Anda di halaman 1dari 64

Workshop Standar Akreditasi ARK – AP – PAP

Framework baru KARS dalam Patient Care :

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Fakultas Kedokteran Univ Kristen Indonesia,
1970
Konsultan Nefrologi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
Lahir : Magister Hukum Kesehatan
Magelang
5 Nov 1943 Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
 Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS sejak th 2014
 Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
 Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
 Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015,
2016-2018, 2018-2021 Wakil Ketua KNKP
 Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) – PERSI sejak 2005
 KKPRS diubah namanya menjadi IKPRS. Ketua IKPRS-Institut
Keselamatan Pasien RS sejak th 2012
 Advisory Council Asia Pacific, Joint Commission International,
sejak 2009
 Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal Hipertensi RS
Mediros, Jakarta, sejak 1996
 Surveyor KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
 PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan Akreditasi RS, DitJen
Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
 Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
 Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
 Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
 Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
 Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
 Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
 Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
 Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
 Penghargaan :
 *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
 *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.
• Framing baru KARS : Asuhan Pasien 4.0
• Perkmbangan Konseptual Asuhan Pasien 4.0
• Patient Centred Care
• Asuhan Pasien Terintegrasi : 8 Aspek pelaksanaan
• WHO Conceptual Framework on PCC 2016-2026
 Berbagai aspek penting asuhan pasien dalam SNARS Edisi 1 (Standar Nasional
Akreditasi RS) adalah a.l.
• dilakukan oleh banyak profesi & sebagai tim,
• terintegrasi, diperlukan kolaborasi interprofesional,
• aspek care dan cure
• keperawatan adalah profesi “24/7” dgn penekanan pd care
(CARE = Commitment – Attention – Respons – Empathy)
• profesi medis dgn penekanan pd cure
• identifikasi kebutuhan pelayanan pasien,
• keterlibatan dan pemberdayaan pasien yang didukung oleh sistem pendukungnya,
• kemandirian pasien, kualitas hidup,
• keseragaman pelayanan
• termasuk reimbursemen yang sesuai dan memadai
 Konsep yg mendasari standar asuhan pasien yg memenuhi SNARS adalah Patient
Centred Care. Salah satu pintu masuk adalah BPIS, Bila Pasien Itu Saya.
 Ancaman hukum bagi Tenaga Kesehatan di zaman now nyata sudah dimulai.
Menghindari hal ini bagaimana sebaiknya strategi dalam pemberian asuhan kepada
pasien.
 Standar Nasional Akreditasi RS telah secara implisit dan eksplisit memberikan
tuntunan untuk mengatasi hal tsb dengan pola pikir sbb:

1.Tata Kelola Rumah Sakit Tatakelola RS yg baik, Tatakelola Klinis yg baik, Tatakelola
Pasien yg baik

2.Kepemimpinan Leadership, Budaya, Etika

3.Manajemen Risiko RS Asesmen Risiko, Pengelolaan Risiko

4.Asuhan Pasien 4.0


PCC & PPA sebagai DNA of Care Sirsak
Asuhan Pasien Tim
Terintegrasi
 Personalized medicine : A form of medicine that uses information about a person’s genes,
proteins, and environment to prevent, diagnose, and treat disease (NCI Dictionary,2017)
 Bila kita sakit, siapapun kita, maka pengobatan yang diberikan kpd pasien adalah yang terbaik atau
dpl berdasarkan EBM, jadi sesungguhnya bukan spesifik utk kita sbg individu.
 Dgn perkembangan teknologi genomik maka pasien a.l. dgn melanoma, leukemia, Ca paru,
payudara, otak diperiksa rutin utk diagnosis/profil molekular-nya shg DPJPnya dpt
memilih/menerapkan pengobatan yg “tailor made” yg sangat meningkatkan harapan
hidupnya, ini adalah personalized medicine, atau bbrp istilah lain precision medicine,
genomics medicine.
 Walaupun : In many cases, the current standard of care may be the safest, most sensible option, but it’s also
“one size fits all.” Sometimes that’s perfectly sufficient, but not always. It is in that “not always” category that
personalized medicine is making the most headway (D.McMullan : What Is Personalized Medicine)
 We look to a future in which medicine will be predictive, preventive, preemptive and personalized
(Musunuru,K et al : Personalized Cardiovascular Medicine: Where We Stand Now, and The Road Ahead, American College of Cardiology)
Beberapa definisi (Paving the Way for Personalized Medicine, FDA, 2013)
• “The use of new methods of molecular analysis to better manage a patient’s disease or predisposition to disease.” –
Personalized Medicine Coalition
• “Providing the right treatment to the right patient, at the right dose at the right time.” – European Union
• “The tailoring of medical treatment to the individual characteristics of each patient.” – President’s Council of Advisors on
Science and Technology
• “Health care that is informed by each person’s unique clinical, genetic, and environmental information.” – American
Medical Association
• “A form of medicine that uses information about a person’s genes, proteins, and environment to prevent, diagnose, and
treat disease.” – National Cancer Institute, NIH

Beberapa contoh :
• HLA-B*57:01 gene developing a hypersensitivity reaction when treated with abacavir
• mutations of the BRCA1 and BRCA2 genes that have been implicated in familial breast
cancers
• 2005, Stephanie Haney lung cancer th/ erlotinib, tdk berhasil, lalu genetic testing,  ALK
(anaplastic lymphoma kinase) positive, ganti ke crizotinib
• Researchers have discovered more than 1,800 disease genes since the Human Genome
Project’s completion
Framework dalam SNARS :
(Supriyantoro. 2018. Upaya Terobosan Pembangunan Kesehatan dalam Rangka Revolusi Digital 4.0.
Forum Dialog Penyusunan Analisis & Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020-2024.)
TANTANGAN RUMAH SAKIT
PADA ERA DISRUPSI (1)
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN

DISRUPTION :
Inovasi yang membantu menciptakan cara
kerja baru, mengganggu atau merusak
pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya
menggantikan teknologi terdahulu tersebut.
atau
mengembangkan suatu produk, layanan
dengan cara yang tak diduga pasar,
umumnya dengan menciptakan jenis
konsumen berbeda pada pasar yang baru
dan menurunkan harga pada pasar yang
lama.

- CLAYTON M. CHRISTENSEN

(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA CIRI - CIRI DISRUPSI

Efisiensi dan Efektifitas biaya

Kualitas yang lebih baik


CIRI - CIRI
DISRUPSI Meciptakan perubahan baru

Mudah diakses dan di jangkau

Menjadi lebih SMART

(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
MENTERI KESEHATAN
TANTANGAN RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PADA ERA DISRUPSI (2)
Pelayanan kesehatan
1. yang berkualitas 5. Penggunaan teknologi
7.
Melakukan Inovasi
dalam pelayanan
informasi
kesehatan di Era
Melaksanakan
2. fungsi sosial VCLAIM E-PURCHASING JKN
E-CLAIM E-KATALOG
Meningkatkan
3. Kompetensi E-FRAUD
pelayanan
Kesehatan
Meningkatkan
Mengimplementasi- 6. Tata Kelola RS menyesuaikan
kan sistem rujukan Klinik dan Tata peraturan internal
4. yang baik melalui Kelola
Rumah Sakit dengan
terintegrasi dengan Manajerial yang
sistem informasi baik regulasi baru dan
rujukan (SISRUTE) perubahan eksternal
(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
STRATEGI RUMAH SAKIT DI ERA DISRUPSII
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Rumah Sakit melakukan
validasi permasalahan :

Kesadaran
Bekerja dengan data

Transfor
Menyederhanakan SMART
masi
HOSPITAL
proses bisnis RS Budaya

Penggunaan teknologi
terkini (Digitalisasi)
Inovatif Learning
Ketangkasan manajemen dan
seluruh staff rumah sakit
dalam merespon perubahan
ekternal (agility)
(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
INOVASI PELAYANAN KESEHATAN BERBASIS IT
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN
Sistem Rujukan Terintegrasi Sistem Informasi Rawat
01 05
(SISRUTE) Inap (SIRANAP)
Sistem informasi untuk Memudahkan masyarakat Untuk
memudahkan komunikasi dan mengetahui ketersediaan Tempat
informasi pelayanan rujukan Tidur (TT) di RS.

Telemedicine SISTEM RAWAT JALAN


02 Pelayanan kesehatan dasar & rujukan antara 06 (SIRAJAL)/ Pendaftaran
fasyankes/ tenaga kesehatan (pengampu & Online
diampu) yang dilaksanakan secara jarak jauh
melalui media teknologi telekomunikasi & informasi
Memudahkan masyarakat
dalam rangka diagnostik, pengobatan dan memperoleh nomor antrian
pencegahan penyakit melalui internet dan SMS.

03 SPGDT 07 E-medical record


Pembentukan NCC 119 dan PSC Pengembangan SIMRS
Kab/Kota
Pengembangan IT berkala di
RS Online 08 tiap RS berdasarkan
04 kebutuhan pasien dan
Sistem Informasi RS. Database atas manajemen
2.851 RS di Indonesia
(Menteri Kesehatan : Pelayanan RS di Era Disrupsi dan UHC, Pelantikan PERSI 9 Jan 2019)
Pengertian:
Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan pasien, yang modern,
terkini di Rumah Sakit dan distandarkan dalam SNARS Edisi 1,
Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan Asuhan
1
Pasien Terintegrasi
Dilaksanakan oleh PPA sebagai Tim, yang berkolaborasi
2
interprofessional dengan kompetensi untuk berkolaborasi
Dilaksanakan dengan DNA of Care :
3
Safety, Quality, Culture
Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi melalui
4
IT dalam SIRSAK dan SISMADAK
(KARS, 2018)
*To Err Is Human, “Selama setahun, setiap hari 268 pasien
Building a Safer Health System, IOM, 2000 ranap meninggal krn IKP yg dpt dicegah…”

1.Safe. 4. Timely.
Crossing the Quality Chasm: 2.Effective. 5. Efficient.
6 Sasaran Perbaikan 6. Equitable.
A New Health System for the 21st Century, IOM, 2001 3.Patient-
Asuhan Pasien
centered.
Perspektif Pasien 1. Hormati nilai2, pilihan dan kebutuhan pasien
PCC : Core Concept PCC 2 Konsep Inti PCC
Perspektif PPA
2. Koordinasi dan integrasi asuhan
3. Informasi, komunikasi dan edukasi
4. Kenyamanan fisik
5. Dukungan emosional
The 8 Picker Principles of PCC 8 Prinsip Asuhan Pasien utk PCC 6. Keterlibatan keluarga & teman2
7. Asuhan yg berkelanjutan dan transisi yg lancar
8. Akses terhadap pelayanan.
1.Berdayakan & Libatkan
WHO Patients for Patient Safety, Jakarta Declaration, 2007 8 Deklarasi PFPS Pasien
2.Perkuat Kepemimpinan &
Akuntabilitas
3.Reorientasi Paradigma :
WHO Global Strategy on Integrated People-centred Health 5 Strategi PCC

DNA of Care Services 2016-2026 PCC 4.Asuhan Pasien


Terintegrasi
• Safety 5.Ciptakan Lingkungan yg
Memberdayakan
(Nico Lumenta, KARS
• Quality -8 Aspek Implementasi PCC
2018) • Culture
SNARS Ed 1 : PCC dan Asuhan Pasien Terintegrasi
-IT System : Sismadak & Sirsak
Konsep dasar Asuhan Pasien / Patient Care telah berkembang
dalam kombinasi dimensi mutu & safety, sejak “bangkitnya”
Patient Safety (wake up call) melalui “To Err is Human” IOM
th 2000, sbb:
To Err Is Human,
Building a Safer Health System, IOM, 2000
• Pelayanan kesehatan yang “fragmented”, tidak aman
• Dari Pasien Ranap setahun 33,6 juta, 2,9 – 3,7 % mengalami Insiden
Keselamatan Pasien, data pasien yang meninggal 44.000 s/d 98.000. Data
orang meninggal karena KLL 43.000
• Dari 100 admisi 2 mengalami KTD obat yang dapat dicegah (preventable
adverse drug event)
• Medication error dalam pelayanan kesehatan menyebabkan kematian 7000
orang per tahun
(Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS, eds. 2000. To Err Is Human: building
a safer health system. Washington, D.C.: National Academy Press.)
Crossing the Quality Chasm:
A New Health System for the 21st Century, IOM, 2001
• Safe / Aman — menghindari cedera pada pasien dari asuhan yg dimaksudkan untuk
membantu mereka.
• Effective / Efektif — menyediakan pelayanan berdasarkan pengetahuan ilmiah utk semua
orang yg dapat memperoleh manfaat dan menahan diri dari memberikan pelayanan kpd
mereka yg tidak mungkin mendapat manfaat (menghindari penggunaan yg kurang/ underuse
dan berlebihan/ overuse).
• Patient-centered / Berpusat pada pasien — memberikan asuhan yg menghormati dan
responsif thd preferensi, kebutuhan, dan nilai pasien dan memastikan bahwa nilai2 pasien
memandu semua keputusan klinis.
• Timely / Tepat waktu — mengurangi waktu tunggu dan terkadang penundaan yg
berbahaya baik bagi mereka yg menerima dan mereka yg memberi asuhan.
• Efficient /Efisien — menghindari limbah, khususnya limbah peralatan, persediaan, ide, dan
energi.
• Equitable / Adil - memberikan pelayanan yg tidak bervariasi dalam kualitas karena
karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, etnis, lokasi geografis, dan status sosial ekonomi.
(Committee on Quality of Health Care in America. 2001. Crossing the Quality Chasm: A • Enam elemen ini dilahirkan oleh IHI Institute for Healthcare Improvement
New Health System for the 21st Century, Institute of Medicine.) • Publikasi pertama PCC oleh IOM
• WHO menjadikan 6 elemen ini sbg definisi mutu pelayanan kesehatan
Konsep
Patient Centred Care
(Std HPK)

Konsep Inti
Core Concept

 Perspektif Pasien
 Perspektif PPA
• Conway,J et al. 2006. Partnering with Patients and Families To Design a
Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for the Future.
Institute for Patient- and Family-Centered Care.
• Standar Akreditasi RS v.2012; KARS, 2018, SNARS Ed 1.
• Nico Lumenta, Sintesis berbagai literatur, 2015
PCC : Core Concept of Patient Centred Care
*Perspektif Pasien
1. Dignity and Respect 1. Martabat dan Hormat
2. Information Sharing 2. Berbagi Informasi
3. Participation 3. Partisipasi
4. Collaboration. 4. Kolaborasi.

**Perspektif PPA
1. Partnering with Patients 1. Berpartner dengan Pasien
2. PPA is a Team with Interpofessional 2. PPA sebagai Tim dgn Kolaborasi
Collaboration Interprofesional
3. DPJP is the Clinical Leader 3. DPJP adalah Clinical Leader.
4. Integrated Patient Care. 4. Asuhan Pasien Terintegrasi.

(*Conway,J et al. 2006. Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered
Health Care System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care.) (**Nico Lumenta. 2015. Sintesis dari berbagai referensi.)
What are the Core Concepts of Patient Centered Care?

1. Dignity and Respect. Health care practitioners listen to and honor patient and
family perspectives and choices. Patient and family knowledge, values, beliefs
and cultural backgrounds are incorporated into the planning and delivery of care.
2. Information Sharing. Health care practitioners communicate and share complete
and unbiased information with patients and families in ways that are affirming
and useful. Patients and families receive timely, complete, and accurate
information in order to effectively participate in care and decision-making.
3. Participation. Patients and families are encouraged and supported in
participating in care and decision-making at the level they choose.
4. Collaboration. Patients and families are also included on an institution-wide
basis. Health care leaders collaborate with patients and families in policy and
program development, implementation, and evaluation; in health care facility
design; and in professional education, as well as in the delivery of care.

Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered Health Care
System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2010
Perspektif Core Concepts of
Pasien Patient Centered Care
1. Martabat dan Respek.
• Profesional Pemberi Asuhan mendengarkan, menghormati & menghargai pandangan
serta pilihan pasien & keluarga.
• Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien & keluarga
dimasukkan dlm perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan
2. Berbagi informasi.
• Profesional Pemberi Asuhan mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara
lengkap pasien & keluarga.
• Pasien & keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
• Dgn 3 asesmen: metode, substansi/kebutuhan edukasi, konfirmasi
3. Partisipasi.
• Pasien & keluarga didorong dan didukung utk berpartisipasi dlm asuhan,
pengambilan keputusan & pilihan mereka
4. Kolaborasi / kerjasama.
• Pimpinan pelayanan kesehatan bekerjasama dgn pasien & keluarga dalam
pengembangan, implementasi dan evaluasi kebijakan dan program;
Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a Patient- and Family-Centered Health Care
System, A Roadmap for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2010
Perspektif
Profesional Core Concepts of Patient Centered Care
Pemberi Asuhan
1. Berpartner dengan Pasien
• Keputusan klinis berdasarkan (juga) nilai-nilai pasien
• BPIS : Bila Pasien Itu Saya
• Komitmen
2. PPA merupakan Tim Interdisiplin dgn Kolaborasi Interprofesional
• Profesional Pemberi Asuhan diposisikan mengelilingi pasien bekerja sebagai Tim dgn
Kolaborasi Interprofesional
• Tugas Mandiri, Kolaboratif, Delegatif
• Kompetensi Profesi dan Kompetensi Kolaborasi Interprofesional yang memadai
3. DPJP adalah Clinical Leader.
• DPJP menyusun kerangka asuhan, melakukan koordinasi, kolaborasi, sintesis,
interpretasi, review dan mengintegrasikan asuhan pasien
4. Asuhan Pasien Terintegrasi
• Asuhan pasien terintegrasi oleh PPA dgn DPJP sbg Clinical Leader

(Nico Lumenta, Sintesis berbagai referensi, 2015)


Person Centred Care
Core Concept

Dignity &
Respect

Infor-
mation Partici-
Sharing pation

Collaboration

(Nico Lumenta, 2015)


The Eight Principles of Patient-Centered Care

(Oneview. 2015. The Eight Principles of Patient-Centered Care.


www.oneviewhealthcare.com/the-eight-principles-of-patient-centered-care/)
The 8 Picker Principles of Patient-Centered Care
1.Respect for patients‘ values, 1. Hormati nilai2, pilihan dan
preferences and expressed needs kebutuhan yg diutarakan oleh
2.Coordination and integration of care pasien
3.Information communication and 2. Koordinasi dan integrasi asuhan
education 3. Informasi, komunikasi dan edukasi
4.Physical comfort 4. Kenyamanan fisik
5.Emotional support and alleviation of 5. Dukungan emosional dan
fear and anxiety penurunan rasa takut & kecemasan
6.Involvement of family and friends 6. Keterlibatan keluarga & teman2
7.Continuity of care and smooth 7. Asuhan yg berkelanjutan dan
transition transisi yg lancar
8.Access to Care 8. Akses terhadap pelayanan.

(Picker Institute and American Hospital Association. 1996. Eye on Patients Report.)
The 8 Picker Principles of PCC
1. Menghormati nilai, preferensi, dan kebutuhan pasien
Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan, kenali mereka sbg individu dgn nilai dan
preferensi unik mereka sendiri. Perlakukan pasien dgn martabat, rasa hormat, dan kepekaan thd
nilai2 dan otonomi budayanya.
2. Koordinasi dan integrasi asuhan
Sewaktu focus group, pasien menyatakan merasa rentan dan tidak berdaya dalam menghadapi
penyakit. Koordinasi asuhan yg tepat dapat meringankan perasaan itu. Pasien mengidentifikasi
3 area dimana koordinasi asuhan ddt mengurangi perasaan rentan:
• Koordinasi asuhan klinis
• Koordinasi pelayanan penunjang dan pendukung
• Koordinasi asuhan pasien lini depan
3. Informasi dan pendidikan
Dalam wawancara, pasien mengungkapkan kekhawatiran mereka bhw mereka tidak sepenuhnya
diberitahu ttg kondisi atau prognosis mereka. Untuk mengatasi ketakutan ini, RS dapat fokus
pada 3 jenis komunikasi:
• Informasi tentang status klinis, kemajuan dan prognosis
• Informasi tentang proses asuhan
• Informasi untuk memfasilitasi otonomi, asuhan mandiri dan promosi kesehatan
The 8 Picker Principles of PCC
4. Kenyamanan fisik
Tingkat laporan pasien kenyamanan fisik memiliki dampak yg signifikan terhadap pengalaman
mereka. Tiga area dilaporkan sangat penting untuk pasien:
• Manajemen nyeri
• Aktivitas dan kebutuhan hidup sehari2
• Lingkungan RS dan lingkungan
5. Dukungan emosional dan pengentasan rasa takut dan kecemasan
Ketakutan dan kecemasan yg terkait dengan penyakit bisa sama melemahkannya dengan efek
fisik. PPA harus memberi perhatian khusus pada:
• Kecemasan atas status fisik, pengobatan, dan prognosis
• Kecemasan atas dampak penyakit pada diri mereka dan keluarga
• Kecemasan atas dampak keuangan karena sakit
6. Keterlibatan keluarga dan teman
Prinsip ini membahas peran keluarga dan teman dalam pengalaman pasien. Dimensi keluarga
PCC diidentifikasi sbb:
• Menyediakan akomodasi untuk keluarga dan teman
• Melibatkan keluarga dan teman dekat dalam pengambilan keputusan
• Mendukung anggota keluarga sebagai pengasuh
• Mengenali kebutuhan keluarga dan teman
The 8 Picker Principles of PCC
7. Kontinuitas dan transisi
Pasien menyatakan keprihatinan ttg kemampuan mereka untuk asuhan mandiri setelah keluar
dari RS. Memenuhi kebutuhan pasien di area ini membutuhkan hal2 sbb:
• Dimengerti, informasi rinci ttg obat2an, keterbatasan fisik, kebutuhan diet, dll.
• Mengkoordinasikan dan merencanakan asuhan dan pelayanan berkelanjutan setelah
pulang
• Memberikan informasi mengenai akses ke dukungan klinis, sosial, fisik dan keuangan
secara berkelanjutan.
8. Akses ke pelayanan
Pasien perlu tahu bahwa mereka dapat mengakses pelayanan ketika dibutuhkan. Berfokus
terutama pada pelayanan Rajal, bidang2 berikut ini penting bagi pasien:
• Akses ke lokasi RS, klinik dan praktek dokter
• Ketersediaan transportasi
• Kemudahan booking jadwal periksa
• Ketersediaan janji/appointments ketika diperlukan
• Aksesibilitas untuk spesialis atau pelayanan khusus ketika rujukan dibuat
• Petunjuk yg jelas yg diberikan kapan dan bagaimana mendapatkan rujukan.
WHO WS on Patients for Patient Safety
Jakarta Declaration, 2007
1. Tidak ada pasien yang harus menderita cedera yang dapat dicegah
2. Pasien diposisikan sentral/di pusat semua upaya keselamatan pasien
3. Rasa takut akan kesalahan/ hukuman tidak boleh menghalangi komunikasi
yang terbuka & jujur antara pasien dan PPA
4. Harus bekerja dalam kemitraan untuk mencapai perubahan perilaku
mengatasi keselamatan pasien
5. Perlu transparan, akuntabel, rasa saling percaya dan hormat
6. Perlu sistem pelaporan IKP yang adil;
7. Komitmen untuk bermitra dan memberdayakan pasien;
8. Memfungsikan sistem keselamatan pasien di setiap fasilitas pelayanan
kesehatan, pendidikan profesi berkelanjutan bagi para PPA tentang konsep
keselamatan pasien

(WHO South-East Asia Regional Patient Safety Workshop on


“Patients for Patient Safety” Jakarta, 17 – 19 July 2007)
(WHO South-East Asia Regional Patient Safety Workshop on
“Patients for Patient Safety” Jakarta, 17 – 19 July 2007)
(WHO South-East Asia Regional Patient Safety Workshop on
“Patients for Patient Safety” Jakarta, 17 – 19 July 2007)
Jakarta Declaration
on Patients for Patient Safety in
Countries of the South-East Asia Region
Kami,
Para pasien, pendukung pasien, profesional pemberi asuhan, pembuat kebijakan &
perwakilan LSM, asosiasi profesional & konsil profesi, telah merefleksikan isu
keselamatan pasien dalam lokakarya regional WHO tentang "Pasien untuk Keselamatan
Pasien", 17 - 19 Juli 2007, di Jakarta, Indonesia,
Mengacu pada Resolusi SEA/RC59/R3 tentang Mempromosikan Keselamatan Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan, diadopsi pada Pertemuan ke-59 Regional Committee for South-East Asia, yang mencatat
“keprihatinan korban manusia & keuangan yang tinggi dari efek samping" & lingkaran setan efek
samping, tuntutan hukum, dan praktik defence medicine, dan mendesak Negara Anggota untuk
melibatkan pasien, asosiasi konsumen, tenaga kesehatan & asosiasi profesional dalam membangun
sistem pelayanan kesehatan yang lebih aman & menciptakan budaya keselamatan di lembaga
pelayanan kesehatan,
Terinspirasi oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang didukung oleh WHO World
Alliance for Patient Safety,
Mempertimbangkan rekomendasi first WHO Regional Workshop on Patient Safety, 12 – 14 July 2006,
in New Delhi, India,
1. Mendeklarasikan bahwa tidak ada pasien yang harus menderita cedera yang dapat dicegah;
2. Setuju bahwa pasien diposisikan sentral/di pusat semua upaya keselamatan pasien;
3. Mengakui bahwa rasa takut akan kesalahan dan hukuman tidak boleh menghalangi komunikasi yg
terbuka & jujur antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan;
4. Mengakui bahwa kita harus bekerja dalam kemitraan untuk mencapai perubahan perilaku & sistem
utama yg diperlukan untuk mengatasi keselamatan pasien di wilayah kita;
5. Percaya bahwa:
• transparansi, akuntabilitas & sentuhan manusia sangat penting utk sistem pelayanan kesehatan yg aman;
• rasa saling percaya dan saling menghormati antara PPA dan pasien adalah hal mendasar;
• pasien & pemberi pelayanan harus tahu mengapa pengobatan diberikan dan diberitahu ttg semua
risiko, besar atau kecil, shg mereka dpt berpartisipasi dalam keputusan yg terkait dengan asuhan mereka;
• pasien harus memiliki akses ke catatan medis mereka;
6. Kenali bahwa ketika bahaya terjadi:
• Harus ada sistem di tempat di mana kejadian dpt dilaporkan dan diselidiki dgn kerahasiaan krn rasa hormat;
• pasien dan keluarga mereka harus diinformasikan dan didukung sepenuhnya;
• PPA yg terlibat dalam bahaya yang tidak disengaja harus juga menerima dukungan;
• tindakan korektif harus diambil untuk mencegah kerusakan di masa depan dan pelajaran yg diperoleh dapat
dibagi secara luas;
• Harus ada mekanisme untuk memberikan kompensasi yg adil kepada pasien dan keluarga mereka;
7. Berkomitmen untuk:
• pemberdayaan pasien melalui pendidikan yg jujur ​dan jelas;
• bermitra dengan media untuk mendorong pelaporan yg bertangg-jwb dan untuk menangkap
peluang untuk mendidik publik;
• partisipasi konsumen aktif dalam pelaporan efek samping;
• komunikasi dua arah antara pasien dan penyedia layanan kesehatan yang mendorong pertanyaan;
• representasi pasien yg berarti pada komite dan forum keselamatan pasien;
8. Berjanji untuk mencapai melalui upaya berkelanjutan dengan tujuan sbb:
• memfungsikan kualitas dan sistem keselamatan pasien di setiap fasyankes, baik publik maupun
swasta, dimulai dgn pembentukan komite keselamatan pasien dan pelaporan dampak merugikan dan
sistem respons;
• kepatuhan terhadap pedoman yg berbasis bukti dan etis serta penghindaran pengobatan irasional
seperti obat2-an yang tidak perlu, investigasi dan prosedur pembedahan;
• melanjutkan pendidikan profesi berkelanjutan bagi para PPA;
• konsep keselamatan pasien yg diintegrasikan ke dalam pelatihan para Staf Klinis
• beban pasien yg rasional di setiap fasilitas pelayanan kesehatan;
• sumber daya yang memadai yang ditujukan untuk keselamatan pasien;
• PPA yang termotivasi dan kompeten;
• pasien dan penyedia pelayanans yang puas.
WHO Global Strategy on Integrated People-Centred Health
Services 2016-2026, July 2015
Conceptual framework for integrated people-centred health services
Strategic Goals Penerapan di RS
1. Empowering & Engaging People 1. Berdayakan dan Libatkan Pasien-
Keluarga
2. Strenghtening Governance & 2. Tingkatkan-Perkuat Kepemimpinan
Accountabilty & Akuntabel
3. Reorienting the Model of Care 3. Reorientasi Paradigma Asuhan
Pasien : PCC
4. Coordinating Services 4. Asuhan Pasien Terintegrasi
5. Creating an Enabling Environment 5. Ciptakan Lingkungan yg
Memberdayakan/Kondusif
(WHO. 2015. WHO global strategy on integrated people-centred health services2016 -2026.)
Conceptual framework for integrated
people-centred health services
IPCHS

2014
(WHO. 2015. WHO global strategy on integrated people-centred health services2016 -2026.)
SNARS Ed 1 : PCC dan Asuhan Pasien Terintegrasi

 Integrasi Intra-Inter PPA (AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)


 Integrasi Inter Unit (PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi PPA-Pasien (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
 Integrasi Horizontal & Vertikal (WHO)
1. Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)
2. DPJP sbg Clinical Leader. (PAP, AP)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional. (AP, PAP, MKE)
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. (AP,PAP)
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (HPK,MKE)
6. Manajer Pelayanan Pasien. (ARK, PAP, MIRM)
7. Integrated Clinical Pathway. (PMKP)
8. Integrated Discharge Planning. (ARK)

(KARS. 2018. SNARS Edisi 1)


Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1
DPJP

PPJA
Apoteker

Profesional Pemberi Asuhan :


• Mereka yg secara langsung
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien
a.l. DPJP, PPJA, Dietisien,
Apoteker, dan Lainnya.
PPA
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi Tugas Mandiri,
Interprofesional Tugas Kolaboratif,
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, Tugas Delegatif
(KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
Asuhan Pasien : “DNA of Care”
Profesional Pemberi Asuhan perlu memiliki DNA of Care

I. SASARAN KESELAMATAN PASIEN

� Safety II. KELOMPOK STANDAR


PELAYANAN BERFOKUS PADA
Diperoleh dan tumbuh PASIEN
melalui penerapan
� Quality SNARS Ed 1 III. KELOMPOK STANDAR
MANAJEMEN RS

IV. PROGRAM NASIONAL


� Culture
Gunakan selalu dalam V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM PELAYANAN
Asuhan Pasien :
(Hardy, P. 2017. Patient voice and DNA of Care, ISQua Conference, London.
“BPIS” (KARS. 2018. SNARS Edisi 1)
KARS. 2018. SNARS edisi 1.)
Bila Pasien Itu Saya
I. SASARAN KESELAMATAN SKP
PASIEN

II. KELOMPOK STANDAR ARK,HPK,AP,


PELAYANAN BERFOKUS PAP,PAB,PKPO
PASIEN MKE (7 BAB)

III. KELOMPOK STANDAR PMKP,PPI,TKRS,


MFK, KKS, MIRM
MANAJEMEN RS
(6 BAB)

PONEK,
IV. PROGRAM NASIONAL HIV/AIDS, TB
PPRA, GERIATRI

V. INTEGRASI PENDIDIKAN
(SNARS Edisi 1, Daftar isi, hal XII-XIII)
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN
DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI KARS
Dikelola oleh RS

SISMADAK
Sistem Manajemen Dokumen SIKARS
• Dokumen (Tersimpan di Server http://akreditasi.kars.or.id

RS) Standar Instrumen Penilaian • Data Rumah Sakit


• Indikator Mutu (IMUT) Benchmark IMUT
• Data Surveior
• Profil RS • Pelaporan Hasil Survei,
• Laporan IKP (Insiden Keselamatan Rekomendasi
Pasien) • Penjadwalan Survei
1. Pelaporan IMUT
Bulanan
Sinkronisasi Data IMUT 2. Pelaporan IKP
SIRSAK ReDOWSKo
• Data Pasien Sistem Informasi RS

• Data PPA (Profesional Pemberi SEP - VClaim


Asuhan) BPJS
• Rekam Medis (Asesmen Awal +
Ulang) E-Klaim
• Asuhan Terintegrasi: Medis, InaCBG
Keperawatan, Gizi, Farmasi
SIRANAP
• Inventori Obat dan Alat Webinar
SIRANAP
Penunjang
Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

RISIKO SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)
ASUHAN PASIEN
 Good Patient Care
Dimensi Budaya
 Patient Centered Care Quality dan Safety
 Asuhan Pasien Terintegrasi dalam Standar Akreditasi RS
 PPA sebagai Tim, Kolaborasi
Interprofesional + Kompetensinya
 Berpartner dgn Pasien
 DPJP sebagai Clinical Leader
SAFETY
 MDR - Multidisciplinary Round • Just Culture
 BPIS • Reporting Culture
• Learning Culture
• Informed Culture
RISIKO • Flexible Culture
 RS institusi yg kompleks dan high risk : • Generative Culture (MaPSaF)
asuhan multi PPA, multi budaya, multi • 7 Standar KP, 6 SKP, 7 Langkah KPRS, 13
regulasi, legal, finance, SD Program WHO-PS
 Risk Register
 Matrix Grading
 FMEA MUTU
 Good Corp Governance  Leadership
 Situational Awareness
 Good Clinical Governance
 RCA  Standarisasi Input-Proses-Output-Outcome
 Pengukuran Mutu
 PDCA
(Nico Lumenta, 2015)
Cultural competence

Kesadaran budaya (Cultural awareness)


• adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan menyadari
akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk.
• Dapat menilai apakah hal tsb normal dan dapat diterima pada budayanya atau
mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain.
• Perlu memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya
Kompetensi budaya adalah tingkat tertinggi dari kesadaran budaya
• Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya.
• Kompetensi budaya merupakan pemahaman thd kelenturan budaya (culture
adhesive).
• Penting karena dengan kecerdasan budaya seseorg memfokuskan pemahaman
pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
Cultural competence
Is a set of congruent behaviors,
attitudes, and policies that come
together in a system, agency or
among professionals and enable Adalah suatu perangkat kesamaan perilaku,
sikap dan bersama secara harmonis dlm suatu
that system, agency or those
sistem, badan atau para profesi utk bekerja
professions to work effectively in secara efektif dlm situasi yg lintas-budaya /
cross-cultural situations. ‘cross-cultural’

Is a developmental process that


Suatu proses pertumbuhan yg berkembang
evolves over an extended period. melampaui suatu kerangka waktu yg lama

(Collins Dictionary of Medicine © Robert M. Youngson 2004)


Patient-centered care: the key to
cultural competence
(Epner, DE & Baile, WF : Patient-centered care: the key to cultural competence. Annals
The Golden Rule of Oncology, vol 23, supl 3, 2012)

* In the final analysis, we should


treat our patients as we would * Dalam analisis final, kita harus mperlakukan
pasien2 kita sebagaimana kita ingin
want others to treat us during diperlakukan oleh orang lain, selama periode
periods of vulnerability and fear. yg penuh dgn krisis maupun ketakutan

* The key to cultural competence is


patient centeredness built on
respect, sensitivity, composure, * Kunci menuju kompetensi kultural adalah
partnership, honesty, astuteness, patient centeredness (focus kpd pasien) yg
dibangun atas respek (rasa hormat),
curiosity, and tolerance. All people sensitivitas, kesabaran, kemitraan, kejujuran,
really care about is being cared kecerdikan, rasa ingin tahu, dan toleransi.
about Semua orang benar2 peduli ttg asuhan
Konsep

AR
SE
d1
Patient Centred Care
SN
(Std HPK)

Konsep Inti Asuhan Pasien


Core Concept Terintegrasi

q Integrasi Intra-Inter PPA


q Perspektif Pasien (AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
q Perspektif PPA q Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
•Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a q Integrasi PPA-Pasien
Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for
the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2006 (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
•Standar Akreditasi RS v.2012, KARS àHorizontal & Vertical Integration
•Nico Lumenta, Sintesis berbagai literatur, 2015
2014
Patient Centred Care

Patient Centred Care

No decision about me without me

Patients for Patient Safety

Provider Centred Care


Patient Engagement &
First Do No Harm Empowerment
• BPIS : “Bila Pasien Itu
PPA •
Saya”
Patient Voice
 Reorientasi • Patient Experience
paradigma asuhan • Personalized Perfect Care
• Patient-reported outcome
measure (PROM)
Conceptual framework for integrated
people-centred health services
IPCHS

2014services 2016-2026, July 2015)


(WHO global strategy on integrated people-centred health
WHO global strategy on integrated people-
centred health services: an overview
IPCHS

2014services 2016-2026, July 2015)


(WHO global strategy on integrated people-centred health
WHO global strategy on integrated people-centred health
services 2016-2026, July 2015
IPCHS Rumah Sakit
Strategic Goal 1 Berdayakan dan Libatkan
Empowering & Engaging People Pasien-Keluarga

Strategic Goal 2
Tingkatkan-Perkuat
Strenghtening Governance &
Accountabilty
Kepemimpinan & Akuntablitas

Strategic Goal 3 Reorientasi Paradigma


Reorienting the Model of Care Asuhan  PCC

Strategic Goal 4 Asuhan Pasien


Coordinating Services Terintegrasi

Strategic Goal 5 Ciptakan Lingkungan yg


Creating an Enabling Environment Memberdayakan/Kondusif
2014
Konsep
Patient Centred Care
(Std HPK)

Konsep Inti Asuhan Pasien


Core Concept Terintegrasi

 Integrasi Intra-Inter PPA


 Perspektif Pasien (AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
 Perspektif PPA  Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
•Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design a
Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap for
 Integrasi PPA-Pasien
the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2006 (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
•Standar Akreditasi RS v.2012, KARS Horizontal & Vertical Integration
•Nico Lumenta, Sintesis berbagai literatur, 2015
Asuhan Pasien Terintegrasi
 Integrasi Intra-Inter PPA
(AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi PPA-Pasien
(HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
Horizontal & Vertical Integration

1.Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)


2. DPJP sbg Clinical Leader. (PAP, AP)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional. Asuhan Gizi
Terintegrasi
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. (AP,PAP)
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (MKE)
6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. (ARK, PAP)
7. Integrated Clinical Pathway. (PMKP, TKRS)
8. Integrated Discharge Planning. (ARK)
• Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi terdiri dari
1. Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien-Keluarga
2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5.Kolaborasi Pendidikan pasien
6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
7. Integrated Clinical Pathway
8. Integrated Discharge Planning
• Diperlukan komunikasi efektif antar PPA agar asuhan pasien terintegrasi memang
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
• Dokumentasi utama komunikasi adalah CPPT
• Pasien sebagai person adalah pusat dalam proses asuhan pasien  Patient Centered Care –
PCC
• Konsep inti PCC :
A. Sisi Pasien : Martabat & Respek, Informasi, Partisipasi, Kolaborasi
B. Sisi PPA : Berpartner dgn Pasien, PPA adalah Tim Interdisiplin, DPJP adalah Clinical
Leader, Asuhan Pasien Terintegrasi
• Pasien & keluarga adalah Mitra PPA  bagian dari tim : mereka ikut memilih alternatif  ikut
merasa memiliki keputusan  ikut bertanggungjawab
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
64

Anda mungkin juga menyukai