penguasaan
terhadap sumber daya produksi, dan lokasi yang
menguntungkan. Meskipun demikian pendatang baru masih
berpotensi masuk ke dalam usaha peternakan ayam kampung
karena input DOC dan pakan mudah diperoleh serta peralatan
yang digunakan mudah diterapkan dan didapatkan juga. Oleh
karena itu, pedatang baru yang masuk ke dalam industri
peternakan ayam kampung ini dapat dikatakan sebagai pesaing
yang potensial.
e. Kekuatan Daya Tawar Pembeli
Menurut Porter (1980), pembeli menekan dengan cara
menginginkan harga yang lebih murah namun dengan kualitas
dan pelayanan yang lebih baik. Dalam hal ini, kekuatan daya
tawar menawar pembeli bagi kelompok tani sehati kecil. Hal ini
dikarenakan harga ayam kampung yang dijual mengikuti harga
pasar dan pembeli tidak dapat menawar harga yang telah
ditetapkan menjadi lebih rendah. Berdasarakan wawancara
41

terhadap responden, hingga saat ini kelompok belum


menerapkan system potongan harga bagi pembeli yang membeli
dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menandakan bahwa
kekuatan daya tawar – menawar pembeli cukup kecil.

Berdasarkan wawancara mendalam dengan pihak kelompok tani


sehati dan pengamatan langsung dilapangan serta penyocokoan dengan studi
literature dapat ditentukan peluang dan ancaman bagi kelompok tani sehati.
Adapun peluang yang dapat didentifikasi adalah :
1. Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan
kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi
makanan sehat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang
cukup banyak. Di Kabupaten Bogor sendiri jumlah penduduknya
mencapai 4 771 932 jiwa (BPS Kab Bogor, 2010). Adanya
peningkatan jumlah penduduk ini mengindikasikan bahwa kebutuhan
akan bahan makanan juga meningkat. Selain itu, juga terdapat
kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan
yang tidak mengandung zat pengawet dan kimia, mengandung hanya
sedikit lemak, kurang mengandung gula, dan berasal dari alam yang
masih sehat dan segar. Hal ini menunjukkan pola konsumsi
masyarakat juga berubah. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk
hidup sehat dan kembali ke alam (back to nature). Masyarakat
menjadi semakin kritis dan selektif dalam memilih makanan dan
minuman, kesehatan, serta menuntut lingkungan hidup yang sehat,
bersih, dan bebas polusi. Hal ini merupakan kesempatan bagi
kelompok untuk memasarkan tepung ubi jalar dengan kandungan
nutrisi yang dimilikinya.
2. Hubungan baik dengan pemasok DOC
Hubungan baik dengan pemasok dapat dikatakan sebagai peluang
bagi kelompok tani sehati. Hal ini dikarenakan selama ini kelompok
membeli DOC hanya dari satu tempat saja yaitu PT Unggul.
Berdasarkan wawancara, alasan kelompok mempertahankan pemasok
ini adalah kualitas pakan dan DOC-nya yang lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan lainnya. Adanya hubungan yang baik didasari
pada hubungan yang telah dibina sebelumnya antara ketua dengan
pemasok sehingga pemesanan ayam dan complain bisa dilakukan
melalui telepon, selain itu pembayaran secara cash yang dilakukan
oleh kelompok bisa ditunda. Ini artinya, antara kelompok dan
pemasok tekah terbina hubungan yang saling percaya.
3. Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih
unggul.
Rasa merupakan salah satu hal yang menjadi fokus konsumen saat
membeli. Jika dibandingkan dengan unggas lainnya, ayam kampung
memiliki tekstur dan citarasa yang unik dan memiliki keunggulan
tersendiri. Adanya keunggulan citarasa ini dapat dijadikan potensi
atau peluang bagi kelompok tani sehati dalam hal perintaan daging
ayam kampung. Hingga saat ini, tidak hanya peternakan saja, namun
42

juga banyak rumah makan yang menjadikan ayam kampung sebagai


ciri khas utamanya.
4. Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam
ras.
Jelas terlihat dipasaran bahwa harga daging ayam kampung berada
diatas daging ayam ras. Ditingkat peternak, harga ayam kampung
menacapi puluhan ribu rupiah per kilogram. Kisaran rata – ratanya
adalah Rp 21 000 – Rp 25 000 (Harianto dan Krista, 2013).
Sementara di tingkat peternak untuk ayam ras harganya berkisar
belasan ribu rupiah per kilogramnya. Hal ini merupakan peluang bagi
kelompok untuk mengusahakan ayam kampung.
5. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap
perubahan lingkungan.
Daya tahan tubuh ayam kampung terhadap lingkungan yang lebih
baik merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk
mengusahakan ayam kampung. Hal ini dikarenakan dengan daya
tahan tubuh yang lebih baik tersebut, kelompok dapat lebih mudah
melakukan proses budidayanya. Artinya, pemeliharaan ayam
kampung tidak sesulit memelihara ayam ras yang membutuhkan
pengaturan pemanas setiap harinya karena bagi ayam kampung,
pemanas hanya digunakan ketika pemeliharaan DOC dan musim
hujan.

