A. Masalah Utama
Masalah utama : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
1. Pengertian
Perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (stuart dan sundeen, 1995). Menurut Harper,et al.(1992)
dalam Boyd dan Nihart (1998) perilaku kekerasaan adalah tindakan fisik karena
dorongan yang kuat dapat menyebab orang lain atau obyek lain ( barang-barang
rumah tangga) dalam rangka untuk menyampaikan pesan, dimana perilakun
menganggap perilakunya benra dan tidak menimbulkan korban. Individu melakukan
kekerasan akibat frustasi yang dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mau
berpikir serta mengungkapkan secara verbal sehigga mendemonstrasikan pemecehan
masalah dengan cara yang tidak adekuat ( RawLins dan Heacock), 1998). Menurut
Schulz dan Videbeck (1994) dan Sives (1998) dikatakan sebagai setiap pasien
mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain sebagi setiap
mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusakan orang lain sebagai
akibat proses internal pasien dan perasaan ramah.
Data Obyektif :
a. Muka merah.
b. Mata molotot
c. Rahang dan bibir mengatup
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
e. Tampak mondar mandir.
f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan
g. Tampak berbicara dengan suara tinggi
h. Tekanan darah meningkat
i. Frekuensi dayut jantung meningkat
j. Nafas pendek
3. Etiologi
Faktor Predisposisi :
a) Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat
dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua insting
kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b) Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan
maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur
dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat
membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
Faktor Presipitasi :
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia
tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat
berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain,
sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
4. Rentang respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan
diri atau respo melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah
sampai yang tinggi, yaitu:
a) Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega
b) Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
c) Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami
d) Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
mengancam, member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
e) Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata ancaman, disertai
melukai pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien tidak
mampu mengendalikan diri.
5. Psikopatologi
(Depkes,2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan merah merupakan bagian
kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat
menyebabkan kecamasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku
kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara internal dapat
berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresiakan marah dengan perilaku
konstruktif dengan menggunakan kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti orang lain, akan member perasaan lega, menurunkan ketegangan, sehingga
perasaan marah dapat diatasi.
6. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
( Sumber: Keliat, B. A., 2006)
7. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju, pandangan mata
tajam, wajah merah dan tagang, serta sesekali tampak tampak memukul-mukul
dinding.
2. Diagnosisi Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. TUK/Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
Mengindetifikasi penyebab perilaku kekerasaan
Mengindetifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasaan
Mengindetifikasi perilakukan kekerasaan yang dilakukan
Mengindetifikasi akibat perilaku kekerasaan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasaan
Membantu klien mempraktikan latihan cara mengontrol fisik I
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
Identifikasi tanda-tanda yang menunjukkan perilaku kekerasaan
Monitor klien selama masih melakukan tindakan yang mengarahkan pada
perilaku kekerasan.
Lakukan pendekatan dengan teknik komunikasi terapeutik
Tangani kondisi kegawatan darurat dengan isolasi dan fiksasi
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi :
“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya suster....., saya yang akan merawat
Bapak hari ini. Nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
( Mengulurkan tangan sambil tersenyum menunjukkan sikap terbuka)
“ Saya perhatikan Bapa mondar-mandir sambil memukul-mukul dinding, bisa kita
berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan Bapak memukul-mukul
dinding?”
( Memberikan sentuhan dengan perlahan serta menunjukkan sikap empati )
“ Beberapa lama Bapak ingin berbincang-bincang?”
“ Dimana enaknnya kita berbicang-bincang, Pak?”
2. Kerja
“ Sekarang Bapa bisa mulai menceritakan apa yang menyebabkan Bapak memukul-
mukul dinding. Apa yang apa Bapak rasakan saat ini?”
( Dengarkan ungkapan kemarahan klien dan tetap bersikap empati selamat klien
mengungkapkan kemrahannya, selain itu lakukan observasi terhadap tanda-tanda
perilaku kekerasakan yang ditunjukan delamat klien mengungkapkan perasaan
marahnya)
“ Apa yang biasa Bapak jika Bapak merasa kesal/marah seperti ini?”
“ Bangaimana menurut Bapak dengan tindakan tersebut?”
“ Baiklan Pak, untuk sementara waktu Bapak boleh menyindiri di ruangan ini dulu
sampai marahnya hilang, tujuannya agar Bapak lebih aman dan tenang, karena jika
dalam kondisi kesal Bapak tetap di luar, dikhawatirkan Bapak akan mengalami hal-
hal yang tidak diinginkan, misalnya terjatuh atau terluka.”
( Melakukan isolasi pada klien di ruangan yang aman).
“ Bapak akan dikeluarkan dari ruangan ini sampai kondisi Bapak lebih tenang dan
jika Bapak memerlukan sesuatu, saya ada di rauang depan dan saya siap membantu
Bapak kapan saja.”
3. Terminasi
“ Bagaimana perasaan Bapak setelah beradan di ruangan ini ?”
“ Sekarang Bapak bisa menenagkan diri di ruang ini sambil bapak pikir hal lain
yang bisa membuat Bapak kesal/marah.”
“ saya akan kembali 15 menit lagi untuk melihat kondisi Bapak dan jika kondisi
Bapak sudah lebih tengan saya akan mengajarkan cara menghilangkan perasan
kesal/marah supaya bapak tidak dimasukkan ke ruangan ini lagi.”
“ Bagaimana pak, setuju?”
DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika