Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HIJAUAN MAKANAN TERNAK


Herbarium

Disusun oleh:
Kelompok XIII

Estialsa Puspa Giwang PT/07129


Famanda Amyra Putri PT/07132
Fandy Pratama Lumban Gaol PT/07133
Restyana Whiegiska Sari PT/07165
Yazid Ulinuha PT/07183
Azizah PT/07201
Riky Reza Armanda PT/07297

Asisten Pendamping: Zeka Septa Riyadi

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
TINJAUAN PUSTAKA

Herbarium
Herbarium adalah suatu bahan yang digunakan untuk studi taksonomi
yang berupa bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan dengan
metode tertentu. Triharsono (2006) menyatakan bahwa herbarium berasal
dari kata “horu” dan “botanicus” artinya kebun botani yang dikeringkan,
bisanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Istilah herbarium adalah
material tumbuhan yang telah diawetkan (disebut juga specimen herbarium).
Herbarium juga bisa berarti tempat dimana-mana material-material tumbuhan
yang telah diawetkan dan disimpan.
Macam herbarium terbagi menjadi dua jenis yaitu herbarium fertil dan
herbarium steril. Herbarium fertil adalah herbarium yang tumbuhannya
dilengkapi bunga dan buah. Herbarium steril adalah herbarium yang
tumbuhannya tidak dilengkapi bunga dan buah. Onrizal (2005) menyatakan
bahwa identifikasi tumbuhan untuk pembuatan herbarium diperlukan ranting,
daun, kuncup, kadang-kadang bunga dan buah dalam satu kesatuan.
Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga yang sering
disebut herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga dan
buah disebut herbarium steril.
Metode pembuatan herbarium ada dua yaitu pembuatan herbarium
basah dan pembuatan herbarium kering. Metode basah dilakukan dengan
pencelupan alkohol, biasanya bagian yang diawetkan adalah bagian bunga
atau biji tanaman. Metode kering dilakukan melalui pengeringan dengan sinar
matahari, dioven 80°C, atau dengan perebusan air mendidih lalu dikeringkan
dengan sinar matahari. Onrizal (2005) menyatakan bahwa pembuatan
herbarium basah yaitu setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian di masukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu specimen tidak boleh leboh dari satu spesimen.
Lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut kemudian ditumpuk.
Tebal tumpukan disesuaikan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60)
yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut di masukkan ke dalam kantong
plastik dan disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian
tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat
dengan isolatip atau hekter supaya alkohol atau spiritus tidak menguap
keluar dari kantong plastik.
Proses pembuatan herbarium dengan cara kering menggunakan dua
macam proses yaitu proses pembuatan herbarium menggunakan
pengeringan langsung adalah dengan cara tumpukan material herbarium
yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendapatkan hasil yang
optimum sebaiknya di pressdalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan
diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven.
Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan
mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk
sedangkan pengeringan bertahap adalah dengan cara material herbarium
dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian
dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Tahap selanjutnya
ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan.
Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa
dan diupayakan agar pengeringannya merata dan setelah kering, material
herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti
dengan kertas baru. Tahap selanjutnya adalah material herbarium dapat
dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).
Herbarium memiliki fungsi sebagai pusat referensi, pusat pendidikan,
pusat penyimpanan data, pusat dokumentasi dan sebagai labolatorium serta
menunjang kegiatan pengelolaan dan memamfaatkan sumber daya hayati,
selain itu juga sebagai sumber penyebaran suatu takson yang akan diteliti.
Fungsi herbarium juga dijelaskan oleh Sama (2009) yang menyatakan bahwa
herbarium berfungsi untuk pengenalan dan identifikasi tanaman. Rugayah et
al., (2004) menjelaskan bahwa manfaat herbarium adalah untuk pengenalan
dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan, material peraga pelajaran botani,
material penelitian, alat pembantu identifikasi tanaman, material pertukaran
antar herbarium diseluruh dunia, bukti keanekaragaman.
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting
dalam pembuatan herbarium. Spesimen herbarium harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti,dengan
kata lain koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan
harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak
nampak pada spesimen herbarium. Awetan basah biasanya dibuat dengan
merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4% (Setyawan et al.,
2005).
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Peralatan yang digunakan dalam praktikum herbarium adalah
kertas koran, kayu atau bambu, isolasi, lakban hitam, gunting, streples, tali,
kamera, kertas herbarium (kertas duplex), platik penutup bening, pensil,
etiket tempel, etiket gantung dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum herbarium adalah
kertas kerja, Urochloa mosambicensis (rumput sabi) bagian yang diambil
adalah akar, batang, daun dan bunga.

Metode
Metode yang digunakan pada praktikum herbarium adalah dengan
mengambil contoh tanaman (rumput atau legum) dari lapangan. Bagian
tanaman yang diambil tersebut terdiri dari bagian-bagian tanaman yang
lengkap, meliputi akar, batang, daun, bunga, dan buah/biji. Tanaman
dikeringkan dan diatur dalam kertas yang kasar dan kering yang dapat
menyerap air, misalnya kertas koran yang disusun hingga tujuh lapisan
kemudian ditekan menggunakan kayu atau bambu dengan cara mengikatkan
tali di tepi-tepi kertas sampai tanaman tersebut kering, yaitu sekitar 2 minggu.
Kertas pengering yang basah diganti dan tanaman dikatakn kering apabila
sudah tidak terasa basah. Setelah itu, kertas pengering diganti dan tanaman
ditempel pada kertas herbarium dengan pita perekat, diberi etiket tempel
(meliputi nomor, familia, spesies, nama daerah, lokasi pengambilan, tanggal
pengambilan, manfaat) diletakkan pada pojok kiri bawah kertas herbarium,
dan diberi etiket gantung dengan ukuran 3x7 cm ditulis Nomor/Kode/Tanggal
penggambilan. Penulisan identitas pada etiket menggunakan pensil.
Selanjutnya, diberikan deskripsi mengenai tempat pengambilan, diambil
bersama tanaman apa, digunakan sebagai apa, serta manfaat tanaman
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumput yang digunakan kelompok 13 dalam pembuatan herbarium


adalah Urochloa mosambicensis (rumput sabi). Bagian yang diambil adalah
akar, batang, daun dan bunga. Rumput yang digunakan dalam pembuatan
herbarium diambil di ladang hijauan makanan ternak (HMT). Proses
pembuatan herbarium berlangsung selama 2 minggu. Pembuatan herbarium
menggunakan metode herbarium kering. Tujuan dan manfaat dari pembuatan
herbarium adalah untuk referensi dalam meneliti dan mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan botani, sebagai bahan ajar dan aanalisis, studi
taksonomi dan tempat menyimpan material dan data tanaman.

Gambar 1. Herbarium Urochloa mosambicensis


Urochloa mosambicensis adalah rumput abadi dengan perbungaan
yang terdiri dari sejumlah spike-like racemes yang diatur secara bergantian
pada poros pusat. Tumbuh dengan mudah dari biji dan dibudidayakan dalam
skala kecil sebagai padang rumput. Gibbs Russell et al. (1998) menyatakan
bahwa Urochloa mosambicensis memiliki rumbai abadi tinggi 200-1500 mm
perakaran bercabang dari node lebih rendah. Pisau daun 20-300 x 3-20 mm.
Racemes 3-15, 20-80 mm. Dua spesies yang terkait erat adalah: U.
stolonifera, tanaman yang lebih kecil dengan bulir-bulir yang diatur secara
tidak teratur dan lemma bagian atas sangat pendek; U. trichopus, sebuah
tahunan dengan sedikit lebih pendek, lebih tebal dan hairier racemes, rumput
berumbai lebih padat dari U. Urochloa mosambicensis memiliki daun yang
lebih panjang dan 5-saraf glume yang lebih rendah. Urochloa mosambicensis
tumbuh pada berbagai jenis tanah, kebanyakan pasir-pasir yang subur dan
biasanya di tempat-tempat yang terlindung. Sering tumbuh di tempat yang
teduh. Penyerbukan adalah melalui angin, penyebaran biji oleh angin dan air.
Urochloa mosambicensis terdapat di Kwa Zulu-Natal ke arah utara sampai
Afrika timur. Itu ditanam di Australia sebagai padang rumput yang
dibudidayakan. Rumput sinyal Bushveld adalah ruderal, umum di daerah
terganggu seperti pinggir jalan, lahan kosong dan tanah yang diinjak,
terutama di mana tanah subur. Di Afrika bagian tengah itu biasanya
merupakan spesies padang rumput terbuka atau hutan, sedangkan di Afrika
Selatan lebih disukai padang rumput. rumput palatable dengan produksi
daun rata-rata. Ini adalah tanaman hijauan yang diperkenalkan di negara-
negara tropis dan indikator yang baik dari tempat-tempat yang
terganggu. Stolon dan daun lebar melindungi tanah secara efektif terhadap
hujan, angin dan matahari. Ternak sangat menyukai rumput ini.
Metode pembuatan herbarium yang dilakukan saat praktikum adalah
metode kering. Proses pembuatan sampai menjadi herbarium terdiri dari 2
tahap yaitu praherbarium dan herbarium. Pada tahap pertama yaitu
praherbarium atau pengeringan tumbuhan. Cara yang dilakukan adalah
tanaman rumput sabi diambil di ladang hijauan makanan ternak dengan
kondisi utuh yaitu terdapat akar, batang, daun dan bunga. Rumput sabi
kemudian dikeringkan dan diletakkan diantara tumpukan kertas koran.
Tumpukan kertas koran terdiri dari 7 lapis bagian atas dan 7 lapis baguan
bawah. Rumput sabi yang telah diatur diantara tumpukan kertas koran
kemudian ditekan dan dijepit dengan bilah bambu bagian pinggirnya,
selanjutnya diikat dengan tali rafia dan disimpan pada tempat yang kering
dan tidak lembab selama 14 hari. Tahap kedua setelah 14 hari yaitu
herbarium, spesimen yang dikeringkan dibuka dan dibuat herbarium dengan
cara ditempelkan pada kertas herbarium. Tumbuhan diletakkan di tengah-
tengah kertas herbarium dan bagian-bagian tanamannya misalnya daun,
batang, bunga dan akar dilekatkan dengan selotip agar lebih rapi. Batang di
berikan etiket gantung dan pada bagian pojok kanan bawah diberi etiket
tempel. Murni et al., (2015) menyatakan bahwa metode pembuatan
herbarium kering diawali dengan mengambil sampel ukuran 30 sampai 40
cm. Pembuatan herbarium hanya boleh dilakukan pelipatan, pemotongan dan
pemisahan tidak boleh dilakukan karena agar ukurannya tetap seperti yang
diinginkan. Sifat-sifat khas tumbuhan yang tidak terwakili dalam specimen
antara lain habitat, warna, bau ataupun karakter lainnya yang mungkin hilang
setelah tumbuhan tersebut dikeringkan harus dicatat dan diamati. Rugayah
et al. (2004) menyatakan bahwa proses pembuatan herbarium terdiri dari tiga
tahapan, yaitu pengambilan, pengovenan, dan pengawetan. Suhu yang
direkomendasikan dalam proses pengawetan adalah 20°C, dengan tidak
menutup kemungkinan bahwa suhu di luar itu tidak apa-apa. Herbarium
dapat dibuat dengan metode pengeringan udara lambat, yaitu tanaman
ditekan diantara kertas yang menyerap air (kertas pengering spesimen
botani, kertas blotting, atau koran) dan kertas dijepit dengan kayu atau besi
yang dapat membuat kertas tetap rata. Berdasarkan perbandingan dengan
literatur, maka metode pengeringan yang digunakan saat praktikum sudah
sesuai dengan literatur yaitu menggunakan metode kering.
Tanaman rumput sabi dibungkus koran dibuka, lalu dipindahkan ke
atas kertas herbarium dan bagian-bagian tanaman ditempel dengan selotip
agar rapi. Syamswisna (2001) menyatakan bahwa mounting merupakan
proses penempelan spesimen pada kertas mounting (kertas manila putih
ukuran 30 cm x 43 cm dengan cara menjahit atau menggunakan pita perekat.
Spesimen yang telah ditempel, kemudian diberi etiket gantung dan etiket
tempel. Etiket gantung diisi dengan tulisan kelompok/inisial nama ilmiah
tanaman/tanggal pembuatan herbarium, sehingga tulisannya XIII/Um/28 April
18. Etiket gantung dikaitkan di batang spesimen rumput sabi. Etiket tempel
ditempel dibagian bawah. Data yang terdapat pada etiket tempel antara lain
nama ilmiah tanaman, nama lokal tanaman, tanggal pengambilan tanaman,
tempat mengambil tanaman, taksonomi tanaman, dan manfaat tanaman.
Etiket tempel direkatkan pada bagian karton yang kosong. Setelah etiket
gantung dan etiket tempel dipasang, karton ditutup oleh mika bening yang
direkatkan dengan menggunakan staples dan lakban. Rahim (2015)
menambahkan bahwa spesimen segar hasil koleksi diidentifikasi dengan
segera, serta diberi etiket gantung berisi nomor koleksi, tanggal koleksi dan
nama spesies untuk menandai tanaman ketika tanaman diambil. Herbarium
harus disertakan etiket tempel yang telah diisi dengan format yang telah
ditentukan untuk menjelaskan informasi mengenai tanaman. Perbedaan
etiket gantung dan tempel adalah pada isi informasi didalamnya dan cara
meletaakkannya. Etiket gantung hanya berisi informasi singkat dan
digantungkan pada bagian tanaman ynag terlihat. Etiket gantung berisi
informasi yang lebih lengkap dan pemasangannya yang ditempel.
Herbarium terdiri dari dua macam, yaitu herbarium steril dan
herbarium fertil. Herbarium steril merupakan herbarium tidak lengkap, yaitu
terdiri dari akar, batang, dan daun. Sedangkan herbarium fertil merupakan
herbarium lengkap, yaitu terdiri dari atar, batang, daun, bunga, dan biji.
Pembuatan herbarium yang dilakukan saat praktikum adalah herbarium fertil
karena tanaman yang digunakan adalah rumput sabi yang terdiri dari akar,
batang, daun, bunga dan biji. Onrizal (2005) menyatakan bahwa material
herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasa disebut
herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga dan buah
disebut herbarium steril.
Faktor-faktor yang menyebabkan herbarium rusak adalah perawatan
yang kurang, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan misalkan suhu.
Subrahmanyam (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan
dan faktor lingkungan seperti suhu. Koleksi yang telah diawetkan disimpan di
atas rak atau meja dengan etiket berisi informasi mengenai koleksi yang
digantungkan pada spesimen yang telah diawetkan. Perlakuan khusus
seperti pemberian naftalen atau kamfer sebelum dimasukkan dalam wadah
herbarium juga berpengaruh terhadap lama penyimpanan herbarium.
KESIMPULAN

Berdasarkan pratikum herbarium disimpulkan bahwa herbarium


merupakan suatu koleksi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diawetkan,
yang akan digunakan untuk mempelajari taksonomi tumbuhan. Tumbuhan
yang digunakan dalam pembuatan herbarium adalah Urochloa
mosambicensis (rumput sabi). Jenis herbarium yang digunakan dalam
praktikum herbarium adalah herbarium fertil. Metode yang digunakan dalam
pembuatan herbarium adalah metode herbarium kering. Cara pembuatan
herbarium adalah dengan menggunakan spesies tanaman yang dipres pada
koran dan dijepit menggunakan bilah bambu kemudian pengeringan
dilakukan selama 14 hari di tempat yang kering.
DAFTAR PUSTAKA
Murni, P., Muswita, Harlis, Upik Y., Winda D. K. 2015. Lokakarya Pembuatan
Herbarium untuk Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN
Cendikia Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. Vol. 30,
No. 2, April – Juni 2015.
Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Jurusan Kehutanan Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Rahim, S. 2015.Biodiversitas hutan Nantu sebagai sumber obat tradisional
masyarakat Polahi di Kabupaten Gorontalo. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon. 1(2):254-258.
Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F.I., dan A. Hidayat. 2004. Pedoman
Pengumpulan Data Keanakaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi-
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Sama, S. 2009. Pengawetan Tanaman dan Pengawetan Hewan. UPI,
Bandung.
Setyawan, A. D, Indrowuryanto, Wiryanto, Winarno, K. 2005. Tumbuhan
Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory Manual of Plant Taxonomy.
University of Dehli. New Dedhi
Syamswisma. 2001. Penggunaan Spesimen Herbarium Tumbuhan Tingkat
Tinggi (Spermatophyta) sebagai Media Praktikum Morfologi
Tumbuhan. FKIP Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Triharso. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: UGM
Press.

Anda mungkin juga menyukai