SEMINAR ON ELECTRICAL
INFORMATICS, AND IT'S EDUCATION 2011
Aplikasi Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference
Cancellation (PIC) Multi User Detection (MUD)-CDMA
Arn’, Yoedy Moegiharto’, Saretta Nathaniatasha Prawindrijo’
atifin@eepis-its.edu , ymoegiharto@eepis-its.edu , sarettaprawindrijo@yahoo com
*2°Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, 60111
Kampus ITS, Surabaya 60111
Abstrak — Pada tulisan ini akan dilakukan
analisa simulasi kode konvolusi pada sistem
Parallel Interference Cancellation Multi User
Detection CDMA dengan —_menggunakan
modulasi QPSK. Pengkodean —_ konvolusi
digunakan di sisi pengirim dengan rate 1/3 dan
pendekodean di sisi penerima menggunakan
algoritma viterbi. Kinerja_ dengan kode
konvolusi pada sistem PIC lebih baik 7 dB
dibanding tanpa kode konvolusi untuk nilai
BER 10° Untuk sistem PIC MUD stage 3 lebih
baik 5 dB dibanding stage 2 dan 3 dB dibanding
stage 1. Penggunaan kode konvolusi dengan
rate 1/3 lebih baik 4 dB dibanding rate %.
Penerapan pada pengguna aktif 12 lebih baik
dibanding 16 pengguna karena makin banyak
pengguna maka nilai SNR yang diperlukan
semakin besar.
Kata kunci : Kode Konvolusi, PIC, BER, QPSK
|. PeNDAHULUAN
Pertambahan pengguna aktf pada sistem
seluler mengakibatkan semakin sempitnya pita
frekuensi yang tersedia_karena_—_-hanya
menggunakan satu kanal frekuensi. Teknik
mengatasi permasalahan_ tersebut diperkenalkan
teknik spread spectrum, yaitu teknik yang
memungkinkan penggunaan pita frekuensi yang
terbatas oleh banyak pengguna aktif secara
bersamaan dengan tiap pengguna aktif memiliki
kode yang berbeda. Teknik spread spectrum
diterapkan pada sistem akses jamak Code Division
Muttiple Access (CDMA).
Satu kanal untuk banyak pengguna aktif pada
sistem CDMA dapat menimbulkan_ interferensi
antar_pengguna aktif, yaity masalah Multiple
Access Interference (MAl). Untuk mengurangi
engaruh MAI ini diperlukan teknik deteksi multi
user (MUD), salah satunya adalah Parallel
Interference Cancellation (PIC) (31[4)
Sinyal informasi yang dikirimkan melalui
media transmisi udara akan diterima oleh penerima
berupa penjumlahan dari
banyak sinyal, balk yang dipancarkan secara
langsung (LOS) atau yang berasal dari pantulan
‘multipath. Pantulan ini menyebabkan kuat sinyal
informasi yang diterima oleh penerima akan
bervariasi dengan cepat, sinyal-sinyal_tersebut
dapat saling menguatkan ataupun _saling
melemahkan, yang disebut dengan fading. Maka
dipilih teknik convolutional code sebagai salah satu
pengkodean yang diharapkan dapat mengurangi
pengaruh fading pada kualilas sinyal yang
diterima
UL SistEM MODEL
CDMA merupakan sistem mobile komunikasi
dimana semua pengguna aktif, dapat
berkomunkkas| dengan menggunakan kanal
frekuensi dan waktu yang sama. Penggunaan
frekuensi yang sama menyebabkan oleh banyak
pengguna menyebabkan munculnya interferensi
antar pengguna yang disebut dengan Mule
Access Interference (MAI). Diagram —_blok
sederhana sistem CDMA ditunjukkan seperti
Gamber 1 [3][1]
Di sisi pengirim deretan bit informasi setiap
pengguna akan mengalami proses spreading oleh
deretan chip PN code yang saling berbeda dengan
operasi logika XOR, menghasilkan sebuah sinyal
spread spectrum,
Di sisi penerima semua sinyal spread
spectrum dari banyak pengguna diterima sebagai
sebuah sinyal gabungan CDMA yang merupakan
hasil penjumlahan smua pengguna.
Sinyal CDMA yang diterima akan diproses
oleh sebuah bank matched filter, didalamnya
dilakukan proses despreading oleh beberapa
deretan chip PN code yang saling berbeda
se3swuai jumlah pengguna aktifnya, lalu dinasilkan
estimasi deretan bit dari setiap pengguna. Bila
pengamatan dilakukan pada salah satu pengguna
tertentu, maka pengguna-pengguna lain akan
mempengaruhi kualitas sinyal yang diterima oleh
salu pengguna tertentu tersebut sebagai MAl
Maka ditambahkan proses deteksi multiuser
setalah proses oleh bank matched filter.
AL27SEMINAR ON ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATION 2011
-
reas F rr so,
8
by b.S Bank
I:
J
Gambar 1. Blok Diagram CDMA
Sinyal COMA yang diterima
r= ¥ Adis (+on(e) a
dengan A, : amplitudo pengguna ke k
+b, bit informasi pengguna ke k = +1, -1
‘Sy: deretan chip PN Code pengguna ke k
24441
Secara diagram blok susunan penerima CDMA
dengan penambahan deteksi multi user ditunjukkan
seperti Gambar 2.
decision
y b,
1 Cr
F >| >
MF Fy i ”
Ye U b,
0) Mr Lo} p> >
Pic
ve = 4
MF Lo
>|
Gambar 2. Diagram blok penerima CDMA dengan
deteksi multi user
24 PIC (Parallel Interference Cancellation)
PIC adalah salah satu teknik deteksi non-linear
muttiuser aki, dan dengan hal ini dapat
memperoleh peningkatan yang nyata dengan
pethitungan kompleksitas yang rendah dan
Al
Pendek/singkat dalam memproses delay [3]. Pada
sistem DS-CDMA terdapat K pengguna aktif yang
memancarkan informasi_secara__ synchronous
bersama dengan Additive White Gaussian Noise
(AWGN) dalam satu channel.
Gambar 3. Skema PIC (Paraille! Interference
Cancellation)
Sinyal output pada stage 1 dinyatakan seperti
yp, J @)
a
veSEMINAR ON EI
2.2 Convolutional Code
Kode —konvolusional —dihasikan dengan
melewatkan urutan informasi yang akan dikirim
melalui sebuah shift register. Secara umum shift
register terdiri dari K (Kbit) tahap dan n_fungsi
aljabar linear generator. Masukan data ke encoder
yang burupa bilangan biner, digeser sepanjang shift
register k bit pada saat itu. Jumiah bit keluaran untuk
setiap urutan input k-bit adalah n bit [1]. Parameter K
disebut panjang batas dari kode konvolusional. Pada
rangkaian konvolusional encoder ini terdapat dua
Komponen dasar yaitu shift register dan gerbang ex-
or, dimana gerbang ex-or ini berupa komponen
adder. Seperti gambar dibawah ini merupakan
contoh dari bentuk rangkaian convolutional encoder
generator yang terdiri dari 2 buah shift register.
Gambar 4. Rangkaian Convolutional Encoder
ke12
Keluaran dari Konvolusional encoder melalui proses
‘modulasi dan dikirimkan melalui kanal, pada sisi
penerima melalui proses demodulasi dan masuk
pada dekonvolusional dekoder. Pada _bagian
encoder ini harus dimulai dan diakhiri pada state
yang diketahui agar pada decoder dapat diperoleh
urutan bit yang benar.
Tabel 1
State dari kode konvolusi (2,1,2)
Input
State a 7
Kini | ~ OutputState Outpu/State
Transisi Transisi
00 ‘00/00 10/10
o1 11/00 orto
10 41/01 ont
1 00/01 10/11
Salah satu teknik fonvard error correction untuk
kode konvolusi adalah algortma Viterbi
Convolutional code dengan viterbi decoder adalah
sebuah FEC teknik yang sesuai dengan sebuah
sinyal yang berada dalam saluran Addictive White
Gaussian Noise (AWGN).
Cara kerja dari dari algoritma Viterbi_adalah
dengan mencari jarak minimum yang memitki nia
Al
ECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATION 2011
akumulasi error matiiks yang terkecil. Algoritma
Viterbi biasanya menggunakan diagram trellis untuk
penggambarannya,
Untuk mendapatkan lai akumulasi error
matrix yang terkecil dari keluaran encoder kode
konvolusi diperlukan data state oufput dari enkoder
kode konvolusi tersebut,
Gambar 4 akan_mengambarkan_ tentang
hubungan state selanjutnya dan output pada
encoder kode konvolusi jika diberi input bemilai 1
atau jika input bemilai 0. Pada gambar tersebut jika
input bernilai 1 maka akan digambarkan dengan
garis lurus dan tebal, jika input bemilai 0 maka
digambarkan dengan garis putus-putus,
state 00 22
State 10
Gambar 5. Hubungan input,output state dan next
state pada encoder kode konvolusi
Dengan mengetahui hubungan antara input, output,
state. dan next state maka akan mengerti
bagaimana mencati akumulasi error tetkecil yang
sesuai dengan encoder-nya,
Ill, PERENCANAAN Sistem
Pada sistem ini sinyal dibangkitkan secara
random, sebelum data masuk kedalam encoder
akan dilakukan pembagian kanal sesuai dengan
modulasinya. Untuk modulasi QPSK, data akan
dibagi ke dalam 2 fase, yaitu @-phase dan /-phase.
Selanjutnya pada proses encoder, data akan
melewati kode konvolusi dengan rate 1/3. Lalu data
akan di-spreading olen Pseudonoise code yaitu
goldcode dengan panjang 31 chip. Hasil dari
spreading data dengan Pncode itu selanjutnya akan
melewati kanal, sehingga akan dijadikan dalam satu
fase untuk ditransmisikan. Data akan dikirimkan
melalui kanal AWGN sehingga data _informasi
bercampur dengan noise mengalami error [56]
Pada sisi receiver sinyal__informasi yang
bercampur noise tersebut akan dibagi lagi menjadi
2 fase kembali sebelum masuk ke proses
dispreading dengan kode yang sama atau identik
dengan yang digunakan pada sisi pemancar.
Setelah itu data akan dilewatkan ke decoder kode
konvolusi untuk mendapatkan data asi