Meningitis Dan Askep
Meningitis Dan Askep
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal
atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS)
dengan atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga terjadi
pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila
masalah ini tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat
menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga
pertumbuhan populasi di suatu daerah menjadi kecil.
Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak
(ensefalitis), dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering terjadi
adalah meningitis. Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu
durameter, araknoid, piameter. Durameter adalah membrane putih tebal yang
kasar, dan menutupi seluruh otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan
membrane lembut yang bersatu di tempatnya denga piameter, diantaranya terdapat
ruang subaraknoid di mana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh
cairan serebrospinal. Piameter merupakan membrane halus yang kaya akan
pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.
Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan
seluruh medulla spinalis.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
(suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980)
kejang demam ini biasanya terjadi bayi atau anak-anak antara umur 3 bulan dan 5
tahun yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa
demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam.
Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita
Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-
9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia
berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia
terdapat 3%.
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian meningitis
pada neonatus dan anak masih tinggi sekitar 1,8 juta pertahun. Meningitis
bakterial berada pada urutan 10 teratas penyebab kematian akibat infeksi di
seluruh dunia dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya pada anak.
Kejadian kejang demam terjadi pada 2%-4% anak-anak, dengan insiden puncak
pada usia 2 tahun, 30% kasus kejang demam akan terjadi kembali
pada penyakit demam berikutnya, prognosis kejang demam baik, kejang
demam bersifat benigna. Angka kematian mencapai 0,64%-0,75%. Sebagian
besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang
menjadi epilepsy sebanyak 2-7%.
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya. Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks .
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya
lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada
tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu
tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih
anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi.
2.3.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kejang
1. Pengkajian
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan
keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu :
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari,
terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose
medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga
dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
e. Riwayat psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
f. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme :
Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan nutrisi
atau tidak pada klien
2) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan
demam terutama pada malam hari
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-coma)
untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai
kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi,
perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya
penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga
dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan (Wijaya,2013).
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu
tubuh
c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat (Doengoes, 2007)
3. Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana
adalah sebagai berikut :
Rencana Tindakan keperawatan
Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan Tujuan: 1. Pantau suhu 1. Suhu 38,9-41,1
0
suhu tubuh Setelah pasien (derajat dan C menunjukkan
berhubungan dilakukan pola): perhatikan proses penyakit
dengan proses tindakan menggigil?diaforesi. infeksius akut.
patologis keperawatan 2. Pantau suhu 2. Suhu ruangan,
selama 4 x 24 lingkungan, jumlah selimut
suhu tubuh batasi/tambahkan harus dirubah untuk
normal. linen tempat tidur mempertahankan
Tujuan: sesuai indikasi. suhu mendekati
Setelah 3. Berikan kompres normal
dilakukan hangat: hindari 3. Dapat membantu
tindakan penggunaan mengurangi
perawatan kompres alkohol. demam,
selama 3 x 24 4. Berikan selimut penggunaan air
jam proses pendingin es/alkohol mungkin
patologis Kolaborasi: menyebabkan
teratasi dengan 5. Berikan kedinginan
kriteria: antipiretik sesuai 4. Digunakan untu
TTV stabil indikasi kengurangi demam
Suhu tubuh umumnya lebih
dalam batas besar dari 39,5-40
0
normal C pada waktu
terjadi gangguan
pada otak.
5. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentral
4. Penatalaksanaan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun
dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
5. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien
sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi
hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat
dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan
robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan
kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular
lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal. Ini akibat infeksi dengan Haemophilus influenzae
maupun pneumococcus, karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada
penyakit faringitis, tonsilitis, pneumonia, dan lain-lain.
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya. Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks .
3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan, semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit
hydrocephalus, meningitis, dan kejag pada anak. Bila ada gejala-gejala penyakit
yang sudah di uraikan di atas terjadi pada keluarga dan kerabat, segera lakukan
pemeriksaan dan bawa ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta
Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. EGC
Ngastiah, Perawatan Anak Sakit. EGC
L. Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6,
Vol.2. EGC
Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya:
Yogyakarta
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta