Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

• Pasien Bapak. L 50 th. Beberapa minggu yang lalu pasien didiagnosis DM Tipe
2. Setelah mengkonsumsi obat, pasien kembali ke Apotek dan mengeluh luka tak
kunjung sembuh dan Sering haus dan sering buang air kecil, berat badan turun.
Obat yang diresepkan oleh dokter yaitu Metformin, Meglitinide dan
sulfonylurea, DPP-4, GLP-1 dan SGLT2

 Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.- Dosis awal 500
mg : 1 tablet 3 kali sehari. Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari
biasanya cukup dapat mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek
terlambat dicapai sampai dua minggu. ... Tablet diberikan bersama makanan
atau setelah makan

 Meglitinide dan sulfonylurea, untuk merangsang kerja pankreas agar


memproduksi insulin lebih banyak. Contoh obat meglitinide adalah
nateglinide - Berapa dosis obat Nateglinide untuk dewasa? 120 mg
secara oral tiga kali sehari sebelum makan., 60 mg tiga kali sehari sebelum
makan (pasien yang mendekati target HbA1c) , dan contoh obat
sulfonylurea adalah glibenclamide. -Dosis awal glibenclamide adalah 2,5-5
mg per hari. Dosis bisa ditingkatkan per minggu sampai dosis maksimal 20 mg
per hari. Dosis lebih dari 10 mg akan dibagi menjadi dua jadwal konsumsi dalam
satu hari. Untuk penderita lanjut usia, dosis dimulai dari 1,25 mg per harinya
 DPP-4 Dipeptidyl Peptidase-4 , untuk meningkatkan produksi insulin dan
mengurangi produksi gula oleh hati. Contoh obat ini adalah sitagliptin. -
Dosis sitagliptin Dosis individual tidak boleh melebihi dosis harian
maksimal sitagliptin 100 mg dan metformin 2 g. Umumnya diberikan 2 x
sehari. Pasien yang tidak cukup terkontrol pada terapi metformin tunggal :
Dosis awal : Sitagliptin 50 mg 2 x sehari, ditambah dosis metformin yang
sudah digunakan

 GLP-1 receptor agonist. (Glucagon like peptide 1) Obat dapat


memperlambat proses pencernaan makanan, terutama yang mengandung
gula, sekaligus menurunkan kadar gula dalam darah. Contohnya exenatide.
- Dosis awal: 5 mcg , 2 kali sehari.
 SGLT2 inhibitor (sodium glucose co-transporter 2). Obat ini bekerja dengan
cara memengaruhi ginjal membuang lebih banyak gula. Contohnya
dapagliflozin.- Dosis oral untuk diabetes tipe 2. Dewasa: 10 mg sekali sehari.
Obat ini dapat dikonsumsi tanpa atau bersamaan dengan makanan

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bapak L
Nomor RM : 006xxx
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 50 tahun
Alamat : Jalan Danau Poso
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 65 kg

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien di Puskesmas Jalan
Kutai, tanggal 8 Oktober 2013 pukul 10.05.

Keluhan utama:
Luka di kaki yang tidak kunjung sembuh sejak 1 bulan lalu.

Keluhan tambahan:
Sering haus dan sering buang air kecil, berat badan turun.

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang ke Puskesmas Jalan Kutai dengan keluhan luka yang tidak kunjung
sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien hanya mengalami luka abrasi
kecil pada telapak kaki akibat berjalan di halaman rumah tanpa alas kaki, namun
luka tersebut semakin membesar. Pasien sendiri tidak merasakan sakit akibat luka
tersebut. Pasien merasa sering haus dan sering buang air kecil sejak 2 bulan yang
lalu, namun hal ini tidak mengganggu aktivitasnya. Berat badan pasien turun dalam
1 bulan terakhir, dari 72 kg menjadi 65 kg.

Pemeriksaan penunjang:

Hasil tes gula darah sewaktu pasien adalah 264 mg/dL.

Riwayat penyakit dahulu:


Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Pasien juga tidak
pernah menderita penyakit berat apapun sebelumnya, mengalami trauma, maupun
menjalani operasi.

Riwayat penyakit keluarga:


Ayah pasien memiliki riwayat penyakit kencing manis, sedangkan ibu pasien tidak
memiliki riwayat penyakit berat apapun.
Diagnosis: Diabetes melitus tipe 2

FIFE:
Feelings: Pasien merasa takut bila ternyata menderita penyakit berat.
Insight: Menurut pasien dia menderita kencing manis, karena pasien mengingat
ayahnya yang mengalami gejala serupa (sering haus, sering buang air kecil, berat
badan turun).
Function: Penyakit ini tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Expectation: Pasien ingin agar dapat sembuh.

III. REVIEW OF DISEASE: Diabetes Melitus tipe 2


Epidemiologi
Pada tahun 2000 WHO memperkirakan bahwa sedikitnya terdapat 171 juta
penderita Diabetes Melitus (DM) di seluruh dunia, atau sekitar 2.8% dari total
populasi dunia. Angka ini terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun
2030 jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 366 juta jiwa atau sekitar
4.4% dari total populasi dunia. 90% dari kasus DM yang ada adalah DM tipe 2.
DM banyak terjadi di negara berkembang seperti di Asia dan Afrika, lebih banyak
ditemukan pada wanita dibanding dengan pria, dan lebih sering pada golongan
tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah. Di Indonesia, daerah dengan
jumlah penderita DM tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu
11.1%, sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%.
Definisi
Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah suatu kumpulan gejala yang timbul karena
peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif
yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. DM tipe 2 berbeda dengan DM tipe
1, di mana DM tipe 1 disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh pasien untuk
mensekresikan insulin.

Etiologi
Etiologi DM tipe 2 melibatkan interaksi faktor-faktor genetik dengan gaya hidup.
Faktor genetik yang terlibat masih belum diketahui dengan jelas, sedangkan gaya
hidup yang diketahui sebagai penyebab yaitu penggunaan kalori yang tidak
sebanding dengan konsumsi kalori dan berat badan berlebih atau bahkan obesitas
(BMI >25, obesitas BMI >30).

Patogenesis
Patogenesis DM tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan
produksi glukosa hati, dan penurunan fungsi yang kemudian menyebabkan
kerusakan sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian diikuti
peningkatan sekresi insulin sebagai mekanisme kompensasi untuk menjaga agar
kadar glukosa darah tetap normal. Pada akhirnya sel β tidak dapat lagi
mengkompensasi resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat.

Manifestasi klinis
Pada awal perjalanan penyakit, gejala yang tampak yaitu: banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak buang air kecil (poliuria).
Bila keadaan tersebut tidak segera ditangani, akan timbul gejala yaitu nafsu makan
berkurang, berat badan turun dengan cepat (turun 5–10 kg dalam 2-4 minggu), dan
mudah lelah. Bila tidak segera diobati, dapat timbul rasa mual, bahkan pasien dapat
mengalami koma. Gejala kronik yang sering dialami adalah neuropati perifer,
capai, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan (terutama wanita),
infeksi atau luka yang sulit sembuh, gigi goyah dan mudah lepas, kemampuan
seksual menurun, serta impotensi. Ibu hamil sering mengalami keguguran janin
dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang utama yang mendukung diagnosis DM tipe 2 adalah
glukosa darah sewaktu yang lebih tinggi dari 200 mg/dL, glukosa darah puasa yang
lebih tinggi dari 126 mg/dL, atau hasil tes toleransi glukosa oral dengan 75 g
glukosa yang lebih tinggi dari 200 mg/dL. Tes lain yang dapat dilakukan yaitu
hemoglobin terglikasi (HbA1c), dengan hasil pada penderita DM lebih dari 6,5%.

Pengobatan
1. Terapi yang paling utama adalah perubahan gaya hidup, yaitu penurunan berat
badan, olahraga, dan pengurangan konsumsi karbohidrat sederhana. Bila glukosa
darah tidak dapat dikendalikan dengan pengaturan pola makan dan olahraga, maka
dilakukan.

2. Terapi farmakologi dengan memberikan obat-obatan oral penurun kadar


glukosa darah seperti metformin, dan suntikan insulin bila diperlukan.

 Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.


 Meglitinide dan sulfonylurea, untuk merangsang kerja pankreas agar
memproduksi insulin lebih banyak. Contoh obat meglitinide adalah
nateglinide, dan contoh obat sulfonylurea adalah glibenclamide.
 DPP-4, untuk meningkatkan produksi insulin dan mengurangi produksi
gula oleh hati. Contoh obat ini adalah sitagliptin.
 GLP-1 receptor agonist. Obat dapat memperlambat proses pencernaan
makanan, terutama yang mengandung gula, sekaligus menurunkan kadar
gula dalam darah. Contohnya exenatide.
 SGLT2 inhibitor. Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi ginjal
membuang lebih banyak gula. Contohnya dapagliflozin.

Prognosis

Prognosis pasien penderita DM tipe 2 sebenarnya baik jika pasien cepat


didiagnosis dan diobati. Namun, jika terlambat didiagnosis dan diobati, maka
prognosis menjadi buruk karena tingkat mortalitas dan morbiditasnya meningkat
akibat terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai