Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN PIRANTI HIBRID TERMOELEKTRIK – SEL SURYA

SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK RUMAH TANGGA

Ubaidillah, Suyitno, dan Wibawa Endra Juwana


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS)
Email : ubaid.ubaidillah@gmail.com

ABSTRACT
The potential of waste heat from the sun is still not optimally utilized. Tool-based
energy harvester optimized solar cells that are stored on the photons of light energy from
the sun. This research aims to design and develop prototypes of alternative power scale
household exploit the potential of photons (solar cells) and heat (thermoelectric cells) of
solar radiation. The design process through standard mechanical design principles
followed by the fabrication and assembly of prototypes. The solar panels are fitted with a
solar tracker with sun position tracking strategy where data is entered into the position of
the sun as a reference microcontroller motion solar cells. Tues thermoelectric apart from
solar panels installed as the cold side equipped with air-water cooling. Testing the
performance of solar cells and thermoelectric done separately for ease of measurement
defined variables such as current, voltage and temperature. The equipment used for the
measurement of variables - variables include multimeter, thermo-reader and pyranometer.
The experimental results of solar panels on July 10, 2012 shows average power output -
average of 25.75 W 10% higher than the panel passive (static). Testing TEC1-12 710
individual cells has been done to study the early determination of the number of cells that
will be used on the TE module. By using 32 cells in series strung TE module has been tested
in the field but has not shown the expected results.
Key words: solar cells, thermoelectric cells, solar tracker

PENDAHULUAN matahari yang diterima oleh bumi


Kenaikan tingkat konsumsi dan harga mencapai 1000W/m2. Luasan Propinsi
minyak dari tahun ke tahun memaksa Jawa Tengah yang mencapai 32.544,12
manusia untuk mengembangkan energi km2 menjadi sangat potensial dengan nilai
alternatif yang ramah lingkungan (Chuang taksiran energi dari matahari sebesar 815
dan Chau, 2009; Carmo dkk., 2011). Saat ribu MW. Pentingnya pemasyarakatan
ini pengembangan energi alternatif telah sumber energi surya menjadi cukup
banyak dikembangkan di berbagai Negara penting mengingat hingga saat ini nilai
dengan memanfaatkan sumber daya alam elektrifikasi hanya sebesar 76,63%.
terbaharukan seperti energi surya, angin Pemanfaatan radiasi sinar matahari untuk
dan panas. Macam – macam sumber energi pembangkit listrik hanya dengan
tersebut umumnya dipakai untuk mengambil kemanfaatan sinar (foton) saja
pembangkitan energi listrik khususnya menjadi tidak lebih menguntungkan ketika
sector rumah tangga. Potensi energi panas dibiarkan. Untuk mengatasi
pembangkitan energi bersumber tenaga masalah ini, jika modul – modul
surya dinilai paling potensial untuk daerah termoelektrik (TE) dikombinasikan dengan
khatulistiwa karena intensitas radiasi sinar sel surya, kenaikan nilai energi tiap area

194 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
luasan mampu meningkatkan nilai daya yang menggunakan solar concentrator
puncak (Watt Peak) yang dihasilkan. untuk memanaskan thermosyphon vertical.
Modul TE sementara ini dinilai cukup Dengan melakukan optimisasi awal
menjanjikan sebagai penghasil listrik metode komputasi perpindahan panas,
suplemen/pendamping sehingga mampu dapat diperoleh efisiensi yang lebih tinggi.
mengoptimalkan energi panas yang Pada umumnya, posisi statik pemasangan
terbuang dari suatu perlengkapan (Chavez- sel surya telah mampu mencapai efisiensi
Urbiola dkk., 2012). Sehingga daya yang hingga 40% (Poulek dan Libra, 1998).
diperlukan oleh perlengkapan terkait dapat Namun demikian daya yang dihasilkan
dikatakan lebih hemat sekian persen oleh sel surya yang terpasang statik tidak
dengan adanya pengembalian daya listrik lebih optimal dibandingkan dengan kondisi
walau nilainya kecil (Lertsatitthanakorn dinamik. Definisi kondisi dinamik di sini
dkk., 2010). adalah adanya penambahan actuator dan
Penggunaan modul TE sebagai suplemen / sensor pada struktur sel surya sehingga
hibrid telah banyak dilakukan seperti memungkinkan adanya tracking terhadap
penggabungan modul TE pada solar water intensitas sinar matahari yang optimal.
heater yang dilakukan oleh Penelitian terdahulu mengenai solar
Lertsatitthanakorn dkk., (2010). Pada tracker dilakukan oleh Poulek dan Libra
kajian tersebut sebuah generator TE (1998; 2000(a); 2000(b)). Dimulai pada
digabungkan dengan solar water heater tahun 1998 peneliti tersebut
yang mana modul TE diletakkan di bawah memperkenalkan metode dua muka
pipa kaca pemanas air sedangkan sisi (bifacial) yang diletakkan parallel terhadap
dingin modul TE terhubung dengan pipa poros tengah. Sebuah motor DC
masukan air. Hasil eksperimen menggerakkan poros tersebut terhadap titik
menunjukkan bahwa arus listrik yang pivot. Jangkauan pergerakan sudut yang
dihasilkan oleh modul tetap tergantung dikembangkan pada kajian tersebut sebesar
pada perbedaan temperatur. Pada 120o. Hasil rancangan Poulek dan Libra
perbedaan temperatur sisi panas dan dingin (2000(a); 2000(b)) ditunjukkan pada
27oC, daya yang dihasilkan sebesar 3,6 Gambar 1.
Watt dengan efisiensi 0,87 persen.
Singh dkk., (2011) mengkombinasikan
sistem termosyphon dan modul
termoelektrik untuk menghasilkan listrik
dari sumber panas yang memiliki selisih
temperatur 40-60oC pada zona konveksi
bawah dan atas. Desain peralatan
thermosyphon berbasis gravitasi yang
mana terjadi perpindahan panas dari sisi
bawah ke atas pada proses pemanasan air.
Panas ini yang kemudian dimanfaatkan
untuk modul termoelektrik. Sistem yang
Gambar 1. Mekanisme aktif solar tracker
dibangun dalam skala laboratorium ini
(Poulek dan Libra, 1998; 2000(a); 2000(b))
menunjukkan prospek yang signifikan
untuk sistem pembangkitan daya
Penelitian lain dilakukan oleh Davis dkk.,
bersumber panas derajad rendah di daerah-
(2008) yang menggunakan kamera untuk
daerah terisolir. Penelitian serupa juga
mengoptimalkan arah datang sinar
dilakukan oleh Miljkovic dan Wang (2011)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 195
matahari. Penelitian ini memfokuskan Gambar 2. Prototip solar tracker sumbu
bagaimana mengukur eror penunjukan arah tunggal (Chaiko dan Rizk, 2008)
datang sinar menggunakan sistem Penelitian ini memegang posisi yang
penglihatan mesin (machine vision sistem). strategis di antara penelitian – penelitian
Disimpulkan bahwa dengan menggunakan yang telah dilakukan sebelumnya.
metode kamera sebagai sensor untuk Penggabungan antara sel surya dan modul
karakterisasi solar tracker sangat termoelektrik sebagai pembangkit listrik
bermanfaat untuk penelitian tracker dengan penambahan solar tracker 2
controller mulai dari pengembangan awal derajad kebebasan pada sistem tersebut
hingga produk siap pakai konsumen (Davis membuat hasil penelitian ini memiliki nilai
dkk., 2008). Rizk dan Chaiko (2008) kebaruan. Kebaruan dalam desain
dengan prinsip pendekatan yang sama mekanikal, pembangkit termoelektrik
dengan Davis dkk., (2008), kedua peneliti berbasis panas matahari dan strategi
ini menggunakan sensor cahaya yang kendali yang sederhana namun aplikatif.
harganya relative lebih murah dan mudah Maksud dari 2 derajad kebebasan ini
dijumpai di pasaran, terkenal dengan adalah perangkat solar tracker yang
photo-resistor. Solar tracker yang dikembangkan memiliki 2 sumbu gerak
dirancang memiliki satu sumbu gerak atau untuk tracking pada sumbu azimuth dan
lebih dikenal dengan 1 derajad kebebasan. sumbu altitude yang akan dijelaskan lebih
Hasil penelitian Chaiko dan Rizk (2008) detail pada bagian strategi control.
ditunjukkan pada Gambar 2. Secara umum, Pengambilan data sel surya dilakukan
hasil penelitian lampau menunjukkan terpisah dengan modul termoelektrik
bahwa pemanfaatan solar tracker dengan mengingat variabel yang diukur adalah
metode kendali apapun memberikan hasil arus dan tegangan bersih yang dihasilkan
yang lebih optimal (Rubio dkk., 2007). oleh peralatan tersebut.
Namun demikian, masih terbuka Sistematika penulisan makalah ini diawali
kesempatan untuk mengeksplorasi strategi dengan kajian terdahulu dan potensi
solar tracking lainnya untuk lebih pemanfaatan sel surya serta modul
meminimalkan daya yang dikonsumsi dan termoelektrik berbasis energi radiasi
tentunya meminimalkan penggunaan matahari. Penjelasan mengenai desain
sensor sehingga memperkecil biaya pembangkit listrik meliputi desain
pengembangan. mekanikal, elektrikal, instrumentasi dan
strategi kendali. Dilanjutkan dengan
persiapan eksperimen berikut diagram
skematik dan penjelasan metode
pengambilan data. Bagian ke empat dari
tulisan ini terkait dengan pembahasan hasil
eksperimen berikut analisa data kemudian
pada bagian terakhir ditutup dengan
kesimpulan.

DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK


a. Sistem Mekanikal Pembangkit Tenaga
Surya dan Modul Termoelektrik
Rancang bangun sistem mekanikal
dilakukan sesuai dengan standard desain
mekanikal yakni dimulai dengan proses

196 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
penentuan spesifikasi teknis alat. Hal ini (DFMA) selanjutnya diterjemahkan dalam
diperlukan sebagai pertimbangan utama gambar pabrik (workshop drawing) berupa
menentukan ketersediaan komponen- gambar 2D. Evaluasi gambar harus
komponen di pasaran. Disamping itu dilakukan dengan teliti untuk menghindari
sintesa gerak semua mekanisme yang kesalahan fabrikasi yang menghambat
mungkin diterapkan, ditentukan pada step proses assembly. Gambar 3b merupakan
awal ini. Sketsa yang telah dipilih hasil fabrikasi yang telah dirakit dan siap
kemudian dijadikan acuan untuk pedoman untuk uji unjuk kerja. Alat tersebut
menggambar desain 3D. Proses mengakomodasi posisi matahari yang
menggambar solid dilakukan dengan diwujudkan dalam koordinat azimuth dan
bantuan software CAD (Computer Aided altitude. Sumbu putar azimuth adalah
Design) dimulai dengan menggambar part, sumbu z dan sumbu putar altitude adalah
assembly design kemudian proses evaluasi sumbu x. Masing – masing digerakkan
gambar. Tahapan ini dilakukan dalam loop motor DC yang dilengkapi dengan gear
tertutup hingga diperoleh keputusan box yang merubah gerak rotasi menjadi
gambar 3D yang dapat memenuhi criteria linier atau translasi. Kedua motor tersebut
fungsional. Gambar 3a di bawah ini telah bertugas menghadapkan panel sel surya ke
melalui beberapa iterasi sehingga diperoleh arah yang dikehendaki oleh kontroler. Sel
dimensi optimal. surya yang dipakai dalam prototip ini
Gambar 3D yang telah memenuhi aspek berjenis NDT060P1 dengan detail data
Design for Manufacturing and Assembly teknis disebutkan pada Tabel 1.

Altitude
Azimuth NDT060P1

x
y

Motor Altitude

Motor Azimuth

Gambar 3(a) Desain 3D menggunakan software CAD (b) Prototip Sel Surya
Tabel 1. Data teknis NDT060P1
Umum Karakteristik Elektrikal
Luaran Nominal(Wp) 60 Tegangan Open Circuit Voc 22,0
(V)
Efisiensi Modul (%) 11,4 Arus Short circuit Isc (A) 3,90
Tegangan Daya Maksimum 17,4
Vpm (V)
Arus Daya Maksimum Ipm 3,45
(A)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 197
Data Mekanikal Karakteristik dan Koefisien Termal
Ukuran Sel (mm)² (156,5 x αPm (%/°C) -0,485
78,3)
Jumlah sel dan koneksi 36 in series αIsc (%/°C) 0,053
Dimensi modul (LxHxW) 787x671x46 αVoc (%/°C) -104
(mm)
Massa (kg) 7,5 Temperatur Kerja (°C) -40 s.d. +90
Beban mekanis maksimum 2400 Suhu Penyimpanan (°C) -40 s.d. +90
(N/m2)
Kelembapan Udara(%) hingga 90

Selain modul sel surya, modul TE dan termokopel serta sisi berlawanan
dijadikan produsen listrik pendamping dipisahkan oleh lapisan tipis berbahan
yang memanfaatkan panas matahari. Untuk alumunium oksida yang berfungsi sebagai
membangkitkan tegangan yang cukup guna konduktor panas sekaligus isolator
mengisi akumulator, maka prinsip elektrik. Panas yang diterima pada satu sisi
pembuatan modul TE mirip dengan akan dipompa dan dibuang melalui sisi
konstruksi sel surya. Modul TE dalam lainnya dan arus yang dihasilkan akan
penelitian ini terdiri dari sejumlah proporsional dengan perbedaan temperatur
gabungan sel TE yang dihubungkan secara yang terjadi antara sisi panas dan dingin.
seri. Penelitian ini mengambil sel TE Ilustrasi struktur dalam sel TE ditunjukkan
berjenis TEC1-12710 seperti ditunjukkan pada Gambar 5a.
pada Gambar 4a dengan jumlah total sel Modul TE 32 sel sebagaimana ditunjukkan
yang digunakan 32 sel terhubung secara pada Gambar 5(b) dilengkapi dengan plat
seri. Jumlah ini merujuk pada kalkulasi alumunium sebagai konduktor pada sisi
yang didasarkan pada karakterisasi panas. Sejumlah 32 sel TE diletakkan di
individu menggunakan alat uji yang antara alumunium pendingin dan di-pres
dibangun di Lab. Biofuel sebagaimana dengan 4 buah baut yang mengaplikasikan
ditampilkan pada gambar 4b. Alat tes uji torsi pengencangan maksimum 0,128 kgm.
tersebut dilengkapi dengan sumber panas, Konstrain kehalusan permukaan antara
alat ukur temperatur, pengatur tegangan konduktor sisi panas dan sel TE
dan beban resistif berupa motor DC 5Volt. menyumbangkan hambatan panas karena
Sel TEC1-12710 mengandung 127 koneksi secara mikroskopik tidak bersentuhan
termokopel yang terhubung secara seri. secara langsung. Akibatnya panas tidak
Setiap pasang terdiri atas dua kaki berpengaruh total 100% ke sel TE.
rectangular prismatic masing – masing Problem ini dapat diminimalisasi dengan
tipe p dan tipe n. Material semikonduktor cara mengisi celah micron pada kontak sel
tersebut berbasis bismuth-telluride. Ujung TE dan konduktor panas/dingin
sisi panas dan dingin dari kaki kaki menggunakan pasta termal yang biasa
termokopel terhubung secara elektrikal dipakai di processor cooler.
dengan sebuah kabel. Antara sumber panas

198 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
SUMBER PANAS

PENDINGIN

LOAD

(a) (b)
Gambar 4(a) Sel TEC1-12710 (b) Alat uji sel TE tunggal

Gambar 5(a) Struktur dalam sel TE (b) Modul TE 32 sel

Bagian pendingin modul TE didesain panas yang diberikan belum cukup untuk
seoptimal mungkin agar mencapai membangkitkan energi listrik dari modul
perbedaan temperatur sisi dingin dan sisi TE atau panas matahari belum cukup
panas sebesar mungkin. Proses membuat perbedaan nilai temperatur sisi
perpindahan panas yang diterapkan pada panas dan dingin sehingga sel TE belum
sisi dingin adalah konveksi paksa yang bekerja. Adapun ketika keduanya telah
mana fluida pendingin memiliki kecepatan. dapat menghasilkan energi yang cukup
Rancangan pendingin modul TE pada untuk membangkitkan energi listrik, maka
penelitian ini menggunakan air. Gambar 6a hasil dari masing – masing pembangkit
menunjukkan posisi Modul TE terletakkan dimasukkan ke kontroler pengisian. Output
di atas tampungan air dengan sisi dari tiap – tiap kontroler pengisian
alumunium pendingin tercelup dalam air. dimasukkan ke dalam manajemen sistem
Keadaan tersebut memungkinkan daya agar dapat diisikan dalam satu
terjadinya pelepasan panas lebih cepat sumber penyimpan energi. Selanjutnya
dibandingkan dengan pendingin berbasis energi yang dihasilkan dapat digunakan
fluida udara (angin) untuk pembebanan AC dan atau DC.
Perangkat sel surya dan modul TE Penggunaan inverter AC memungkinkan
digabungkan dalam satu piranti hibrid untuk aplikasi peralatan seperti televise,
namun beroperasi terpisah. Dalam hal ini pompa air dan lainnya dengan syarat tidak
dapat dipahami bahwa ketika sinar melebihi kemampuan inverter. Inverter
matahari telah cukup menjadikan sel surya yang dipilih memiliki kemampuan teoritik
melakukan pengisian ke baterei, maka 600VA, namun pada kenyataan efisiensi
secara otomatis akan bekerja walaupun inverter hanya 40-50%. Sehingga daya

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 199
efektif yang mampu dibebankan pada permukaan sel surya. Sensor cahaya yang
inverter tersebut sebesar 240 – 300 VA. biasa
sa dipakai adalah LVDR dan sensor
Pembebanan DC dapat apat langsung diambil kamera. Orang lebih banyak menggunakan
dari baterei (aki) tergantung pada tegangan LVDR karena mudah dijumpai di pasaran.
yang dikehendaki. Di sinilah peran DC
DC-DC Keterbatasan sistem tersebut adalah
converter menaikkan atau menurunkan ketelitian dari sensor dalam menangkap
tegangan sesuai yang diharapkan. Secara sekaligus menginformasikan data pada
skematis, diagram hibrid ditunjukkan pada gerbang IO atau kontroler yang rendah r
Gambar 6b berikut ini. keandalan.. Selanjutnya dengan algoritma
kontrol yang didesain, kontroler
memberikan sinyal perintah ke driver
motor dan diikuti pergerakan motor kearah
yang dituju.
Penelitian ini menggunakan strategi lain
yakni meniadakan penggunaan sensor dan
menambahbah derajad kebebasan mekanisme
penggerak. Gambar 7 memudahkan
pembaca mengilustrasikan posisi altitude
dan azimuth yang mana secara matematis
(a) lebih dikenal dengan koordinat spherical
(bola). Arah azimuth dimulai dari garis 0o
pada utara magnetic berjalan searah jarum
jam pada bidang horizon dan berjalan
berlawanan arah jarum jam pada bidang
vertikal untuk sudut altitude. Pertimbangan
utama pemilihan strategi ini adalah posisi
matahari dapat diperhitungkan secara
matematis bahkan data estimasi posisi per
hari, per-jam
jam tertentu dapat diakses dengan
mudah dan bebas bea dari situs
www.sunposition.info.

(b)
Gambar 6 (a) Modul TE dilengkapi
pendingin air (b) Diagram skematik hibrid
sel surya – termoelektrik

b. Desain Strategi Kontrol Posisi


Sebagaimana dikemukakan pada bagian
pendahuluan, strategi kontrol motor untuk
sun tracking lebih banyak menerapkan 1
derajad kebebasan yang mana posisi
altitude (ketinggian matahari). Posisi
azimuth diatur dengan cara manual. Pada
konsep ini, digunakan sensor cahaya Gambar 7 Ilustrasi arah azimuth dan
sebagai referensi posisi tegak lurus altitude

200 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
Data posisi matahari selama 1 tahun RTC selanjutnya diterjemahkan ke waktu
diobservasi dari situs tersebut dengan putar motor. Dengan menggunakan
interval harian. Dari pengambilan nilai per- hubungan matematis antara posisi sudut
hari diperoleh bahwa terdapat 40 sudut dan kecepatan sudut akan diperoleh waktu
altitude dan 40 sudut azimuth mulai pukul putar motor untuk mencapai nilai referensi
07:00 hingga 17:00 (10 jam) dengan tersebut. Putaran motor (kecepatan sudut)
interval tiap 15 menit. Setelah dilakukan diterjemahkan oleh mikrokontroler dalam
pengamatan nilai sudut setiap bulan, pada bentuk sinyal tegangan yang diinputkan ke
jam dan menit yang sama, jangkauan dalam motor melalui driver motor. Waktu
perubahan sudut berkisar antara 1 sampai 5 putar motor dikawal oleh mikrokontroler
derajad. Untuk menyederhanakan jumlah memanfaatkan aplikasi counter di
nilai sudut tersebut maka diambil nilai rata dalamnya. Sesaat setelah motor
– rata per bulan kemudian dilakukan memposisikan panel surya, sistem
plotting grafik azimuth dan altitude penggerak (motor dan driver) dikondisikan
sebagaimana ditunjukkan berturut – turut dalam keadaan hibernasi hingga RTC
pada Gambar 8a dan 8b. Informasi yang memberikan sinyal aktif kembali sesuai
dapat diambil dari Gambar 8a dan 8b dengan data set poin. Strategi ini
adalah posisi azimuth bulan januari pada memberikan keuntungan berupa konsumsi
nilai jangkauan sudut kecil kemudian energi aktuasi lebih rendah dibandingkan
berturut-turut meningkat hingga terjadi dengan sistem kontrol berbasis sensor
puncak nilai terbesar pada bulan juni. Nilai cahaya.
ini kemudian turun kembali hingga bulan Iterasi proses terus berlangsung hingga
desember dengan nilai berimpit dengan RTC menunjukkan pukul 17:00 kemudian
bulan januari. Pola perubahan sudut mikrokontroler memberikan perintah
altitude tidak sebagaimana azimuth. Bulan kepada motor untuk kembali pada posisi
januari berada di pertengahan antara nilai awal sudut azimuth dan altitude 0O.
tertinggi dan terendah. Posisi matahari Demikian pula pada pagi hari, ketika RTC
berangsur naik hingga bulan maret telah memberikan informasi pukul 07:00,
kemudian turun hingga posisi terendah mikrokontroler memanggil data yang
pada bulan juni. Ketinggian kembali bersesuaian dengan tanggal dan jam
meningkat hingga puncak pada bulan kemudian memposisikan panel
oktober dan diakhiri bulan desember pada sebagaimana set poin. Keadaan fail (gagal)
nilai yang berimpit dengan bulan januari. didefinisikan ketika baterei internal
Blok diagram yang ditunjukkan pada melemah sehingga RTC padam. Algoritma
Gambar 9 merupakan penjelasan sistematis pemrograman dirancang sedemikian rupa
terkait strategi kendali sun position sehingga ketika RTC dihidupkan kembali
tracking. Data sudut azimuth dan altitude dengan waktu yang telah disesuaikan
yang telah diolah kemudian dimasukkan ke dengan waktu setempat, maka
dalam mikrokontroller berfungsi sebagai mikrokontroler memberikan perintah
set poin atau nilai referensi yang akan kepada motor untuk memposisikan panel
dicapai. Real time clock (RTC) yang sesuai set poin. Kelemahan yang paling
dilengkapi dengan baterei internal nampak dari strategi sun position tracking
dimanfaatkan sebagai indicator tanggal dan berbasis data training ini adalah alat ini
jam oleh mikrokontroler sehingga dapat harus diprogram sesuai letak geografis
memanggil data referensi dengan tepat. daerah yang bersangkutan.
Nilai sudut azimuth dan altitude yang
dipilih oleh mikrokontroler berdasar pada

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 201
(a) (b)
Gambar 8 (a) Sudut Azimuth Gambar 8 (b) Sudut Altitude , selama 1
tahun

Gambar 9 Blok diagram strategi kendali sun position tracking

METODE EKSPERIMEN COR seri LI-200


200 sebagaimana ditunjukkan
ditunjuk
a. Instrumentasi Pengujian Sel Surya pada Gambar 10b digunakan untuk
Pengujian sel surya dilakukan secara mengukur intensitas matahari pada saat
langsung di bawah sinar matahari dengan pengujian. Data diambil dalam sehari
pengambilan data terpisah dari modul TE. mulai pukul 07:00 hingga 17:00WIB.
Skema sebagaimana ditunjukkan oleh Guna mendapatkan hasil yang valid dan
Gambar 10a merupakan konfigurasi perbandingan yang seimbang,
seimbang maka
standar merujuk pada standar ASTM E948 dioperasikan 2 panel surya dengan kondisi
– 09. Pengukuran tegangan luaran bersih statis dan dinamis (dengan kontrol). Panel
Vs-out [mV] dan arus luaran Is-out [mA] dengan kondisi statis diposisikan pada
menggunakan multimeter yang dipasang sudut puncak azimuth 352,7o dan altitude
berturut – turut paralel dan seri. Beban 64,9o. Sedangkan panel dinamis
rheostat yang digunakan memiliki dioperasikan dengan kendali sun position
jangkauan perubahan
rubahan resistansi dari 0 – tracking mulai awal hingga akhir dengan
100ohm, 250W. Pyranometer
yranometer buatan LILI- interval perubahan
bahan sudut setiap 15 menit.

202 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
(a) (b)
Gambar 10 (a) Skema pengukuran panel surya (b) LI-200 LI-COR
COR Pyranometer

Prosedur pengambilan data dilakukan Pemanas yang digunakan adalah plat panas
sebagai berikut:: Kedua panel surya setrika yang dapat diatur temperatur
dijalankan serentak dengan skema pemanasannya. Pada sisi dingin, satu
instrumentasi alat sebagaimana perangkat pendingin processor yang terdiri
ditunjukkan pada Gambar 10a dan terpisah atas cairan pendingin, radiator pendingin
satu sama lain. Pengambilan data dan pemompa cairan. Dua buah plat
dilakukan mulai pukul 07:00 dengan tembaga dipasang pada sisi panas dan
variabel yang direkam antara lain dingin untuk meningkatkan kontak termal
intensitas cahaya (W/m2), tegangan luaran dengan pemanas dan pendingin. Susunan
dari panel surya (V) dan arus luaran seperti ini memudahkan pengendalian
(Amp). Dalam satu termin pengambilan panas yang diaplikasikan dan lebih teliti
data, diberikan variasi pembebanan dalam pengambilan data temperatur.
temperatur
rheostat mulai dari 10 hingga 100 ohm Skema pengukuran individu sel TE yang
dengan interval 10 ohm. Setiap 15 menit ditunjukkan pada Gambar 10
dilakukan pengambilan data secara menggunakan 2 AVO meter dan 2 thermo
serempak sehingga ada 40 kali reader.. Tegangan luaran bersih (net
pengambilan data. voltage) dari kedua kutub sel TE diukur
secara paralel dan pengukur arus dipasang
b. Instrumentasi Pengujian Sel seri dengan
ngan resistor shunt 0.1% 10Amp
10Am
Termoelektrik atau lebih dikenal dengan sensor arus.
arus
Pengujian sel TE seri TEC1
TEC1-12710 secara
individu dilakukan menggunakan alat test
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4b.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 203
kondisi sebelum pembebanan. Empat
temperatur tes (Th-Tc=7, 27, 42, 42 61 oC)
dipakai untuk karakterisasi sel tersebut
dengan suhu pemanas Th berturut – turut
40, 60, 80 dan 100oC. Setelah perbedaan
temperatur yang dikehendaki tercapai,
dilakukan pengukuran tegangan luaran Vout
[mV] sel TE dan arus luaran Iout [mA].
Pengukuran nilai berpasangan tegangan
luaran dan arus luaran, {Vout , Iout},

HASIL DAN DISKUSI


a. Unjuk Kerja Sel Surya
Intensitas radiasi sinar matahari yang
diambil pada tanggal 10 Juli 2012 dengan
menggunakan pyranometer seri LI-200, LI
ditunjukkan pada Gambar 12a. Absis
grafik tersebut merupakan pengambilan
data ke x dengan interval antara
Gambar 11 Skema pengukuran sel TE pengambilan data selama 15 menit. Dari
pengambilan data ke-0 0 hingga 19 atau
Prosedur karakterisasi dilakukan sebagai pukul 07:00 – 12:00 terjadi kenaikan yang
berikut: temperatur plat panas dan bagian relatif konsisten. Selanjutnya data bergerak
pendingin diatur agar laju perpindahan secara fluktuatif hingga pukul 17:00
panas konstan yang mana diindikasikan dikarenakan matahari tertutup awan
dengan suhu sisi panas
anas dan dingin bernilai sehingga intensitas sinar berkurang.
konstan. Keadaan ini diterapkan pada Gambar 12b memvisualisasikan tren
beberapa jenis beban resistif terhubung temperature panel selama pengambilan
pada luaran sel TE. Dimulai dengan data. Temperatur maksimum yang dicapai
pengaturan gradient (beda) temperatur, oleh panel sebesar 54oC pada tengah hari.
beban resistif kemudian dihubungkan
dengan sel TE dan dilakukan penyesuaian
agar gradient temperatur agar sama seperti

1200,00
Intensitas (W/m^2)

1000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
0,00
0 10 20 30 40 50

Menit ke (menit)

(a)

204 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
60,00

Temperatur (deg-C)
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0 10 20 30 40 50
Menit ke (menit)

(b)
Gambar 12 (a)Intensitas matahari dan (b) Temperatur panel saat pengambilan data
(tanggal 10 Juli 2012)

Gambar 13 merupakan profil daya antara panel surya dengan sun position tracking
panel surya pasif dan aktif. Istilah pasif sebesar 257Wh. Adapun daya luaran dan
dan aktif dipakai untuk membedakan energi rata – rata panel surya berturut –
antara panel surya yang diposisikan tetap turut 23,47 W dan 234,7 Wh. Dengan kata
pada arah azimuth serta altitude tertentu lain penambahan perangkat sun position
dan panel surya yang dilengkapi dengan tracking memberikan surplus energi sekitar
actuator penggerak. Grafik tersebut 10% dibandingkan dengan hasil
merupakan hasil pengolahan short current pengukuran pada panel surya pasif.
dan open voltage dengan relasi Profil kurva efisiensi panel surya
matematika    .
 . Hasil ditunjukkan dengan jelas pada Gambar 14.
perhitungan daya pada pelaksanaan Efisiensi panel dengan menerapkan kontrol
eksperimen sesuai tanggal tersebut pada instalasi lebih tinggi dibandingkan
diperoleh daya maksimum sebesar 37 W dengan pasif. Nilai efisiensi diperoleh dari
pada pembebanan rheostat 10 ohm. Daya perbandingan antara daya luaran sel surya
rata – rata yang dicapai selama sepuluh dengan intensitas sinar matahari pada
jam sebesar 25,75 W. Artinya dalam 10 luasan panel 0,598 m2. Efisiensi tertinggi
jam (pada hari pengambilan data), energi didapatkan sebesar 23,8% serta efisiensi
listrik rata – rata yang dihasilkan oleh terendah pada hari tersebut sebesar 4,84%.

40,00
Pasif
35,00 Aktif
30,00
Daya (Watt)

25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0 10 20 30 40 50
Waktu ke
Gambar 13 Grafik daya luaran panel surya

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 205
25,00
Pasif
20,00 Aktif

Efisiensi 15,00

10,00

5,00

0,00
0 10 20 30 40 50
Waktu ke
Gambar 14 Grafik efisiensi panel surya

b. Unjuk Kerja Sel dan Modul arus luaran juga menunjukkan peningkatan
Termoelektrik seiring bertambahnya perbedaan
Karakterisasi sel tunggal TEC1-12710 temperatur sisi panas dan dingin.
berbasis Bi-Te dengan menggunakan alat Hubungan antara daya luaran pada variasi
uji sel TE individu disajikan pada Gambar nilai hambatan geser ditunjukkan pada
15, 16, 17 dan 18. Sebagaimana yang Gambar 17. Penurunan daya luaran tidak
diharapkan, tegangan luaran meningkat logaritmik sebagaimana tren arus luaran.
seiring dengan peningkatan temperatur sisi Besarnya daya merupakan hasil perkalian
panas Th (demikian juga dengan perbedaan antara tegangan luaran dan arus hubungan
temperatur Th-Tc). Kenaikan tegangan singkat dalam hal ini arus yang diukur
luaran ini juga terjadi pada setiap paralel pada hambatan shunt dan seri
perubahan kenaikan tahanan beban terhadap rheostat. Daya tertinggi sel
(rheostat). Pada nilai tahanan sama, tunggal TE sebesar 113 mW diperoleh
tegangan luaran meningkat akibat dari pada Th-Tc=60OC dan hambatan beban 20
naiknya nilai perbedaan temperatur. Nilai ohm. Pada nilai hambatan beban yang
capaian tertinggi tegangan luaran sel TE sama, nilai daya luaran meningkat dengan
tunggal pada Th-Tc = 61oC sebesar 2.3 bertambahnya nilai Th-Tc.
Volt. Simpulan ini valid untuk Gambar 15. Selanjutnya, hubungan antara arus luaran
Tren grafik arus luaran berbeda dengan dan tegangan luaran ditunjukkan pada
tren tegangan luaran. Gambar 16 Gambar 18. Simpulan dari gambar tersebut
memberikan informasi bahwa pada yakni adanya linieritas antara arus dan
kenaikan Th-Tc; nilai arus luaran tegangan luaran. Semakin besar nilai
bertambah namun berkurang secara tegangan luaran, maka arus luaran semakin
logaritmik pada pertambahan nilai tahanan kecil. Dapat dilihat pula bahwa gradien
beban. Tren ini sesuai dengan hubungan tiap – tiap kurva bernilai negatif dan bisa
antara arus dan hambatan yang selalu dikatakan hampir sama nilainya. Dari
berbanding terbalik. Arus luaran tertinggi karakteristik hubungan arus dan tegangan
dicapai pada Th-Tc=60oC pada luaran ini dapat diketahui pula nilai
pembebanan rheostat 10 ohm sebesar 106 tahanan dalam dari TEC1-12710 pada
mA. Pada nilai hambatan sama, besarnya kondisi terkait.

206 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
2500 Th-Tc=7

Tegangan Luaran (mV)


2000
Th-
1500 Tc=27

1000

500
0
10 30 50 70 90 110
Rheostat (ohm)

Gambar 15 Karakteristik tegangan luaran versus beban sel TE tunggal

120
Th-Tc=7
100
Arus Luaran (mA)

Th-
80 Tc=27
60
40
20
0
0 50 100 150
Rheostat (ohm)

Gambar 16 Karakteristik arus luaran versus beban sel TE tunggal

2500 Th-Tc=7
Arus Luaran (mA)

2000 Th-Tc=27

Th-Tc=42
1500
Th-Tc=61
1000
Linear (Th-Tc=7)
500 Linear (Th-
Tc=27)
0
0 50 100 150
Tegangan Luaran (mV)

Gambar 17 Karakteristik arus luaran versus tegangan luaran sel TE tunggal

Proses karakterisasi sangat bermanfaat pada kisaran tegangan luaran 0.5 volt saat
untuk dasar perancangan modul TE. Th-Tc=27oC. Dasar penentuan asumsi ini
Asumsi yang diambil pada penelitian ini bahwa temperatur maksimum panel sel
adalah kemampuan sel individu berada surya diperoleh 52oC (sesuai data di atas),

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 207
sehingga dapat digeneralisasi bahwa luaran jauh dari harapan yakni sebesar 0.8
kemungkinan besar sisi panas modul TE volt. Setelah dilakukan evaluasi teknis, ada
juga akan berada pada suhu maksimum beberapa hal yang dapat menjadi poin
tersebut. Untuk mencapai perbedaan permasalahan penting antara lain
temperatur tersebut, tidak diperlukan daya temperatur sisi panas modul belum
eksternal yang besar pada sisi pendingin mencapai 52oC yaitu Th=51.5oC dan
modul. Dengan demikian, diputuskan Tc=43oC (perbedaan temperatur yang
bahwa pada modul TE akan digunakan 32 terjadi hanya 8.5oC); bagian pendingin
sel tunggal yang dihubungkan secara seri. kurang terisolasi dengan baik dari
Perkiraan tegangan luaran yang mampu lingkungan luar sehingga masih
diberikan oleh modul TE pada perbedaan terpengaruh radiasi panas yang
temperatur tersebut sebesar 16 volt. Nilai mengakibatkan suhu air pendingin
ini lebih tinggi dari threshold baterei yaitu bertambah besar; kontak antara plat
12 volt. penghantar panas terhadap sel TE tidak
Hasil eksperimen lapangan menggunakan sempurna sehingga panas tidak
sumber panas matahari pada tanggal 30 berpengaruh besar terhadap sel TE.
Juni 2012 masih menunjukkan tegangan

140
120
Daya (mW)

100
80 Th-Tc=7
60
Th-Tc=27
40
20 Th-Tc=42
0
Th-Tc=61
0 50 100 150
Rheostat (ohm)

Gambar 18 Karakteristik daya versus beban sel TE tunggal

c. Tinjauan Aspek Ekonomis Walaupun sudah bukan merupakan hal


Berdasarkan referensi Undang – Undang, yang baru lagi, pengembangan sel surya
tarif dasar listrik (TDL) PLN mengalami masih sangat jarang di Indonesia.
kenaikan beberapa tahun terakhir. Sebagai Penelitian ini merupakan satu bentuk usaha
contoh kasus untuk golongan tarif R-1/TR untuk memasyarakatkan pembangkit listrik
1300 VA, harga dasar pada tahun 2004 tenaga surya. Adanya penambahan modul
sebesar Rp.385,00/kwh menjadi TE sebagai pendamping sel surya
Rp.790,00/kwh pada tahun 2011 serta memberikan nuansa kebaruan karena
sangat mungkin kenaikan ini berlangsung memang belum dikembangkan sistem
hingga beberapa tahun ke depan. Tentu hibrid jenis ini di Indonesia.
pemerintah mengambil keputusan ini Rasionalisasi biaya pembuatan 1 unit
dengan berbagai pertimbangan yang prototip sel surya – termoelektrik dirinci
rasional. Solusi konstruktif yang paling pada Tabel 2. Harga satuan komponen
mungkin adalah melakukan penghematan tertuang pada tabel tersebut adalah harga 2
konsumsi listrik serta mengurangi bulan terakhir terhitung dilaporkannya
ketergantungan terhadap energi fosil. penelitian ini. Total anggaran pembuatan

208 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
prototip sebesar Rp. 17.492.000,00. Perlu Secara teoritis, jika kemampuan nominal
dicermati bahwa perhitungan biaya ini sel surya adalah 60Wp, dengan asumsi
masih belum dihitung berdasar pada mass Hasil perhitungan energi yang diperoleh
product yang bisa dipastikan bahwa harga selama satu hari pengambilan data, dengan
jauh lebih murah. Merujuk pada data mengaplikasikan kontrol sun position
teknis sel surya, umur pakai panel yang tracking, diperoleh energi listrik sebesar
dibuat oleh PT. SHARP ini sebesar 15 257.5 Wh. Dengan demikian dapat
tahun. Guna menyederhanakan variabel dilakukan perhitungan biaya per kWh
perhitungan, maka harga yang dipakai dengan jalan membagi harga jatuh per hari
adalah harga pokok pembuatan prototip. efektif dengan energi listrik. Harga listrik
Dengan asumsi: 1 tahun kalender masehi per-kWh dengan patokan daya luaran
setara dengan 360 hari; hari efektif sebagaimana hasil eksperimen adalah Rp
penyinaran matahari untuk kawasan 2 25300,00/kWh. Tentu harga ini menjadi
musim rata - rata 180 hari; rata – rata sangat mahal ketika hanya digunakan satu
produksi listrik sehari selama 10 jam, panel. Oleh karena itu, disarankan
maka selama 15 tahun diperkirakan pemakaian panel surya kapasitas 60Wp
pemakaian efektif panel untuk sebanyak 4 panel atau lebih pada satu
menghasilkan listrik sebesar 27000 jam instalasi seri. Perlu dicermati juga bahwa
(2700 hari). Dengan demikian jatuh harga daya luaran yang dihasilkan pada
per –hari efektif sebesar Rp. 6500,00 eksperimen relatif kecil.

Tabel 2. Biaya pembuatan prototip


No Item Price
1 Panel Surya Rp1.700.000,00
2 Motor aktuator Rp300.000,00
3 Kontroler Rp2.500.000,00
4 Baterei Penyimpanan Rp540.000,00
5 Power Management Rp1.500.000,00
6 Charger Controller Rp600.000,00
7 Struktur Rp1.500.000,00
8 Modul TE set 32 sel Rp4.500.000,00
9 Inverter Rp1.120.000,00
10 DC - DC converter Rp150.000,00
11 Labor cost dan fabrikasi Rp3.082.000,00
Total Rp17.492.000,00

KESIMPULAN ukur terkalibrasi. Panel surya yang


Desain dan pengembangan pembangkit digunakan pada perangkat ini berjenis
listrik hibrid sel surya – sel termoelektrik NDT060P1 dilengkapi dengan mekanisme
telah dilakukan dengan mengikuti kaidah sun position tracker 2 DOF berbasis data
desain mekanikal. Uji coba perangkat training untuk meminimalkan pemakaian
mulai karakterisasi sel hingga pengujian sensor. Modul TE telah dibangun dengan
lapangan telah dilakukan dengan menggunakan 32 sel TEC1-12710 yang
mengikuti standar pengukuran dan alat dirangkai secara seri.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 209
Hasil pengujian sel surya menunjukkan Analisa lainnya adalah kemungkinan besar
kesesuaian tren dengan referensi lain yang panas yang diterima tidak dapat
telah dipraktekkan sebelumnya hanya saja menyeberangi kontak permukaan dengan
perangkat ini baru memberikan daya sempurna dan mengakibatkan rendahnya
luaran rata – rata 25.75W dengan efisiensi nilai perbedaan temperature sisi dingin dan
sekitar 23.8% lebih tinggi 10% panas.
dibandingkan panel surya pasif. Rekomendasi yang diajukan untuk langkah
Karakteristik individual sel TEC1-12710 selanjutnya adalah melakukan redesign
yang telah diuji di alat uji sel TE tunggal modul TE untuk mengakomodir hasil
menunjukkan hasil yang proporsional analisa pada paragraf sebelumnya. Selain
dengan karakteristik umum. Tegangan itu perlu ditambahkan solar concentrator
luaran tertinggi dicapai pada Th-Tc=61oC agar panas yang diterima di sisi panas
sebesar 2,3 volt dengan nilai daya tertinggi modul TE mengalami peningkatan yang
120 mW. Pengujian modul TE yang telah signifikan.
difabrikasi dengan sumber panas matahari
masih belum menunjukkan hasil yang baik. Ucapan Terima Kasih
Nilai capaian tegangan luaran tertinggi Tim riset di bawah payung Lembaga
hanya 0.8 V sehingga masih jauh dari nilai Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
threshold pengisian baterei. Penyebab (LPPM) UNS mengucapkan terima kasih
utama adalah panas yang diterima oleh atas dukungan finansial dari Balai
modul TE maksimum 52oC pada saat Penelitian dan Pengembangan Propinsi
pengujian. Faktor lainnya antara lain Jawa Tengah melalui skema Hibah
medium pendingin ikut terkena radiasi Unggulan Daerah 2011 dan Hibah
panas matahari secara langsung sehingga Unggulan Perguruan Tinggi.
temperatur air ikut meningkat hingga 43oC.

Daftar Pustaka

Carmo, J.P., Antunes, J., Silva, M.F., Ciylan, B. and Yılmaz, S., 2007. Design of
Ribeiro, J.F., Goncalves, L.M. dan a Thermoelectric Module Test
Correia J.H., 2011, Sistem Using a Novel Test Method.
Characterization of thermoelectric International Journal of Thermal
generators by measuring the load- Sciences 46: 717–725.
dependence behavior, Davis, M.; Lawler, J.; Coyle, J.; Reich, A.
Measurement 44: pp. 2194–2199 dan Williams, T., 2008, Machine
Cha´vez-Urbiola, E.A. , Vorobiev, Yu.V. vision as a method for
dan Bulat, L.P. , 2012, Solar hibrid characterizing solar tracker
sistems with thermoelectric performance. Photovoltaic
generators, Solar Energy 86 : pp. Specialists Conference, 33rd IEEE,
369–378 Page(s): 1 – 6
Chuang-Yu, Chau, K.T., 2009, Lertsatitthanakorn, C., Therdyothin, A.2
Thermoelectric automotive waste dan Soponronnarit, S., 2010,
heat energy recovery using Performance analyses and
maximum power point tracking, economic evaluation of a hibrid
Energy Conversion and thermoelectric solar water heater,
Management 50 : pp 1506–1512

210 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012
Proc. IMechE Vol. 224 Part A: J. Energy Materials and Solar Cells
Power and Energy 61: pp. 199-202
Miljkovic, N. dan Wang, N.E., 2011. Rizk, J. dan Chaiko, Y., 2008. Solar
Modeling and optimization of Tracking Sistem: More Efficient
hibrid solar thermoelectric sistems Use of Solar Panels Engineering
with thermosyphons, Solar Energy and Technology 41
85 :pp. 2843–2855 Rubio, F.R., Ortega, M.G., Gordillo, F.,
Poulek, V., dan Libra, M., 1998. New solar dan Lo´pez-Martı´nez, M.,2007.
tracker. Solar Energy Materials Application of new control strategy
and Solar Cells 51: pp. 113-120 for sun tracking. Energy
Poulek, V., dan Libra, M., 2000(a). A very Conversion and Management 48
simple solar tracker for space and :pp. 2174–2184
terrestrial applications. Solar Singh, R., Tundee, S., dan Akbarzadeh, A.,
Energy Materials and Solar Cells Electric power generation from
60: pp. 99-103 solar pond using combined
Poulek, V., dan Libra, M., 2000(b). A very thermosyphon and thermoelectric
simple solar tracker for space and modules. Solar Energy 85 :pp.
terrestrial applications. Solar 371–378

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.10 No.2 – Desember 2012 211

Anda mungkin juga menyukai