Sementara itu, terdapat beberapa ancaman bagi kelompok dalam


melakukan usaha budidayanya. Adapun ancaman-ancaman tersebut adalah :
1. Harga pakan yang terus meningkat.
Harga pakan lebih sering mengalami peningkatan sehingga membuat
biaya pemeliharaan semakin besar. Hal ini menuntut kelompok untuk
mengatur strategi agar baiay pakan menjadi lebih rendah.
Peningkatan harga pakan ini akan membuat keuntungan yang
diperoleh kelompok menjadi lebih sedikit.
2. Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan ayam kampung
cukup kecil
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hambatan masuk untuk
usaha peternakan ayam kampung ini dapat dikatakan cukup kecil. Hal
ini dikarenakan, untuk memulai usaha peternakan ayam kampung
tidak harus dimulai dengan skala yang besar karena siapa saja dapat
memulai usaha dari skala kecil dengan pemeliharaan ekstensif, semi
intensif, maupun intensif dengan jumlah populasi yang tidak banyak,
umumnya ayam kampung yang dijual oleh kelompok dengan
pesaingnya sama secara fisik, kebutuhan modal untuk pemeliharaan
ayam kampung tidak cukup besar jika dilakukan dengan sistem
pemeliharaan yang ekstensif, semi intensif dan intensif dengan
jumlah populasi yang kecil, serta input DOC dan pakan mudah
diperoleh serta peralatan yang digunakan mudah diterapkan dan
didapatkan.
3. Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti.
43

Ayam ras pedaging merupakan ancaman dari produk pengganti. Jelas


terlihat bahwa tingkat persaingan dengan ayam ras merupakan
ancaman yang berpegaruh bagi peternakan ayam kampung. Produk
pengganti difokuskan pada ayam ras dikarenakan ayam ras dan ayam
buras memiliki jumlah populasi yang banyak jika dibandingkan
dengan unggas lainnya. Hal inilah yang menyebabkan produk
penggati dari ayam kampung adalah ayam ras pedaging.

4. Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam.


Cuaca adalah lingkungan yang tidak bisa dikontrol oleh kelompok
tani. Dalam kegiatan budidaya, cuaca yang tidak menentu
berpengaruh pada tingkat kematian ayam yang paling besar. Hal ini
merupakan ancaman bagi kelompok tani sehati dalam kegiatan
pemeliharaan ayam kampung.

Tahap Masukan (Input Stage)

Tahap masukan adalah tahap pertama yang dilakukan dalam


perumusan strategi. Pada tahap ini penting diamati adalah faktor internal
dan eksternal yang dimiliki oleh kelompok tani sehati. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam dan pengamatan langsung terhadap kelompok tani
sehati, maka yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi kelompok tani sehati. Kemudian,
dilakukan evaluasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
tersebut. Untuk kekuatan dan kelemahan akan dievaluasi menggunakan
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) sementara untuk peluang dan
ancaman akan dievaluasi menggunakan Matriks EFE ( external factor
evaluation).

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)


Kekuatan dan kelemahan dalam suatu usaha dapat dievaluasi dengan
menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Kekuatan dan
kelemahan yang telah diidentifikasi melalui wawancara dan studi literature
kemudian dihitung bobotnya. Perhitungan bobot dilakukan menggunakan
metode pair comparison dan pemberian rating digunakan untuk mengukur
kekuatan dan kelemahan tersebut termasuk ke kekuatan atau kelemahan
utama. Perkalian bobot dan rating akan menghasilkan skor untuk masing –
masing faktor internal tersebut. Skor yang telah dihasilkan kemudian
dijumlahkan sehingga memperoleh skor total untuk matriks IFE. Skor total
inilah yang akan dijadikan ukuran pada matriks IE (internal eksternal
factor). Tabel 13 menunjukkan perhitungan skor total matriks IFE.
44

Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kelompok Tani Sehati


Faktor Internal Bobot Rating BobotSkor
Kekuatan
Sumber modal usaha berasal dari
0.174 3 0.522
pemerintah. .
Teknologi yang digunakan sudah
0.155 3 0.465
baik.
Adanya keinginan dan motivasi
yang kuat dari anggota untuk
0.173 3 0.521
melakukan usaha budidaya ayam
kampung.
Lokasi yang strategis untuk
pemeliharaan ayam kampung 0.124 3 0.373
secara intensif.
Kelemahan
Sumberdaya manusia yang dimiliki
0.074 1 0.074
kurang terampil.
Kelompok tani pasif dalam
0.111 1 0.111
pencarian pangsa pasar.
Belum memiliki pelanggan tetap
yang membeli dalam jumlah yang 0.086 1 0.086
besar.
Belum adanya distribusi tugas
0.099 1 0.099
yang merata
Total Skor IFE 2.255

Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa kekuatan utama


dari usaha budidaya ayam kampung kelompok tani sehati ini adalah Sumber
modal usaha berasal dari pemerintah. . Skor untuk Sumber modal usaha
berasal dari pemerintah. ini adalah sebesar 0.522. Kemudian untuk
kelemahan utama ada pada faktor sumberdaya manusia yang dimiliki
kurang terampil.. Skor untuk kelemahan utama faktor internal ini adalah
0.074. Penilaian responden terhadap faktor internal usaha budidaya ayam
kampung kelompok tani sehati ini memperoleh skor rata – rata IFE sebesar
2.255. Hal ini menunjukkan bahwa posisi kelompok berada pada kondisi
rata – rata yang berarti kemampuan kelompok untuk memanfaatkan
kekuatan dan mengatasi kelemahannya berada pada posisi strategis rata –
rata.

