• Pasien Bapak. L 50 th. Beberapa minggu yang lalu pasien didiagnosis DM Tipe
2. Setelah mengkonsumsi obat, pasien kembali ke Apotek dan mengeluh luka tak
kunjung sembuh dan Sering haus dan sering buang air kecil, berat badan turun.
Obat yang diresepkan oleh dokter yaitu Metformin, Meglitinide dan
sulfonylurea, DPP-4, GLP-1 dan SGLT2
Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.- Dosis awal 500
mg : 1 tablet 3 kali sehari. Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari
biasanya cukup dapat mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek
terlambat dicapai sampai dua minggu. ... Tablet diberikan bersama makanan
atau setelah makan
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bapak L
Nomor RM : 006xxx
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 50 tahun
Alamat : Jalan Danau Poso
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 65 kg
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien di Puskesmas Jalan
Kutai, tanggal 8 Oktober 2013 pukul 10.05.
Keluhan utama:
Luka di kaki yang tidak kunjung sembuh sejak 1 bulan lalu.
Keluhan tambahan:
Sering haus dan sering buang air kecil, berat badan turun.
Pemeriksaan penunjang:
FIFE:
Feelings: Pasien merasa takut bila ternyata menderita penyakit berat.
Insight: Menurut pasien dia menderita kencing manis, karena pasien mengingat
ayahnya yang mengalami gejala serupa (sering haus, sering buang air kecil, berat
badan turun).
Function: Penyakit ini tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Expectation: Pasien ingin agar dapat sembuh.
Etiologi
Etiologi DM tipe 2 melibatkan interaksi faktor-faktor genetik dengan gaya hidup.
Faktor genetik yang terlibat masih belum diketahui dengan jelas, sedangkan gaya
hidup yang diketahui sebagai penyebab yaitu penggunaan kalori yang tidak
sebanding dengan konsumsi kalori dan berat badan berlebih atau bahkan obesitas
(BMI >25, obesitas BMI >30).
Patogenesis
Patogenesis DM tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan
produksi glukosa hati, dan penurunan fungsi yang kemudian menyebabkan
kerusakan sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian diikuti
peningkatan sekresi insulin sebagai mekanisme kompensasi untuk menjaga agar
kadar glukosa darah tetap normal. Pada akhirnya sel β tidak dapat lagi
mengkompensasi resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat.
Manifestasi klinis
Pada awal perjalanan penyakit, gejala yang tampak yaitu: banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak buang air kecil (poliuria).
Bila keadaan tersebut tidak segera ditangani, akan timbul gejala yaitu nafsu makan
berkurang, berat badan turun dengan cepat (turun 5–10 kg dalam 2-4 minggu), dan
mudah lelah. Bila tidak segera diobati, dapat timbul rasa mual, bahkan pasien dapat
mengalami koma. Gejala kronik yang sering dialami adalah neuropati perifer,
capai, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan (terutama wanita),
infeksi atau luka yang sulit sembuh, gigi goyah dan mudah lepas, kemampuan
seksual menurun, serta impotensi. Ibu hamil sering mengalami keguguran janin
dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang utama yang mendukung diagnosis DM tipe 2 adalah
glukosa darah sewaktu yang lebih tinggi dari 200 mg/dL, glukosa darah puasa yang
lebih tinggi dari 126 mg/dL, atau hasil tes toleransi glukosa oral dengan 75 g
glukosa yang lebih tinggi dari 200 mg/dL. Tes lain yang dapat dilakukan yaitu
hemoglobin terglikasi (HbA1c), dengan hasil pada penderita DM lebih dari 6,5%.
Pengobatan
1. Terapi yang paling utama adalah perubahan gaya hidup, yaitu penurunan berat
badan, olahraga, dan pengurangan konsumsi karbohidrat sederhana. Bila glukosa
darah tidak dapat dikendalikan dengan pengaturan pola makan dan olahraga, maka
dilakukan.
Prognosis