Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN BATUAN METAMORF (MALIHAN)


Secara bahasa kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya berubah dan
“Morph” yang artinya bentuk. Sesuai dengan namanya batuan metamorf merupakan batuan hasil
transformasi atau perubahan dari suatu tipe batu yang telah ada sebelumnya. Proses terbentuknya
batuan metamorf disebut dengan metamorfisme. Melalui pengamatan batuan metamorf, ilmuwan
telah memperoleh informasi tentang suhu dan tekanan di dalam permukaan bumi. Batuan asal
yang berubah menjadi batuan metamorf disebut protolith. Protolith ini merupakan batuan panas
dengan suhu lebih dari 150 derajat celcius dan tekanan yang sangat tinggi.

BATUAN METAMORF

B. PROSES TERBENTUKNYA BATUAN METAMORF (MALIHAN)


Proses terbentuknya batuan metamorf dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tekanan,
temperatur, dan aktivitas kimia yang berhubungan dengan batu yang sudah ada. Berikut adalah
penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batuan metamorf.
1. Perubahan Temperatur
Perubahan suhu atau temperatur bisa terjadi karena intrusi magma atau perubahan gradient
geothermal. Atau juga dapat terjadi karena gesekan antar massa batuan.

2. Perubahan Tekanan
Penyebab dapat terjadinya perubahan tekanan biasanya juga karena aktivitas vulkanik dan
tektonik.Perubahan tekanan juga dapat terjadi karena bertumpuknya endapan dari jenis batuan
yang sudah ada.

3. Aktivitas kimia
Aktivitas kimia baik fluida atau gas pada jaringan batuan yang sudah ada dapat menjadi
penyebab terbentuknya batuan metamorf karena berperan dalam perubahan komposisi kimianya.
Fluida dan gas aktif yang banyak ditemukan adalah air, karbondioksida, asam hidroklorik, dan
hidroflorik. Biasanya zat kimia ini berperan sebagai katalis yang membentuk dan
menyeimbangkan reaksi kimia.

4. Proses Perubahan Batuan Metamorf dari batuan asal


Batuan metamorf dapat terbentuk dari perubahan yang terjadi kepada batuan beku atau batuan
sedimen, berikut adalah prosesnya :
Magma mengalami pendingan sehingga membeku membentuk batuan beku. Kemudian batuan
beku mengalami pelapukan dan erosi sehingga partikel-partikelnya dibawa ke tempat lain oleh
air, angin, atau es. Nah partikel yang tertumpuk disuatu tempat ini akan mengalami sedimentasi
(pengendapan) sehingga membentuk batuan sedimen (beberapa batuan beku langsung menjadi
batuan metamorf). Lalu batuan sedimen tadi mengalami perubahan menjadi batuan metamorf
karena adanya peningkatan suhu, tekanan atau aktivitas kimi. Batuan metamorf kemudian
mendekati astenosfer dan berubah lagi menjadi magma baru. Siklusnya kemudian kembali ke
proses terbentuknya batuan beku.

C. CIRI – CIRI DAN KARAKTERISTIK BATUAN METAMORF (MALIHAN)


1. Warna Batuan Metamorf
Warna batuan metamorf sangat bervariasi, tergantung kepada batuan sebelumnya serta penyebab
perubahannya, berdasarkan warnanya ada beberapa batuan metamorf, yaitu :
 Kwarsa, berwarna putih jernih atau putih susu, tidak memiliki belahan.
 Mika, memiliki belahan, apabila berwarna puti diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit.
 Feldspar, memiliki belahan dengan ciri tertentu, bila belahannya tegak lurus dan
berwarna merah daging disebut ortoklas, sedangkan bila belahannya seperti kristal kembar
berwarna putih atau abu-abu disebut plagioklas.

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

A. Struktur Batuan Metamorf

Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit
poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat
dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena
adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
a. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).
Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur
b. Phylitic

struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih
besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut
phyllite (filit)

Gambar Struktur Phylitic


c. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular


(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist
(sekis).
Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

d. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya
tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

2. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-
butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
a. Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Gambar Sruktur Granulose


b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa
kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah
terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai
struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).

B. Tekstur Batuan Metamorf


Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir
mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf
umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah
dasarnya. (Jacson, 1997).
1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya
atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu
sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak
tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh
bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.

2 . Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:


1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah sebagai
berikut:
 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.
 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi
beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar material
yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan
keteraturan orientasi.
 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut berstektur homeoblastik.

D. KLASIFIKASI MACAM – MACAM JENIS BATUAN METAMORF (MALIHAN)


1. Batuan Metamorf Berdasarkan Metamorfisme (proses pembentukannya)
a. Batuan Tipe Metamorfisme Kontak
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena terjadinya kontak (interaksi)
antara batuan asal dengan magma. Tentunya dengan magma yang sangat panas akan terjadi
peningkatan suhu dan peningkatan tekanan sehingga dapat membuat batu tersebut berubah
menjadi batuan yang baru. Biasanya batuan yang terbentuk melalui metamorfisme kontak
memiliki ciri lebih keras, berkristal kasa, dan kompak. Contohnya adalah perubahan batu kapur
menjadi batu marmer

b. Batuan Tipe Metamorfisme Dinamo (Regional)


Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena mengalami perubahan akibat
tekanan tinggi dari tenaga endogen dalam waktu yang lama. Biasanya terjadi pada batuan dengan
massa besar dan permukaan yang luas. Btuan yang mengalami tipe metamorfisme ini cenderung
lebih keras, berfoliasi, terdiri dari susunan planar mineral yang sejajar. Contohnya adalah
perubahan batu lumpur menjadi batu tulis.

c. Batuan Tipe Metamorfisme Kataklastik


Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk akibat deformasi mekanis.
Contohnya ketika dua tubuh batuan bergeser melewati satu sama lain sehingga terjadinya
gesekan. Gesekan tersebut akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga tubuh batuan asal akan
berubah.

d. Batuan Tipe Metamorfisme Tindihan


Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada kedalaman beberapa ratus
meter dari permukaan. Batuan ini terbentuk pada daerah yang suhunya lebih besar dari 300
derajat celcius tanpa adanya stress diferensial. Dikatakan batuan metamorf karena adanya
pembentukan mineral baru walaupun struktur batuan secara fisik tidak mengalami perubahan.

e. Batuan Tipe Metamorfisme Hidrotermal


Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada suhu tinggi dengan tekanan
sedang akibat cairan hidrotermal. Seringkali terjadi dalam batuan basalt yang kekurangan
mineral hidrat.

2. Batuan Metamorf Berdasarkan Jenisnya

a. Batu Pualam atau Batu Marmer


Batu pualam atau marmer merupakan batu yang berasal dari batu gamping / batu kapur dan
memiliki campuran warna yang berbeda-beda, mempunyai pita-pita warna, kristal-kristalnya
sedang sampai kasar, Apabila ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi mendesah. Batu ini akan
menjadi keras dan mengkilap jika dipoles. Batu ini terbentuk karena batu kapur mengalami
perubahan suhu dan tekanan tinggi. Batu ini bisa digunakan sebagai bahan ubin.

BATU MARMER (BATU PUALAM)

b. Batu Sabak
Batu sabak merupakan batu yang berasal dari batu serpih, umumnya berwarna abu-abu kehijau-
hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempeng-lempeng tipis. Batu ini terbentuk
apabila batu serpih terkena suhu dan tekanan tinggi. Batu ini bisa dijadikan sebagai bahan
kerajinan atau bahan bangunan.

BATU SABAK

c. Batu Gneiss (Ganes)


Batu gneiss atau ganes merupakan batu yang umumnya berwarna putih keabu-abuan, terdapat
goresan-goresan yang tersusun atas mineral-mineral, mempunyai bentuk bentuk jajaran yang
tipis dan terlipat pada sejumlah lapisan dan terlihat urat-urat tebal yang terdiri dari butiran-
butiran mineral. Batu ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam
pada tempat yang dalam mendapatkan tekanan dan temperatur yang tinggi. Batu ini bisa
dijadikan sebagai kerajinan.

BATU GNEIS

d. Batu Sekis
Batu sekis merupakan batu yang umumnya berwarna hitam, hijau dan ungu, mineralnya
umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
berkilau. Batuan ini terbentuk dari perubahan batuan-batuan yang berubah bentuk pada taraf
menengah. Batu ini dapat digunakan sebagai sumber mika yang utama (komponen penting dalam
industri elektronika).

BATU SEKIS

e. Batu Kuarsit
Batu kuarsit merupakan batu yang umumnya berwarna abu-abu, kekuningan, coklat, atau
merah, sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Batu ini merupakan perubahan dari
batuan pasir yang mendapatkan suhu yang tinggi. Batu ini dapat digunakan sebagai bahan
kerajinan atau pun kontruksi jalan raya.

BATU KUARSIT
f. Batu Milonit
Batu milonit merupakan batuan yang terdapat butir-butir halus, dapat dibelah, berwarna abu-abu,
kehitaman, coklat, atau pun biru. Batu ini terbentuk oleh terbentuknya mineral-mineral yang
mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan awal. Batu ini dapat digunakan sebagai
bahan kerajinan.

BATU MILONIT

Anda mungkin juga menyukai