LP Hipertensi
LP Hipertensi
II.1.4 Patofisiologi
Baberpa faktor risiko hipertensi yang menyebabkan hipertensi seperti genetic, kehamilan,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi natrium, faktor-faktor risiko yaitu obesitas,
hiperaldosterone primer mempengaruhi proses mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. ( Brunner& Suddarth, 2002;898 ).
II.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi sesuai (WHO/ISH):
Klasifikasi Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Pomotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama tau lebih dari
160 mmHg, tetapi tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan
memiliki banyak peranan sama dengan hipertensi diastolic, sehingga harus diterapi (Buku Kapita
Selekta Kedoteran Edisi Ke-3; 519)
Kalsifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, 1997.
Katagori Sistolik Diastolik Rekomendasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85 Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi tingkat 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1 atau 2
1 bulan dan anjurkan modifikasi
gaya hidup
Hipertensi tingkat 160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk dalam 1
2 bulan
Hipertensi tingkat >180 >110 Evaluasi atau rujuk segera
3 dalam 1 minggu berdasarkan
kondisi klinis.
Catatan: pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertens jika tekanan sistolik dan
diastolik berada dalam kategori yang berbeda, masukkan dalam katagori yang lebih tinggi
(Buku Kapita Selekta Kedoteran Edisi Ke-3; 519)
b. Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari
berat badan normal. Pada penderita muda dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi
gemuk dan sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan cenderung hipertensi. Pada
orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis yang diduga dapat mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi karena
kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan endapan kolesterol.
d. Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi.
Olah raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan
melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi karena latihan yang
berat dapat menimbulkan hipertensi.
e. Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat karena banyak mengandung vitamin
dan mineral kalium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui rokok dan alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah. Menghindari rokok dan alkohol berarti menghindari kemungkinan
hipertensi.
g. Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa.
Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan,
mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui
penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
h. Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi
beban jika tidak terselesaikan. Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan
santai dulu. Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk mengatasi kesulitan itu
2. Penatalaksanaan farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan atau
pemberian obat antihipertensi. Yaitu:
1. Diiuretik: menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang tersimpan di alam
tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu :
(1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer;
(2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga
berkurang.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide,
Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.
2. Penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker): berbagai mekanisme penurunan tekanan darah
akibat pemberian β-blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain :
(1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah
jantung;
(2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II;
(3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas
baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol,
Bisoprolol, Pindo lol, Acebut olol, Penbut olol, Labetalol.
3. Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor)
Kaptopril merupakan ACE - inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk
pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja : secara langsung menghambat
pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin.
Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natriumdan retensi air, dan
meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin).Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.
4. Penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB)
Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih
spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun
metabolisme bradikinin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan,
Candesartan, Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.
5. Antagonis kalsium
Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh
darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi
arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek
takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin
(Nifedipine).Sedangkan Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek
kronotropik negatif langsung pada jantung.Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.
II.1.11 Komplikasi
Komplikasi pontensial yang mungkin terjadi mencangkup :
a. Pendarahan retina
b. Gagal jantung kongestif
c. Insufiensi ginjal
d. Cedera serebrovaskuler ( CVA : Cerebrovaskuler Accident) atau stroke
II.IIKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
II.II.1 Pengkajian
a. Identitas pasien:
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan hubungan suku/bangsa.
b. Riwayat sakit dan kesehatan:
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit: keluhan yang paling dirasakan dari semua keluhan
pasien sebagai alasan pasien dibawa ke rumah sakit. Seperti: Mengeluh sakit kepala,
pusing, Lemas, kelelahan, sesak nafas, Gelisah, Mual, Muntah, Kesadaran menurun.
2. Keluahan utama saat pengkajian: keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dari semua keluhan
pasien yang timbul pada saat petugas melakukan pengkajian bisa sama dengan keluhan lama atau
keluhan baru.
3. Riwayat penyakit saat ini: proses perjalanan penyakit pasien, dari awal mula kejadia,
pemeriksaan yang lakukan, terapi yang didapatkan sampai perjalanan penyakit saat dilakukan
pengkajian
4. Riwayat alergi: merupakan pengalaman alergi baik terhadap obat maupun makanan yang pernah
dialami pasien.
5. Riwayat pengobatan: penglaman terapi yang pernah didapatkan pasien yang memeberi informasi
maupun pengeruh terhadap pemberian terapi saat ini pada pasien.
6. Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga:
a. Mengobservasi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh pasien yang berhubungan penyakit
saat ini seperti hipertensi.
b. Mengobsevasi apakah ada keluarga (seketurunan yang menderita penyakit yang sama atau
penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit yang diderita pasien saat ini)
c. Pengakajian kritis
a. Pengkajian Dasar Per Sistem
1. Breathing
Data senjang yang mungkin didapat pada system pernapasan dengan hipertensi adalah :
- Subjektif : Pasien mengeluh sesak.
- Objektif : - Frekuensi pernapasan meningkat > 20 kali/menit
- Kemungkinan ada obstruksi (suara nafas snoring, gargling, stridor)
- Ekspansi paru menurun
- Irama nafas cepat
- Pola nafas tidak teratur
- Nafas cuping hidung
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Pasien tampak sesak
2. Blood
Data senjang yang mungkin didapat pada system kardiovaskular dengan hipertensi adalah :
- Subjektif : Mengeluh lemas
- Objektif : - Teraba dingin
- Sianosis
- Pucat
- CRT <2 detik
- Akral dingin
- Tekanan darah <140/90 mmHg (TD:100-140/<85)
- Penurunan nadi perfer
- Turgor kulit lambab
- Keluar keringat(diaphoresis)
3. Brain
Data senjang yang mungkin didapat pada system neurologi dengan hipertensi adalah :
- Subjektif : Melaporkan nyeri kepala dan ulu hati
- Objektif : - Kesadaran menurun
- GCS menurun (nilai normal 15).
- Sikap melindungi area nyeri.
- Fokus menyempit
- Dilatasi pupil
- Gelisah, insomnia, kontak mata yang buruk
4. Bladder
Data senjang yang mungkin didapat pada system perkemihan dengan hipertensi adalah :
- Subjektif : Pasien melaporkan penurunan jumlah
- Objektif : - Urin output menurun
(nilai normal= 0,5-2ml/kgBB/jam)
- Edema anasarka
- Penurunan hematocrit (Oliguri)
- Peningkata BB
5. Bowel
Data senjang yang mungkin didapat pada system pencernaan dengan hipertensi adalah :
- Subjektif : Mengeluh asupan makan berkurang
- Objektif : - Bising usus hiperaktif
- Mukosa nampak pucat
- Kurang nafsu makan
- Kurang minat makan
6. Bone
- Subjektif : pasien mengeluh lemas, letih, dan tidak nyaman saat beraktifitas
- Objektif : - Tekanan darah yang abnormal
- Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
7. Lain-lain
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan ditandai dengangelisah, insomnia,
distress, khawatir, wajah tegang, peningkatan keringat, anoreksia, dan jantung
berdebar-debar.
Rencana Tindakan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
o. Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan pola Setelah NIC: Airway
napas berhubungan diberikan asuhan management 1.Memantau
dengan keperawatan selama keadaan umum
hiperventilasiditandai 3 x 30 menit, 1. Monitor TD, Nadi, pasien.
dengan Frekuensi diharapkan pola suhu dan RR
pernapasan meningkat > nafasefektif. 2.Suara napas
20 Dengan kriteria bronkial normal
kali/menit, Kemungkinan hasil: 2. Auskultasi bunyi diatas bronkus
ada obstruksi (suara nafas NOC: napas dan catat dapat juga, ronkhi,
snoring, gargling, Vital sign status adanya napas terdengar sebagai
stridor), Ekspansi paru 1. RR dalam batas ronchi. respon dari
menurun, Irama nafas normal sesuai usia akumulasi cairan,
cepat, Pola nafas tidak (16-20x/mnt). sekresi kental, dan
teratur, Nafas cuping 2. TD : 110-130/80-90 spasme/obstruksi
hidung, Penggunaan otot mmHg. saluran.
bantu pernafasan,Pasien 3. Nadi : 60-100 3. Posisi semifowler
tampak sesak, Pasien x/menit) 3. Posisikan pasien dapat membantu
mengeluh sesak. 4. Kedalaman untuk meningkatkan
pernaapasan memaksimalkan toleransi tubuh dan
normal. ventilasi mempermudah
5. Tidak tampak pasien menghirup
penggunaan otot oksigen.
bantu pernapasan. 4. Memaksimalkan
6. Tidak tampak 4. Kolaborasi sedíaan oksigen
retraksi dinding pemberian oksigen untuk klien.
dada. sesuai indikasi
yang tepat dan
kolaborasi dalam
pemeriksaan
diuretik.
6. Untuk memantau
status cairan dan
nutrisi.
7. Membantu
penyembuhan
pasien.
4. Berikan dukungan
terhadap 4. Meningkatkan
perencanaan gaya perasaan akan
hidup yang nyata keberhasilan dalam
setelah sakit dalam penyembuhan.
keterbatasannya
tetapi sepenuhnya
menggunakan
kemampuan/
kapasitas pasien.
5. Berikan patunjuk
mengenai sumber-5. Memberikan
sumber penyokong jaminan bahwa
yang ada seperti bantuan yang
keluarga, konselor diperlukan adalah
professional dan penting untuk
sebagainya. meningkatkan/
menyokong
6. Jawab setiap mekanisme koping
pertanyaan dengan pasien.
penuh perhatian,
dan berikan 6. Penting untuk
informasi tentang manciptakan
penyakitnya. kepercayaan dan
informasi yang
dapat memberikan
7. Kolaborasi keyakinan pada
Rujuk pada pasien dan juga
kelompok keluarga.
penyokong yang 7. Memberikan
ada, pelayanan dukungan untuk
social, konselor beradaptasi pada
financial/ konselor parubahan dan
kerja, psikoterapi mamberikan
dan sebagainya sumber-sumber
untuk mengatasi
masalah
II.II.4 Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah
wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
II.II.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA