Laporan 20%
Laporan 20%
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
Gambar 1.1. Peta area penambangan batubara PT. Bumi Merapi Energi
Universitas Sriwijaya
3
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat rancangan (Design) Pit Pada Penambangan Batubara di Blok
Serelo PT. Bumi Merapi Energi.
2. Mengetahui geometri lereng tambang di Pit Selero PT. Bumi Merapi
Energi.
3. Mengetahui geometri jalan tambang di Pit Selero PT. Bumi Merapi
Energi.
4. Mengetahui hasil cadangan tertambang di Pit Blok Selero PT. Bumi
Merapi Energi
1.5 Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai pembelajaran ilmu bagi penulis dan pembaca mengenai analisa
faktor- faktor yang berpengaruh pada saat perancangan (design) pit
tambang seperti cadangan, batasan wilayah IUP dan lahan yang sudah
dibebaskan, Break Even Stripping Ratio (BESR) , geometri bukaan
tambang dan geometri jalan tambang (ramp).
2. Sebagai pedoman untuk penulisan karya tulis pada masa mendatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
............................................................................ (2.1)
Universitas Sriwijaya
7
SR = 1 SR = 2 SR = 3
Gambar 2.1. Batasan penambangan berdasarkan nilai stripping ratio dan BESR
(Hustrulid et al,2013)
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
..................... (2.3)
Ketinggian bench melebihi ketentuan pada Persamaan (2.3) dapat
menyebabkan bench yang kurang aman, sedangkan untuk penggunaan alat gali
muat dragline excavator, tinggi bench akan tergantung kemampuan penggalian
alat (digging depth capabilities) (Tatiya, R. 2005).
b. Lebar lereng minimum (safetybench)
Lebar lereng minimum sering disebut sebagai safetybench(SB). Lebar
lereng ini akan mempengaruhi sudut lereng keseluruhan (overal slope) sehingga
perlu benar-benar diperhatikan dalam perencanaan maupun pelaksanaannya, harus
sesuai dengan rekomendasi dalam faktor keamanan tertentu. Lereng dengan lebar
Universitas Sriwijaya
10
c. Working bench
Penentuan lebar working bench pada perencanaan penambangan batubara
tergantung dari kegiatan dan alat berat yang dipergunakan. Lebar lereng kerja
(working bench) terdiri dari lebar non working berm width (safetybench) dan lebar
working berm width (cut) yang merupakan bahan galian yang akan diektraksi atau
digali (Gambar 2.4). Lereng kerja ditentukan berdasarkan lereng yang akan
digunakan sebagai jalan angkut dan tempat kerja alat gali muat (Hustrulid et al,
2013). Lebar lereng kerja akan terus bergeser dan dikurangi seiring berjalannya
kegiatan penambangan, sampai pada lebar minimum yang telah ditentukan
sebelumnya (safety bench) (Gambar 2.4).
Universitas Sriwijaya
11
d. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng tunggal (single slope) merupakan sudut kemiringan yang
terbentuk dari garis crest menuju toe suatu lereng. Sudut lereng keseluruhan,
(overallslope angle) adalah kemiringan yang diukur dari crestlereng paling atas
sampai toelereng yang paling bawah, yaitu sudut yang sebenarnya dari dinding pit
keseluruhan, dengan memperhitungkan lebar bench, tinggi bench, dan single
slope(Hustrulid et al,2013) (Gambar 2.5).
Universitas Sriwijaya
12
Penggalian oleh alat gali muat mekanis seperti loader atau shoveldi
permukaan lereng pada umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara 60-65o.
Sudut lereng yang lebih curam biasanya memerlukan peledakan
presplitting.Batuanmasif umumnya diberi sudut lereng antara 550-800, sedangkan
batuan sedimen bervariasi antara 500- 600 (Singh, 1997).
Geometri lereng yang direkomendasikan pada perusahaan batubara lain
diantaranya:
1. PT. Cakra Persada Mandiri Mining (PT. CPMM), tinggi lereng 10 m, lebar
lereng 4 m, kemiringan lereng 55o untuk sidewall dan highwall,lowwall
mengikuti kemiringan lapisan batubara (Febrian et al, 2015).
2. PT. Fajar Bumi Sakti, tinggi lereng 10 m, lebar lereng 4 m, kemiringan lereng
60o (Aryanda et al, 2015).
3. PT. Tri Bakti Sarimas, tinggi lereng 10 m, lebar lereng 4 m, kemiringan lereng
50o untuk sidewall, highwall55o, dan lowwall 30o(Fernando et al, 2015).
4. PT. Astra Minindo, tinggi lereng 10 m, lebar lereng 3 m, kemiringan lereng 60 o
(Diniati et al, 2015).
5. PT. Winner Prima Sekata, tinggi lereng 7 m, lebar lereng 3 m, kemiringan
lereng 60o (Abdurahman et al, 2016).
2.7.2. Geometri Lereng Timbunan
Universitas Sriwijaya
13
(a) (b)
Universitas Sriwijaya
14
Keterangan:
n = Jumlah jalur jalan angkut
wt = Lebar alatangkut terbesar (meter)
U = Jarak jejak roda kendaraan (meter)
Fa = Lebar juntai depan, dikoreksi dengan sinus sudut belok roda depan,
(meter)
Fb = Lebar juntai belakang, dikoreksi dengan sinus sudur belok roda depan
(meter)
Z = Jarak sisi luar dumptruck ke tepi jalan(meter)
C = Jarak antara dua dumptruck yang akan bersimpangan(meter)
Universitas Sriwijaya
15
(a) (b)
Gambar 2.7. (a) Kontur topografi, (b) Triangulasi pada kontur topografi
Segitiga yang terbentuk berupa segitiga sembarang yang sangat banyak dan
menggabungkan tiap data titik asli sehingga tidak ada segitiga yang saling
berpotongan, sehingga memungkinkan untuk menghitung volume antara satu
triangle dengan triangle lainnya. Volume pit dihitung dengan membagi-bagi
daerah yang dibatasi permukaan atas (triangle file topografi) dan permukaan
bawah (triangle file pit desain) menjadi prisma-prisma triangular, sedangkan
untuk menghitung volume seam dibatasi dengan permukaan atas (triangle file
kontur roof seam) dan permukaan bawah(triangle file kontur floor seam).
Perhitungan volume dilakukan dengan menghitung luas permukaan segitiga
sembarang hasil triangulasi, kemudian dilakukan penghitungan ketebalan rata-rata
Universitas Sriwijaya
16
dari prisma triangular.Nilai volume didapat dengan perkalian dari luas segitiga
dengan tebal rata-rata, sedangkan nilai tonase batubara didapat dengan
mengalikan volume prisma dengan densitas batubara (Gambar 2.8).
Gambar 2.8. Sketsa segitiga pada triangular grouping (Hustrulid et al, 2013)
Perhitungan luas satu segitiga dengan data koordinat, maka terlebih dahulu
dicari jarak masing-masing titik menggunakan Persamaan (2.16):
........................................................ (2.16)
Keterangan :
d = Jarak antara dua titik (m)
X1, Y1 =Koordinat X dan Y titik 1
X2, Y2 =Koordinat X dan Y titik 2
S = ................................................................... (2.17)
Universitas Sriwijaya
17
A = ......................................... (2.18)
V = ............................................................ (2.19)
Keterangan :
s =Setengah keliling (m)
a, b, c = Panjang masing-masing sisi segitiga ABC (m)
A =Luas segitiga (m2)
t = Tinggi lapisan (m)
V =Volume prisma (m3)
a
c
A V5 V4
b
V1 V3
V2
t2
t1
t3
(a) (b)
Gambar 2.9. (a) Volume prisma segitiga, (b) Total volume prisma segitiga
........................ (2.18)
Keterangan :
Universitas Sriwijaya
18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Minggu
Uraian Kegiatan
No
1-2 3-4 5-6 7-8
Persiapan
1
Survei Pendahuluan
2
Pengumpulan Data
3
Analisa
4
Pengolahan Data
5
Penyusunan Laporan Akhir
6
Universitas Sriwijaya
19
Gambar. 3.1 Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Bumi Merapi Energi
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
c. Analisis terhadap stripping ratio dari desain pi tlimit dilakukan setelah data
volume overburdendantonase batubara didapat. Perhitungan nilai SR dilakukan
dengan rumus sederhana yaitu membagi volume overburden dengan
tonasebatubara. Hasil stripping ratio kemudian dibandingkan dengan nilai
stripping ratio yang diizinkan perusahaan untuk mengevaluasi desain pit limit.
d. Perencanaanurutan/sequence penambangan untuk penjadwalan produksi
batubara tahunan. Rancangan ini disesuaikan dengan target produksi batubara
tahunan yang telah ditetapkan perusahaan. Pemilihan urutan lokasi
penambangan mempertimbangkan bentuk persebaran seam batubara,stripping
ratio desain tahunan, dan jarak angkut dari front penambangan menuju lokasi
disposal. Jumlah desain tahunandisesuaikan dengan umur tambangpit3. Desain
ini dibuat secara trial and error dengan software minescape 5.7.
e. Perancangan sequence penimbunan. Desain disposal dimulai dengan
menentukan lokasi penimbunan dari peta topografi dan peta kontur persebaran
batubara, kemudian membuat desain disposalpada lokasi yang telah ditentukan
dengan menggunakan minescape 5.7. Sequence penimbunan dibuat secara
tahunan sesuaisequence penambangan, sehingga kapasitas disposal harus
mampu menampung volume overburden yang dihasilkan kegiatan
penambangan tahunan.
f. Pengujian faktor keamanan kestabilan lereng desain pit penambangan dan
penimbunan (disposal)yang telah dirancang menggunakan perangkat lunak
roscience slide 6.0 metode bishop. Tahapan pengujian dimulai dengan
membuat model jenjang dari profil penampang melintang(cross section)desain
pit dan desain final disposal pada aplikasi minescape 5.7. Model jenjang
kemudian diolah menggunakan aplikasi slide 6.0 metode bishop. Aplikasi slide
6.0 metode bishop kemudian melakukan kalkulasi nilai faktor keamanan dari
model jenjang, yang sebelumnya ditetapkan dahulu jeniskarakteristik material
pada jenjang meliputi bobot isi (ϒ), kohesi (c), dan sudut geser dalam (ϕ).
Bobot isi material yang digunakan dalam kondisi jenuh. Faktor gaya-gaya dari
luar (trafik alat, gempa bumi dll) dan struktur geologi (kekar dan sesar) tidak
dipertimbangkan. Kestabilan lereng dikatakan aman jika memiliki nilai Faktor
Keamanan >1,25 (Bowles, 1989).
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya