Anda di halaman 1dari 21

37

BAB III

OBYEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

3.1.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

merupakan cara tertentu dalam mengungkap dan menelaah permasalahan dengan

menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi berdasarkan

fakta, sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif yaitu berupa kata –

kata tertulis maupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.

Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Kemudian

dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi melainkan lebih

menekankan pada makna (data sebenarnya).

Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sugiyono:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,


digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.” (Sugiyono, 2011 : 9).

Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari penelitian kualitatif menurut

Arikunto (2002:13) adalah sebagai berikut :


38

1. Mempunyai sifat Induktif yaitu mengembangkan konsep yang


didasarkan atas data yang ada, mengikuti desain penelitian yang
fleksibel sesuai dengan konteksnya maksudnya desain bersifat tidak
kaku sehingga member peluang kepada peneliti untuk menyesuaikan
diri dilapangan.
2. Melihat setting dan respon secara keseluruhan dalam hal ini penelitian
berinteraksi dengan responden.
3. Memahami responden. Dari tolak ukur pandangan responden sendiri
yang di alami oleh peneliti tentang jati diri, interaksi tindakan dan
interaksi sosial responden.
4. Menekankan validitas penelitian-penelitian ditekankan pada
kemampuan sendiri, penelitian dihadapkan langsung pada responden
sehingga peneliti dapat menangkap dengan cermat apa yang diucapkan
dan dilakukan oleh responden.
5. Menekankan pada setting alami. Peneliian kualitatif sampai
menekankan pada perolehan data asli untuk itu peneliti harus menjaga
keaslian kondisi jangan sampai mengubahnya.
6. Mengutamakan proses dari pada hasil. Dianjurkan pada peneliti untuk
dapat melakukan pengamatan atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilakukan responden agar hasil pengamatannya maksimal.
7. Menggunakan non-probabillity sampling. Karena peneliti tidak
bermaksud menarik secara umum atas hasil yang diperoleh tetapi
menelusurinya secara mendalam.
8. Peneliti sebagai instrumen. Maksudnya peneliti harus memiliki daya
respon yang tinggi dan mampu menyesuaikan diri mengikuti kondisi
lapangan.
9. Mengajukan penggunaan triangulasi. Yaitu memilih informasi yang
diperoleh dari sumber sehingga data yang absah saja yang digunakan
untuk mencapai hasil penelitian.
Menguntungkan diri pada teknik dasar studi lapangan. Kebenaran hanya
diperoleh hanya dari lapangan yaitu dengan meneropong dan menganalisis
lingkungan dengan cermat.

Pada dasarnya landasan teoritis dalam penelitian kualitatif bertumpu secara

mendasar pada Fenomenologi, menurut Edmund Husserl dalam buku yang

berjudul Metode Penelitian Kualitatif yang dikarang oleh Moleong (2004:14)

bahwa, “Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau suatu

kesadaran atau dari prefektif pokok dari seseorang”.


39

Mencermati definisi – definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode penelitian deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif merupakan

suatu metode penelitan yang memberikan gambaran alamiah serta uraian yang

jelas, sistematis, faktual, dan akurat dalam sebuah penelitian. Kemudian peneliti

merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian yang lebih mengutamakan

kualitas data, artinya data yang disajikan berupa dalam bentuk kata atau kalimat

tidak menggunakan analisis statistika.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam

penyusunan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan

mempelajari bahan bacaan, buku – buku, artikel, karya ilmiah, dan peraturan

perundang – undangan atau dokumen lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang sedang diteliti.


2. Studi Lapangan
Dalam sumber pengumpulan data peneliti melakukan studi lapangan di

Dinas Perhubungan Kota Bandung, dengan menggunakan teknik

pengumpulan sebagai berikut:


a. Observasi
Sugiyono (2007:166) mengatakan bahwa : “Observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses prngamatan dan ingatan”.


40

Maka sesuai pendapat tersebut proses Observasi yang dilakukan oleh

peneliti yaitu di lingkungan Kota Bandung dengan mengamati Implementasi

Penggunaan Lahan Parkir di Kota tersebut.


b. Wawancara
“Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara)”, (Nazir, 2005 : 193 ).

Mengacu pada pendapat tersebut, maka peneliti secara langsung

mewawancarai para narasumber untuk mendapatkan keterangan mengenai

data dan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian dan masalah yang

akan dibahas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan

dengan mengambil dari dokumen – dokumen atau catatan – catatan dalam

bentuk apapun yang ada kaitannya dengan penulisan. Hal ini sependapat

dengan apa yang dikemukakan oleh Riduwan (2004 : 77) yaitu:


Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku – buku yang relevan, peraturan –
peraturan, laporan kegiatan, foto – foto, film dokumenter, data yang
relevan penelitian.
3.1.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menurut

Suyanto (2005 : 183) dapat diartikan sebagai berikut: “Penelitian Kualitatif adalah

strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu

suasana (setting) tanpa hipotesis – hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data”
41

Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian dalam mendekati suatu

suasana tanpa menggunakan hipotesis – hipotesi yang telah ditentukan

sebelumnya, dikarenakan muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar

dalam data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini ada 3 (tiga)

teknik yang dikutip dari Sugiyono (2007:92 – 99), yaitu sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisa dengan
bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat
disimpulkan.
2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang
memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi.
3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan
yang diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali,
dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih cepat.

Dari pengertian di atas Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang timbul. Dirumuskan

sejak awal tetapi mungkin juga sebaliknya, karena seperti yang telah dikemukakan

bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

semantara dan akan berkembang setelah Penulis berada di lapangan.

3.1.4 Unit Analisis dan Informan

Nasution (1996:29), menjelaskan bahwa, “Unit analisis dalam penelitian

kualitatif adalah dapat bersifat perorangan, kelompok yang menjadi satuan kajian

atau juga keseluruhan program atau keseluruhan latar. Berkaitan dengan penelitian

kualitatif Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini”.

Menurut Sugiyono (2011 : 85), Sampling adalah :


42

pilihan peneliti aspek apa dan dari peristiwa apa dan siapa dijadikan fokus
pada saat dan stuasi tertentu karena itu dilakukan terus menerus sepanjang
penelitian. Penelitian deskriftip dengan paradigma kualitatif pengambilan
informan dilakukan dengan Purposive Sampling (sampel bertujuan).
Sampling bersifat purposive yakni bergantung pada tujuan fokus pada
suatu saat. Teknik pengambilan sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah Kota Bandung, dengan

pengambilan informan secara purposive sampling yang ahli atau sesuai dengan

bidangnya masing - masing, maka ditentukan sejumlah 6 informan sebagai

sumber informasi yang meliputi:

1. Kepala Dinas Perhubungan

2. Kepala Seksi Tata Teknis Perparkiran

3. Masyarakat Umum sebanyak 2 orang.

4. Juru Parkir Illegal sebanyak 2 orang.

3.2. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi pengujian,

Credibility (valaditas interbal), Transferability (valaditas eksternal),

Dependability (reliabilitas), dan Confirmability (obyektivitas).

1. Pengujian Kredibilitas

a. Perpanjang pengamatan
43

Dalam perpanjangan pengamatan, maka penulis kembali ke lapangan

dengan tujuan membentuk hubungan baik dengan para narasumber.

Sehingga tidak ada data atau informasi yang disembunyikan lagi.

b. Meningkatkan ketekunan

Dengan meningkatkan ketekunan secara terus menerus dengan cermat

dan terperinci, maka kepastian data dapat teruji secara pasti dan

sistematis.

c. Triangulasi

Tujuan triangulasi adalah mengecek kebenaran data atau dengan cara

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada

berbagai fase penelitian di lapangan, pada waktu yang berlainan, dan

menggunakan metode yang berbeda..

d. Analisis kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Apabila tidak ada lagi data yang

berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan

sudah dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan referensi

Sebagai pendukung dari bahan referensi untuk menguatkan akan

kebenaran sebuah data, yaitu dengan menggunakan alat rekam atau

bahan – bahan dokumentasi lainnya.

f. Mengadakan membercheck
44

Pada akhir wawancara penulis mengecek ulang secara garis besarnya,

berdasarkan hasil catatan yang telah dikatakan narasumber. Bertujuan

untuk meminimalisir kekeliruan atau menambahkan apabila ada yang

kurang lengkap. Juga melakukan membercheck terhadap para

informan.

2. Pengujian Transfersbility

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sampai manakah hasil

penelitian itu dapat diaplikasikan dan digunakan.

3. Pengujian Dependability

Pengujian Dependability dapat disebut juga dengan reliabilitas. Suatu

penelitian yang reliabel adalah orang lain dapat mengulangi/merefleksikan

proses penelitian tersebut.

4. Pengujian Konfirmability

Pengujian Konfirmability dapat disebut juga dengan uji obyektivitas

penelitian. Penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian telah

disepakati oleh banyak orang.

3.3 Gambaran Umum Daerah Kota Bandung

Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Dalam RT/RW Kota

Bandung tahun 2011-2031 dijelaskan bahwa Kota Bandung memiliki visi sebagai

kota jasa yang Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat (BERMARTABAT). Fungsi

Kota Bandung diantaranya adalah sebagai Kota Pendidikan, Pemerintahan, Jasa

Keuangan, dan Jasa Pelayanan yang BERMARTABAT. Kota Bandung merupakan


45

ibu kota Provinsi Jawa Barat yang berperan sebagai kota jasa, pendidikan, dan

parawisata. Peran yang disandang tersebut mengakibatkan daya tarik kota dan

daya dorong desa-desa secara bersama-sama mengalang arus migrasi desa ke kota

yang cukup tinggi.

Kota Bandung merupakan Kota Metropolitan terbesar di sebelah tenggara

Jakarta, dan merupakan Kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan

Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah

Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia

setelah Jabodetabek dan Gerbang Kertosusila (Grebang Kertosusilo).

Di kota yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan tinggi teknik pertama

di Indonesia (Technische Hoogeschool te Bandoeng) TH Bandung,

sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB), menjadi ajang pertempuran di

masa kemerdekaan, serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia

- Afrika 1955, suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme,

bahkan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan

bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika. Pada tahun 1990 Kota Bandung

menjadi salah satu kota paling aman di dunia berdasarkan survei majalah Time.

Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman

dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-

bunga yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga

dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga

dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar

di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata
46

kuliner. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung

sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung

merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Dua aspek

inilah yang sekarang menjadi konsentrasi pembangunan yang diinisiasi oleh

walikota Bandung, Ridwan Kamil. Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bandung

banyak membuka taman-taman kota, festival kuliner, dan komunitas anak muda.

Perkembangan ini untuk memfasilitasi aktivitas masyarakat Bandung di berbagai

lapisan masyarakat.

3.3.1 Kondisi Geografis

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota

Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak diantara 107° Bujur Timur dan 6,55°

Lintang Selatan, dengan Luas seluruhnya 16.729,65 Ha. Dengan perincian sebagai

berikut:

 Wilayah kota bandung sebelumnya 8.098 Ha


 Pertambahan Luas Wilayah Kota Bandung 8.631,62 Ha
 Luas Seluruhnya Wilayah Kota Bandung 16.729,65 Ha

Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi,

perekonomian maupun keamanan. Hal ini disebabkan oleh:


47

 Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya Barat-Timur yang

memudahkan hubungan dengan Ibu Kota Negara, yaitu Jakarta. Di Utara-

Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan

Pangalengan/Ciwidey)
 Letak yang tidak terisolasi, dengan komunikasi yang baik akan memudahkan

aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru.

Batas wilayah administratif Kota bandung, yaitu:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung


2. Sebelah selatan : Jalan Tol Purbaleunyi
3. Sebelah Timur : Sungai Cibiru
4. Sebelah Barat : Jalan Terusan Pasteur, Kec.Cimahi Utara, dan

Cimahi Selatan Kota Cimahi.

Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan

sejuk. Temperatur rata-rata 23.1 C, curah hujan rata-rata 321.20 mm, dan jumlah

hari hujan rata-rata 18.7 hari perbulannya, serta penyinaran matahari rata-rata

sekitar 61%, sedangkan kelembaban udara relatif rata-rata sekitar 78% . Wilayah

Bandung Utara lebih berada di daerah pegunungan, sehingga lebih banyak

dipergunakan untuk wilayah pemukiman penduduk, bahkan sebagiannya menjadi

tempat wisata.Wilayah Timur dan selatan lebih banyak yang berada di dataran

rendah, sehingga banyak diisi oleh daerah industri dan pasar. Sebagai batas

wilayahnya, Kota Bandung dari segala arah dibatasi oleh Kabupaten Bandung,

kecuali bagian barat dibatasi oleh Kota Cimahi.

3.3.2 Keadaan Demografis


48

Penduduk Kota Bandung berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir

tahun 2009 adalah sebesar 1.844.119 jiwa (penduduk perempuan 914.181 dan

laki-laki 928.938 jiwa/ha). Dilihat dari segi kepadatan penduduk per Kecamatan,

maka Kecamatan Kiaracondong adalah merupakan daerah terpadat dengan

kepadatan penduduk 103.469 jiwa, sedangkan Kecamatan Bandung Kidul

merupakan daerah dengan kepadatan penduduk yang terendah yaitu 32.491 jiwa.

Hasil registrasi yaitu jumlah penduduk yang terdaftar dan berdomisili di

Kota bandung atau yang terdaftar dalam kartu keluarga, dapat dilihat seperti

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Penduduk Kota Bandung menurut Kecamatan dan Kelurahan


serta rata-rata penduduk perkelurahan pada tahun 2012
49

No Jumlah Jumlah Rata-rata


Kecamatan Desa/Kelurahan Penduduk Penduduk
Perkelurahan
1 Bandung Kulon 8 140.780 17.598
2 Babakan Ciparay 6 145.411 24.235
3 Bojongloa Kaler 5 119.025 23.805
4 Bojongloa Kidul 6 84.686 14.114
5 Astanaanyar 6 68.042 11.340
6 Regol 7 80.534 11.505
7 Lengkong 7 70.371 10.053
8 Bandung Kidul 4 58.282 14.571

9 Buah Batu 4 94.018 23.505

10 Rancasari 4 76.014 19.004

11 Gedebage 4 36.657 9.164

12 Cibiru 4 71.191 17.798

13 Panyileukan 4 39.787 9.947

14 Ujungberung 5 76.021 15.204

15 Cinambo 4 24.942 6.236

16 Arcamanik 4 68.519 17.130

17 Antapani 4 73.608 18.402


18 Mandalajati 4 62.849 15.712
19 Kiaracondong 6 130.460 21.743
20 Batununggal 8 119.541 14.943
21 Sumur Bandung 4 36.160 9.040
22 Andir 6 96.435 16.073
23 Cicendo 6 98.609 16.435
24 Bandung Wetan 3 30.767 10.256
25 Cibeunying Kidul 6 106.571 17.762

26 Cibeunying Kaler 4 70.111 17.528

27 Coblong 6 130.023 21.671


28 Sukajadi 5 107.133 21.427
29 Sukasari 4 80.971 20.243

30 Cidadap 3 57.999 19.333

Jumlah / Total 2012 151 2.455.517 16.262


50

Sumber : BPS Kota Bandung 2012

Mengingat laju pertumbuhan Kota Bandung yang begitu pesat, menuntut

adanya pertambahan ruang kehidupan menyangkut kehidupan penduduk kota

Bandung yang beragam. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan kota di bidang sosial ekonomi budaya baik fisik

maupun non fisik.

Melihat kondisi demikian, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk

Kota Bandung termasuk kategori rawan, sehingga hal ini memungkinkan beratnya

beban yang ditanggung Kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan penduduknya,

baik sosial, ekonomi maupun pembangunan dimasa yang akan datang.


51

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa Kota bandung sebagai kota

yang merupakan kota metropolitan dengan penduduk yang heterogen, hal ini

disebabkan oleh tingkat migrasi dari luar daerah ke dalam Kota Bandung sebagai

tujuan pencarian kehidupan yang lebih baik.

Dari data tersebut diatas juga dapat menggambarkan keterbatsan daya

tampung terhadap penduduk yang semakin bertambah, sehingga hal ini harus

diiringi dengan kelengkapan sarana dan prasarana dasar masyarakat seperti halnya

perumahan penduduk yang dikendalikan dengan efektif dikarenakan keterbatasan

lahan yang ada.

3.4 Visi dan Misi Kota Bandung


3.4.1 Visi Kota Bandung

Untuk merealisasikan keinginan, harapan, serta tujuan sebagaimana

tertuang dalam visi yang telah ditetapkan, maka pemerintah bersama elemen

seluruh masyarakat Kota Bandung harus memahami akan makna dari visi tersebut

yaitu :

1. Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus bersih dari sampah, dan bersih

praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), penyakit masyarkat

seperti judi, pelacur, narkoba, premanisme dan perbuatan-perbuatan tercela

lainnya yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya

masyarakat atau bangsa.


2. Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang memberikan kemakmuran bagi

warganya.
52

3. Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang taat terhadap

agama, hukum, dan aturan-aturan yang ditetapkan untuk menjaga

keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota.


4. Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang bersahabat,

santun, akrab, dan dapat menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta

menjadikan Kota yang bersahabat dalam pemahaman Kota yang ramah

lingkungan.

Secarah harfiah, bermartabat diartikan sebagai harkat atau harga diri yang

menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat dijadikan teladan karena

kebersihan, kemakmuran, ketaatan, ketaqwaan dan kedisiplinannya.Jadi Kota Jasa

yang bermartabat adalah kota yang menyediakan jasa pelayanan yang didukung

dengan terwujudnya kebersihan, kemakmuran, ketaatan, ketaqwaan, dan

kedisiplinan masyarakat.

Berdasarkan pemahaman tersebut, sangatlah rasional pada kurun waktu

lima tahun kedepan diperlukan langkah dan tindakan pemantapan (revitalisasi,

reaktulasi, reorientasi, dan refungsionalisasi) yang harus dilakukan oleh

pemerintahan kota Bandung beserta masyarakatnya serta didukung secara politis

oleh pihak legislatif melalui upaya-upaya yang lebih keras, cerdas dan terarah

namun tetap ramah dalam meningkatkanakselerasi pembagunan guna tercapainya

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.


53

3.4.2 Misi Kota Bandung

Misi adalah tugas yang diemban pemerintah Kota Bandung meliputi:

1. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal yang religius yang

mencangkup pendidikan, kesehatan, dan moral keagamaan.


2. Mengembangkan perekonomian kota yang adil, yang mencangkup

peningkatan perekonomian kota yang tangguh, sehat, dan berkeadilan

dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan

lapangan kerja dan kesempatan berusaha.


3. Mengembangkan Sosial Budaya Kota yang ramah dan berkesadaran

tinggi, serta berhati nurani, yang mencangkup peningkatan partisipasi

masyarakat dalam rangka meningkatkan ketenagakerjaan, meningkatkan

kesejahteraan sosial, keluarga, pemuda, dan olah raga serta kesetaraan

gender.
4. Meningkatkan penataan kota, yang mencangkup pemeliharaan serta

peningkatan prasarana dan sarana kota agar sesuai dengan dinamika

peningkatan kegiatan kota dengan tetap memperhatikan tata ruang kota

dan daya dukung lingkungan kota.


5. Meningkatkan kinerja pemerintah kota secara professional, efektif, efisien

akuntabel dan transparan, yang mencakup pemberdayaan aparatur

pemerintah dan masyarakat.


6. Mengembangkan sistem keuangan kota, mencangkup sistem pembiayaan

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

3.5 Dinas Perhubungan Kota Bandung

Dinas Perhubungan merupakan Dinas Daerah yang menyelenggarakan

sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perhubungan.


54

Sebelum berubah menjadi Dinas Perhubungan pada tahun 2001 dulu bernama

Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi DT I Jawa Barat Cabang Kota

Madya DT II Bandung sampai tahun 1997, kemudian dari tahun 1997 sampai

dengan tahun 2001 dirubah menjadi Dinas Lalu lintas dan Angkutan Jalan Kota

Madya DT II Bandung.

3.5.1 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandung

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, secara

struktur dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya tersebut, Kepala Dinas

dibantu oleh :

1. Sekretaris, membawahkan :
a. Subbagian Perencanaan dan Program;
b. Subbagian Keuangan;
c. Subbagian Kepegawaian dan Umum.
2. Kepala Bidang Transportasi Darat, membawahkan :
a. Seksi Jaringan dan Simpul Pelayanan Angkutan;
b. Seksi Angkutan Darat;
c. Seksi Rekayasa dan Keselamatan.

3. Kepala Bidang Transportasi Laut dan ASDP, membawahkan :


a. Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut, ASDP dan Kepelabuhan;
b. Seksi Keselamatan Pelayaran dan Perkapalan;
c. Seksi Penjagaan dan Penyelamatan.
d. Seksi Penjagaan dan Penyelamatan.
4. Kepala Bidang Trasportasi Udara, membawahkan :
a. Seksi Angkutan Udara;
b. Seksi Teknik Bandara, Fasilitas Listrik dan Elektronika;
c. Seksi Keselamatan Penerbangan.
5. Kepala Bidang Bina Sistem Operasional Transportasi, membawahkan :
a. Seksi Penataan Sistem Transportasi;
b. Seksi Pengendalian Operasional Transportasi;
c. Seksi Teknis Sarana dan Keselamatan Transportasi.
55
3.5.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Bandung

Tugas Pokok Dinas Perhubungan Kota Bandung adalah melaksanakan

sebagian urusan Pemerintah Daerah di bidang Perhubungan berdasarkan asas

otonomi dan pembantuan.

1. Bidang Lalu lintas dan Parkir :


a. Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas
b. Penataan Tata Teknis Perparkiran
2. Bidang Angkutan dan Terminal :
a. Bina Angkutan
b. Penataan Tata Teknis Terminal
3. Bidang Sarana :
a. Pengujian Kendaraan Bermotor
b. Perbengkelan
4. Bidang Operasional :
a. Penataan dan pengendalian
b. Bina Lalu lintas
5. Sekretariat :
a. Umum dan Kepegawaian
b. Keuangan dan Program
6. UPT Terminal
7. UPT Parkir
8. UPT Trans Metro Bandung

Fungsi dari Dinas Perhubungan adalah sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan;


2. Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang perhubungan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas operasional di bidang Perhubungan

yang meliputi lalu lintas dan parkir, angkutan dan terminal, sarana dan

operasional;
4. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif Dinas;
5. Pelaksanaan Tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan Tugas

dan Fungsinya.

Tujuan Dinas Perhubungan Kota bandung adalah :

56
57

1. Terciptanya kondisi lalu lintas yang aman, nyaman, tertib dan terkendali;
2. Menekan penggunaan kendaraan pribadi (khususnya sepeda motor)untuk

menggunakan sarana angkutan umum;


3. Terciptanya sarana angkutan umum dan barang yang aman dan nyaman;
4. Tersedianya prasarana transportasi yang memadai seperti terminal dan

fasilitas perlengkapan jalan;


5. Meningkatnya profesionalisme aparat Dinas Perhubungan Kota Bandung;

Anda mungkin juga menyukai