Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan
galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi
cukup besar , baik dalam tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Tujuannya merupakan optimalisasi dalam pertambangan melalui perencanaan
penambangan dan dilaksanakannya teknik penambangan yang baik. Seluruh aspek
dalam kegiatan penambangan perlu dikaji, direncanakan dan dilakukan dengan
baik, karena masing - masing aspek tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lain.
Indonesia secara keseluruhan memiliki 24.100 juta ton sumberdaya
terukur dan menyebar di wilayah Indonesia Bagian Barat dan Tengah, termasuk di
dalamnya adalah Provinsi Sumatera Selatan (Badan Geologi, 2011)
PT. Bumi Merapi Energi adalah salah satu perusahaan tambang batubara yang ada
di Sumatera Selatan. Lokasi izin usaha pertambangan (IUP) eksplotaitasi PT.
Bumi Merapi Energi secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Lahat,
Provinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah 1.851 Ha yang berlokasi di
Kecamatan Merapi Barat.
PT. Bumi Merapi Energi terbagi menjadi dua blok besar yaitu blok Serelo
dan blok Kunkgkilan dengan total cadangan mencapai 130 juta ton. Target
penambangan batubara yang ditetapkan PT. Bumi Merapi Energi disesuaikan
dengan kondisi pasar dan jumlah cadangan yang dimiliki.
Produksi batubara di PT. Bumi Merapi Energi berkisar 2 juta ton per tahun
dan akan ditingkatkan menjadi 10 juta ton pada tahun pertama, 15 juta ton pada
tahun kedua dan 20 juta ton pada tahun ketiga hingga tahun ke delapan dengan
produksi 10 juta ton. Dengan demikian umur tambang diprediksi selama 8 tahun
dan berencana akan membuka pit baru yang sebelumnya sudah dilakukan kajian
pemodelan sebaran batubara pada daerah penyelidikan tersebut

1 Universitas Sriwijaya
2

Gambar 1.1. Peta area penambangan batubara PT. Bumi Merapi Energi

Dengan adanaya rencana peningkatan produksi batubara sampai dengan 20


juta ton pertahun, maka diperlukan rancangan (design) pit yang terbaru yang akan
menghasilkan geometri lereng, geometri jalan, dan recovery batubara pada akhir
kegiatan penambangan. Pemodelan batubara menjadi dasar untuk melakukan
kajian selanjutnya yaitu penentuan daerah potensial, penentuan parameter desain
dan penentuan desain pit. Optimasi pit merupakan pekerjaan (tahap) lanjutan dari
hasil pemodelan batubara. Pada tahap ini mulai diterapkan batasan-batasan teknis
maupun ekonomisyang dapat menjadi pembatas pada saat merancang desain pit
limit.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka untuk membuka pit baru
perlu adanya pengembangan teknologi. Dengan demikian, dilakukannya kajian
penelitian mengenai perancangan desain pit pada penambangan batubara dengan
nilai yang ekonomis untuk ditambang dan desain pit yang optimum untuk
diaplikasikan di lokasi penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana merancang (Design) Pit Pada Penambangan Batubara di Blok
Serelo PT. Bumi Merapi Energi?

Universitas Sriwijaya
3

2. Bagaimana menentukan geometri lereng tambang di Pit Selero PT. Bumi


Merapi Energi?
3. Bagaimana menentukan geometri jalan tambang di Pit Selero PT. Bumi
Merapi Energi?
4. Bagaimana hasil dari perhitungan cadangan tertambang di Pit Blok Selero
PT. Bumi Merapi Energi?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan pada penelitian ini adalah perancangan (Design) Pit Pada
Penambangan Batubara di Blok Serelo PT. Bumi Merapi Energi, Kecamatan
Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan menggunakan software
Minescape 5.7 dan roscience slide 6.0 untuk mengetahui faktor keamanan lereng
yang sudah dibuat.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat rancangan (Design) Pit Pada Penambangan Batubara di Blok
Serelo PT. Bumi Merapi Energi.
2. Mengetahui geometri lereng tambang di Pit Selero PT. Bumi Merapi
Energi.
3. Mengetahui geometri jalan tambang di Pit Selero PT. Bumi Merapi
Energi.
4. Mengetahui hasil cadangan tertambang di Pit Blok Selero PT. Bumi
Merapi Energi

1.5 Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai pembelajaran ilmu bagi penulis dan pembaca mengenai analisa
faktor- faktor yang berpengaruh pada saat perancangan (design) pit
tambang seperti cadangan, batasan wilayah IUP dan lahan yang sudah
dibebaskan, Break Even Stripping Ratio (BESR) , geometri bukaan
tambang dan geometri jalan tambang (ramp).
2. Sebagai pedoman untuk penulisan karya tulis pada masa mendatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
4

2.1. Sistem Penambangan


Tambang terbuka merupakan metode penambangan yang setiap aktivitasnya
dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya
berhubungan langsung dengan udara luar.Berdasarkan letak dan bentuk endapan
material yang akan ditambang, jenis-jenis tambang terbuka digolongkan menjadi
empat yaitu (Chironis dan Nicholas,1978):
1. Open pit /Open cut
Metode ini biasanya diterapkan untuk penambangan endapan bijih (ore),
seperti emas, nikel dan lainnya.
2. Quarry
Metode ini biasanya diterapkan untuk menambang endapan-endapan bahan
galian industri seperti batu kapur, granit, pasir dan lain sebagainya.
3. Alluvial mining
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan-endapan alluvial, misalnya
tambang bijih timah, pasir besi, dan lain sebagainya.
4. Strip mine
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan-endapan yang bentuknya
kurang lebih mendatar, misalnya tambang batubara yang memiliki
kemiringan endapan (dip) kecil atau landai.

2.2. Perencanaan Tambang


Perencanaan merupakan penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran
dan tujuan kegiatan beserta urutan teknis pelaksanaannya. Perencanaan tambang
dapat mencakupkegiatan prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan yang dilengkapi
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan,
konstruksi infrastruktur dan fasilitas penambangan, kesehatan dan keselamatan
kerja (K3), serta pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (Fourie, 1992).

Tujuan perencanaan secara umum adalah agar dapat melaksanakan


penambangan yang secara teknis sesuai dengan metode kerja yang sistematis,
ramah lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah kesehatan dan keselamatan kerja,
mencapai sasaran produksi dengan efisiensi kerja yang tinggi dan ongkos
produksi yang semurah mungkin (Fourie,1992).

Universitas Sriwijaya
5

Perencanaan tambang dikelompokkan menjadi empat berdasarkan waktu


dan tujuannya (Gafoer et al, 1986), yaitu:
a. Perencanaan jangka panjang (long term planning) yaitu perencanaan kegiatan
yang jangka waktunya lebih dari 5 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah (medium term planning) yaitu perencanaan
kerja untuk jangka waktu 1-5 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek (short term planning) yaitu perencanaan aktivitas
untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun demi kelancaran perencanaan jangka
menengah dan jangka panjang.
d. Perencanaan penyanggaan atau alternatif (alternative planning) merupakan
opsi atau rencana cadangan yang dibuat apabila perencanaan awal gagal
akibat adanya perubahan data, informasi, terjadi hambatan dan lain-lain.
Bahasan mengenai perencanaan tambang maka juga dikenal istilah
perancangan tambang. Perancangan tambang merupakan bagian dari proses
perencanaan tambang yang berhubungan dengan geometrik. Berdasarkan
aplikasinya, perencanaan berhubungan dengan waktu sedangkan perancangan
tidak berhubungan dengan waktu (Arif et al, 2002).

2.3. Desain Teknis Tambang Terbuka


Desain teknis merupakan penentuan persyaratan, penentuan spesifikasi serta
kriteria teknik yang rinci dan pasti guna mencapai sasaran dan tujuan kegiatan
maupun urutan teknis pelaksanaannya.Terdapat dua tingkatan desain teknis
(Hartman dan Howard, 1987) yaitu:
1. Desain konsep (conceptual design)
Desain konsep merupakan suatu desain awal yang dibuat atas dasar analisis
atau perhitungan secara garis besar dan baru dipandang dari segi terpenting,
kemudian akan dikembangkan agar sesuai dengan kondisi nyata. Rancangan ini
pada umumnya digunakan untuk perhitungan teknis dan penentuan urutan
kegiatan sampai tahap studi kelayakan (feasibility study).
2. Desain rekayasa (engineering design)
Desain rekayasamerupakansuatu desain lanjutan dari desain konsep yang
disusun dengan rinci dan lengkap berdasarkan data dari laboratorium dan literatur,
serta dilengkapi dengan pemeriksaan keadaan lapangan. Rancangan ini dipakai
sebagai dasar acuan dari pelaksanaan kegiatan di lapangan yang meliputi
rancangan batas akhir tambang, tahapan penambangan (mining phases pushback),

Universitas Sriwijaya
6

penjadwalan produksi dan material buangan. Rancangan ini biasanya diperjelas


menjadi rancangan tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
Perancangan pit tambang dilakukan setelah tahap eksplorasi dan studi
konseptual. Beberapa elemen yang penting pada perencanaan tambang adalah
penentuan batas awal dan batas akhir penambangan (pitlimit), bentuk desain pit
tambang, sequence penambangan, penjadwalan produksi, serta arah kemajuan
penambangan (Gafoer et al, 1986).

2.4. Batasan Penambangan


Langkah pertama untuk perencanaan jangka panjang atau pendek adalah
menentukan batas dari tambang. Batas ini menunjukkan jumlah batubara yang
dapat ditambang dan jumlah overburden yang harus dipindahkan selama
penambangan berlangsung (Hustrulid et al, 2013). Batas penambangan (pit limit)
akan sangat mempengaruhi jumlah produksi dan umur ekonomi suatu kegiatan
penambangan.
Parameter yang mempengaruhi batas penambangan (pit limit) adalah
sebagai berikut (Febrian et al, 2015):
a. Nisbah kupas/stripping ratio (SR), berpengaruh terhadap jumlah batubara yang
dapat diambil, biaya, serta keuntungan yang didapat oleh perusahaan,
b. Geometri lereng penambangan sebagai batas perhitungan cadangan
tertambang, berpengaruh terhadap keamanan lereng penambangan dan
banyaknya jumlah batubara yang dapat ditambang, ditetapkan sesuai hasil
penyelidikan geoteknik yang dilakukan di daerah penelitian.
c. Kondisi topografi dan geologi, untuk mengetahui persebaran lapisan batubara
dan bentang alam yang ada pada daerah penelitian.
Cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency) dalam
kegiatan penambangan adalah dengan istilah stripping ratio atau nisbah
pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang harus
dipindahkan untuk memperoleh batubara yang diinginkan. Nilai stripping
ratiodapat dihitung dengan Persamaan (2.1) (Hustrulid et al, 2013).

............................................................................ (2.1)

Universitas Sriwijaya
7

SR = 1 SR = 2 SR = 3

Gambar 2.1. Batasan penambangan berdasarkan nilai stripping ratio dan BESR
(Hustrulid et al,2013)

2.5. Penjadwalan Produksi


Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu dengan
menggunakansasaran jadwal produksi yang dihasilkan, gambar atau peta-peta
rencana penambangan dibuat untuk setiap periode waktu (biasanya per tahun).
Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di dalam tambang datangnya ore
danwaste untuk tahun tersebut.Rencana penambangan tahunan sudah cukup rinci,
didalamnya sudah termasuk jalan angkut dan ruang kerja alat, sedemikian rupa
sehingga merupakan bentuk yang dapat ditambang(Arif et al, 2002).Perhitungan
produksi disesuaikan dengan kapasitas alat dan pasangan alat (fleet). Lokasi
penggalian yang baik juga akan mempengaruhi efisiensi dan efektifitas produksi,
ditambah lagi tidak adanya kegiatan peledakan, maka produksi penambangan baik
overburden dan batubara sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja alat tersebut.
Rancangan sequence penambangan sebaiknya memenuhi beberapa kriteria
berikut (Irwandy, 2002):
a. Rancangan sequence harus cukup lebar agar peralatan-peraatan tambang
dapat leluasa bekerja dengan baik. Lebar sequenceminimum 10 – 100 m,
b. Rancangan sequence perlu memperhatikan sekurang-kurangnya memiliki satu
akses jalan angkut untuk setiap sequence dan memungkinkannya akses keluar
dari pit,
c. Penambahan jalan pada suatu rancangan sequence akan berpengaruh pada
berkurangnya lebar daerah kerja.

Universitas Sriwijaya
8

d. Tambang tidak akan pernah sama bentuknya dengan rancangan tahap-tahap


penambangan, karena dalam kenyataannya beberapa sequence dapat
dikerjakan secara bersamaan.

2.6. Arah Kemajuan Tambang


Arah kemajuan dalam penambangan batubara didasarkan oleh kemiringan
(dip) dan arah penyebaran batubara (strike)seam batubara (Saputra et al, 2014).
Kemiringan batubara menunjukkan ketebalan dari endapan batubara yang menjadi
acuan dalam kemajuan (arah) penambangan sedangkan penyebaran batubara
menunjukkan arah penyebaran terdapatnya batubara yang sering disebut luas
penampang permukaan dari endapan batubara, sehingga menjadi acuan dalam
penentuan arah kemajuan penambangan.Arah kemajuan tambang berdasarkan
urutan waktu dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan,
gambar atau peta-peta rencana penambangan dibuat untuk setiap periode waktu
(biasanya per tahun). Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di dalam
tambang datangnya bijih danwasteuntuk ditambang (Hustrulid et al, 2013).

2.7. Desain Pit


2.7.1. Geometri Lereng Penambangan
Desain pit pada sebuah tambang terbuka ditekankan pada desain geometri
lereng. Geometri lereng adalah ukuran lereng yang terdiri dari tinggi lereng,

lebar lereng, dan kemiringan lereng penambangan (Hustrulid et al, 2013).


Penentuan geometri lerengada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
sasaran produksi bulanan dan tahunan, ukuran alat mekanis yang digunakan,
sesuai dengan ultimate pit slope, dan sesuai dengan kriteria slope stability(Gambar
2.2)(Arif et al, 2002).

Universitas Sriwijaya
9

Gambar 2.2.Bagian-bagian lereng (Hustrulid et al, 2013)


a. Tinggi lereng
Tinggi lereng merupakan jarak vertikal yang diukur tegak lurus dari lantai
lereng (toe) sampai ujunglereng bagian atas (crest). Alat yang digunakan harus
mampu mencapai pucuk atau bagian atas lereng, jika tingkat produksi atau faktor
lain mengharuskan ketinggian lereng tertentu, alat muat yang akan digunakan
harus disesuaikan pula ukurannya (Singh,1997). Tinggi lereng penambangan agar
aktivitas loadingoptimal, harus kurang lebih sama dengan tinggi pemotongan
maksimum (maximum cutting height) alat gali muat excavator (Singhal, 1998).
Ketinggian maksimum lereng yang optimal berdasarkan pertimbangan alat gali
muat yang digunakan dapat dihitung dengan Persamaan (2.3) (Tatiya, 2005).

..................... (2.3)
Ketinggian bench melebihi ketentuan pada Persamaan (2.3) dapat
menyebabkan bench yang kurang aman, sedangkan untuk penggunaan alat gali
muat dragline excavator, tinggi bench akan tergantung kemampuan penggalian
alat (digging depth capabilities) (Tatiya, R. 2005).
b. Lebar lereng minimum (safetybench)
Lebar lereng minimum sering disebut sebagai safetybench(SB). Lebar
lereng ini akan mempengaruhi sudut lereng keseluruhan (overal slope) sehingga
perlu benar-benar diperhatikan dalam perencanaan maupun pelaksanaannya, harus
sesuai dengan rekomendasi dalam faktor keamanan tertentu. Lereng dengan lebar

Universitas Sriwijaya
10

minimum biasanya dibangun pada daerah akhir penambangan (pit limit).


Safetybenchjuga berfungsi untuk mengumpulkan dan menghentikan material atau
batuan yang yang meluncur akibat longsoran dari bench yang berada diatasnya.
Ujung safetybench biasanya juga dibuat berm untuk menambah
keamanan(Hustrulid et al, 2013).(Gambar 2.3). Lebar lereng minimum dihitung
dengan Persamaan (2.4).

Lebar minimum bench(SB) = 4,5 ft + 0,2 x tinggi bench..................... (2.4)

Gambar 2.3.Geometri catch bench atau safetybench(Hustrulid et al, 2013)

c. Working bench
Penentuan lebar working bench pada perencanaan penambangan batubara
tergantung dari kegiatan dan alat berat yang dipergunakan. Lebar lereng kerja
(working bench) terdiri dari lebar non working berm width (safetybench) dan lebar
working berm width (cut) yang merupakan bahan galian yang akan diektraksi atau
digali (Gambar 2.4). Lereng kerja ditentukan berdasarkan lereng yang akan
digunakan sebagai jalan angkut dan tempat kerja alat gali muat (Hustrulid et al,
2013). Lebar lereng kerja akan terus bergeser dan dikurangi seiring berjalannya
kegiatan penambangan, sampai pada lebar minimum yang telah ditentukan
sebelumnya (safety bench) (Gambar 2.4).

Universitas Sriwijaya
11

Gambar 2.4.Working bench(Hustrulid et al, 2013)

Minimum working bench width(WB)dapat dihitung dengan Persamaan (2.5)


(Tatiya, 2005)

WBmin= (3 x Lebar alat angkut terbesar) + 3 m .................................... (2.5)

d. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng tunggal (single slope) merupakan sudut kemiringan yang
terbentuk dari garis crest menuju toe suatu lereng. Sudut lereng keseluruhan,
(overallslope angle) adalah kemiringan yang diukur dari crestlereng paling atas
sampai toelereng yang paling bawah, yaitu sudut yang sebenarnya dari dinding pit
keseluruhan, dengan memperhitungkan lebar bench, tinggi bench, dan single
slope(Hustrulid et al,2013) (Gambar 2.5).

Universitas Sriwijaya
12

Gambar 2.5. Overallslope(Hustrulid et al,2013)

Penggalian oleh alat gali muat mekanis seperti loader atau shoveldi
permukaan lereng pada umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara 60-65o.
Sudut lereng yang lebih curam biasanya memerlukan peledakan
presplitting.Batuanmasif umumnya diberi sudut lereng antara 550-800, sedangkan
batuan sedimen bervariasi antara 500- 600 (Singh, 1997).
Geometri lereng yang direkomendasikan pada perusahaan batubara lain
diantaranya:
1. PT. Cakra Persada Mandiri Mining (PT. CPMM), tinggi lereng 10 m, lebar
lereng 4 m, kemiringan lereng 55o untuk sidewall dan highwall,lowwall
mengikuti kemiringan lapisan batubara (Febrian et al, 2015).
2. PT. Fajar Bumi Sakti, tinggi lereng 10 m, lebar lereng 4 m, kemiringan lereng
60o (Aryanda et al, 2015).
3. PT. Tri Bakti Sarimas, tinggi lereng 10 m, lebar lereng 4 m, kemiringan lereng
50o untuk sidewall, highwall55o, dan lowwall 30o(Fernando et al, 2015).
4. PT. Astra Minindo, tinggi lereng 10 m, lebar lereng 3 m, kemiringan lereng 60 o
(Diniati et al, 2015).
5. PT. Winner Prima Sekata, tinggi lereng 7 m, lebar lereng 3 m, kemiringan
lereng 60o (Abdurahman et al, 2016).
2.7.2. Geometri Lereng Timbunan

Universitas Sriwijaya
13

Faktor keamanan merupakan aspek yang paling perlu diperhatikan dalam


menentukan geometri lereng timbunan. Berdasarkan kondisi topografinya, jenis
dump dapat dibedakan menjadi dua (Hartman dan Howard, 1987), yaitu:
1) Valley fill atau crest dump
a) Digunakan pada daerah yang memiliki topografi curam
b) Awal pembuatan dump dimulai dari elevasi puncak (dump crest). Truck
bermuatan menumpahkan material yang dibawanya ke daerah di bawahnya.
c) Dump dibuat berdasarkan angle of repose.
d) Dumping dimulai dari kaki dumpfinal sehingga pada awal proyek jarak
pengangkutan truk lebih panjang.
e) Pemadatan diperlukan untuk memenuhi persyaratan reklamasi.
2) Terraced dump
a) Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi timbunan.
b) Timbunan dirancang dari bawah ke atas.
c) Timbunan selanjutnya terletak di belakang timbunan sebelumnya sehingga
sudut keseluruhan (overallslope angle) mendekati yang dibutuhkan untuk
reklamasi (Gambar 2.6).

(a) (b)

Gambar 2.6. (a)Valley fill,(b)Terraced dump (Hartman dan Howard, 1987)

Geometri lereng timbunan yang direkomendasikan pada tambang batubara


lain:
1. PT. Bara Anugerah Sejahtera, tinggi lereng 5 m, lebar lereng 5 m, slope angle
45o, overall slope 20o, faktor keamanan 1,37. (Rasjid et al, 2016)

Universitas Sriwijaya
14

2. PT. Pasifik Global Utama, overall slope angel15otinggi lereng maksimum 40


m, faktor keamanan 1,94 (Yadi, 2015),
3. PT. Cipta Kridatama site RBH, tinggi lereng 10 m, lebar bench5 m, slope
angel43o, faktor keamanan lebih dari 1,25. (Novita et al, 2016),
4. PT. Karbindo Abesyapradhi, tinggi lereng 10 m, lebar bench 10 m, slope
angle20o, dan overall slope15o, faktor keamanan 1,891. (Pendra et al, 2014),
5. PT. Kaltim Prima Coal, tinggi lereng 10 m, lebar bench 75 m, slope angle 34o,
faktor keamanan 1,943. (Prayoga et al, 2014).
2.7.3. Geometri Jalan
Geometri jalan akses menuju pit atau road acces mining pit (RAMP) perlu
diperhatikan dalam perencanaan desain pit. Lebar jalan akses harus mampu
menunjang manuver alat agar kegiatan penambangan dapat berjalan lancar, lebar
jalan angkut pada jalan lurus dan tikungan dapat dihitung dengan Persamaan
(2.6), Persamaan (2.7) dan Persamaan (2.8)sesuai standar “American Association
of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) Manual Rural High
Way Design” (Indonesianto, 2012) berikut:

Lebar pada jalan lurus = n. wt + (n+1)(½.wt)................................ (2.6)

Lebar jalan pada tikungan = n(U + Fa + Fb + Z) + C........................ (2.7)

C = Z = 0,5 (U+ Fa + Fb)............................ (2.8)

Keterangan:
n = Jumlah jalur jalan angkut
wt = Lebar alatangkut terbesar (meter)
U = Jarak jejak roda kendaraan (meter)
Fa = Lebar juntai depan, dikoreksi dengan sinus sudut belok roda depan,
(meter)

Fb = Lebar juntai belakang, dikoreksi dengan sinus sudur belok roda depan
(meter)
Z = Jarak sisi luar dumptruck ke tepi jalan(meter)
C = Jarak antara dua dumptruck yang akan bersimpangan(meter)

Universitas Sriwijaya
15

Jalan angkut di jalan tambang biasanya dirancang pada kemiringan 8% atau


10%, kemiringan jalan 8% berarti setiap jarak 100 meter horizontal terdapat
perbedaan elevasi vertikal sebesar 8 meter (Arief et al, 2002).

2.8 Perhitungan Cadangan dengan Metode Triangular Grouping


Metode triangulargrouping merupakan metode perhitungan konvensional
yang biasa digunakan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan memiliki
geometri sederhana. Perhitungan volume dalam metode ini dilakukan dengan
mencari luas masing-masing area yang kemudian dikalikan dengan tinggi atau
kedalaman endapan.Penaksiran jumlah volume overburdendan volume batubara
dilakukan dengan membuat suatu jaring yang menggabungkan tiga titik koordinat
berdekatan (Gambar 2.7).

(a) (b)

Gambar 2.7. (a) Kontur topografi, (b) Triangulasi pada kontur topografi

Segitiga yang terbentuk berupa segitiga sembarang yang sangat banyak dan
menggabungkan tiap data titik asli sehingga tidak ada segitiga yang saling
berpotongan, sehingga memungkinkan untuk menghitung volume antara satu
triangle dengan triangle lainnya. Volume pit dihitung dengan membagi-bagi
daerah yang dibatasi permukaan atas (triangle file topografi) dan permukaan
bawah (triangle file pit desain) menjadi prisma-prisma triangular, sedangkan
untuk menghitung volume seam dibatasi dengan permukaan atas (triangle file
kontur roof seam) dan permukaan bawah(triangle file kontur floor seam).
Perhitungan volume dilakukan dengan menghitung luas permukaan segitiga
sembarang hasil triangulasi, kemudian dilakukan penghitungan ketebalan rata-rata

Universitas Sriwijaya
16

dari prisma triangular.Nilai volume didapat dengan perkalian dari luas segitiga
dengan tebal rata-rata, sedangkan nilai tonase batubara didapat dengan
mengalikan volume prisma dengan densitas batubara (Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Sketsa segitiga pada triangular grouping (Hustrulid et al, 2013)

Perhitungan luas satu segitiga dengan data koordinat, maka terlebih dahulu
dicari jarak masing-masing titik menggunakan Persamaan (2.16):

........................................................ (2.16)

Keterangan :
d = Jarak antara dua titik (m)
X1, Y1 =Koordinat X dan Y titik 1
X2, Y2 =Koordinat X dan Y titik 2

Perhitungan luas dan volume masing-masing segitiga (Gambar 2.9)


menggunakan Teorema Heron dapat dilakukan setelah panjang setiap sisi
diketahuiPersamaan (2.17), Persamaan (2.18), Persamaan (2.19), dan
Persamaan (2.20):

S = ................................................................... (2.17)

Universitas Sriwijaya
17

A = ......................................... (2.18)

V = ............................................................ (2.19)

Vtotal = ........................................................ (2.20)

Keterangan :
s =Setengah keliling (m)
a, b, c = Panjang masing-masing sisi segitiga ABC (m)
A =Luas segitiga (m2)
t = Tinggi lapisan (m)
V =Volume prisma (m3)

a
c
A V5 V4
b
V1 V3
V2
t2

t1
t3

(a) (b)

Gambar 2.9. (a) Volume prisma segitiga, (b) Total volume prisma segitiga

Tonase total batubara dapat dihitungmenggunakanPersamaan (2.18):

........................ (2.18)

Keterangan :

Universitas Sriwijaya
18

Q =Tonase total batubara (Ton)

=Densitas batubara (Ton/m3)

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jadwal Penelitian


Kegiatan penelitian tugas akhir dilakukan di Pit Serelo, Blok Gunung
Aguung, PT. Bumi Merapi Energi, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Kegiatan penelitian ini berlangsung terhitung dari tanggal Mei 2019 – Juni
2019. Adapun jadwal kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Kegiatan Selama Tugas Akhir

Minggu
Uraian Kegiatan
No
1-2 3-4 5-6 7-8
Persiapan
1
Survei Pendahuluan
2
Pengumpulan Data
3
Analisa
4
Pengolahan Data
5
Penyusunan Laporan Akhir
6

3.2 Lokasi Penelitian


PT. Bumi Merapi Energi adalah sebuah perusahaan tambang batubara yang
secara administrasi terletak di desa Ulak Pandan, Tanjung Baru, Talang Padang,
dan Gunung Agung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumatera
Selatan. PT. Bumi Merapi Energi memiliki beberapa kantor yaitu yang beralamat
di Jalan Kolonel Simbolon No.28 Lahat

Universitas Sriwijaya
19

Gambar. 3.1 Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Bumi Merapi Energi

3.3 Metode Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori dengan
data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah. Dan
metodologi penelitian yang dilakukan adalah :
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang
diperoleh dari instansi terkait, perpustakaan, dan informasi-informasi lainnya yang
berkaitan. informasi yang diperoleh dari studi literatur berupa literatur-literatur
yang berhubungan dengan aspek lingkungan.
2. Penelitian di lapangan
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa
tahap, yaitu:
a. Orientasi lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung serta
mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan dibahas.
b. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data- data yang
diperlukan. Selain itu, pengambilan data juga dilakukan dengan metode sampling
terhadap objek penelitian. Adapun data-data yang diperlukan adalah sebagi
berikut:
1. Data nilai stripping ratio yang diizinkan oleh PT. Bumi Merapi Energi,

Universitas Sriwijaya
20

2. Data model seam batubara (stratmodel minescape), didalamnya terdapat


kontur roof dan floor seam batubara.
3. Peta topografi.
4. Data koordinat WIUP PT. Bumi Merapi Energi,
5. Data peta rencana lokasi penambangan PT. BME
6. Data rekomendasi geoteknik untuk geometri lereng,
7. Data parameter geoteknik material meliputi: bobot isi (ϒ), kohesi (c) dan
sudut geser dalam (ɸ),

3. Pengolahan dan Analisis Data


3.3.1. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
minescape 5.7, roscience slide 6.0, dan microsoft office 2016. Kegiatan
perancangan menggunakan softwareminescape 5.7 dan roscience slide 6.0
dilakukan di PT. Bumi Merapi Energi yang memiliki lisensi resmi. Tahapan
pengolahan, analisis data dan ringkasan penyelesaian masalah (Tabel 3.2) yaitu:
a. Perancangan dan penyeleksian batas-batas rencana area penambangan hingga
menghasilkan desainpit limit pada daerah penelitian berdasarkan nilai stripping
ratiomaksimal yang diizinkan perusahaan, peta topografi, persebaran batubara
melalui model seam batubara (kontur roof and floor), serta pertimbangan
geometri jenjang berupa tinggi jenjang, lebar jenjang, kemiringan jenjang
tunggal, dan kemiringan jenjang keseluruhan menggunakan minescape 5.7.
Hasil desain pit limit berupa gambar 3 dimensi yang menunjukkan rancangan
pit dengan jenjang-jenjangdigambarkan dengan garis yang mewakili crest dan
toe pada elevasi tertentu.
b. Perhitungan total volume overburden dan tonase batubara dari desain pitlimit
yang telah dibuat dengan menggunakan metode triangular grouping dengan
bantuan minescape 5.7. Proses perhitungan volume overburden dan tonase
batubara,diasumsikan ketebalan batubara pada kontur roof dan floor
ditinggalkan masing-masing 10 cm sebagai loses. Volume overburden dari
hasil perhitungan dalam keadaan bank cubic mater (BCM) sedangkan tonase
batubara didapat denganmengalikan volume dengancoal density1,3 gr/cm3.

Universitas Sriwijaya
21

c. Analisis terhadap stripping ratio dari desain pi tlimit dilakukan setelah data
volume overburdendantonase batubara didapat. Perhitungan nilai SR dilakukan
dengan rumus sederhana yaitu membagi volume overburden dengan
tonasebatubara. Hasil stripping ratio kemudian dibandingkan dengan nilai
stripping ratio yang diizinkan perusahaan untuk mengevaluasi desain pit limit.
d. Perencanaanurutan/sequence penambangan untuk penjadwalan produksi
batubara tahunan. Rancangan ini disesuaikan dengan target produksi batubara
tahunan yang telah ditetapkan perusahaan. Pemilihan urutan lokasi
penambangan mempertimbangkan bentuk persebaran seam batubara,stripping
ratio desain tahunan, dan jarak angkut dari front penambangan menuju lokasi
disposal. Jumlah desain tahunandisesuaikan dengan umur tambangpit3. Desain
ini dibuat secara trial and error dengan software minescape 5.7.
e. Perancangan sequence penimbunan. Desain disposal dimulai dengan
menentukan lokasi penimbunan dari peta topografi dan peta kontur persebaran
batubara, kemudian membuat desain disposalpada lokasi yang telah ditentukan
dengan menggunakan minescape 5.7. Sequence penimbunan dibuat secara
tahunan sesuaisequence penambangan, sehingga kapasitas disposal harus
mampu menampung volume overburden yang dihasilkan kegiatan
penambangan tahunan.
f. Pengujian faktor keamanan kestabilan lereng desain pit penambangan dan
penimbunan (disposal)yang telah dirancang menggunakan perangkat lunak
roscience slide 6.0 metode bishop. Tahapan pengujian dimulai dengan
membuat model jenjang dari profil penampang melintang(cross section)desain
pit dan desain final disposal pada aplikasi minescape 5.7. Model jenjang
kemudian diolah menggunakan aplikasi slide 6.0 metode bishop. Aplikasi slide
6.0 metode bishop kemudian melakukan kalkulasi nilai faktor keamanan dari
model jenjang, yang sebelumnya ditetapkan dahulu jeniskarakteristik material
pada jenjang meliputi bobot isi (ϒ), kohesi (c), dan sudut geser dalam (ϕ).
Bobot isi material yang digunakan dalam kondisi jenuh. Faktor gaya-gaya dari
luar (trafik alat, gempa bumi dll) dan struktur geologi (kekar dan sesar) tidak
dipertimbangkan. Kestabilan lereng dikatakan aman jika memiliki nilai Faktor
Keamanan >1,25 (Bowles, 1989).

Universitas Sriwijaya
22

Tahapan penyelesaian masalah dalam penelitian ini diringkas agar lebih


mudah dipahami (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Ringkasan metode penyelesaian masalah dalam penelitian

No Rumusan Masalah Metode Penelitian


1 Bagaimanakah desain pit limit Merancang batas-batas rencana wilayah penambangan
pada penambangan batubara di sesuaidata model geologi seam batubara dan
Serelo? topografi,merencanakan geometri jenjang yang akan
digunakan, dan menggambar desain pit limit menggunakan
softwareminescape 5.7.
Menghitung volume overburden dan tonase batubara dari
desain pit limit dengan softwareminescape 5.7.
Menghitung stripping ratio(SR) desain pit limit,
membandingkan hasil perhitungan stripping ratio dengan nilai
SR maksimum yang diizinkan perusahaan.
Menguji faktor keamanan (FK) lereng pada hasil desain pit
limit dengan menggunakan perangkat lunak slide 6.0 metode
bishop, dengan cara membuat model jenjang melalui
profilpenampang melintang (cross section) pada desain pit
limit, kemudian memasukkan parameter (geoteknik) material
yaitu bobot isi (ϒ), kohesi (c), dan sudut geser dalam (ϕ).
Mengevaluasi kestabilan lereng desain pit limit berdasarkan
nilai faktor keamanan (FK). Lereng pit limit dikatakan aman
apabila FK>1,25
2 Bagaimanakah desain pit Menghitung umur tambang pit sere;o berdasarkan total tonase
penambangan batubara dan batubara desain pit limit yang disesuaikan dengan target
desain penimbunan tiap tahun produksi tahunan PT.BME.
di pit Serelo untuk menunjang Merencanakan sequence penambangan berdasarkandesainpi
upaya pencapaian target limit, stockpile, disposal, persebaranbatubara untuk
produksi? menentukan arah penambangan dan sequence penimbunan.
Membuatdesain pit penambangan batubara tahunan didalam
desain pit limit yang telah didesain sebelumnya. Menghasilkan
desain-desain yang lebih kecil, dan berurutan (sequence).
Menghitung volume overburden dan tonase batubara tiap
desain pit tahunan untuk disesuaikan dengan target produksi
batubara tahunan, sehingga didapat nilai SR dan target
produksi overburden tiap desain pit tahunan.
Membuat desain timbunan (disposal) tahunan yang
kapasitasnya disesuaikan dengan volume overburden tiap
desain pit tahunan dengan menggunakan softwareminescape
5.7.
Menguji faktor keamanan (FK) lereng pada desain disposal
menggunakan software slide 6.0 metode bishop.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai