Anda di halaman 1dari 50

PEMBAHASAN

2.1.1 Tes Sondir

Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang berfungsi untuk
mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan seberapa kuat tanah
tersebut dalam menahan beban yang didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum
membangun pondasi tiang pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan
dari tes ini nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan
pelekat dari tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser dari tanah tersebut
yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan panjang.

Hasil dari tes sondir ini dipakai untuk:

 Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau dipakai


 Menghitung daya dukung tanah asli
 Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya

2.1.2 Dasar Teori

Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui karakteristik tanah yang
dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir
ada dua macam, yang pertama adalah sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm² dan yang
kedua adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Jenis tanah yang cocok disondir
dengan alat ini adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu.

PERHITUNGAN : Hambatan Lekat (HL) = (JP-PK) x A/B

Dimana :

JP = Jumlah Perlawanan Konus dan i = Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau


Hambatan Lekat (px2)
Z= Zigma
PK = Perlawanan Penetrasi Konus (px1)

A = Interval Pembacaan 20 cm

B = Faktor Alat = L Konus/L torak= 10 cm

– Jumlah Hambatan Lekat

JHLi = Z HL

1
2.1.3 Alat yang digunakan

(Sondir ringan) (Pipa Sondir)

(Manometer) (Angkur)

(Manometer)
( kunci pipa )
(Minyak Hidrolik)

2
2.1.4 Langkah Kerja

Langkah kerja dalam pelaksanaan pengujian tanah menggunakan sondir adalah:

1. Menentukan lokasi yang permukaannya datar


2. Memasang empat buah angker ke dalam tanah dengan memutarnya menggunkan kunci
pemutar angker (kunci T). kemudian memasang 2 pelat persegi yng memanjang di
saming angker. Jarak antar angker dan jarak kedua pelat disesuaikan dengan ukuran
mesin sondir.
3. Memasang mesin sondir tegak lurus dan perlengkapannya pada lokasi pengujian, yang
diperkuat dengan pelat besi pendek untuk menjepit mesin dan diperkuat dengan mor
pengunci angker yang dipasang ke dalam tanah.
4. Memasang Traker,tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan
bergerak ke bawah sedalam 4 cm, kemudian manometer dibaca yang menyatakan
perlawanan ujung. Pada penekanan berikutnya konus dan mantelnya bergerak
5. 4cm. Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan perlawanan
lekat.

6. Menekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
7. Melakukan hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai pembacaan manometer
tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai ≥150 kg/cm2 dan jika penekanan mesin sondir
sudah mencapai maksimalnya atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka pengujian ini
dapat dihentikan.

2.1.5 Referensi

SNI 2827 2008 Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir

2.1.6 Gambar pelaksanaan

2. Pemasangan angkur sondir pada tanah 1. Pemasangan plat sondir dan alat Sondir

3
4. Pemasangan pipa penekan pertama sondir 3. Penekanan Sondir

6. Pembacaan Manometer Sondir

5. Data Hasil Pengujian Sondir

4
2.1.7 Daftar pustaka

 https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=
Db_uW6isDsP-
9QPZvJPICQ&q=angkur+besi&oq=angkur+besi&gs_l=img.3..0j0i8i30k1l2.2573.13757.
0.15624.28.19.3.0.0.0.202.1551.6j7j1.14.0....0...1c.1.64.img..12.16.1458.0..35i39k1j0i5i3
0k1j0i24k1j0i30k1.0.pZhfQl3qINY#imgrc=npUb55ptom28cM:
 https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=
6bzuW4rUCsH2vgSR1LWQAQ&q=manometer&oq=manometer&gs_l=img.3..0l10.331
123.332968.0.334352.9.7.0.2.2.0.206.770.0j4j1.5.0....0...1c.1.64.img..2.7.806...35i39k1j0
i67k1.0.RteuefuEq5o#imgrc=4apUN_dU52OkqM:
 https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=c
LzuW9iwB9yPwgPmzoQo&q=pipa+sondir&oq=pipa+sondir&gs_l=img.3...113980.117
066.0.117445.11.11.0.0.0.0.198.1049.7j4.11.0....0...1c.1.64.img..0.8.845...0j35i39k1j0i30
k1j0i8i30k1j0i24k1j0i10i24k1.0.UZ7PYj0T4w0#imgrc=Un8Ob8u0UxvFvM:
 https://www.google.com/search?q=sondir+ringan&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&
sa=X&ved=0ahUKEwietaiS-
djeAhVSfH0KHTwQBKYQ_AUIDigB&biw=1366&bih=613#imgrc=j7GiJ0pJVk4wkM
:
 https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=
DMHuW4a1OYvdrQGto4nwDg&q=minyak+hidrolik&oq=minyak+hidrolik&gs_l=img.
3..35i39k1l2j0i8i30k1l2j0i24k1.9088.10848.0.11689.7.6.0.0.0.0.184.636.2j3.5.0....0...1c.
1.64.img..3.3.357...0i30k1.0.0Br5PmFmNRY#imgrc=DlAkn1V534GhNM:
 http://jakartaboredpile.blogspot.com/2011/06/peralatan-yang-digunakan-untuk-tes.html
 https://tekniksipil006.wordpress.com/2014/10/12/makalah-penyelidikan-tanah-dengan-
sondir/
 http://hms-unrika.blogspot.com/2016/06/kumpulan-sni-standar-nasional-indonesia.html

5
2.2.1 Dasar Teori Boring

Tes Deep Boring adalah pekerjaan pengambilan sample tanah asli untuk mengetahui
kondisi tanah per-layer dan jika dimungkinkan sampai ke tanah keras. Dalam boring ini
sekaligus dilakukan dengan tes Undisturbed dan Disturbed Sampling serta SPT (standard
penetration test) disetiap interval 2 m. Hal ini mengacu sesuai dengan prosedur ASTM
D.1586, dengan berat hammer adalah 63,5 kg dan tinggi jatuh bebas hammer adalah 76 cm.
Biasanya untuk pelaksanaan tes digunakan Hammer Otomatis [6].

Contoh tanah yang diperoleh dari tabung SPT, dimasukan dalam kantong plastik dan
diberi label nama sesuai dengan nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan nomor bornya. Contoh
tanah yang diperoleh dari SPT tersebut bisa digunakan untuk visual description maupun uji
laboratorium bila diperlukan.

Pemboran auger atau bor tangan (auger drilling) adalah suatu cara pemboran yang
dilakukan menggunakan tenaga manusia dengan cara memutar dan menekan mata bor ke dalam
tanah.Metode ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitukedalaman yang dapat dicapai terbatas
(kurang dari 10 meter), membutuhkan banyak tenaga, waktunya relatif lama.

Adapun tujuan-tujuan yang akan dicapai dari pekerjaan pemboran auger atau bor tangan
yaitu:

- Untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang susunan lapisan (stratifikasi) tanah;

- Untuk memperoleh contoh (sample) tanah baik contoh tanah terganggu (disturbed sample)
maupun contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample).Contoh Tanah Terganggu (Disturbed
Soil Sample), yaitu contah tanah dimana pada kegiatan pengambilannya, struktur tanah tersebut
tidak dilindungi, sehingga strukturnya menjadi terganggu atau tidak sesuai lagi dengan struktur
aslinya.Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed Soil Sample), yaitu contah tanah dimana
pada kegiatan pengambilannya, struktur tanah tersebut dilindungi, sehingga strukturnya tidak
terganggu dan sesuai dengan struktur aslinya.

2.2.2 Alat dan Bahan

1. Mata bor (Auger)


2. Batang bor (Rod String)
3. Batang pemutar
4. Penyambung batang bor dengan batang pemutar (T-Stuck)
5. Kunci pipa
6. Linggis,
7. sekop

6
PERALATAN HAND BOR MATA BOR

Batang bor (Rod String)

KUNCI PIPA

TABUNG CONTOH

7
2.2.3 Referensi

ASTM D 2113-83 (1993)

 Gambaran visual dari tanah (stratigrafi tanah pada lokasi proyek)


 Letak muka air tanah
 Pengambiln contoh tanah dan jenis tanah

2.2.4 Langkah Kerja


1. Sambung mata bor dengan stang bor dengan kuat
2. Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah
3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata borpenuh kurang lebih 10 sampai 15 cm
4. Catat kedalaman pengeboran dan lakukandiskripsi tanah secara visual
5. Lakukan pekerjaan ini berulang kali
6. Amati kedalaman setiap pengambilan tanah ini , jenis tanah,
warna tanah dan keadaannya serta muka air bila ada.
7. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan
keperluan atau pada setiap pergantian lapisan dengan cara
a. Ganti mata bordengan stick apparatusPasang tabung contoh dengandongkrak
yang dipasangkan pada angker dan ambang, atau
b. Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk
mengambil contoh tanah sampai dengan tabung terisi penuh dengan tanah.
c. Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung
8. Buka stick apparatus dan buang sedikit tanah
pada ujungnya dan segera ditutup dengan paraffin kedua ujung-ujungnya.
9. Beri label nama lokasi titik bor dan kedalamancontoh tanah yang diambil.
10. Lakukan pekerjaan ini sampai kedalaman yang diinginkan.

2.2.5 Gambar Pelaksanaan

8
9
2.2.6 Daftar Pustaka

 https://anzdoc.com/penyelidikan-tanah-soil-investigation.html
 file:///C:/Users/Win7/Downloads/METODE_PENYELIDIKAN_DAN_PENGUJIAN_T
ANAH.pdf
 http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/penyelidikan-tanah-di-lapangan.html
 https://dokumen.tips/documents/makalah-penyelidikan-tanah.html
 http://lingkarlingkungan.blogspot.com/2013/08/mekanika-tanah-boring-sampling.html
 https://www.google.co.id/search?q=mata+bor+auger+untuk+bor+tangan&tbm=isch&ved
=2ahUKEwi4juOS2t_eAhXCOI8KHYS8B_UQ2-
cCegQIABAC&oq=mata+bor+auger+untuk+bor+tangan&gs_l=mobile-gws-wiz-
img.3...5440.12216..12512...0.0..0.1148.5759.0j5j7j1j2j7-
2......0....1.........0i30j30i10j33i10.IwVbBqL360A&ei=bEfyW7ioJMLxvASE-
Z6oDw&safe=strict&client=ms-android-
samsung&prmd=isvn&biw=360&bih=560#imgrc=heJWDVsQA8aKOM
 http://ilmudasardanteknik.blogspot.com/2014/04/Tujuandanlangkahlangkahpekerjaanpem
boran.html?m=1
 https://www.google.co.id/search?q=batang+bor+rod+strings&safe=strict&client=ms-
android-
samsung&prmd=ivsn&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwizkvjO2t_eAhW
Kpo8KHe-3DWoQ_AUoAXoECAwQAQ&cshid=1542604809060&biw=360&bih=560

10
2.3.1 Dasar Teori SPT

SPT (Standard penetration test) adalah salah satu jenis uji tanah yang sering digunakan
untuk mengetahui daya dukung tanah selain CPT. SPT dilaksanakan bersamaan dengan
pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh
terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding
tebal ke dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah
sedalam 300 mm (1 ft) vertikal. dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedalam
lubang bor sedalam 450 mm menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760
mm, Yang dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan penetrasi sedalam 150 mm. Jumlah
pukulan yang digunakan adalah pada penetrasi sedalam 300 mm terakhir. Sewaktu melakukan
pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata
bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel
sampler). Setelah tabung ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai
ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul dari atas.

2.3.2 Refrensi

Refrensi pelaksanan test SPT (standart Penetration Test) berdasarkan ;

Uji SPT : ASTM, D1586

Koreksi efesiensi patokan 60% : ASTM, D4633

Split Barrel Sampler : ASTM, D1586-84

2.3.3 Alat dan bahan

1. Mesin Bor yang dilengkapi dengan peralatanya.(gambar 3.3.1.1)


2. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatanya. (gambar 3.3.1.2)
3. Split barrel sampler yang berdasarkan ASTM D1586-84.(gambar 3.3.1.3)
4. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.(gambar 3.3.1.4)
5. Alat penahan/tripod. (gambar 3.3.1.5)
6. Rol meter. (gambar 3.3.1.6)
7. Kunci-kunci pipa. (gambar 3.3.1.7)
8. Tali
9. Perlengkapan lain (alat tulis,form untuk pengujian,balok dan papan)

11
3.3.1 Gambar alat dan bahan

(Gambar3.3.1.1) (Gambar3.3.1.2)

(Gambar3.3.1.3) (Gambar3.3.1.4)

(Gambar3.3.1.5) (Gambar3.3.1.6)

(Gambar3.3.1.7)

12
(Gambar ilusrtasi pemasangan standart penetration test)

3.4 Langkah kerja

3.4.1 Persiapan Pengujian

1. Pasang blok penahan (konocking block) pada pada bor.


2. Beri tanda pada ketinggian 75cm pada pipa bor yang berada diatas penahan.
(Gambar3.4.1.1)
3. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas
pengeboran.
4. Pasang Split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan
dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan.
(Gambar 3.4.1.2)

5. Masukan peralatan uji SPT kedalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian
yang di inginkan (Gambar 3.4.1.3)
6. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15cm, 30cm dan
45cm. (Gambar 3.4.1.4)

13
3.4.2 Prosedur pengujian

1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50m
s.d 2,00m atau sesuai dengan keperluan
2. Tarik tali pengikat palu(hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya (kira-
kira 75cm). (Gambar 3.4.1.5)
3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan. (Gambar 3.4.1.6)
4. Ulangi langkah 2, dan 3 berkali-kali sampai penetrasi mencapai 15cm
5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan pada penetrasi 15cm pertama
6. Ulangi langkah 2, 3, 4, dan 5 yang kedua dan ketiga
- 15cm pertama dicatat N

- 15cm pertama dicatat N

- 15cm pertama dicatat N


Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2+N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan karena masih
kotor bekas pengeboran

7. Bila N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian sampai
minimum 6meter
8. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5cm untuk jenis tanah batuan

2.3.5 Gambar pelaksanaan kerja

(Gambar3.4.1.1) (Gambar3.4.1.2)

(Gambar3.4.1.3) (Gambar3.4.1.4)

14
(Gambar3.4.1.5) (Gambar3.4.1.6)

(skema urutan uji penetrasi standart)

2.4 Daftar Pustaka

Courtsy of youtube :

SNI 4153-2008

15
4. Geolistrik

1. Gambar pelaksanaan geolistrik

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui sifat-sifat
kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke
dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika aktif, karena arus listrik berasal
dari luar sistem. Tujuan utama dari metode ini sebenarnya adalah mencari resistivitas atau
tahanan jenis dari batuan. Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang
menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik . Batuan yang memiliki resistivitas
makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk dialiri oleh arus listrik. Selain
resistivitas batuan, metode geolistrik juga dapat dipakai untuk menentukan sifat-sifat kelistrikan
lain seperti potensial diri dan medan induksi.

Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah melalui 2 titik
elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial di permukaan yang
sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa peta sebaran tahanan jenis baik dengan jenis
mapping atau horisontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil pengukuran geolistrik mapping
maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan diadakannya akuisisi data serta jenis
konfigurasi yang digunakan

2. REFERENSI GEOLISTRIK PADA SNI

METODE EKSPLORASI AWAL AIR TANAH DENGAN CARA GEOLISTRIK WENNER


SNI 03-2528-1991
Metode pengujian ini membahas pengertian, ketentuan-ketentuan, cara ukur, dan laporan uji.

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam pengukuran tahapan jenis perlapisan batu atau tanah
di bawah permukaan tanah dengan susunan elektroda Wenner. Tujuan metode ini khususnya untuk eksplorasi
awal air tanah dengan mempelajari geologi bawah permukaan dan menduga air tanahnya berdasarkan nilai
tahanan jenis. Peralatan, antara lain:
• Satu buah pengirim arus DC atau AV jika arus AC dengan frekuensi maksimum 20 hertz.

16
• Pengirim arus dengan ketelitian pembacaan 1 miliampere dan sumber arus sekitar 3 ampere.
• Pengukuran dengan sumber arus DC sebaliknya elektroda yang tidak berpolarisasi untuk elektroda potensial.
Bahan:
• Kertas milimeter dan kertas grafik log-log transparan yang ukurannya disesuaikan dengan lengkung besi.
• Peta topografi dan skala paling besar.
• Peta geologi dan peta hidrogeologi. Cara pengukuran, antara lain:
• Tentukan titik pengukuran.
• Gambar titik pengukuran di peta.
• Isi tabel pengukuran.
• Tentukan arah bentangan pengukuran.
• Pasang elektroda pada jarak yang terpendek dengan jarak elektroda harus sama.
• Hubungkan elektroda A dan B ke alat pengirim arus. Hubungkan elektroda M dan N ke pengukur potensial
pada alat geolistrik.

Gambar Rangkaian Pengukuran Tahanan Jenis Susunan Elektrode Wenner

3. Teori Dasar Metode Geolistrik: Resistivitas Batuan

Resistivitas atau tahanan-jenis merupakan sifat intrinsik suatu medium atau material murni.
Artinya, setiap material atau unsur yg berbeda jenisnya memiliki harga resistivitas yg berbeda
pula, misalnya emas (Au), tembaga (Cu) dsb. Sementara itu, batuan merupakan material yg
tersusun atas berbagai elemen penyusunnya, salah satunya adalah mineral yg juga bukan material
17
murni. Selain itu, untuk suatu jenis batuan tertentu harga resistivitasnya dipengaruhi pula oleh
kondisinya, bagaimana susunan butiran atau teksturnya, apakah batuan “segar”, lapuk
atau weathered, mengalami tekanan (pada kedalaman cukup besar) dsb. Belum lagi di alam
terdapat kemungkinan pori-pori batuan terisi oleh fluida sehingga resistivitas batuan juga
bergantung pada volume pori-pori (porositas) dan juga jenis fluida pengisi pori-pori tsb.

Jadi harga resistivitas batuan dalam metode geolistrik ditentukan oleh banyak sekali faktor yg
saling berinteraksi secara cukup kompleks. Suatu jenis batuan yg sama-pun belum tentu
memiliki harga resistivitas yg sama persis, melainkan ada rentang / interval harga tertentu. Selain
interval yg sangat lebar, interval harga resistivitas berbagai jenis batuan atau kelompok batuan
juga saling tumpang-tindih (overlap) sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. Meskipun
metode geolistrik dapat memperkirakan distribusi resistivitas bawah-permukaan (setelah melalui
pemodelan), kita tidak bisa serta-merta mengasosiasikan harga resistivitas tsb. dengan suatu jenis
batuan tertentu, apalagi yg sangat spesifik.

Gambar. Rentang / interval harga resistivitas kelompok batuan yg diambil dari situs
www.gpg.geosci.xyz, situs menarik yg dapat dijadikan rujukan untuk belajar geolistrik dan
geofisika secara umum.

4. METODE GEOLISTRIK
Pemakaian geolistrik pertama kali dikerjakan oleh Conrad Schlumberger pada th. 1912.
Geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk tahu pergantian tahanan type susunan batuan
dibawah permukaan tanah lewat cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang
memiliki tegangan tinggi ke tanah. Injeksi arus listrik ini memakai 2 buah ‘Elektroda Arus’ A
serta B yang ditancapkan ke tanah dengan jarak spesifik. Makin panjang jarak elektroda AB
bakal mengakibatkan aliran arus listrik dapat menembus susunan batuan lebih dalam.

18
Karenanya ada aliran arus listrik itu jadi bakal menyebabkan tegangan listrik didalam tanah.
Tegangan listrik yang berlangsung di permukaan tanah diukur dengan pemakaikan multimeter
yang terhubung lewat 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M serta N yang jaraknya lebih pendek
daripada jarak elektroda AB. Apabila posisi jarak elektroda AB dirubah jadi semakin besar jadi
tegangan listrik yang berlangsung pada elektroda MN turut beralih sesuai sama info type batuan
yang turut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang semakin besar.

Dengan anggapan bahwa kedalaman susunan batuan yang dapat ditembus oleh arus listrik ini
sama juga dengan separuh dari jarak AB yang umum dimaksud AB/2 (apabila dipakai arus listrik
DC murni), jadi diprediksikan dampak dari injeksi aliran arus listrik ini berupa 1/2 bola dengan
jari-jari AB/2.

4a. CARA KERJA METODE GEOLISTRIK


Biasanya metoda geolistrik yang kerap dipakai yaitu yang memakai 4 buah elektroda yang
terdapat dalamsatu garis lurus dan simetris pada titik tengah, yakni 2 buah elektroda arus (AB)
dibagian luar serta 2 buah elektroda ntegangan (MN) dibagian dalam.

Gabungan dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan dan tegangan listrik
yang berlangsung bakal didapat satu harga tahanan type semu (‘Apparent Resistivity’).
Dimaksud tahanan type semu lantaran tahanan type yang terhitung itu adalah paduan dari banyak
susunan batuan dibawah permukaan yang dilewati arus listrik.

Apabila satu set hasil pengukuran tahanan type semu dari jarak AB terpendek hingga yang
terpanjang itu digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 juga sebagai sumbu-
X serta tahanan type semu juga sebagai sumbu Y, jadi bakal didapat satu bentuk kurva data
geolistrik. Dari kurva data itu dapat dihitung serta disangka karakter susunan batuan dibawah
permukaan.

4b. KEGUNAAN GEOLISTRIK


Tahu karakteristik susunan batuan bawah permukaan hingga kedalaman seputar 300 m sangatlah
bermanfaat untuk tahu kemungkinan ada susunan akifer yakni susunan batuan yang disebut

19
susunan pembawa air. Biasanya yang di cari yaitu ‘confined aquifer’ yakni susunan akifer yang
diapit oleh susunan batuan kedap air (umpamanya susunan lempung) di bagian bawah serta sisi
atas. ‘Confined’ akifer ini memiliki ‘recharge’ yang relatif jauh, hingga ketersediaan air tanah
dibawah titik bor tak dipengaruhi oleh pergantian cuaca setempat.

Geolistrik ini dapat untuk mendeteksi ada susunan tambang yang memiliki kontras resistivitas
dengan susunan batuan di bagian atas serta bawahnya. Dapat pula untuk tahu perkiraan
kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.

Metoda geolistrik dapat juga untuk mengira ada panas bumi (geotermal) dibawah permukaan.
Cuma saja metoda ini adalah salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk tahu
dengan cara pasti kehadiran sumber panas bumi dibawah permukaan.

4c. PROSEDUR PENGGUNAAN RESISTIVITIMETER

a. Pasang elektroda sesuai konfigurasi yang diinginkan. Gunakan palu


untuk menancapkan elektroda ke dalam tanah.
b. Hubungkan elektroda arus menggunakan kabel gulung dan konektor ke C1
dan C2 pada resistivitimeter Gambar 1.

Gambar 1. Tampilan Panel Resistivitimeter Naniura NRD 22S

c. Hubungkan elektroda potensial menggunakan kabel gulung dan konektor


ke P1 dan P2 pada resistivitimeter.
d. Hubungkan baterai menggunakan kabel konektor ke jack INPUT (+) dan (-)
pada resistivitimeter. Lihat jarum indikator Batt hingga menunjuk ke
bagian merah di kanan. Hal ini menunjukkan baterai dalam keadaan penuh
(tegangan memadai). Jika tidak, baterai perlu diisi (dicharge) hingga
penuh, sebelum digunakan.

20
e. Putar tombol Power ke kanan dari OFF menjadi ON, maka resistivitimeter
sudah dinyalakan. Lihat jarum indikator Current Loop hingga menunjuk ke
bagian merah di kanan. Hal ini menunjukkan kontak elektroda arus dengan
tanah (bumi) dan resistivitimeter sudah cukup memadai. Jika tidak,
perbaiki koneksinya, tancap elektroda arus lebih dalam atau siram tanah di
sekitar elektroda arus dengan air atau larutan elektrolit untuk memperbaiki
kontak.
f. Putar tombol OUTPUT dari angka 0 ke angka yang dikehendaki. Makin
besar angka yang dipilih (1 - 6), makin besar injeksi arus yang dihasilkan.
g. Putar Compensator Coarse, kemudian Fine hingga display tegangan V
(Autorange) menunjuk angka nol atau mendekati nol.
h. Injeksikan arus dengan menekan tombol START hingga display arus
I (mA) menunjukkan angka yang stabil.
i. Tekan tombol HOLD dan baca harga arus pada display arus I (mA) serta
harga tegangan/potensial pada display tegangan V (Autorange) sebagai
data pengukuran.
j. Lakukan pengukuran beberapa kali (misal, 3 kali) untuk lebih meyakinkan
data hasil pengukuran. Catat semua hasil pengukuran, termasuk jarak
spasi elektroda (a, n) dalam tabel hasil pengukuran Tabel 1.
k. Pindahkan posisi elektroda ke posisi pengukuran berikutnya. Lakukan
prosedur pengukuran yang sama seperti di atas (1-10) untuk mendapatkan
data dengan posisi elektroda yang berbeda.
l. Lakukan hal yang sama hingga seluruh data diperoleh sesuai rencana
pengukuran.

Tabel 1. Tabel Data Pengukuran Lapangan

21
Gambar 2. Contoh Stacking Chart

PROSEDUR PEMINDAHAN POSISI KONFIGURASI ELEKTRODA PENGUKURAN

Metode tahanan jenis terdapat beberapa macam konfigurasi elektroda seperti pada gambar
3 berikut ini.

Gambar 3. Jenis-jenis konfigurasi elektroda

22
a. Konfigurasi Elektroda Wenner

Gambar 4. Perubahan susunan elektroda konfigurasi Wenner

1. Pasang elektroda dengan jarak spasi elektroda yang sama (a) untuk semua
elektroda, seperti pada Gambar 4.
2. Setelah dilakukan pengukuran, jarak spasi elektroda diperbesar menjadi
kelipatannya yaitu 2a, 3a, hingga na pada gambar 4.
3. Hal ini bisa dilakukan sepanjang lintasan pengukuran untuk data 2D, dengan
menjadikan ujung ujung lintasan sebagai patokan.
4. Pengubahan jarak spasi elektroda bisa diubah setiap kali pengukuran, atau
diselesaikan sepanjang lintasan baru dilakukan pengukuran untuk jarak spasi
elektroda yang berbeda.

b. Konfigurasi Elektroda Dipol-dipol

Gambar 5. Susunan elektroda metoda dipol-dipol

1. Pasang elektroda dengan jarak spasi elektroda yang sama (a) untuk semua
elektroda (n=1), seperti pada Gambar 5.

23
2. Setelah dilakukan pengukuran, jarak spasi antar elektroda arus (AB) dan
antar elektroda potensial (MN) tetap (a), jarak spasi antar elektroda arus dan
potensial (BM) diperbesar menjadi kelipatannya yaitu 2a, 3a, hingga na
3. Hal ini bisa dilakukan sepanjang lintasan pengukuran untuk data 2D, dengan
menjadikan ujung ujung lintasan sebagai patokan.

c. Konfigurasi Elektroda Schlumberger

Prinsip konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil kecilnya, sehingga jarak MN
secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak
AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN dan AB dapt
dilihat pada Logsheet praktikum konfigurasi Schlumberger (Gambar 6).

Gambar 6. Metode Schlumberger

PENGOLAHAN DATA DENGAN SOFTWARE RES2DINV

Tahap-
tahap pengolahan data metoda geolistrik tahanan jenis menggunakan software Res2Dinv
diuraikan seperti tahapan di bawah ini.

1. Data lapangan berupa arus (I), tegangan (V) dan jarak spasi elektroda (n,a).
2. Masukkan data lapangan dalam program Excel untuk menghitung faktor
konfigurasi (k) dan nilai resistivitas semu (). Save filenya dalam bentuk
file text (*.txt).
3. Buat input untuk program Res2Dinv di program Notepad, dengan format,
input sebagai berikut :
a. Nama lintasan survey.
b. Jarak elektroda terkecil (a).

24
c. Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Schlumberger =7, pole-pole = 2, dipole
dipole = 3, pole-dipole = 6)
d. Jumlah total datum point.
e. Posisi datum pertama (tulis 0 jika pertama di elektroda pertama atau
tulis 1 jika datum pertama berada di tengah lintasan elektroda).
f. Masukkan 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
g. Susunan data.
h. Posisi horizontal, spasi elektroda x n (lapisan ke-n), nilai resistivitas.
i. Ketik nol di akhir input data, 4 kali.
4. Setelah diperoleh data input dalam program Notepad, kemudian save as
dalam bentuk *.dat (misal: data1.dat).
5. Keluar dari program Notepad.
6. Masuk ke program Res2Dinv.
7. Dari tampilan windows Res2Dinv, buka menu file untuk membaca data yang
disimpan dalam program Notepad (file data1.dat).
8. Kemudian pilih menu inversi, lalu pilih least-squares invertion.
9. Untuk melihat posisi datum point pilih menu lalu pilih splice data set.
10.Untuk mengedit data, pilih menu lalu pilih extermine datum point.
11.Untuk menghilangkan data yang jelek, pilih datum point yang ingin
dihilangkan, lalu klik kanan pada mouse (sampai tanda merah), kemudian
tekan Q.

5. alat dan bahan untuk uji tanah menggunakan geolistrik

1. Geolistrik Single Channel Twin Probe (G-SOUND)

G-Sound
G-Sound dibuat untuk menjawab kebutuhan akan alat ukur resistivitas (geolistrik) yang murah
dan handal. Instrumen geolistrik ini di desain untuk pengukuran bergerak (portable) dengan
kedalaman penetrasi arus 100-150 meter. Pada G-Sound tidak diperlukan adjusting SP dengan
rumit, melalui tombol adjusting maka nilai SP terkoreksi secara otomatis. Hal ini sangan
membantu untuk para operator alat yang belum berpengalaman. Dengan berat sekitar 1 kg
menjadikan pekerjaan akuisisi data resistivity profiling ataupun sounding bertambah ringan.
Teknologi Curren Source (pembangkit arus) yang terdapat pada G-Sound menjadikannya

25
handal, benrpengaman sistem anti short circuit dimana kondisi hubungan singkat sering terjadi
pada saat spasi AB (arus) terlalu dekat atau pada lapisan berimpedansi rendah. Dengan
impedansi multimeter pada instrumen sebesar 10 MOmhs dan resolusi 12 bit menjadikan
pengukuran nilai tegangan dan arus sangat presisi dan akurat.
Teknologi yang diaplikasikan pada setiap instrumen geolistrik dengan sistem current sources dan
anti short circuit dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengukuran dalam skala laboratorium
misalkan mengukur resistansi media tanah (soil box), batuan (sampel core) dan lumpur. Dengan
demikian G-Sound mendukung semua keperluan pengukuran baik di lapangan maupun di
laboratorium.

2. Geolistrik Multichannel

Geolistrik Multichannel
S-Field adalah alat ukur resistivity dengan sentuhan teknologi terdepan. Instrumen didesain
dengan sistem pengukuran elektroda banyak channel (multichannel), full automatis dengan
sampling arus injeksi dilakukan setiap 2-5 detik. Alat ini memberikan hasil dengan tingkat
akurasi tinggi dan bising yang rendah. Dengan hadirnya alat ini pengukuran resistivitas bisa
dilakukan secara simultan sampai 16 elektroda, dan dapat pula di-upgrade menjadi 32, 64, 128
elekroda atau lebih (max 1000 channel). Dengan demikian akan menghemat waktu dan tenaga
dalam pengukuran resistivitas bawah permukaan. Melalui instrumen resistivity multichannel
pengukuran data resistivitas 2D dan 3D menjadi lebih efisien. Teknologi Curent Source
(pembangkit arus) yang terdapat pada S-Field menjadikannya handal, berpengaman sistem anti
short circuit, sehingga aman digunakan pada saat jarak elektroda arus terlalu rapat atau
impedansi sangat rendah. Output format file hasil pengukuran 2D sesuai (compatible) dengan
format software Res2Dinv.

3. Induced Polarization (IPMGEO)

IPMGEO

26
Induced polarization atau polarisasi terimbas merupakan salah satu metode geofisika yang
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral logam. Polarisasi ini terjadi
akibat adanya arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral
logam. IPMGEO dirancang untuk mengukur parameter polarisasi terimbas melalui nilai charge
ability. Nilai ini merupakan perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap waktu.
IPMGEO bekerja dalam domain waktu, dimana data akuisisi direkam melalui A/D card dengan
akurasi 10 bit. Prinsip pengukuran IP memiliki susunan konfigurasi yang serupa dengan
geolistrik. IPMGEO telah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga akuisisi data IP dapat
dilakukan secara simultan dengan geolistrik. Dengan demikian dapat dikarakteristik material
yang memiliki respon resistivitas yang sama tetapi mempunyai karakteristik IP yang berbeda.
IPMGEO dapat dikembangkan menjadi instrumen pengukuran multichannel 16, 32, 48 channel
atau lebih (sesuai seri) dengan maksimum jumlah channel 1000 buah.

4. Sonic Wave Analyzer (SOWAN)

SOWAN
SOWAN adalah instrumen ukur kecepatan gelombang ultrasonik pada sampel batuan. Melalui
alat ini dapat terbaca waktu tempuh gelombang P dan S secara akurat, karena pulsa tegangan
bernilai 350 V dan lebar pulsa 1 ns. Instrumen ukur ini dapat digunakan untuk analisa kekuatan
batuan, uji tak rusak (NDT) melalui analisa citra ultrasonik tomografi ataupun analisa fisika
batuan (rock physics). Dari citra tomografi (image slicing) dapat dianalisa keberadaan void,
honeycomb, aliran fluida, dsb. Instrumen ini juga bermanfaat untuk menganalisa kekuatan
bahan, beton misalnya, melalui penurunan parameter elastik dinamik. Dengan input ukuran
panjang (dimensi), densitas dan waktu tempuh gelombang, dapat dihitung poisson's rasio
dinamik, shear modulus, young modulus, dsb. SOWAN sangat bermanfaat bagi teknik sipil,
mekanika batuan, dan juga ahli geofisika untuk analisa fisika batuan (rock physic). Khusus untuk
analisa fisika batuan, instrumen ini dapat dimodifikasi untuk simulasi pengukuran kecepatan
gelombang sonik insitu melalui panambahan tabung tekanan tinggi (tertekan triaxial). Melalui
studi ini dapat ditentukan fisibilitas seismik 4D dan prosesing seismik 3D.

5. Ultra Low Seismic Accelerometer (ULSA)

27
ULSA
Akselerometer ULSA adalah sensor gelombang seismik/akselerometer dengan respon frekuensi
rendah, sensitivitas output tinggi dan mempunyai noise sangat rendah. Sehingga sensor ini
bermanfaat dalam pengukuran sinyal dengan karakteristik amplitudo dan frekuensi kecil yang
biasanya ditemui dalam monitoring struktur dan vibrasi. Demikian juga dengan kajian gempa
bumi misalnya, untuk monitoring sinyalnya harus menggunakan sensor dengan frekuensi dan
noise rendah.

6. Pulse Echo/Digital Time Delay Analyzer (DITDA)

DITDA
DITDA adalah instrumen yang didesain untuk mengukur waktu tempuh gelombang sonik-P saat
merambat dari sensor transmitter menuju receiver. Pada dasarnya DITDA memiliki kesamaan
fungsi dan cara kerja dengan SOWAN. Waktu tempuh gelombang sonik sudah terdigitasi pada
LCD dan tanpa memerlukan osiloskop untuk menampilkan hasil.

7. Seismic Instrument (GEO-SAM)

Geo-Sam
GEO-SAM adalah alat ukur gelombang seismik permukaan yg di desain untuk keperluan
geoteknik dan eksplorasi dangkal. Alat seismik ini didesain dengan akurasi 16-bits, 12 channels
maupun 24 channels yang beroperasi pada sistem operasi Windows. Sumber gelombang yang
digunakan pada GEO-SAM bisa berupa dinamit, hammer ataupun weight-drop dengan penerima
geophone, beroperasi pada lingkungan darat maupun rawa. Salah satu kelebihan yang
dikembangkan pada sistem akuisisi adalah non-take out cable. Sehingga, pengguna bebas
menentukan lebar spasi antar geophone.

28
6. Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Geolistrik

http://geodipo.blogspot.com/2017/10/cara-menggunakan-resistivitimeter-pada.html

http://geochemsurvey.com/teori-dasar-geolistrik-resistivitas-batuan/

ttps://kyubhil.blogspot.com/2014/09/alat-alat-survey-geolistrik.html

https://www.scribd.com/document/374465314/Sni-03-2528-1991-Geolistrik

29
5.1 Dasar Teori

C.B.R. dikembangkan sebagai cara menilai kekuatan tanah dasar jalan.


Dengan ini kita dapat mengetahui bahan yang hendak dipakai untuk pembuatan
perkerasan. Harga C.B.R. dihitung pada harga penetrasi 0,1 dan 0,2 dengan
membagi bahan penetrasi masing – masing sebesar 3000 dan 4500 pound beban
standart yang diperoleh dari percobaan terhadap macam batu oecah yang dianggap
mempunyai C.B.R. 100 %. Percobaan C.B.R. dapat dilakukan pada contoh tanah
asli atau tanah yang dipadatkan atau dilakukan dilapangan langsung pada tanah
yang akan dicoba dengan menggunakan rumus : Y = ( 0,72 x X ) – 8,5.

Dimana :

Y = Beban standart ( lb )

X = Pembacaan Arloji ( Atas/ Bawah )

5.2 Refrensi

Refrensi pelaksanan test CBR di laboratorium berdasarkan SNI 03-1744-1989.

5.3 Alat dan bahan

1. Benda Uji (Gambar 5.3.1.1)


2. Louding machine. (Gambar 5.3.1.2)
3. Cetakan berbentuk silinder dengan dilengkapi leher sambung. (Gambar 5.3.1.3)
4. Piringan pemisah dari logam. (Gambar 5.3.1.4)
5. Alat penumbuk (diameter 50,93mm dan berat 3.5 kg) (Gambar 5.3.1.5)
6. Alat ukur swelling terdiri dari : (Gambar 5.3.1.6)
 Keping pengembangan yang berlubang - lubang dengan batang pengatur.
 Arloji penunjuk.
 Statip arloji.
7. Keping beban dengan lubang ditengahnya. (Gambar 5.3.1.7)
8. Torak penetrasi. (Gambar 5.3.1.8)
9. Satu buah arloji dan satu arloji pengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01mm
(Gambar 5.3.1.9)
10. Peralatan lain seperti talam ,streight edge, bak perendam dan timbangan.
(Gambar 5.3.1.10-11)

30
5.3.1 Gambar alat dan bahan

(Gambar 5.3.1.1) (Gambar .3.1.2)

(Gambar 5.3.1.3) (Gambar 5.3.1.4)

(Gambar 5.3.1.5) (Gambar 5.3.1.6)

31
(Gambar 5.3.1.7) (Gambar 5.3.1.8)

(Gambar 5.3.1.9) (Gambar 5.3.1.10)

(Gambar 5.3.1.11)

32
5.4 Benda Uji

1. Mempersiapkan benda uji seperti test kepadatan standart.


2. Ambil contoh tanah seberat 5 kg atau lebih.(Gambar 5.4.1.1)
3. Mencampur bahan tersebut dengan air sampai kadar air optimum.
4. Memasang cetakan pada keping alas dan menimbangnya. (gambar 5.4.1.12)
5. Memadatkan bahan seperti test proctor : (gambar 5.4.1.3)
- Merendam dan memeriksa kadar air pada benda uji sebelum dipadatkan
- Tidak melakukan pemeriksaan kadar air pada benda uji yang direndam
setelah mengeluarkan benda uji dari cetakan.
2. Membuka dan meratakan leher sambungan dengan alat perata . Menambal lubang
–lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir kasar
dengan bahan yang lebih halus . Mengeluarkan piringan pemisah dan kemudian
membalik , Memasang kembali cetakan berisi benda uji pada keping alas dan
menimbang. (gambar 5.4.1.4)
3. Memeriksa langsung benda uji yang telah siap untuk pemeriksaan CBR (gambar
5.4.5). Bila menghendaki CBR yang terendam harus melakukan langkah –
langkah sbb:
- Memasang keping pengembang diatas permukaan benda uji yang kemudian
memasang keping pemberat yang dikehendaki atau sesuai dengan keadaan
bebas perkerasan. Merendam cetakan beserta beban didalam air dapat
meresap dari atas maupun dari bawah. Memasang tripod beserta arloji
pengembang . Mencatat pembacaan pertama ,membiarkan benda uji selama
96 jam. Permukaan air selama perendaman harus tetap [ kira –kira 2.5 cm
diatas peremukaan benda uji ] . Merendam tanah berbutir halus atau berbutir
kasar dapat melakukan air lebih cepat dalam waktu yang lebih singkat sampai
pembacaan arloji tetap. Mencatat pembacaan arloji tetap pengembangan pada
akhir perendaman .
- Mengeluarkan dan memiringkan cetakan dari bak air selama 15 menit
sehingga air bebas mengalir habis. Menjaga agar selama pengeluaran air
permukaan benda uji tidak terganggu.
- Mengambil , kemudian menimbang beban dari keping alas beserta isinya .
Merendam benda uji CBR yang telah siap untuk diperiksa.

33
5.4.1 Gambar pelaksanaan benda uji

(gambar 5.4.1.1) (gambar 5.4.1.2)

(gambar 5.4.1.3) (gambar 5.4.1.4)

(gambar 5.4.1.5) (gambar 5.4.1.6)

34
5.5 Langkah kerja

1. Meletakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4.5
kg atau sesuai dengan beban perkerasan . (Gambar 5.6.1)
2. Merendam benda uji pada beban yang harus sama dengan beban yang
digunakan waktu perendaman. (Gambar 5.6.2)
3. Pertama meletakkan keping pemberat 2.27 kg [ 5 Pound] untuk mencegah
mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping pemberat.
Memasang pemberat selanjutnya dipasang setelah torak pada permuakaan benda
uji.
4. Kemudian mengatur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 Kg (10 Pound) . Memerlukan
pembebanan permulaan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antar
torak dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji
penunjuk penetrasi di nolkan. (Gambar 5.6.3)
5. Memberikan pembebanan secara teratur sewhingga kecepatan penetrasi
mendekati 1,27 mm/menit ( 0,05 )/menit.
Mencatat penbacaan pada penetrasi :

 0,312 mm ( 0,0125” )
 0,620 mm ( 0,0250“ )
 1,250 mm ( 0,0500” )
 0,187 mm ( 0,0750” )
 2,500 mm ( 0,1000” )
 3,750 mm ( 0,1500” )
 5,000 mm ( 0,2000” )
 7,500 mm ( 0,3000” )
 10,00 mm ( 0,4000” )
 12,50 mm ( 0,5000” )

6. Mencatat beban maksimal dan beban penetrasinya bila pembebanan maksimal


terjadi sebelum penetrasi 12,5 mm (0,50 “)(Gambar 5.6.4)
7. Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar air dari lapisan atas
benda tersebut. (Gambar 5.6.5)

35
5.6 Gambar pelaksanaan langkah kerja

(Gambar 5.6.1) (Gambar 5.6.2)

(Gambar 5.6.3) (Gambar 5.6.4)

(Gambar 5.6.5)

Daftar Pustaka

Courtesy of youtube : Nova Arif

SNI 03-1744-1989

36
6. Sand Cone

1. Gambar pelaksanaan

Tujuan

Untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan tanahatau lapisan perkerasan yang telah
dipadatkan. Memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Bertujuan untuk
mengetahui kepadatan dari suatu tanah dilapangan secara langsung dengan membandingkan
berat isi kering lapangan dengan berat isi kering pada laboratorium.

2. Referensi pengujian Sand Cone (SNI)

Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone


Cara Pengujian dan Permasalahannya [SNI 03-2828-1992]

Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (
= berat isi kering)

Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih
belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran beban ke
lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi
tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan
kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

37
Standar SNI untuk pengujian
kepadatan tanah dengan sand
cone adalah :

 SNI 03-2828-1992
(Metoda Pengujian
Kepadatan
Lapangan dengan
Alat Konus Pasir)

Standar AASHTO untuk


pengujian sand cone adalah :

 AASHTO T-
191 (Density of Soil
In-Place by the Sand-
Cone Method)

Standar ASTM untuk


pengujian sand cone :

 ASTM D-
1556 (Standard Test
Method for Density
and Unit Weight of
Soil in Place by

the
Sand-Cone Method)

Persyaratan alat, bahan dan lokasi :

Pasir yang digunakan harus memenuhi


ketentuan sebagai berikut :

 bersih, keras, kering dan bisa


mengalir bebas, tidak
mengandung bahan pengikat
 gradasi 0,075 mm sampai 2
mm;

38
Penentuan lokasi titik uji harus
memenuhi :

 pengujian kepadatan tidak boleh


dilakukan pada saat titik uji
tergenang;
 pengujian kepadatan dilakukan
paling sedikit dua kali untuk
setiap titik dengan jarak 50 cm;
 pada saat pengujian, dihindari
adanya getaran;
 hasil pengukuran yang berupa
nilai kepadatan dihitung rata-
rata dengan dua angka
dibelakang koma

Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah


berupa sirtu dan batu pecah yang akan
diuji yang mengandung butir berukuran
tidak lebih dari 5 cm, harus
dipersiapkan terlebih dahulu dengan
membuat lubang berdiameter sama
dengan diameter corong dan plat
dudukan corong, dengan kedalaman 10
cm sampai 15 cm.

Peralatan yang dipergunakan :

 botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter
 takaran yang telah diketahui
isinya (± 2.019 ml) dengan
diameter lubang 16,51 cm
 corong kalibrasi pasir dengan
diameter 16,51 cm dan pelat
corong
 plat untuk dudukan corong pasir
ukuran 30,48 cm x 30,48 cm
dengan lubang berdiameter
16,51 cm
 peralatan kecil : mistar perata
dari baja, meteran 2 m, palu,
sendok, kuas,pahat

39
 peralatan untuk menentukan
kadar air
 timbangan dengan kapasitas
minimum 10 kg dengan
ketelitian sampai 1,0 gram
 timbangan, kapasitas minimum
500 gr dengan ketelitian sampai
0,1 gram.

Alur langkah pengujian dan perhitungan,


secara umum adalah sebagai berikut :

 penentuan volume/isi botol yang


digunakan
 penentuan berat isi pasir yang
digunakan
 penentuan berat isi tanah

Penentuan volume/isi botol yang digunakan


:

Yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah


diketahui massa jenisnya adalah 1 kg/lt
atau 1 kg/dm³ atau 1 g/cm³ atau 1 ton/m³

Untuk keperluan praktis dianggap berat isi


air = massa jenis air, dengan mengabaikan
faktor percepatan gravitasi yang berbeda
antar lokasi.

Untuk mendapatkan volume/isi botol yang


digunakan, timbang berat :

 botol + corong (kosong)


 botol + corong + air

lalu hitung volume/isi botol dengan rumus :

40
Penentuan berat isi pasir yang digunakan :

Untuk menentukan berat isi pasir, isilah


botol dengan pasir, lalu ditimbang
beratnya dan dihitung dengan rumus di
samping.

Cara pengisian botol dengan pasir harus


dengan hati-hati :

 tutup kran, isi corong dengan


pasir sampai penuh
 buka kran dan dijaga supaya pasir
pada corong minimal setengah
corong
 isi sampai botol penuh dan tutup
kran kembali
 bersihkan kelebihan pasir di atas
kran

Untuk menentukan berat pasir


dalam corong saja :

 isi pasir secukupnya


Penentuan berat pasir dalam corong :
pada botol
 tutup kran dan bersihkan
sisa pasir di atas kran
 timbang botol + corong
+ pasir
 balikkan botol dan
corong pada alas yang
rata
 buka kran sampai pasir
berhenti mengalir

41
(memenuhi corong)
 tutup kran kembali,
timbang kembali botol +
corong + sisa pasir

Hitung berat pasir dalam


corong dengan rumus di
samping

Pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji :

Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji adalah sebagai berikut :

 ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji


 tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm pada permukaan tanah
 kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak atau paku pada keempat sisinya
 gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang plat corong
 pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada yang tertinggal dalam lubang
 masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang digali dalam wadah/kaleng
tertutup yang sudah diketahui beratnya, lalu ditimbang

Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk dihitung kadar airnya

42
Pengukuran dengan pasir uji :

Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah


diketahui parameternya pada lubang yang telah disiapkan di
titik uji seperti di atas, adalah sebagai berikut :

 isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau


secukupnya melebihi isi lubang dan corong)
 timbang botol dengan corong dan pasir
 tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang
tepat pada corong menghadap ke bawah dan botol di
atas
 buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang
dan corong sampai penuh
 setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang
kembali botol + corong + sisa pasir

Perhitungan volume lubang :

Perhitungan berat isi kering (kepadatan lapangan) tanah/lapis dasar pondasi

Hasil pengujian dengan sand cone adalah :


berat isi kering tanah atau material lapis dasar pondasi, yang merupakan kepadatan lapangan
tanah atau lapis dasar pondasi yang diperiksa

43
Untuk memenuhi persyaratan spesifikasi teknis, pada umumnya harus dilakukan pengujian
kepadatan laboratorium untuk material tanah atau lapis dasar pondasi yang digunakan dan
kepadatan lapangan harus memenuhi persentase tertentu (misal 95% atau 98% atau 100%) dari
kepadatan laboratorium yang disyaratkan dalam spesifikasi yang berlaku pada proyek yang
bersangkutan

Permasalahan dalam pengujian Sand Cone :

Permasalahan yang mungkin timbul dalam pengujian sand cone sehingga mengakibatkan
pengukuran kepadatan lapangan yang tidak akurat atau salah, disebabkan antara lain oleh :

 bahan pasir yang tidak bagus (tidak memenuhi syarat gradasi, kurang kering sehingga
sulit mengalir melalui corong, tercampur dengan material yang mempunyai daya lekat
[mis : lempung, lumpur, dsb])
 berat isi pasir yang digunakan untuk pengujian tidak terkalibrasi dengan baik (selalu
lakukan kalibrasi berat isi pasir setiap akan melakukan pengujian, hitung rata-rata dari
minimal 3 kali kalibrasi berat isi pasir)
 volume pasir dalam botol kurang untuk mengisi penuh lubang dan corong (gunakan botol
yang lebih besar jika volume botol kurang)
 adanya getaran yang mempengaruhi pemadatan pasir yang diisikan ke dalam lubang uji
 lubang uji yang terlalu kecil ukurannya
 sample tanah atau material lapis dasar pondasi yang tidak dimasukkan dalam wadah
tertutup atau terkena suhu panas sehingga kehilangan kelembaban yang mengakibatkan
pemeriksaan kadar air tidak akurat
 permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji tidak rata (jika perlu, pastikan
dengan mistar waterpass untuk kerataan permukaan)
 pengujian pada lebih dari 1 jenis lapisan (untuk menguji lapis yang sudah tertutup lapis
lainnya, pastikan bahwa lapis di atasnya sudah dikupas habis seluruhnya dan permukaan
uji merupakan permukaan lapisan yang diinginkan untuk diuji -- jangan menggali pada
perbatasan antar lapisan tanah atau perbatasan antar lapis material dasar pondasi)
 ukuran lubang plat dudukan corong dan diameter corong tidak sama, sehingga ada sisa
pasir pada plat dudukan corong yang tidak terhitung pada waktu menghitung isi corong
(usahakan diameter lubang plat dudukan corong sama dengan diameter corong)
 penggalian menghasilkan lubang yang lebih besar dari diameter lubang plat dudukan
corong sehingga ada celah di bawah plat dudukan yang tidak terisi pasir uji

3. Dasar Teori

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir
Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak
memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah

44
lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan
atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm. Sand cone adalah untuk pemeriksaan kepadatan tanah di
lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Pengujian yang
diuraikan hanya berlaku terbatas pada ukuran butiran tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm
diameternya.Yang dimaksud dengan kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi.

Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori tanah dengan salah
satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas,
sedangkan dilaboratorim dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung
pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan diperoleh akan
berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar
air yanag cukup tinggi nilai kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali
sehingga air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.

Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda
pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling padat (angka pori yang
paling rendah). Kadar air dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air
optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan antara
kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini digunakan untuk menentukan kadar air
optimium dimana mencapai keadaan paling padat, dapat dilakukan percobaan pemadatan di
lapanga dan percobaan pemadatan di laboratorium.Dengan nilai kadar air yang optimum yang
didapat dari percobaan ini, maka kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan
mempunyai:

a) Kekuatan yang lebih besar

b) Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil

c) Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air

Prosedur atau langkah dalam pemeriksaan sand cone yaitu:

1) Pemeriksaan Berat Volume Uji

2) Pemeriksaan Volume Kerucut

3) Pemeriksaan Kepadatan Tanah di Lapangan

Dalam pengujian sand cone ini, diperlukan hubungan antara Kadar air dan kepadatan dari suatu
contoh tanah yang diperiksa. Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari
keadaan padat ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana

45
transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis, dan
dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas- batas ini dikenal juga sebagai
batas-batas atterberg.

Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat pemadatan yang dapat dicapai oleh
suatu tanah. Lee dan Sedkamp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis
tanah. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering yang dipadatkan. Bila air
ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur
pembasah atau pelumas pada partikel – partikel tanah karena adanya air, partikel – partikel
tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan
yang lebih Adanya penambahan kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari
tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang – ruang pori dalam
tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel – partikel padat dari tanah. Kadar air dimana
berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air maksimum. Selain kadar air,
faktor – faktor yang mempengaruhi pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pemadatan.

Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran butiran, bentuk butiran tanah, berat spesifik
bagian padat tanah. Selain itu jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah
mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air
optimum dari tanah tersebut. Pada kadar air yang lebih rendah, adanya tegangan terik kapiler
pada pori – pori tanah mencegah kecenderungan partikel tanah untuk bergerak dengan bebas
untuk menjadi lebih padat. Kemudian tegangan kapiler tersebut akan berkurang dengan
bertambahnya kadar air sehingga partikel – partikel menjadi mudah bergerak dan menjadi lebih
padat. Bila usaha pemadatan persatuan volume tanah berubah. Kurva pemadatan juga akan
berubah. Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan
lapangan (berat isi kering). Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika
kepadatan lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi
dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi
terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat
mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

Menentukan Berat Isi Tanah uji sand cone pada STA 01+400 dengan melakukan penggalian
kurang lebih 10,60 cm pada plat alat Sand Cone dengan volume lubang 2,095 cm3, material dari
penggalian tersebut di masukkan ke wadah/kantong plastik yang tertutup lalu di timbang, berat
tempat + tanah basah = 4.765 gr kemudian menimbang pasir + corong+ botol = 7.830 gr lalu
meletakkan corong ke bawah di atas plat corong dan membuka kran pelan-pelan dengan
memasukkan pasir yang sudah di dalam botol sampai mengisi lubang tersebut = 4.382 gr, lalu
menimbang sisa pasir+corong+ botol = 3.448 gr. Kemudian diambil tanah sedikit dari kaleng
untuk penentuan berat isi tanah (w3/v) = 2.272 gr/cm3

46
Menentukan Berat Isi Pasir dilakukan dengan cara meletakkan alat dengan botol di bawah pada
dasar yang rata, tutup kran isi corong pelan-pelan dengan pasir. Kemudian kran di buka isi botol
sampai penuh dan di jaga agar selama pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya
kemudian kran di tutup dan dibersihkan kelebihan pasir di atas kran dan ditimbang (Gs) = 1.359
gr.

Menentukan Berat Pasir Dalam Corong dengan cara mengisi botol pelan-pelan dengan pasir
secukupnya dan menimbang berat pasir di dalam corong 7.830 gr, lalu meletakkan alat dengan
corong di bawah pada plat corong, pada dasar yang rata dan bersih, kemudian membuka kran
pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir, lalu kran di tutup dan menimbang alat sisa pasir
3.448 gr, lalu menghitung berat pasir dalam corong 4.382 gr.

4. Langkah Kerja

1. Mencari Volume Corong

a Timbang berat corong logam dan sebagai perlengkapannya

b Letakan corong dengan logam diatas dan buka krannya

c Isi dengan air sampai keluar dari keran

d Tutup kerannya dan buang air yang kelebihan

e Timbang corong logam dan perlengkapannya yang sudah terisi air.

f Berat air = volume botol (W2 –W1)

2. Mencari berat air pasir sebagai berikut

a Letakan corong logam dengan lubang diatasnya

b Tutup keran dan isi corong dengan pasir

c Buka keran dan juga supaya corong selalu terisi pasir minimal setengahnya dan isi sampai
corong logam terisi penuh.

d Titup keran dan buang kelebihan pasir

e Timbang alat dan pasir (W3)

f Berat pasir (W3 – W1)

g Berat isi pasir

3. Tentukan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh sebagai
berikut:1) Timbang botol dan pasir (W4)
47
a Isi alat dengan pasir sampai penuh, sampai pasir berhenti mengalir

b Tutup keran dan timbang botol dan sisa pasir (W5)

c Pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh (W4 –W5) Siapkan permukaan
tanah yang akan diuji dengan membuat rata permukaaan tanah setempat.

d Tempatkan alat diatas permukaan yang sudah rata dan beri tanda padalubang pelat.

4. Angkat lat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati – hati.

5. Tempatkan lagi alat pada tempat semula dan buka keran dan birkan pasir mengalir samapi
berhenti, kemudian tutup kerannya.

6. Timbang berat tanah hasil galian (W7).

7. Timbang berat alat dan pasir (W6)

5. Peralatan dan bahan

1. Ember untuk tempat pasi


2. Kertas untuk corong pasir
3. Peralatan lain seperti : sendok, kuas, sendok dempul, dan peralatan untuk menentukan kadar
air.
4. Neraca digital dengan ketelitian 0,1 gram.
5. Pasir laut (pasir putih)
6. Alat pengujian sand cone
7. Palu untuk alat Bantu pembuat lubang dalam tanah
8. Pahat untuk mencongkel tanah
9. Botol transparan kapasitas 1 galon
10. Kerucut dengan diameter 16.5 Cm

11. Oven pengering tanah sample pengujian

48
6. Daftar Pustaka

https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/sand-cone-test.html

https://www.google.com/search?q=alat+untuk+test+sand+cone&safe=strict&client=firefox-
b&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjo7_jKk9veAhVWX30KHbfZDP8Q_AUIDi
gB&biw=1366&bih=626#imgrc=f3gEHjOASpUDcM:

https://lauwtjunnji.weebly.com/pengujian--sand-cone.html

49
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH
( MOISTURE CONTENT TEST )

PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH


( MOISTURE CONTENT TEST )
Tempat Percobaan : Lab. Mekanika Tanah

I. Pengertian Umum
Kadar air ( Moisture Content ) adalah perbandingan berat air terkandung dalam contoh tanah
atau agregat dengan berat kering tanah / agregat.Nilai kadar air biasanya dinyatakan dalam
persen ( % ). Apabila satuan nilai kadar air tidak dinyatakan dalam persen,maka hasil pengujian
dikalikan dengan 0.01.

II. Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetukan nilai kadar air tanah yang dikandung oleh contoh
tanah atau agregat yang diambil dari lapangan.

III. Alat

1. Cawan kedap air + tutupnya,dari logam atau aluminium,


2. Oven,dengan pengatur suhu 300 C-2000C
3. Timbangan/Neraca Ohauss,Ketelitian 0,01 gram
4. Dessicator/Alat pendingin
5. Spatula
6. Alat Tulis

IV. Bahan Uji

Dalam hal ini kami menggunakan tanah yang tidak terganggu yang kami dapatkan dari hasil
pemboran yaitu pada kedalaman 140 cm.Tanah yang tidak terganggu tersebut di keluarkan
dengan menggunakan Extruder horizontal menggunakan tabung contoh.Keluarkan tanahnya
sesuai dengan prosedur dan sediakan pan sebagai tempatnya.

V. Cara Pemeriksaan

1. Sediakan alat dan bahan uji yang akan kita gunakan dan pastikan berapa banyak sample yang
akan kita buat dalam memeriksa kadar dan beri tanda pada setiap bahan uji.Dalam hal ini kami
membuat tiga sample percobaan.
2. Langkah selanjutnya adalah menimbang setiap cawan beserta tutupnya.Beri tanda pada setiap
cawan dan catat berapa berat setiap cawan.
3. Ambil sedikit sample tanah yang akan di uji dari tabung Extruder.M asukkan tanah tanah
kedalam setiap cawan secara perlahan dengan menggunakan spatula.
4. Timbang kembali setiap cawan yang telah berisi tanah sample dan catat beratnya.
5. Bukan tutup setiap cawan kemudian masukkan kedalam oven.Atur suhunya ( 100 ± 5 )0 C dan
diamkan selama 24 jam.
6. Setelah 24 jam keluarkan bahan uji dari oven lalu dinginkan contoh tanah ( bahan uji ) dalam
desikator,kemudian timbang hingga dalam beberapa kali penimbang beratnya konstan.
7. Catat berapa berat masing-masing cawan.

50

Anda mungkin juga menyukai