Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN BAB 5 PENDIDIKAN KEBUDAYAAN

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
Dinasti Sabda Dewaji 16504241007
Muhammad Iqbal 16504241008
Agastia Feristiawan 16504241009
Dimas Ari Prasetyo 16504241013
Saka Gilang Gumelar 16504241017
Yoga Widiaprianto 16504241026
Prasetyo Budi Sasongko 16504241031
Rizaldi Isnadar 16504241038

PROGRAM STUDI PENDIDIKA TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. Modalitas dan Kelembagaan Pendidikan
Pendidikan nasional harus dilandasi oleh kebudayaan nasional. Di dalam
undang undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan jelas
dikatakan bahwa undang undang tersebut dikeluarkan dalam rangka memantapkan
ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada
kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan bhineka tunggal ika
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan kebudayaan
nasional olehkarenanya diperlukan program program khusus untuk dilaksanakan.
Dengan kata lain perlu ada program pendidikan untuk pengenalan dan
pengembangan kenudayaan. Unsur unsur kebudayaan nasional perlu diprogramkan
melalui proses pendidikan untuk dipelihara, dikaji, dan dikembangkan.
Koentjaraningrat mengemukakan mengenai wujud wujud kebudayaan sebagai
: 1) Kompleks gagasan, konsep, oikiran manusia di dalam kehidupan bersama. 2)
Kompleks aktivitas atau kegiatan manusia di dalam masyarakat. 3) Benda benda
karya di dalam suatu kebudayaan.
Wujud wujud kwbudayaan tersebut pertama tama harus dipelihara, untuk
memelihara perlu dikenal dan dicintai, selamjutnya gagasan gagasan, konsep
konsep, serta buah pikir serta aktivirtas harus terus dikembangkan, demikian pula
dengan benda karya kebudayaan bukan hanya untuk dikenal, dikagumi, dihargai,
tetapi juga dipelihara dan dikembangkan lebih lanjut. Proses pengenalan
pemeliharaan dan pengembangan wujud wujud kwbudayaan melalui proses
pendidikan. Model model proses pendidikan sebagai berikut.
1. Bentuk formal.
2. Bentuk Non formal.
3. Bentuk Informa.
Pendidikan formal terlaksana di dalam pranata sosial yang disebut sekolah. Di
dalam pendidikan sekolah kita kenal berbagai tingkat, jenis, dan di dalam program
yang terstruktur yang dikenal sebagai kurikulum. Bentuk pendidikan Non formal
yang dikenal sebagai pendidikan luar sekolah, dikenal dalam masyarakat dalam
bentuk kursus kursus.
Gambar 2. Bentuk Pendidikan Dan Lembaga Pendidikan
Bentuk Pendidikan Lembaga Pendidikan
(delivery system) (educational institution)
 Sekolah (TK, PD, PM, Universitas)
1. Pendidikan formal  Madrasah
 Pendidikan jarak jauh (cyber learning)
 Kursus-Kursus singkat (non-ijazah formal)
2. Pendidikan Non-Formal
 Pelatihan-pelatihan
 Masyarakat dan kebudayaan
3. Pendidikan Informal  Media massa
 perpustakaan
Dalam undang undang No. 2 Tahun 1989, jalur pendidikan hanya dibedakan
atas dua jenis ialah pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah atau pendidikan
nonformal. Klasifikasi ini sangat berorientasi pada sekolah dan menutup pintu
untuk pendidikan informal yang sangat besar pengaruhnya itu.
Peranan pendidikan informal dalam pembentukan kepribadian manusia sangat
menentukan. Sebaiknya pendidikan formal dan nonformal yang cenderung sangat
intelektualitas dapat mengabaikan pengenalan terhadap unsur unsur kebudayaan
yang kita perlukan. Diperlukan suatu program pendidikan untuk mengimbangi
pengaruh besar bentuk pendidikan informal yang dapat membahayakan tujuan
hiduo bersama.

B. Kebudayaan Nasional dan Proses Pendidikan


Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa
pendidikan nasional harus berakar dari kebudayaan nasional. Akan tetapi adanya
kebudayaan nasional indonesia masih dalam perdebatan dikalangan akademisi
tetapi juga masyarakat luas. Masalah yang fundamental dan menjadi bahan polemik
ialah apakah kebudayaan nasional indonesia telah ada dan terbina. Koentjaraningrat
mengemukakan dua fungsi dari kebudayaan nasional Indonesia sebagai berikut.
1. kebudayaan nasional indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan
perlambang yang dapat memberi identitas kepada setiap warga negara
indonesia.
2. kebudayaan nasional indonesia merupakan suatu sistem, gagasan dan
pralambang yang dapat dipakai oleh semua warga negara indonesia yang
bhineka itu untuk saling berkomunikasi dan dengan demikian dapat
memperkuat solidaritas nasional.
Bangsa yang sadar akan identitasnya adalah bangsa yang mau bekerja keras,
mau berbakti untuk keharuman bangsanya. Dengan demikian bangsa yang tanpa
identitas sukar menonjolkan diri dalam arti yang positif di dalam pergaulan
antarbangsa. Identitas bangsa dapat merupakan motivasi dari anggotanya untuk
berprestasi dan mempunyai harga diri yang positif dalam memajukan kesejahteraan
bersama. Bisa kita lihat seorang amerika yang bangga akan asas demokrasi dan
teknologinya yang tinggi. Dengan adanya kebudayaan nasional Indonesia maka
setiap warga negara dapat berkomunikasi dengan berbagai gagasan dan pralambang
yang dipunyai oleh seluruh bangsa Indonesia. Salah satu perlambangan yang
dimiliki Indonesia adalah Bahasa Indonesia yang telah diikrarkan di dalam Sumpah
Pemuda 1928. Bangsa Indonesia yang sangat bhineka akan diperkuat dengan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa sehingga solidaritas dapat
terbentuk. Bangsa tanpa solidaritas akan suit dibangun masyarakat yang adil dan
makmur.
Demikian pula kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu kebudayaan
“in the making” yang artinya terus menerus diciptakan dan dikembangkan.
Pengembangan kebudayaan nasional Indonesia merupakan tanggung jawab dari
semua warga negara tidak terkecuali lembaga pendidikan nasional. Di dalam UUD
1945 dijelaskan unsur-unsur pembentukan dan pengembangan kebudayaan
nasional Indonesia ialah puncak-puncak kebudayaan daerah yang dapat merupakan
sumbangan bagi perkembanga kebudayaan nasional Indonesia. Koentjaraningrat
mengemukakan syarat dari unsur kebudayaan nasional : 1) Unsur kebudayaan
nasional tersebut merupakan hasil karya dari warga negara Indonesia. 2) Unsur-
unsur kebudayaan nasional tersebut haruslah menjadi kebanggaan sehingga setiap
warga negara mengidentifikasi diri dengan unsur budaya tersebut.
C. Wujud dan Tujuan Kebudayaan Nasioanal
Di dalam diskusi Permusyawaratan Perguruan Indonesia di Solo 8-10 Juni 1935
yang menghasilkan polemik kebudayaan yang terdiri dari dua aliran. Pertama,
kebudayaan nasional haruslah merupakan kebudayaan yang dinamis dan tidak
terikat pada warisan nenek moyang. Kebudayaan nasional haruslah berorientasi ke
masa depan yang didukung oleh kemajuan ilmu dan teknologi khususnya yang
berasal dari barat. Suatu contoh dari kebudayaan yang berorientasi ke masa depan
yang didasarkan kepada kemampuan akal manusia untuk mengubah lingkungan dan
kehidupan. Gagasan ini dicetuskan oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Kedua, yang
diwakili oleh Sanusi Pane menawarkan pentingnya kebudayaan Timur yang
bertentangan dengan kebudayaan Barat yang sifatnya intelektualitas, individualistis
dan materialisme. Kebudayaan nasioan Indonesia haruslah mementingan
kerohanian, perasaan, gotong royong dan sikap tradisional lainnya.
Adinegoro tampil dengan gagasan kompromi, pendidikan nasional didasarkan pada
inti pokok yang bersifat nasiona Indonesia yaitu unsur-unsur yang lahir dari
kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Indonesia, tetapi kulit luarnya bersifat
Barat yang berorientasi ke masa depan.
Konsep pemikiran Koentjaraningrat yang dituangkan di dalam kurikulum
pendidikan nasionl sebagai berikut.
A. UNSUR-UNSUR PEMBERI IDENTITAS INDONESIA
UNSUR UNIVERSAL UNSUR KHUSUS
 Bahasa Indonesia
1. Bahasa  Bahasa-bahasa daerah
 Teknologi arkeologi dan pre-histori
2. Teknologi  Arsitektur tradisional
 Organisasi pengairan adat
3. Organisasi sosial
 Tatakrama adat
4. Sistem pengetahuan  Pengobatan tradisional
 Seni tekstil tradisional
 Seni arsitektur candi
 Seni rias
5. Kesenian  Seni lukis tradisional
 Seni suara, tari, bela diri
 Seni drama tradisional (wayang)
 Seni masak
B. UNSUR-UNSUR WAHANA KOMUNIKASI DAN PENGUAT
SOLIDARITAS NASIONAL
1. Bahasa Bahasa Indonesia
2. Ekonomi Manajemen (gaya Indonesia)
 Ideologi negara
3. Organisasi social  Hukum
 Tatakrama nasional
 Seni lukis kontemporer
4. Kesenian  Seni sastra
 Drama, seni film masa kini

Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan nasional dengan demikian


mempunyai dua fungsi yaitu memperkenalkan kepada peserta didik mengenai
unsur-unsur kebudayaan nasional yang dapat memelihara dan mengembangkan
identitas Indonesia dan memberi wahana komunikasi serta penguat solidaritas
nasional. Koentjaraningrat mengidentifikasi lima unsur universal yang memberi
identitas suatu bangsa. Unsur universal tersebut ialah bahasa, teknologi, organisasi
sosial, sistem pengetahuan, dan kesenian. Unsur-unsur universal tersebut secara
khusus untuk bangsa indonesia berupa bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
Dalam bidang teknologi seperti berbagai rumah adat. Organisasi sosial dapat dilihat
didalam berbagai organisasi yang masih hidup didalam masyarakat kita misalnya
sistem irigasi subak di Bali, sistem kerjasama gotong royong diberbagai daerah.
Didalam sistem ilmu pengetahuan bisa dilihat pengobatan tradisional misalnya
didalam pemanfaatan jamu untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. Disemua
suku bangsa ini terdapat pengetahuan mengenai tumbuh-tumbuhan obat dan cara-
cara perawatan tradisional. Di bidang kesenian terdapat berbagai jenis tekstil seperti
batik dan seni ikat yang dikenal di seluruh nusantara. Dalam bidang kesenian
budaya misalnya seni relief dan ukir-ukiran.
Indonesia memiliki berbagai ragam seni dari berbagai aspek seperti seni
kebudayaan pakaian, seni lukis, seni musik, seni tari, seni drama, dan seni kuliner
atau memasak. Kekayaan kebudayaan indonesia perlu digali dan dikenalkan serta
dikembangkan oleh setiap warga indonesia salah satunya melalui pendidikan.
Pentingnya menjaga kebudayaan indonesia dikarena semakin besar ancaman
punahnya kebudayaan indonesia. Sebagai contoh bahasa daerah yang semakin
berkurang penggunanya dan tidak dibudayakan oleh generasi penerus. Disamping
itu terdapat juga unsur kebudayaan bagi pengembangan wahana komunikasi dan
penguat solidaritas nasional. Unsur tersebut ialah bahasa, ekonomi, organisasi
sosial, dan kesenian. Unsur tersebut digunakan untuk memperkuat persatuan dari
sabang sampai merauke. Sebagai contoh bahasa indonesia adalah bahasa nasional
yang digunakan dari sabang sampai merauke.
Dalam bidang ekonomi kita perlu memiliki manajemen khas indonesia, seperti
jepang dan china yang juga memiliki manajemen khas mereka. Di bidang organisasi
sosial perlu adanya hukum nasional, ideologi negara yaitu Pancasila, dan tatakrama
sosial. Sebagaimana pancasila yang terus-menerus dikembangkan agar sesuai
dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Begitupula tatakrama yang juga terus
dikembangkan agar masyarakat saling mengerti mengenai hak-hak setiap warga
Indonesia.
D. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Pengembangan Bahasa
Daerah
Telah kita lihat betapa pentingnya penguasaan dan pengembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan,bahasa ilmu pengetahuan ,dan bahasa
pergaulan di dalam masyarakat. Kedudukan bahasa daerah perlu mendapatkan
perhatian khusus karena memiliki ratusan bahasa yang merupakan sumber
kekayaan, bukan hamya bahasa nasional tetapi juga bahasa daera yang sangat
berharga. Koentjoroningrat menawarkan berbagai usaha untuk mengembangkan
nahasa daerah :
1. Meningkatkan pendidikan bahasa daerah di sekolah dasar dimana bahasa itu
hidup.
2. Mempersiapkan para ahli linguistic di perguruan tinggi untuk penelitian bahasa
daerah.
3. Mempergiat penelitian bahasa daerah agas dapat dihasilkan berbagai tata
bahasa, kamus, dan buku pelajaran daerah
4. Merangsang dan mendorong para pengarang di daerah untuk menciptakan
kesustraan bahasa daerah
5. Meningkatkan bahasa daerah melalui media masa, radio, dan telivisi serta
media cetak lainya
Disamping kurikulum nasional terdapat muatan local. Sejalan perkembangan
kehidupan social-politik kita dalam era reformasi yang meminta kebih banyak
keterlibatan masyarakat didalamnya. Untuk melaksanakan kurikulum muatan local
tentunya harus disiapkan tenaga pengajar yang menguasai bahasa daerah serta
sarana yang memadai. Bahasa daerah perlu dikembangkan seperti harus diteliti tata
bahasa,kamus dan kesustraanya agar bisa lebih diterjemahkan lagi dalam bahasa
Indonesia dan bahasa dunia lainya.
Muatan lokal berupa kajian unsue-unsur budaya khusus bukan hanya
dipersiapkan untik tingkat pendidikan tinggi tetapi juga menengah dan dasar
bahkan sampai taman kanak-kanak ,selanjutnya penggalian unsur-unsur khusu
tersebut juga dimanfaatkan untuk bentuk-bentuk non formal dan informal.
Dalam kongres kebudayaan 1991 sangat menarik pemikira yang dikemukakan
oleh sultan Takdir Alisyahbana, Nirwana Dewanto, dan Romo Mangunwijaya.
Nirwana Dewanto antara lain berpendapat bahwa kebudayaan Indonesia sejak
pertengahan abad ke-19 sampai sekarng merupakan suatu garis perembangan dari
feodalisme sampai demokrasi dan dilanjutkan dengan globalisasi. Proses
globalisasi melemahkan egosentrisme budaya eropa terhadap dunia timur. Sutan
Takdir Alisyahbana yang kita kenal sejak polemic kebudayaan 1935 tetap
mempertahankan pendapatnya bahwa perkembangan kebudayaan nasional
Indonesia tidak berkesinambungan dengan pengembangan kebudayaan dalam
periode sebelumnya. Menurut rumusan Sutan Takdir Alisyahbana:”Zaman masa
silam itu zaman jahiliyah dan telah mati semati-matinya. Individu harus dihidupkan
sehidup-hidupnya. Artinya keinsyafan akan kepentingan diri harus disadarkan
sesadar-sadarnya.” Di dalam kaitan ini Sutan Takdir Alisyahbana menyatakan
apresiasinya terhadap perkembangan kebudayaan terutama di Eropa bahwa mula-
mula masyarakat berbudaya dengan agama, kemudian dengan seni, dan dewasa ini
dengan ilmu pengetahuan serta teknologi. Konsep kebenaran yang dahulunya
mempunyai sifat sprirtual sekarang sifatnya ialah rasional dan ilmiah. Agama tidak
memperkuat kbenaran. Ilmu menjadi kekuasaan dan kebenaran.
Kongres kebudayaan 1991 telah merumuskan peranan penting pendidikan
didalam pemgembangan kebudayaan. Orientasi pendidiakan kita terlalu
menekankan kepda aspek kognitif saja sedangkan aspek-aspek kepribadian lainnya
yang justru lebih penting seperti aspek afektif terus diabaikan. Hal ini berarti sangat
kurangnya sumbangan pendidikan terhadap peningkatan wawasan dan apresiasi
kebudayaan dan kesenian. Dengan kata lain dunia pendidikan perlu dipacu untuk
secara berencana dan terarah melahirkan manusia-manusia budaya yang adar,
terdidik dan berkualitas.
Dalam usaha mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia, Soerjanto
Poepowrdojo menawakan beberapa strategi dengan asas-asas sebagai sebagai
berikut: 1) asas kesatuan bangsa 2) asas ketahanan asas kesejahteraan. 5) asas
pengembangan akal budi 6) asas kreativitas 7) asas keterbukaan 8) asas ketuhanan
9) asas kemanusian yang adil dan beradab 10) asas mandiri 11) asas kejujuran 12)
asas kesederhanaan 13) asas kekeluargaan 14) asas kebhenikaan 15) asas
kerakyatan. 16) Asas keadilan social. 17) asas ketertiban 18) asas keseimbangan.
19) asas kepemimpinan.
Asas asas tersebutlah haruslah menjiwai penyususnan kurikulum baik nasional
maupun local, dan terlebih penting lagi menjadikannya sebagai budaya lembaga-
lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal.

Anda mungkin juga menyukai