Anda di halaman 1dari 12

Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Air Terjun Watu Ondo, Taman Hutan Raya

R.Soerjo, Kota Batu

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ornitologi


Yang dibina oleh Ibu Sofia Ery Rahayu, S.Si M.Si

Oleh
Kelompok 5/GHI-L
Dina Nur Rahmawati (160342606274)
Krismonik Dwi Maulida (160342606270)
Maulidya Nur Aisi’yah P. (160342606259)
Permata Windra Deasmara (160342606241)
Rika Nur Azizah (160342606265)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Mei 2019
A. Topik
Pengamatan Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Air Terjun Watu Ondo, Taman
Hutan Raya R.Soerjo, Kota Batu

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di kawasan Watu Ondo.
2. Untuk mengetahui aktivitas harian burung di kawasan Watu Ondo.

C. Dasar Teori
Burung adalah organisme yang paling dikenal di antara keanekaragaman hayati
bumi. Meskipun demikian, kuantitas pengetahuan tentang jenis serta kawasannya masih
kurang lengkap. Kekurangan ini merupakan suatu tantangan dalam kegiatan konservasi
burung (Bibby, 2000). Keberadaan dan penyebaran burung menurut Peterson (1980)
berhubungan erat dengan ketersediaan makanan dan habitat burung yang sekaligus
menunjukkan keberadaan suatu individu atau kelompok. Partasasmita (2009) menyatakan
bahwa semakin kompleks kondisi vegetasi pada suatu habitat makan akan semakin sesuai
dengan kebutuhan tempat bagi kehidupan burung. Analisis komponen biotik terutama
burung di dalam ekosistem penting dilakukan agar diketahui respons biologi terhadap
perubahan lingkungan akibat adanya degradasi kualitas lingkungan. Magguran (1983)
mengatakan, bahwa analisis struktur komunitas dapat memberikan gambaran komposisi
atau keanekaragaman suatu komunitas, sehingga dapat diperkirakan keadaan komunitas
tersebut.
Burung merupakan salah satu komponen dalam ekosistem hutan, kehadirannya
dalam ekosistem hutan memiliki arti penting bagi kelangsungan siklus kehidupan. Satwa
liar termasuk burung memunyai peranan penting dalam membantu regenerasi hutan secara
alami sepertipenyebar biji, penyerbuk bunga dan pengontrol serangga hama.
TAHURA R. Soerjo ialah kawasan pelestarian alam yang meliputi wilayah Gunung
Arjuna-Lalijiwo, sebagian merupakan wilayah Kabupaten Mojokerto-Kabupaten Malang-
Kabupaten Jombang-Kabupaten Pasuruan dan kota Batu. Taman Hutan Raya R. Soerjo
merupakan habitat bagi salah satu satwa langka nasional yang dilindungi negara ialah
Elang Jawa.
D. Alat Dan Bahan
1. Teropong Binokuler
2. Kamera
3. Alat tulis
4. Panduan mengenai Burung (online)

E. Prosedur Pengamatan

Ditentukan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pengamatan burung (bird watching)

Ditentukan titik-titik pengamatan yang dianggap strategis. Kemudian dilakukan pengamatan


mulai dari jam 06.00 hingga selesai menggunakan teropong binokuler.

Dicatat burung yang melintasi tiap titik tersebut dan diamati tingkah lakunya. Jika
memungkinkan, dokumentasikan perilaku dan morfologi burung menggunakan kamera

Diidentifikasi nama dari burung yang telah diamati. Pengidentifikasian bisa melalui pendengaran
yaitu dengan mendengarkan suara burung atau dengan menggunakan panduan mengenai Burung
yang dapat diakses secara online.

F. Data Pengamatan
Keanekaragaman spesies burung yang ditemukan di sekitar Air terjun Watu
Ondo, Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Kota Batu

No. Spesies Jumlah Waktu Perjumpaan Aktivitas


Spesies
1. Cucak kutilang 3 07.06 WIB Bertengger
Pycnonotus aurigaster
2. Ciu Jawa 2 07.11 WIB Bertengger
Ptheruthius flaviscapis
3. Brinji Gunung 2 07.20, 07. 52 WIB Bertengger
Ixos virescens
4. Meninting kecil 3 07.22 WIB Mencari makan
Enicurus velatus
5. Cingcoang coklat 1 07.29 WIB Berkicau dan
Brachypteryx leucophrys bertengger
6. Wiwik kelabu 1 07.21 WIB Terbang
Cacomantis merulinus
7. Elang Ular Bido 2 08.20 WIB Terbang
Spilornis cheela
8. Elang Jawa 1 08.40 WIB Bertengger dan
Nisaetus bartelsi soaring
9. Takur tohtor 3 07.39, 08.57 WIB Makan, bertengger
Psilopogon amillaris dan berkicau
10. Sepah gunung 6 07.49, 07.52, 08.55 Bertengger dan
Pericrocotus miniatus WIB terbang
11. Kepudang sungu gunung 2 07.35 WIB Terbang dan
Coracina larvata bertengger
12. Kangkok ranting 1 08.15 WIB Terbang
Cuculus saturatus
13. Walet linci Collocalia linchi 6 07.25, 07.56 WIB Terbang
14. Opior Jawa 2 07.43 WIB Terbang
Laphozosteros javanicus
15. Cinenen Jawa 2 07.54, 08.07 WIB Bertengger
Orthotomus sepium
16. Bondol Jawa 6 07.55 WIB Bertengger
Lonchura leucogastroides
17. Wiwik Uncuing 1 07.58 WIB Bertengger dan
Cacomantis sepulcralis berkicau
G. Analisis Data
Berdasarkan data pengamatan diperoleh 17 spesies burung yang berada di sekitar
kawasan Air terjun Watu Ondo. Spesies yang paling banyak ditemui saat pengamatan yaitu
Pericrocotus miniatus, Collocalia linchi dan Lonchura leucogastroides. Pada saat
pengamatan juga ditemukan 2 jenis spesies elang yaitu Spilornis cheela dan Nisaetus
bartelsi dalam waktu yang berdekatan.

H. Pembahasan
Pada pengamatan burung di Cangar pada daerah Watu Ondo ditemukan spesies
yang paling banyak ditemui yaitu Pericrocotus miniatus (sepah gunung), Collocalia linchi
(wallet linci) dan Lonchura leucogastroides (bondol jawa) dengan rentang waktu aktivitas
jam 07.00-08.00 dengan aktivitas bertengger dan terbang. Pada saat pengamatan juga
ditemukan 2 jenis spesies elang yaitu Spilornis cheela (elang ular bido) dan Nisaetus
bartelsi (elang jawa) dalam waktu yang berdekatan dengan rentang waktu 08.20-08.40
dengan aktivitas terbang pada burung Spilornis cheela (elang ular bido) dan bertengger
soaring pada burung Nisaetus bartelsi (elang jawa).
Terdapat spesies yang dominan ditemukan pada pengamatan pagi yaitu
Pericrocotus miniatus (sepah gunung), Collocalia linchi (wallet linci) dan Lonchura
leucogastroides (bondol jawa) dipengaruhi oleh keanekaragaman tumbuhan yang
digunakan sebagai sumber makanan atau tempat bertengger, jenis tumbuhan yang
menyusun vegetasi hutan Tahura R. Soerjo yaitu Akasia Gunung, Saren, Burang, Rasamala
(Buah Merah), Gondang, Bambu, Kaliandra, Pinus, Cemara, dan berbagai jenis tumbuhan
lainnya (Afafa, 2013). Selain itu menurut (TAHURA, 2009) Kawasan Taman Hutan Raya
R. Soerjo mempunyai tipe ekosistem hutan cemara, hutan hujan pegunungan dan padang
rumput. Jenis vegetasi yang mendominasi kawasan ini beraneka ragam, di antaranya
Cemara gunung (Causuarina junghuhniana) yang membentuk tegakan homogen dengan
tumbuhan bawah berupa rumput dan semak belukar, Pasang (Litocarpus sundaicus),
Nyampo (Litsea sp), Kukrup (Engelhardiaspicata), Dampul (Ficus sp), Kelis (acmena
acuminatissima), Endos endogan (Macropanax dispermum) dan Triwulan (Eupathorium),
Anggrung (Theorema orientalis), Pinus (Pinus mercusii), Tutup (Malotus sp). Kayu putih
(Eucalyptus alba), Akasia (Acasia decuren), Cemara angin (Casuarina equisetifolia),dan
bunga ungu (Valerina adriana). Yang merupakan sumber makanan Lonchura
leucogastroides (bondol jawa) dan Pericrocotus miniatus (sepah gunung), beberapa
tumbuhan juga tempat kesukaan untuk bertengger.
Howed, dkk (2003) yang menyatakan bahwa kehadiran spesies burung tertentu,
pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Karena
pengamatan dilakukan hanya waktu pagi kelimpahan spesies pagi disebabkan oleh kondisi
cuaca pada pagi hari cerah jika kondisi cuaca mendung atau hujan hasil pengamatan akan
berbeda. Terdapat juga faktor fisik-kimia. Menurut Karimullah (2011), ketidakhadiran
suatu jenis burung di suatu tempat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
ketidakcocokan habitat, perilaku (seleksi habitat), kehadiran jenis hewan lain (predator,
parasit dan pesaing), dan faktor kimia-fisika lingkungan yang berada di luar kisaran
toleransi jenis burung yang bersangkutan. Karimullah (2011) menyatakan bahwa burung
memilih habitat berdasarkan pada vegetasi, kelimpahan sumber makanan dan materi
penyusun sarang. Kelimpahan spesies burung Pericrocotus miniatus (sepah gunung),
Collocalia linchi (wallet linci) dan Lonchura leucogastroides (bondol jawa) dengan
aktivitas bertengger dan terbang yang dominan atau tinggi berkaitan dengan perilaku dan
kemampuan burung dalam memanfaatkan habitat. Bila dilihat dari ketersediaan sumber
pakannya, Pericrocotus miniatus (sepah gunung), Collocalia linchi (wallet linci) dan
Lonchura leucogastroides (bondol jawa) memiliki sumber pakan yang melimpah pada
lokasi pengamatan, yaitu berupa serangga, biji-bijian dan buah seperti Burang, Rasamala
(Buah Merah), Kelis (acmena acuminatissima), Endos endogan (Macropanax dispermum)
dan Triwulan (Eupathorium). Ruang terbuka di atas tajuk pohon serta adanya pergerakan
serangga terbang merupakan kondisi yang disenangi oleh jenis walet untuk berburu mangsa
dengan cara menyambar serangga yang sedang terbang. Akitivitas terbang yang ditemukan
pada saat pengamatan pada burung wallet karena untuk mencari mangsa hal ini sesuai
dengan pernyataan (Kamal, 2013) walet merupakan burung pemakan serangga yang
mencari makan sambil terbang diantara tajuk pohon sedang hingga tinggi, wallet dikenal
dengan sayapnya yang sangat panjang dan ramping seperti sabit. Dan juga menurut Beeton
(1999) dalam Ajie (2009) burung walet sering terbang di atas kanopi hutan bahkan terbang
di bawah tajuk hutan untuk menangkap serangga penerbang untuk dimakan seperti tawon.
Pada burung Lonchura leucogastroides (bondol jawa) mencari makanan di atas tanah atau
memetik biji dari bulir rumput. Menghabiskan banyak waktunya dengan bersuara kerikan
yang gaduh, bertengger dan menyelisik di pohon-pohon besar (MacKinnon et al., 2010).
Aktivitas bertengger dilakukan untuk beristirahat setelah mencari makan atau menscaning
sumber makanan yang ada di dekatnya. Sedangkan Pericrocotus miniatus (sepah gunung)
ditemukan dalam pengamatan sedang bertengger karena istirahat untuk mencari makan dan
juga sering mengunjungi daerah puncak-puncak pohon serta di dekat hutan primer dan
kebun pinus untuk mendapatkan sinar matahari, juga mengunjungi lahan pertanian untuk
mencari sumber makanan lain (MacKinnon et al., 2010). Pericrocotus miniatus (sepah
gunung) umum terdapat di hutan pegunungan pada ketinggian 1200 sampai 2400 meter.
Kebiasaan hidupnya dalam kelompok yang besar sampai berjumlah 30 ekor.
Tahura R. Soerjo merupakan hutan heterogen yang berbatasan dengan daerah
perbukitan dan gunung. Kawasan ini digunakan sebagai tempat tinggal beberapa jenis
raptor antara lain Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Jawa (Nizaetus bartelsi),
Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Alap-alap macan (Falco severus), dan Serak Bukit
(Phodilus badius). Salah satu dalam pengamatan yang ditemukan yaitu 2 jenis spesies
elang yaitu Spilornis cheela (elang ular bido) dan Nisaetus bartelsi (elang jawa) dalam
waktu yang berdekatan dengan rentang waktu 08.20-08.40 dengan aktivitas terbang pada
burung Spilornis cheela (elang ular bido) dan bertengger soaring pada burung Nisaetus
bartelsi (elang jawa). Berdasarkan IUCN (International Union for the Conservation of
Nature) Red List (2019), terdapat 1 spesies burung yang berstatus Endangered (genting)
yaitu Elang Jawa (Nizaetus bartelsi) dengan habitat dominan yaitu terrestrial, Suatu spesies
dikatakan berstatus genting atau Endangered apabila terjadi penurunan populasi >50%
selama 10 tahun, dengan wilayah yang ditempati <500 km2, dan tingkat populasinya <250
individu (IUCN, 1994 dalam Bibby, 2000). menurut IUCN (International Union for the
Conservation of Nature) Red List (2010) spesies Spilornis cheela (elang ular bido)
berstatus Least Concern (populasi masih aman) dengan habitat dominan yaitu terrestrial
dan daerah perairan seperti danau atau sungai.
Keberadaan burung pemangsa (raptor) yaitu Spilornis cheela (elang ular bido) dan
burung Nisaetus bartelsi (elang jawa) dalam suatu ekosistem sangat penting, karena
posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Semua jenis raptor diurnal
dilindungi peraturan negara. Terdapat yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini
hanya ditemukan secara alami di pulau Jawa. Sebagai jenis yang endemik dan sangat
tergantung kepada keberadaan hutan alami di pulau Jawa, Elang jawa menghadapi risiko
kepunahan karena berkurangnya habitat dan maraknya perdagangan liar. Spesies burung
ini masih dapat dijumpai di blok -blok hutan yang masih tersisa di daerah pegunungan.
Adanya raptor dalam suatu kawasan mengindikasikan sehatnya suatu habitat dan ekosistem
hutan serta mengindikasikan adanya nilai penting keanekaragaman hayati di dalamnya
(Suaka Elang, 2009). Elang Jawa juga masuk daftar Appendik II CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yang berarti
larangan untuk diperdagangkan secara lokal maupun internasional tanpa adanya ijin
khusus. Aktivitas bertengger soaring pada burung Nisaetus bartelsi (elang jawa),
bertengger kecenderungan aktivitas burung yang dijumpai berada pada strata ketinggian
pohon tengah. Burung elang jawa menggunakan bantuan suhu panas untuk terbang soaring
ketika memindai mangsa (Li, 2008). Soaring merupakan suatu cara terbang memanfaatkan
turbulensi udara atau naiknya udara panas dengan hanya merentangkan sayapnya sehingga
elang mampu terbang berputar secara perlahan. Soaring memiliki arti mendorong burung
pemangsa (Nisaetus bartelsi (elang jawa)) semakin terbang tinggi dan kemudian meluncur
kearah yang mereka inginkan. Soaring ini menghemat energi burung pemangsa dalam
melakukan terbang (Sujatnika, 2008). Elang Jawa termasuk burung endemik yang
menyukai hutan primer. Elang Jawa memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Selain itu
telur dari Elang Jawa juga sering dimakan oleh satwa lain seperti monyet. Pemantauan
yang berkelanjutan bagi spesies ini sangat penting agar diketahui populasinya di Tahura R.
Soerjo. Aktivitas terbang pada burung Spilornis cheela (elang ular bido) untuk berkeliling
mencari mangsa dan saat pengamatan elang ular bido bisa dimungkinkan terbang untuk
menghindari keberadaan manusia ketika pengamatan (Savitri, 2014).
Pada pengamatan juga ditemukan burung yang tidak dominan atau
perjumpaanyang jarang sehingga memiliki kelimpahan yang rendah, kelimpahan burung
yang rendah dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan burung pada habitat tersebut
sedikit, adanya persaingan antar spesies dalam mencari makan dan adanya persaingan
dalam mempertahankan daerah teritorialnya. Selain aktivitas manusia, gangguan terhadap
habitat seperti suara bising yang ditimbulkan oleh kendaraan juga dapat mempengaruhi
keragaman jenis burung di lokasi penelitian, karena lokasi penelitian terletak disepanjang
jalan yang menghubungkan Kota Batu dengan Kabupaten Mojokerto. Terganggunya suatu
habitat dapat menyebabkan keberadaan burung juga ikut terganggu (Sujatnika, 2008).

I. Kesimpulan
1. Terdapat 17 spesies burung yang berada di sekitar kawasan Air terjun Watu Ondo.
Spesies yang paling banyak ditemui saat pengamatan yaitu Pericrocotus miniatus,
Collocalia linchi dan Lonchura leucogastroides.
2. Adapun aktivitas harian burung di kawasan Air terjun watu ondo adalah bertengger,
mencari makan, soaring, terbang, serta berkicau. Burung memiliki jam biologis untuk
melakukan aktivitas hariannya.

Daftar Rujukan
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2019. Guidelines

for Reintroductions and Other Conservation Translocations version 1.0. gland,

Switzerland: IUCN Species Survival Commision, viiii +57 pp.

Afafa, Winda., Rahayu, Sofia E & Susilowati. 2013. Kajian Keanekaragaman Spesies Burung di
Taman Hutan Raya Raden Soerjo Jawa Timur. Skripsi. FMIPA : UM.
Ajie, H. B. 2009. Burung-burung di Kawasan Pegunungan Arjuna-Welirang Taman Hutan Raya
Raden Suryo, Jawa Timur Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : Fakultas MIPA
ITS.

Bibby, C.,Martin Jones dan Stuart Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei
Burung. Bogor: SMKG Mardi Yuana.
Howed, John., Rusilanoor, Yus., Backewell, D. 2003. Panduan Studi Burung Air. Bogor: Wetland
International-Indonesian Program.
Kamal, Samsuk., dkk. 2013. Keanekaragaman Spesies Burung Pada Perkebunan Kopi di
Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinci Aceh. Jurnal Biotik . Vol. 1,
No. 2 Hal 75.
Karimullah, L.S. 2011. Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Spesies Burung di Area Pohon
Jati Petak 72a-1 RPH Mlandingan BKPH Panarukan KPH Bondowoso. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Li YD. 2008. An Introduction to the Raptors of Southeast Asia. Singapura (SN): Nature Society.
Mackinnon J, Phillips K and B. van Balen. 2010. Burung – burung di Sumatera, Jawa,Bali, dan
Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI/BirdLife Indonesia.
Magguran, A. E. 1988. Ecological Diversity and its Measurment.Pricenton University Press. New
Jersey.

Partasasmita R. 2009. Komunitas Burung Pemakan Buah di Panaruban, Subang: Ekologi


Makandan Penyebaran Biji Tumbuhan Semak. [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Savitri, Wahyu R. 2014. Identifikasi Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Elang Ular Bido
(Spilornis cheela Latham, 1790) di Cagar Alam Takokak. Skripsi. Fakultas Kehutanan :
Institut Pertanian Bogor.
Suaka Elang. 2009. Annual Report Suaka Elang 2009. (Online), (http://suakaelang.org/wp-
content/uploads/2010/02/Annual-Report-SE-2009-1.pdf, diakses tanggal 8 Mei 2019).
Sujatnika., Jepson, P., Soehartono, T.R., Crosby, M. J., dan Mardiastuti, A. 1995. Melestarikan
Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Jakarta:
PHPA/ Birdlife International- Indonesia Programme.
Taman Hutan Raya Raden Suryo (TAHURA). 2009. Burung-burung di Kawasan Pegunungan
Arjuna Welirang Taman Hutan Raya Raden Suryo, Jawa Timur. Indonesia
http://pecuk.files.wordpress.com/2009/09/burung-burung-di kawasan - pegunungan-
arjuna-welirang-taman hutan1.pdf. Diakses pada hari Rabu 8 Mei 2019.
Lampiran

Burung meninting (dokumen pribadi) Burung tohtor jawa (dokumen pribadi)

Burung cucak kutilang (www.google.com) burung ciu jawa (www.google.com)

Burung meninting kecil (www.google.com) burung cingcoang coklat (www.google.com)

Burung brinji gunung (www.google.com) burung wiwik kelabu (www.google.com)


Burung elang ular bido (www.google.com) burung sepah gunung (www.google.com)

Burung elang jawa (www.google.com) burung kepudang sungu gunung (www.google.com)

Burung opior jawa (www.google.com) burung cinenen jawa (www.google.com)

Burung bondol jawa (www.google.com) burung kangkok ranting (www.google.com)

Anda mungkin juga menyukai