Matriks EFE ( external factor evaluation)


Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor – faktor eksternal
yaitu peluang dan ancaman bagi usaha budidaya ayam kampung kelompok
tani sehati. Matriks EFE ini terletak pada sumbu vertikal matriks IE.
Berdasarkan penilaian responden terhadap faktor – faktor eksternal,
45

diperoleh skor rata – rata sebesar 3.02. Skor ini mengindikasikan bahwa
posisi strategis kelompok berada pada kondisi tinggi. Hal ini berarti
kemampuan kelompok dalam menangkap atau memanfaatkan peluang dan
menghindari atau mengahadapi ancaman dapat dikatakan cukup tinggi.
Perhitungan skor rata – rata eksternal ini dimulai dari perhitungan
bobot dan rating pada tiap – tiap faktor eksternal yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Selanjutnya bobot pada tiap – tiap faktor eksternal tersebut
dikalikan dengan rating pada tiap – tiap faktor eksternal tersebut sehingga
diperoleh bobot skor. Total bobot skor inilah yang merupakan total skor
EFE. Total skor EFE ini akan dijadikan sebagai input pada pemetaan posisi
strategis Kelompok Tani Sehati pada sel dalam matriks IE. Adapun
perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kelompok Tani Sehati


Bobot
Faktor Eksternal Bobot Rating
Skor
Peluang
Peningkatan pendidikan dan pendapatan 0.111 4 0.444
masyarakat menyebabkan
kecenderungan perubahan pola
konsumsi untuk mengkonsumsi
makanan sehat

Hubungan baik dengan pemasok DOC 0.115 4 0.463

Preferensi konsumen terhadap citarasa


0.129 3.7 0.480
ayam kampung yang lebih unggul.
Harga jual yang lebih tinggi dan stabil
0.144 3 0.433
dibandingkan dengan ayam ras.
Ayam kampung memiliki daya tahan
tubuh yang kuat terhadap perubahan 0.138 3 0.416
lingkungan.
Ancaman
Harga pakan yang terus meningkat. 0.084 2 0.169
Hambatan untuk masuk kedalam
industri peternakan ayam kampung 0.077 4 0.311
cukup kecil
Kemudahan untuk mendapatkan produk
pengganti. 0.103 2 0.206

Cuaca yang tidak menentu


0.093 1 0.093
mempengaruhi tingkat kematian ayam.
Total skor EFE 3.02

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa peluang utama yang dapat


dimanfaatkan kelompok untuk melanjutkan kegiatan usaha budidaya ayam
46

kampung ini adalah Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung


yang lebih unggul dengan skor 0.480 dan ancaman utama yaitu cuaca yang
tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam dengan skor 0.093.
Skor total eksternal yang diperoleh adalah sebesar 3.02. Skor ini
mengindikasikan bahwa posisi strategis kelompok berada pada kondisi
tinggi. Hal ini berarti kemampuan kelompok dalam menangkap atau
memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengahadpi ancaman dapat
dikatakan cukup tinggi.

Tahap pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan merupakan tahap kedua dalam kerangka


perumusan strategi. Pada tahap ini, matriks yang digunakan adalah matriks
IE dan matrisk SWOT. Pada matriks IE akan menghasilkan strategi yang
disesuaikan dengan posisi kelompok tani sehati. Strategi tersebut tergantung
pada letak atau posisi kelompok dari sembilan sel yang terdapat dalam
matrisk IE. Kemudian, strategi tersebut dikembangkan menggunakan
matriks SWOT yang akan menghasilkan beberapa alternatif strategi .

Matriks IE ( Internal – Eksternal)


Matriks IE digunakan untuk melihat posisi perusahaan pada kondisi
pertumbuhan dan persaingan bisnis yang dihadapi. Matriks IE menempatkan
organisasi dalam sembilan sel. Untuk kelompok tani sehati, faktor – faktor
yang mempengaruhi baik itu dari internal maupun eksternal, telah
diidentifikasi dan diberikan skor. Berdasarkan penilaian responden,
diketahui bahwa skor total IFE adalah sebesar 2.25 dan skor total nilai EFE
adalah sebesar 3.02. Oleh karena itu, berdasarkan pemetaan skor tersebut
pada matriks IE, diperoleh bahwa posisi kelompok tani sehati berada pada
sel II. Sel II pada matriks IE menunjukkan posisi tumbuh dan membangun
(grow and build) dan strategi yang cocok digunakan pada posisi ini adalah
strategi intensif dan strategi integratif.

Total Nilai IFE yang Dibobot

Kuat Rata-Rata Lemah


3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
Tinggi I II III

Total Nilai
3,0-4,0 2.25 , 3.02
EFE yang Dibobot
Sedang IV V VI
2,0-2,99
Rendah VII VIII IX

1,0-1,99

Gambar 6 Matriks Internal Eksternal (IE) Kelompok Tani Sehati.


47

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa Kelompok Tani Sehati


termasuk dalam sel II (dua) dengan strategi yang cocok dijalankan adalah
strategi intensif dan integrative. Menurut David (2009) strategi intensif
terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk. Ketiga strategi tersebut memerlukan usaha intensif untuk
memperbaiki posisi bersaing perusahaan dengan produk yang sudah ada.
Kemudian, yang termasuk kedalam strategi integrative adalah integrasi ke
depan, ke belakang dan horizontal. Strategi ini membuat perusahaan atau
organisasi dapat mengendalikan distributor, pemasok, dan pesaing.
Namun, alternative strategi yang dihasilkan oleh matriks IE ini masih
gambaran secara umum strategi yang tepat untuk dijalankan. Oleh karena
itu, diperlukan penjabaran lebih lanjut untuk penentuan alternative strategi
yang akan dilakukan melalui matriks SWOT.

Matriks SWOT.
Matriks SWOT digunakan untuk menentukan alternative strategi
yang akan digunakan. Penentuan alternative strategi ini dilakukan setelah
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi kelompok tani sehati
terlebih dahulu diidentifikasi. Pada dasarnya, strategi yang dihasilkan pada
tahap pencocokan ini aadalah strategi alternative yang layak bukan untuk
memilih dan menetapkan strategi yang terbaik. Oleh karena itu, tidak semua
strategi yang dikembangkan dari matriks SWOT ini akan dipillih atau
diimplementasikan pada suatu organisasi.
Strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT ini terdiri dari empat
bagian yaitu strategi SO (strengths – opportunities), strategi WO
(weaknesses-opportunities), strategi ST (strengths-threats), dan strategi WT
(weaknesses-threats). Strategi tersebut dihasilkan melalui pencocokan kedua
faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternalnya
yaitu peluang dan ancaman. Gambar 8 menunjukkan pencocokan faktor
internal dan eksternal tersebut dalam sebuah matriks yang disebut matriks
SWOT. Kemudian, dalam matriks tersebut juga terdapat strategi alternative
yang dihasilkan dari pencocokan faktor internal dan eksternal kelompok tani
sehati.
48

STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)

INTERNAL 1. Sumber modal usaha 1. Sumberdaya manusia yang


berasal dari pemerintah. . dimiliki kurang terampil.
2. Teknologi yang 2. Kelompok tani pasif dalam
digunakan sudah baik. pencarian pangsa pasar.
3. Adanya keinginan dan 3. Belum memiliki pelanggan
motivasi yang kuat dari tetap yang membeli dalam
anggota untuk melakukan jumlah yang besar
usaha budidaya ayam 4. Belum adanya distibusi
kampung tugas yang merata.
EKSTERNAL 4. Lokasi yang strategis
untuk pemeliharaan ayam
kampung secara intensif.

OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Strategi WO

1. Peningkatan pendidikan dan 1. Membuka jasa layanan 1. Memperluas pemasaran


pendapatan masyarakat “Delivery Order” bagi ayam kampung ke pasar
menyebabkan konsumen.(S1, baru diluar pasar yang
kecenderungan perubahan S4,O1,O3,O4) selama ini dijangkau.
pola konsumsi untuk 2. Menjalin kerjasama (W2,W3,O1,O3,O4,)
mengkonsumsi makanan dengan pemasok DOC
sehat untuk keterjaminan input
2. Hubungan baik dengan untuk kualitas dan
pemasok DOC kuantitas. (S1,S3,O2,O5)
3. Preferensi konsumen
terhadap Preferensi
konsumen terhadap citarasa
ayam kampung yang lebih
unggul.
4. Harga jual yang lebih tinggi
dan stabil dibandingkan
dengan ayam ras.
5. Ayam kampung memiliki
daya tahan tubuh yang kuat
terhadap perubahan
lingkungan.

THREATS (T) Strategi ST Strategi WT


1. Harga pakan yang terus
meningkat. 1. Berusaha melakukan 1. Memperbaiki kualitas SDM
2. Hambatan untuk masuk inovasi pembuatan pakan yang ada saat ini dengan
kedalam industri peternakan yang lebih menghemat menambah informasi dan
ayam kampung cukup kecil. biaya namun tetap sesuai membina hubungan baik
3. Kemudahan untuk dengan kebutuhan protein dengan sesama anggota agar
mendapatkan produk ayam kampung. tercipta pendistribusian
pengganti. (S1,S3,T1, T2) tanggung jawab yang lebih
2. Melakukan pengembangan jelas dan terbina hubungan
4. Cuaca yang tidak menentu produk dengan menjual yang penuh dengan unsur
mempengaruhi tingkat ayam kampung bukan kekeluargaan.(W1,W4,T2,T
kematian ayam dalam kondisi hidup. (S1, 3,T4)
S2, S3,T2,T3).

Gambar 7 Matriks SWOT


49

Penjelasan masing – masing alternative strategi yang dihasilkan dari


Matriks SWOT adalah :
a. Strategi SO (strengths – opportunities)
Strategi SO adalah strategi memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang eksternal. Untuk strategi SO,
strategi alternative yang muncul ada dua, yaitu Membuka jasa
layanan “Delivery Order” bagi konsumen dan menjalin kerjasama
dengan pemasok DOC untuk keterjaminan kualitas dan kuantitas.
Delivery Order yang dimaksudkan disini adalah kelompok
mengantarkan langsung ayam yang telah dipesan oleh konsumen.
Strategi untuk promosi hal ini bisa dilakukan dengan cara bebas
biaya distribusi atau ongkos kirim untuk konsumen jabodetabek
dan menambah biaya distribusi untuk konsumen luar jabodetabek
sebesar 50 % dari biaya distribusi. Atau pilihan kedua dari
alternatif ini untuk mengatasi masalah biaya adalah harga ayam
kampung bagi konsumen yang menngunakan jasa layanan antar
dikenakan kenaikan harga ayam hingga 300 rupiah per
kilogramnya. Strategi selanjutnya adalah menjalin kerjasama
dengan pemasok DOC untuk keterjaminan kualitas dan kuantitas.
Selama ini, hubungan baik yang dibina oleh kelompok adalah
sebatas pembelian DOC terhadap PT Unggul yang terus menerus
setiap siklus. Namun, pembelian ini belum menggunakan kontrak
kerjasama. Adanya kerjasama yang disarankan ini untuk menjamin
jumlah pembelian dan kualitas DOC. Adanya jaminan jumlah dan
kualitas dari kontrak ini dapat menguntungkan kelompok karena
jika terjadi pelanggaran, maka kelompok dapat complain sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Selain itu, kontrak
kerjasama ini juga akan menetapkan harga DOC sesuai dengan
perjanjian kedua belah pihak.

b. Strategi WO (weaknesses-opportunities)
Strategi WO bertuuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
Strategi alternative yang dihasilkan dari penggabungan kelemahan
dan peluang ini adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke
pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh konsumen.
Strategi memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru
dilakukan untuk mengatasi kelemahan pencarian pangsa pasar
yang pasif dan belum memiliki pelanggan tetap dengan
memanfaatkan peluang dari perubahan pola konsumsi masyarakat,
citarasa yang lebih unggul, dan karakteristik ayam kampung yang
lebih baik. Kelompok dapat memperluas pasar baru dengan
mendistribusikan dan menawarkan produknya ke berbagai pasar
selain pasar yang selama ini dimasuki oleh kelompok. Artinya,
kelompok mencari pasar baru diluar Sukabumi, Tangerang, dan
Kebon Jeruk. Hal ini juga bisa dimaksudkan dengan memasok ke
pasar – pasar tradisional yang ada di wilayah Bogor untuk
menjangkau konsumen yang lebih banyak
50

c. Strategi ST (strengths-threats)
Strategi ST adalah menggunakan kekuatan untuk menghindari atau
mengurangi dampak ancaman eksternal. Untuk strategi ST ini,
alternative strategi yang dapat diterapkan adalah berusaha
melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya
namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung.
Pakan yang digunakan oleh kelompok berasal dari pakan pabrik
saja yaitu sinta BR 21E dengan kandungan protein sebesar 21 %
sehingga biaya yang dikeluarkan cukup besar. Menurut Nawawi
(2003), pakan yang diberikan pada ayam kampung dapat dihemat
dengan mencampurkan pakan pabrik dengan bahan–bahan lain
yang lebih murah dan mudah diperoleh seperti dedak atau jagung.
Pada tahap awal pemeliharaan, pakan yang diberikan bisa
menggunakan 60 hingga 70 % pakan pabrik dan sisanya adalah
campuran jagung atau dedak karena pada fase awal, ayam
memerlukan pakan dengan kandungan protein tinggi. Namun, pada
fase selanjutnya, pakan pabrik bisa dicampurkan dengan dedak
atau jagung dengan persentase lebih besar sebagai sumber
energinya karena pada fase dewasa, ayam kampung tidak lagi
memerlukan pakan dengan kandungan protein yang tinggi tetapi
lebih memerlukan pakan dengan campuran kandungan protein
yang lebih rendah dan sumber energi yang lebih tinggi. Karena
jagung atau dedak mudah di dapat, maka jagung atau dedak ini
dapat dicampurkan dengan pakan pabrik dengan persentase jagung
sebesar 40-45 %. Sementara jika menggunakan dedak, maka
persentase dedak yang disarankan adalah sebesar 30-40 %.
Penggunaan jagung dan dedak ini dapat menghemat biaya pakan
sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi kelompok tani
sehati.
Selanjutnya adalah strategi melakukan pengembangan
produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi
hidup. Dengan memanfaatkan sumber modal yang kuat, teknologi
dan motivasi anggota yang baik diharapkan dapat mengurangi
dampak ancaman pendatang baru mudahnya memperoleh produk
substitusi. Selama ini, ayam kampung yang dijual masih dalam
kondisi hidup dan hal ini relative sama dengan pesaingnya. Jika
ayam kampung yang dijual dalam sudah dipotong dan bersih dari
bulu, maka produk yang dijual Kelompok Tani Sehati telah
berbeda dengan peternak lainnya. Jika hal ini dilakukan,
walapupun menambah biaya, harga dapat dipatok lebih tinggi
untuk dijual kepada pembeli.

d. Strategi WT (weaknesses-threats).
Strategi WT merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal serta menghadapi ancaman
eksternal (David, 2009). Strategi alternative untuk Strategi WT ini
adalah Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan
menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama
51

anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih


jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur
kekeluargaan. Memperbaiki kualitas SDM ini dapat dengan cara
mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau
mengajukan pertanyaan – pertanyaan ke UPT peternakan terkait
pemeliharan ayam kampung yang benar. Selain itu, sumber
pembelajaran juga bisa melalui buku – buku yang banyak tersedia
mengenai pemeliharaan ayam. Adanya berbagai informasi ini
dapat disesuaikan dengan keadaan pemeliharaan saat ini sehingga
informasi tersebut dapat dikatakan tepat guna. Tidak hanya itu,
pencarian informasi juga dapat dilakukan dengan studi banding
terhadap kelompok tani atau peternak ayam kampung yang telah
sukses. Pencarian informasi ini juga bisa dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pemasaran yang baik. Hal ini diharpakan
memberikan implikasi pada pendistribusian tanggung jawab antar
anggota yang lebih jelas. Adanya pendistribusian tanggung jawab
ini membuat kerja kelompok lebih terarah dan tidak bergantung
pada satu orang. Adanya pembagian tugas ini diharapkan dapat
membuat kegiatan manajemen kelompok menjadi lebih baik dan
terorganisir dengan baik.

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Tahap keputusan merupakan tahap ketiga dalam kerangka perumusan


strategi meurut David (2009). Pada tahap ini diputuskan strategi mana yang
akan diterapkan atau diimplementasi dari beberapa alternative strategi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Untuk penentuan strategi yang akan
diterapkan oleh kelompok tani sehati akan digunakan matriks QSPM
sebagai alat penentuan keputusannya.

Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)


Matriks QSPM menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil
pencocokan pada tahap dua untuk secara objektif menentukan strategi yang
hendak dijalankan diantara alternatif yang telah dirumuskan. Teknik ini
secara objektif menentukan strategi mana yang terbaik berdasarkan
prioritas.
52

Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, dapat dilihat bahwa


strategi yang terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah memperluas
pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini
dijangkau oleh kelompok. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan penjualan serta upaya untuk menghadapi tingkat persaingan
yang tinggi, dengan nilai TAS (Total Attractiveness Score) tertinggi sebesar
6.671. Seluruh alternatif strategi tersebut jika diurutkan berdasarkan
prioritas adalah dapat diperingkatkan sebagai berikut :
1. Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar
pasar yang selama ini dijangkau. (W2,W3,O1,O3,O4,) dengan
nilai STAS sebesar 6.671.
2. Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah
informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota
agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan
terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan
(W1,W4,T2,T3,T4) dengan nilai STAS sebesar 6.668.
3. Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen (S1,S2,
S4,O1,O3,O4) dengan nilai STAS sebesar 6.313.
4. Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam
kampung bukan dalam kondisi hidup. (S1, S2, S3,T2,T3).
dengan nilai STAS sebesar 6.279.
5. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan
input untuk kualitas dan kuantitas. (S1,S3,O2) dengan nilai
STAS sebesar 6.237.
6. Berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih
menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein
ayam kampung. (S1,S3,T1,T2) dengan nilai STAS sebesar 6.102.
Nilai STAS yang diperoleh tersebut dapat dinterpretasikan bahwa skor
yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik (David,
2009). Alternatif strategi diatas diharapkan dapat membantu kelompok tani
sehati untuk meningkatkan penjualan sehingga dapat berimplikasi pada
peningkatan keuntungan yang diperoleh. Penerapan strategi yang telah
diprioritaskan ini membutuhkan beberapa kondisi, yaitu organisasi atau
kegiatan manajemen kelompok tani telah berjalan cukup baik dan beroperasi
sesuai dengan tingkatan korporasi. Tanpa pemenuhan kondisi tersebut, saran
untuk menerapkan strategi yang telah diprioritaskan tersebut akan menjadi
sulit karena harus memenuhi asumsi bahwa Kelompok Tani Sehati bekerja
sesuai korporat. Apabila syarat ini terpenuhi, maka Kelompok Tani Sehati
dapat menerapkan strategi yang telah diprioritaskan tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis faktor internal yang telah dilakukan pada


Kelompok Tani sehati, diketahui bahwa kekuatan yang dimilikinya meliputi
53

Sumber modal usaha berasal dari pemerintah, teknologi yang digunakan


sudah baik, adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk
melakukan usaha budidaya ayam kampung, dan lokasi yang strategis untuk
pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Sedangkan kelemahan yang
dimiliki kelompok tani sehati meliputi Sumberdaya manusia yang dimiliki
kurang terampil, kelompok tani pasif dalam pencarian pangsa pasar, belum
memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang besar dan
belum adanya distribusi tugas yang merata. Berdasarkan hasil analisis
lingkungan eksternal kelompok tani sehati, peluang yang dimiliki meliputi
Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan
kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi makanan
sehat, Hubungan baik dengan pemasok DOC, Preferensi konsumen terhadap
citarasa ayam kampung yang lebih unggul, Harga jual yang lebih tinggi dan
stabil dibandingkan dengan ayam ras, dan Ayam kampung memiliki daya
tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan ancaman
dari luar usaha kelompok tani sehati ini adalah Harga pakan yang terus
meningkat, Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan ayam
kampung cukup kecil, Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti,
dan Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam.
Hasil analisis pada tahap pencocokan menggunakan matriks IE
menunjukkan bahwa posisi Kelompok Tani Sehati saat ini berada pada sel II
yaitu strategi grow and build (tumbuh dan membangun). Strategi yang dapat
diterapkan pada sel ini adalah strategi intensif dan strategi integratif.
Hasil analisis pada tahap pencocokan selanjutnya menggunakan
matriks SWOT, diperoleh enam strategi alternative yang dapat
dikembangkan, yaitu (1) Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar
baru diluar pasar yang selama ini dijangkau, (2) Memperbaiki kualitas SDM
yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik
dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang
lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan,
(3) Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen, (4) Melakukan
pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam
kondisi hidup, (5) Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk
keterjaminan input untuk kualitas dan kuantitas, dan (6) Berusaha
melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun
tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung.
Pada tahap keputusan, hasil perhitungan prioritas alternative strategi
menggunakan matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi yang saat ini
cocok untuk diterapkan adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke
pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh kelompok.

Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan ke kelompok tani sehati adalah


1. Kelompok Tani Sehati disarankan menerapkan strategi yang telah
diprioritaskan yaitu memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar
54

baru diluar pasar yang selama ini dijangkau dengan mencari link
pemasaran yang efektif. Perluasan pasar ini juga hendaknya disertai
peningkatan kualitas SDM dibidang budidaya dan pemasaran
sehingga dalam pelaksanaannya strategi yang disarankan dapat
terlaksana dengan baik. Adapun saran untuk penerapan secara
konkrit dari alternatif strategi yang telah dirumuskan dapat dilihat
pada lampiran 1.

2. Kelompok Tani Sehati perlu menerapkan sistem kerja korporat


sehingga hasil penelitian relatif terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

[Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor]. 2010. Data Kepadatan Penduduk


Kabupaten Bogor Per Kecamatan Tahun 2010 (Dalam Jiwa per
Ha) (Berdasarkan SP 2010). Bogor (ID) : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor.
[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2011. Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
[Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bogor]. 2012. Buku
Data Peternakan Tahun 2012. Bogor (ID) : Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kabupaten Bogor.
[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2012. Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2012. Populasi
Ternak Ayam Buras. http://ditjennak.deptan.go.id/ 28 Desember
2012
Alma B. 2011. Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung (ID):
Alfabeta
Cahyono B.2002. Ayam Buras Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
David FR. 2004. Manajemen Strategis : Konsep, Edisi ketujuh. Sindoro A,
penerjemah. Jakarta (ID): PT INDEKS.
David FR. 2006. Manajemen Strategis : Konsep,Edisi 10. Budi
IS,penerjemah; Rahoyo S, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat
David FR. 2009. Manajemen Strategis. Edisi ke – 12. Sunardi D,
penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Dhakhiyah, TA. 2012. Pengembangan Skala Usaha Ternak Ayam Buras
Petelur. [Skrispi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
55

Dirgantoro C. 2001. Manajemen Stratejik. Jakarta (ID) : PT Grasindo.


Harianto B dan Krista B. 2011. Petunjuk Praktis Pembesaran Ayam Kampung
Pedaging. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Kasim S.N, Sirajuddin S.N. dan Irmayani. .2011. Strategi Pengembangan
Sapi Perah di Kabupaten Enrenkang. Jurnal Agribisnis. Volume X
(3).
Kotler P, Armstrong G. 2005. Dasar – Dasar Pemasaran. Alexander S,
penerjemah; Bambang S, editor. Jakarta (ID): PT Indeks.
Terjemahan dari : Principles of Marketing. Ed ke-9.
Muhammad S. 2008. Manajemen Stratejik. Yogyakarta (ID) : Unit Penerbit
dan Pencetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Nawawi T, Nurrohmah S. 2003. Ransum Ayam Kampung. Jakarta (ID) :
Penebar Swadaya.
Pearce JA, Robinson RB. 2008. Manajemen Strategis-Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian Edisi sepuluh. Bachtiar Y,
Christine, Penerjemah; Krista, Editor. Jakarta (ID) : Salemba
Empat.
Porter ME. 1980. Strategi Bersaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G,
editor. Jakarta (ID): Erlangga.
Sari LN. 2012. Manajemen Strategi Pemasaran Koperasi Bina Usaha Al-
Ihsan Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Suharno B. 2002. Agribisnis Ayam Buras. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Wijayanti R. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi
Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan
Megamendung, Kabuaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Yamesa N. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Ras
Petelur Pada Perusahaan AAPS Kecamatan Guguak, Kabupaten 50
Kota, Sumatera Barat [Skrispi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Yenni E. 2007. Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi
Usaha Kecil [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
56
57

Lampiran 1 Rumusan strategi pengembangan Kelompok Tani Sehati

Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati

Latar Belakang
Ayam tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini
tingkat konsumsinya sebesar 16.3 % yang berasal dari unggas lokal
(ditjennak,2012). Salah satu jenis ayam buras yang banyak dibudidayakan
adalah ayam kampung. Kelompok Tani Sehati adalah salah satu kelompok
yang membudidayakan ayam kampung secara intensif. Kelompok Tani
Sehati merupakan yang membudidayakan ayam kampung dengan
menerapkan sistem pemeliharaan intensif. Kelompok Tani Sehati
memperoleh bantuan modal dari pemerintah melalui program SMD (Sarjana
Membangun Desa) sebesar 150 juta rupiah. Persyaratan yang diberikan
adalah ayam yang dibudidayakan harus ditempatkan dikandang bersama.
Oleh karena itu, investasi awal dimulai dari kandang, DOC, pakan, obat-
obatan, dan lain-lain merupakan milik bersama yang dikelola
bersamaKelompok Tani Sehati mengalami masalah pada aspek manajemen
sumber daya manusia, pemasaran dan budidaya sehingga membutuhkan
strategi pengembangan untuk keberlajutan usaha peternakan ayam
kampungnya.

Visi dan Misi Kelompok Tani Sehati


Pada awal pembentukan, kelompok tani sehati merumuskan visi
dan misi kelompok. Visi dan misi tersebut tercantum dalam proposal yang
diajukan kelompok untuk perolehan bantuan dana yang diajukan. Kelompok
tani sehati ini memiliki visi mensejahterakan seluruh anggota kelompok.
Untuk mencapai visi tersebut kelompok merumuskan misi yaitu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam beternak sehingga
kehidupan anggota lebih sejahtera dengan adanya peningkatan produktivitas
dan pendapatan, membangun kerjasama antar anggota untuk mengelola
sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan kelompok, serta menjadikan
kelompok sebagai kelompok mandiri dengan sistem kekeluargaan.

Alternatif Strategi yang dirumuskan


1. Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen
2. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan
kualitas dan kuantitas.
3. Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar
yang selama ini dijangkau oleh konsumen.
4. Melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya
namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung.
5. Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung
bukan dalam kondisi hidup
6. Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah
informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar
tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina
hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan
58

Lampiran 1 Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati

Prioritas Strategi
1. Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang
selama ini dijangkau dengan nilai STAS sebesar 6.671.
2. Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah
informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar
tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina
hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan dengan nilai STAS
sebesar 6.668.
3. Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen dengan nilai
STAS sebesar 6.313.
4. Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung
bukan dalam kondisi hidup dengan nilai STAS sebesar 6.279.
5. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan input
untuk kualitas dan kuantitas dengan nilai STAS sebesar 6.237.
Berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya
namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung dengan nilai
STAS sebesar 6.102.
75

Lampiran 1 Rumusan strategi pengembangan Kelompok Tani Sehati

Sb y
Strategi - Strategi
Berusaha melakukan inovasi pembuatan
Memperluas pemasaran pakan yang lebih menghemat biaya
ayam kampung ke pasar namun tetap sesuai dengan kebutuhan
baru diluar pasar yang protein ayam kampung.
selama ini dijangkau
Visi Kelompok Tani Sehati
adalah menyejahterakan seluruh
Menjalin kerjasama dengan pemasok
anggota kelompok.
DOC untuk keterjaminan input untuk
kualitas dan kuantitas.

Melakukan pengembangan produk


dengan menjual ayam kampung bukan
dalam kondisi hidup .

Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen

Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta
pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan

Sb x
Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6 Waktu Siklus Produksi

Target : Penjualan ayam kampung yang tidak bertahap agar penerimaan lebih terlihat dan menghindari penambahan
biaya pakan yang cukup besar, memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah besar sehingga ayam dapat
terjual dalam jumlah yang banyak, dan memperbaiki kegiatan majanemen.

59
68
75

60
Lampiran 2 Rata-rata hasil perhitungan bobot dan rating matriks IFE dan EFE
Perhitungan Rata – rata bobot dan Rating Faktor Internal
Bobot Rating
Faktor Internal Responden 1 Responden 2 Rata-rata Responden 1 Responden 2 Rata-Rata
A 0.1875 0.142857 0.1741071 3 3 3
B 0.151786 0.163265 0.1552297 3 3 3
C 0.169643 0.183673 0.173852 3 3 3
D 0.133929 0.102041 0.1243626 3 3 3
E 0.0625 0.102041 0.0743623 1 1 1
F 0.116071 0.102041 0.111862 1 1 1
G 0.080357 0.102041 0.0868622 1 1 1
H 0.098214 0.102041 0.0993621 1 1 1

Perhitungan Rata – rata bobot dan rating Faktor Eksternal


Bobot Rating
Faktor Eksternal Responden 1 Responden 2 Rata - rata Responden 1 Responden 2 Rata-Rata
A 0.111111 0.111111 0.111111 4 4 4
B 0.138889 0.0625 0.1159723 4 4 4
C 0.152778 0.076389 0.1298613 4 3 3.7
D 0.152778 0.125 0.1444446 3 3 3
E 0.138889 0.138889 0.138889 3 3 3
F 0.055556 0.152778 0.0847226 2 2 2
G 0.069444 0.097222 0.0777774 4 4 4
H 0.097222 0.118056 0.1034722 2 2 2
I 0.083333 0.118056 0.0937499 1 1 1
76

Lampiran 3 Matriks QSPM

Alternatif Strategi
Faktor Kunci Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6
Bobot
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. 0.174 4 0.696 4 0.696 4 0.696 4 0.696 4 0.696 4 0.696
Teknologi yang digunakan sudah baik 0.155 1.3 0.201 2 0.310 1.3 0.201 3.3 0.512 1.6 0.248 1.3 0.201
Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari
anggota untuk melakukan usaha budidaya ayam 0.173 4 0.695 4 0.695 4 0.695 3.7 0.643 4 0.695 4 0.695
kampung
Lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam
0.124 3 0.373 3 0.373 2 0.248 2 0.248 3 0.373 2 0.248
kampung secara intensif.
Kelemahan
Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil 0.074 4 0.297 4 0.297 4 0.297 4 0.297 4 0.297 4 0.297
Kelompok masih pasif dalam pencarian pangsa pasar 0.111 1.9 0.212 3 0.335 2.3 0.257 2.3 0.257 3.7 0.413 2.3 0.257
Belum memiliki pelanggan tetap yang membeli
0.086 4 0.347 4 0.347 2.3 0.199 2.7 0.234 2 0.173 2 0.173
dalam jumlah yang besar
Belum adanya dDistribusi yang merata. 0.099 4 0.397 4 0.397 4 0.397 3.4 0.337 4 0.397 4 0.397
Peluang
Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat
menyebabkan kecenderungan perubahan pola 0.111 3.4 0.377 4 0.444 2 0.222 2 0.222 2 0.222 3 0.333
konsumsi untuk mengkonsumsi makanan sehat
Hubungan baik dengan pemasok DOC 0.115 2 0.231 2 0.231 4 0.463 2 0.231 3 0.347 3 0.347
Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam
0.129 4 0.519 4 0.519 4 0.519 2.6 0.337 4 0.519 4 0.519
kampung yang lebih unggul.
Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan
0.144 4 0.577 4 0.577 4 0.577 2.6 0.375 4 0.577 3 0.433
dengan ayam ras.
Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang
0.138 2 0.277 2 0.277 3 0.416 3 0.416 3 0.416 3 0.416
kuat terhadap perubahan lingkungan

61
62
77

Ancaman
Harga pakan yang terus meningkat. 0.084 2.3 0.194 3 0.254 2 0.169 4 0.338 3 0.254 3 0.254
Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan
0.077 4 0.311 4 0.311 2.3 0.178 3.3 0.256 4 0.311 4 0.311
ayam kampung cukup kecil.
Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti. 0.103 4 0.413 4 0.413 4 0.413 4 0.413 4 0.413 4 0.413
Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat
0.093 2 0.187 2 0.187 3 0.281 3 0.281 3.3 0.309 3 0.281
kematian ayam
STAS 6.313 6.671 6.237 6.102 6.668 6.279
Prioritas 3 1 5 6 2 4
75
63

Lampiran 4. Riwayat Hidup Penulis

Penulis dilahirkan di Jebus, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi kepulauan


Bangka Belitung pada tanggal 10 Agustus 1992 dari Ayah Arief Purnomo dan Ibu
Komariah. Penulis adalah putri bungsu dari 3 bersaudara. Penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Jebus pada tahun 2009 dan lolos seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
pada tahun yang sama melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima
di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi yaitu pada
tahun 2009 hingga 2011 menjadi bendahara organisasi mahasiswa Bangka (ISBA)
dan pada tahun 2011 hingga 2013 menjadi sekretaris pada organisasi tersebut.
Selama masa perkuliahan, penulis juga mengikuti perkuliahan dengan minor
Komunikasi dari Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
75

Anda mungkin juga menyukai