Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRESENTASI KEJAHATAN KOMPUTER

“IDENTITY THEFT”

Dosen Pengampuh : Dr. Bambang Sugiantoro, M.Kom

Di Susun Oleh :

Rahmat Inggi : (16917220)


Ibnu Fajar : (16917209)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi internet, menyebabkan munculnya kejahatan
yang disebut “CyberCrime” atau kejahatan melalui jaringan Internet. Munculnya beberapa
kasus “CyberCrime” di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs,
menyadap transmisi data orang lain, misalnya email, dan memanipulasi data dengan cara
menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki kedalam programmer computer. Sehingga dalam
kejahatan computer dimungkinkan adanya delik formil dan delik materil. Delik formil adalah
perbuatan seseorang yang memasuki computer orang lain tanpa izin, sedangkan delik materil
adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. Adanya cybercrime telah
menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang
dilakukan dengan teknologi computer, khususnya jaringan internet dan intranet.
Pengamanan secara teknis disertai dengan social pressure. Adanya banyak orang
mengawasi membuat seseorang mengurungkan diri untuk melakukan kejahatan. Pendidikan
etika dan moral nampaknya harus kita aktifkan kembali, khususnya untuk dunia cyberspace.
Dunia internet merupakan sebuah tempat dimana kita “hidup” secara maya (virtual,digital).
Di dunia ini kita dapat melakukan beberapa kegiatan yang mirip dengan kegiatan di dunia
nyata (real space). Kita dapat melakukan perniagaan (commerce) atau sekedar untuk sosialisasi
bahkan sebagian orang juga memanfaatkan Dunia Internet untuk mencuri data yang dapat
merugikan korban.
Berikut ini kita coba melihat data statistik Breach Level Index dari Gemelto.

Gambar 1 : Statistik Jumlah Insiden Pelanggaran Berdasarkan Jenis tahun 2016 By Gemelto
Data statistik diatas adalah data jumlah insiden pelanggaran berdasarkan jenis pelanggaran
siber, dari total 1.792 pelanggaran terdapat sekitar 59% atau sekitar 1.050 incidents Identity
Theft, 18% atau sekitar 330 Incidents Financial Access, 11% atau sekitar 190 Incidents
Account Access, 8% atau sekitar 143 incidents Nuisance, dan terakhir sekitar 4% atau sekitar
79 Incidents Existential Data. Setelah dilihat data statistik di atas bahwa kejahatan Identity
Theft sangat besar oleh karena itu laporan ini kami susun untuk memberikan pengetahuan
tentang kejahatan Identity Theft dan bagaimana cara menghindari kejahatan tersebut agar kita
tidak menjadi korban kejahatan Identity Theft.
Dengan kemajuan teknologi ini, bagi para investigator menjadi hal yang sulit di masa
depan karena tantangan untuk melakukan investigasi membutuhkan keahlian khusus
disebabkan semakin canggihnya jenis dan mode kejahatan yang akan dihadapi. Perkembangan
social budaya dan teknologi juga menyajikan peluang dan tantangan bagi lembaga seperti
kepolisian untuk upaya investigasi untuk memenuhi permintaan dari masyarakat, para lembaga
penegak hukum ini akan memperluas sector kemitraan dengan sector swasta. Ini akan menjadi
penting khususnya dalam investigasi penipuan dan pencurian identitas atau Identity Theft
dikarenakan kejahatan pencurian identitas sangat marak terjadi di Indonesia baik itu
menggunakan teknik Social Engineering, Fake Job Offers, Key Logging atau dengan teknik-
teknik yang lain.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Dengan data Statistik penggunaan Internet di Indonesia, akan dapat di ketahui seberapa
besar dampak terjadinya pencurian identitas (Identity Theft).
b. Bentuk kejahatan Identity Theft memiliki banyak teknik, sehingga para pengguna teknologi
informasi hendaknya memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk
kejahatan tersebut melalui sebuah pendidikan ataupun proses sosialisasi dari lembaga yang
berwenang dalam hal ini departemen komunikasi dan informasi Republik Indonesia.
c. Dengan beberapa contoh kasus Identity Theft ini juga kita dapa mengetahui jenis dan
modus kejahatan Pencurian identitas.

1.3 Batasan Masalah


Pada pembahasan kali ini diarahkan pada kasus cybercrime Pencurian Identitas (Identity
Theft), Teknik-Teknik dalam pencurian identitas (Identity Theft), serta bagaimana cara
menanggulangi atau menghindari kejahatan pencurian Identitas. Selain itu juga akan diberikan
contoh-contoh kejahatan Pencurian Identitas (Identity Theft).

1.4 Manfaat Penulisan


a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh pengguna internet/
teknologi informasi sehingga dapat mengenali secara dini bentuk dan teknik-teknik
kejahatan pencurian Identitas (Identity Theft).
b. Diharapkan kepada pengguna internet/teknologi informasi dapat menjaga data-data
Privasi, serta dapat mengetahui bagaimana cara untuk menjaga data-data agar tidak di curia
tau digunakan oleh orang lain untuk melakukan kejahatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Statistik Pengguna Internet Di Indonesia


Berikut ini statistik penggunaan internet di Indonesia dan statistik kejahatan siber yang
terjadi di dunia berdasarkan jenis kejahatan.

Gambar 2 : Penetrasi Pengguna Internet Indonesia

Berdasarkan data statistic dari APJII tahun 2016 bahwa penetrasi pengguna internet
Indonesia dari 132,7 Juta orang, sekitar 51,8% penduduk Indonesia menggunakan Internet
dan di dominasi oleh Laki-laki sebanyak 52,5% dari data pengguna internet. Dari data
tersebut yang terbesar adalah terdapat di Pulau jawa sekitar 65% atau sekitar 86.339.350
Orang.

Gambar 3 : Perilaku Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Jenis Konten Yang Diakses
Dilihat dari data diatas bahwa pengguna internet di Indonesia berdasarkan jenis konten internet
yang sering diakses yaitu Media Sosial sekitar 47,4%, Hiburan 96,8%, Berita 96,4%,
Pendidikan 93,8%, Komersial 93,1%, dan Layanan Publik sekitar 91,6%.

Gambar 4 : Statistik Perilaku pengguna Internet di Indonesia


Dari data statistik diatas dapat dilihat bahwa sekitar 89,6% pengguna internet menyatakan YA
bahwa internet sebagai tempat jual beli barang dan jasa, selain itu sekitar 63,5% menyatakan
YA bahwa mereka pernah bertransaksi Online.

Gambar 5 : Perilaku pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Konten komersial yang


sering dikunjungi dan konten media social yang sering dikunjungi

Berdasarkan data statistik penggunaan internet di Indonesia menyatakan bahwa Konten


komersial yang sering di kunjungi yaitu Online shop 62%, selanjutnya Bisnis Personal sekitar
34,2%, dan yang lainnya sekitar 3,8%. Selain itu konten media social yang paling dikunjungi
yaitu Facebook sekitar 54%, Instagram 15%, Youtube 11%, Google Plus 6%, Twitter 5,%, dan
Linked sekitar 0,6%.

Gambar 6 : Statistik Perilaku pengguna internet Indonesia Berdasarkan Pendapat pengguna


tentang Keamanan Bertransaksi Online dan Pendapat Pengguna terhadap keamanan akun
media Sosial.

Dari data statistic diatas berdasarkan pendapat pengguna terhadap keamanan bertransaksi
online bahwa sekitar 69,4% menyatakan aman, 29,7% menyatakan Tidak aman, dan 0,9%
menyatakan tidak tahu. Selain itu, pendapat pengguna terhadap keamanan akun media social
menyatakan bahwa sekitar 58,6% Aman, sekitar 40,6% menyatakan Tidak aman, dan sekitar
0,8* menyatakan Tidak tahu.

Gambar 7 : Indikator perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan


Kartu (APMK) dan Uang Elekronik
Data statistik diatas menunjukkan perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK) di Indonesia sejak tahun 2010 sampai dengan 2016, dimana perkembangan Transaksi
ATM selalu meningkat setiap tahunya, begitu juga transaksi menggunakan Uang Elektronik
setiap tahunya meningkat dari tahun 2010 sampai dengan 2016. Selain itu kita juga dapat
melihat perkembangan jumlah APMK dan UE yang beredar di Indonesia sejak tahun 2010
sampai dengan tahun 2016. Oleh karena itu akibat dari perkembangan APMK dan UE ini,
maka saat ini telah banyak kejahatan siber dengan cara mencuri data kartu kredit atau ATM
untuk menghabisi uang atau isi kartu kredit korban.

2.2 Identity Theft


Identitas diri kadang selalu dilihat sebagai informasi sederhana tentang seseorang. Namun
ketika kita telusuri lebih lanjut ternyata identitas diri tidak sekedar mengenali diri secara
individu. Keluarga, teman, kecamatan dan sebagainya mempunyai kepentingan terhadap
identitas diri kita, bahwa kita masih seperti dulu, sudah berganti data, atau sudah beralih
profesi. Identitas diri bisa menjadi kebanggaan atau malapetaka. Itulah mengapa banyak orang
bangga dengan identitas diri, tetapi juga banyak yang menutupinya. Dengan perkembangan
teknologi saat ini banyak kasus-kasus pencurian Identitas dan memanfaatkan identitas tersebut
untuk melakukan suatu kejahatan baik itu melakukan penipuan terhadap orang lain atau lain
sebagainya untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Berikut ini beberapa informasi penting yang bisa dicuri
- Nomor Password
- Akta Kelahiran
- Nomor Kartu Kredit
- Nomor SIM
- Nomor KTP
- Nama
- Alamat
- Tempat Tanggal Lahir
- Nama Ibu
- Nomor Telepon
Identity Theft (Pencurian Identitas) adalah Suatu Upaya untuk memperoleh dan
menggunakan (memalsukan) identitas seseorang secara tidak sah, biasanya untuk
mendapatkan keuntungan Finansial. Kegiatan Identity Theft ini merupakan salah satu bentuk
cybercrime yang marak terjadi saat ini dikarenakan banyaknya pengguna internet yang tidak
begitu memperhatikan tentang privasi data mereka. Selain itu kurangnya edukasi tentang
pentingnya menjaga privasi data pribadi. Efek dari Identiti theft ini adalah Kerugian Finansial,
Berikut ini beberapa contoh identitas maya saat ini yang sebenarnya harus dijaga di antaranya
Alamat Email, Akun media sosial (Twitter, Google(g+) Facebook), Nomor Handphone, dan
lain sebagainya yang terdapat di dunia maya, karena dengan bermodalkan data dari internet
(nama, foto, data dari media social) para pencuri data dapat saja membuat akun baru di media
social lain dengan data tersebut, setelah itu mereka dapat saja membujuk orang lain untuk
menjadi teman yang kemudian dijadikan pembenaran bahwa kita adalah orang yang
bersangkutan. Cara lain lagi adalah dengan Reset Password dan mengambil alih akun orang
lain.
Berikut ini Identity Theft Statistics 2011. Sumber : www.spendonlife.com

Gambar 8 : Statistik Pencurian Identitas tahun 2011


Tujuan dari pencurian identitas ini adalah :
a. Untuk melakukan penipuan (finansial)
 Meminta donasi
 Minta pulsa
b. Untuk melakukan pencemaran nama baik
 Membuat pernyataan yang kontroversial
 Membuat masalah
c. Untuk mencuri identitas orang lain.
Di Indonesia sendiri telah ada aturan atau Undang-Undang yang mengatur tentang kasus
pencurian Identitas atau menggunakan data identitas orang lain tanpa sepengetahuan pemilik
data tersebut. Semua telah diatur di UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, oleh karena itu telah banyak tersangka dalam kasus pencurian identitas
dan pemanfaatan identitas seseorang untuk menipu dan melakukan tindakan melawan hukum.

Salah satu contoh kasus terjadi pada Mei 2008, Albert Gonzales (28) segera ditangkap
polisi dengan barang bukti dua perangkat komputer, uang sebesar $ 22.000, dan senjata Glock
9. Albert Gonzales adalah seorang hacker kartu kredit buronan polisi yang dikenal dengan
nama "soupnazi" di internet. Gonzalez dituduh membobol sistem komputer jaringan bisnis dan
mencuri kartu kredit serta kartu debit. Gonzales pernah menjadi informan untuk U.S. Secret
Service. Sebanyak 170 juta akun kartu kredit berhasil dia bobol. Atas sepak terjangnya ini
Gonzales dijuluki hacker kartu kredit terbesar sepanjang dekade. Jika terbukti bersalah,
Gonzales akan dipenjara seumur hidup. Saat ini dia masih menunggu proses pengadilan di
New York, Massachusetts, serta New Jersey.
Di Indonesia pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer
sebagaimana diberitakan “Suara Pembaharuan” edisi 10 Januari 1991 tentang dua orang
mahasiswa yang membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp.
372.100.000,00 dengan menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari
teknologi komputer adalah berupa computer network yang kemudian melahirkan suatu ruang
komunikasi dan informasi global yang dikenal dengan internet. Pada kasus tersebut, modus
kasus ini adalah murni kriminal, kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya
sebagai sarana kejahatan. Penyelesaiannya, karena kejahatan ini termasuk penggelapan uang
pada bank dengan menggunakan komputer sebagai alat melakukan kejahatan. Sesuai dengan
undang-undang yang ada di Indonesia maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP
atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari modus perbuatan yang dilakukannya.
2.3 Bentuk Identity Theft
Berikut ini beberapa bentuk dari kejahatan Identiti Theft :
1. Email Theft
Perilaku pencurian identitas pribadi seperti nama, nomor telepon dan alamat yang
dilakukan dengan mengakses atau meng-Hack Email Seseorang.
2. Browsing File Temporary
Cache dan histori yang sering tersimpan dalam desktop atau perangkat teknologi lainnya
ternyata bisa dimanfaatkan oleh para hacker untuk menyebarkan virus maupun mencuri
informasi di waktu yang tidak kita sadari.
3. Keylogging
Keylogging adalah salah satu bentuk identity theft yang terbilang sangat detail dan
berbahaya. Pelaku keylogging dapat merekam setiap aktivitas yang kita lakukan melalui
desktop atau perangkat teknologi lainnya mulai dari halaman internet yang kita akses,
percakapan melalui Video atau suara bahkan keyboard yang kita tekan.
4. Fake job offers
Model identity theft yang satu ini terbilang cukup unik. Dengan berkedok penawaran
lowongan kerja atau kesempatan untuk memperoleh hadiah, biasanya kita akan diminta
untuk mengisi suatu formulir tentang data-data pribadi. Dan selanjutnya data tersebut
bisa dengan muda digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
5. Sosial Media Fraud
Akses yang mudah ke profil media social kita juga membuat kita jadi lebih rentan
mengalami tindak pencurian identitas. Akan lebih baik bila kita melindungi akun media
sosial kita supaya tidak bisa diakses oleh sembarang orang yang tidak kita kenal.

2.4 Identity Theft Menggunakan Social Engineering

1. Definisi Social Engiering


Social Engeener adalah suatu teknik pencurian atau pengambilan data atau informasi
penting/krusial/rahasia dari seseorang dengan cara menggunakan pendekatan manusiawi
melalui mekanisme interaksi sosial. Atau dengan kata lain social engeenering adalah suatu
teknik untuk memperoleh data/informasi rahasia dengan cara mengeksploitasi kelemahan
manusia. Contohnya kelemahan manusia yang dimaksud misalnya :
a. Rasa takut – jika seorang pegawai atau karyawan dimintai data atau informasi dari
atasannya, polisi, atau penegak hukum yang lain, biasanya yang bersangkutan akan
langsung memberikan tanpa merasa sungkan;
b. Rasa Percaya – jika seorang individu dimintai data atau informasi dari teman baik,
rekan sejawat, sanak saudara, atau sekretaris, bisanya yang bersangkutan akan
langsung memberikannya tanpa harus merasa curiga;
c. Rasa ingin menolong-jika seseorang dimintai data atau informasi dari orang yang
sedang tertimpa musibah, dalam kesedihan yang mendalam, menjadi korban
bencana, atau berada dalam duka, biasanya yang bersangkutan akan langsung
memberikan data atau informasi yang diinginkan tanpa bertanya lebih dahulu.
2. Studi kasus Social Engineer
 Menyebarkan malware menggunakan program bajakan.
Hacker (pembuat malware) akan menyisipkan kode jahatnya pada aplikasi bajakan
yang telah di crack, dengan begitu si korban tidak akan sadar karena korban
mendapatkan apa yang diinginkannya (software berbayar yang gratis/telah di
crack) tetapi si hacker juga mendapatkan apa yang dia inginkan, yaitu tanpa sadar
si korban telah menginstal backdoor/trojan kedalam sistemnya dan hacker
mempunyai hak penuh akan komputer korban.
 Membajak facebook account lewat gambar porno (Phishing).
Ketika korban melihat postingan gambar porno di group kemudian dia mengklik
tautan tersebut, sebelum masuk website porno biasanya akan di tanyakan atau
disuruh konfirmasi kalau sudah 18+ dengan cara mengisikan username dan
password facebook. Nah dari sinilah mengapa akun facebook mudah sekali dibajak,
karena korban tanpa sadar telah mengetikkan facebook account di situs lan, dengan
kata lain korban telah menyerahkan facebook account dengan sukarela, setelah
akun tersebut didapatkan maka selanjutnya akun tersebut akan digunakan botnet
untuk memposting gambar porno ke grup lain.
 Fake alret (peringatan palsu).
Modus yang paling sering adalah di web browser, ketika korban sedang browsing
video-video yang tidak jelas (video dewasa mungkin), kemudia diwebsitenya
tertulis. “your codec not installed pls install bl bla” ketika si korban melihat hal
tersebut pasti akan langsung men- download kodek palsu dan meng-installnya.
 Menipu pengguna telefon dengan memberitahukan menang undian.
 Cheat/hack game

3. Solusi Menghindari Social Engineering


Setelah mengetahui isu social engineering diatas, timbul pertanyaan mengenai cara
menghindarinya. Berdasarkan sejumlah pengalaman, berikut ini adalah hal-hal yang biasa
disarankan kepada mereka yang merupakan pemangku kepentingan aset-aset informasi
penting perusahaan, yaitu:
 Selalu hati-hati dan mawas diri dalam melakukan interaksi di dunia nyata maupun
di dunia maya. Tidak ada salahnya perilaku ekstra hati-hati diterapkan di sini
mengingat informasi merupakan aset yang berharga yang dimiliki oleh organisasi
atau perusahaan.
 Organisasi atau perusahaan mengeluarkan sebuah buku saku berisi panduan
mengamankan informasi yang mudah dimengerti dan diterapkan oleh pegawainya,
untuk mengurangi insiden-insiden yang tidak diinginkan.
 Belajar dari buku, internet, televisi, seminar, maupun pengalaman orang lain agar
terhindar dari berbagai penipuan dengan menggunakan modus social engineering.
 Pelatihan dan sosialisasi dari perusahaan dan unit-unit terkait mengenai pentingnya
mengelola keamanan informasi melalui berbagai cara dan kiat.

Selain usaha yang dilakukan individu tersebut perusahaan atau organisasi yang bersangkutan

2.5 Pencegahan Identity Theft

Penjahat terus menjadi lebih pintar dengan modus kejahatan yang jauh lebih sulit untuk dideteksi.
Pencurian data identitas pribadi akhir-akhir ini semakin banyak dan akan terus berkembang kecuali
kita mulai melindungi diri kita sendiri. Berikut ini sedikit tips yang akan membantu anda
melindungi diri terhadap pencurian identitas pribadi di internet.
1. Monitor laporan keuangan anda.
Ini adalah hal nomor satu yang paling penting untuk melindungi diri terhadap
pencurian identitas pribadi secara online maupun offline. Memperhatikan dengan seksama
apa yang terjadi dengan rekening bank, tabungan, kartu kredit, akan memberi tahu apakah
akun anda telah di bobol.
2. Lindungi komputer, laptop dan smartphone dengan layanan perlindungan pencurian
identitas.
Melindungi komputer anda sangat penting. Bila tidak pencuri identitas dan hacker
bisa masuk dan mengambil informasi dari komputer anda. Virus akan mengirim informasi
pribadi anda dan akan menghancurkan sistem komputer. Bila tidak lekas mengambil
tindakan preventif bisa saja uang dalam rekening anda akan berpindah tempat atau tagihan
anda akan melonjak tinggi di akhir bulan.
Tidak pernah ada jaminan 100% bahwa software antivirus dan malware terbaik
akan mampu mencegah pencurian identitas pribadi anda di internet. Tetapi seperti pepatah
pencegahan selalu lebih baik. Internet adalah tempat yang bagus untuk mencari informasi,
berbelanja, dan bersosialisasi. Pastikan data informasi yang anda berikan tetap aman. Anda
dapat menemukan beberapa penawaran bahkan menawarkan uji coba gratis hingga 30 hari.
3. Sandi dan nomor identifikasi pribadi (pin).

Password dan pin adalah data yang tidak boleh diberikan kepada siapa pun juga,
terutama untuk bertransaksi online. Tidak ada alasan bagi orang lain untuk merasa perlu
mengetahui password atau nomor pin anda. Itu sebabnya pin disebut sebagai personal
identification number. Nomor cvc yang ada dibelakang kartu kredit anda juga termasuk
kedalam pin. Ketika kita membeli barang melalui telepon atau online tanpa angka-angka
tersebut maka transaksi tidak dapat dilakukan.

4. Hancurkan semua informasi pribadi ketika selesai menggunakannya.


Jangan pernah membuang dokumen pribadi di tempat sampah, tanpa merusaknya
terlebih dahulu. Pencuri dapat menggunakan potongan-potongan kertas berisi informasi
anda. Informasi seperti nama jalan dimana anda tinggal, nama ibu kandung, ulang tahun
anda pun harus dirahasiakan.
5. Telepon yang meminta identifikasi.
Ketika seseorang menelepon dan meminta informasi dari anda, minta lah nama dan
telepon mereka. Kemudian coba hubungi mereka kembali untuk memastikan bahwa anda
benar-benar berhubungan dengan pihak yang berwenang bukan dengan penipu
6. Waspadalah terhadap cara-cara baru.

Internet penuh dengan berbagai macam informasi. Setiap hari ada website yang
mungkin berisi informasi tentang cara mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk
menghancurkan korbannya. Buatlah bisnis anda tetap up-to-date dengan sistem keamanan
terbaru agar tetap selangkah lebih maju dari mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Kasus identity theft di Indonesia sangat mudah dilakukan karena karakter masyarakatnya
yang cenderung menerima dan terbuka dengan orang asing.
 Perlu upaya untuk melindungi diri dari praktik penipuan yang menggunakan sisi
kelemahan manusia dengan menjaga data-data yang bersifat konfidensial.
 Perlu upaya yang keras agar dapat mengubah karakter masyarakat Indonesia agar tidak
mudah percaya dan ditakut-takuti oleh orang yang baru di kenal.

3.2 Saran

 Penelitian untuk modus-modus yang paling mutakhir perlu dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari bentuk kejahatan pencurian identitas.
 Dapat dibuat penelitian lanjutan untuk melihat seberapa besar jumlah perdagangan data
oleh pihak ketiga agar dapat dilihat lalu lintas data pribadi seseorang.
Referensi :
1. Panjaitan, Leo T. 2011. Analisis Penanganan Carding dan Perlindungan Nasabah
dalam Kaitannya dengan UU ITE no.11 Tahun 2008. Jurnal Teknik Elektro Universitas
Mercu Buana.
2. Bank Indonesia. 2016. Indikator Perkembangan APMK dan UE Tahun 2010-2016.
Jakarta. Bank Indonesia
3. Breach Level Index Report 2016 by Gemalto :
http://www.breachlevelindex.com/assets/Breach-Level-Index-Report-2016-
Gemalto.pdf
4. Raharjo Budi. 2017. Identiti Theft. Indonesia Computer Emergency Response Team
(ID-CERT) : https://www.cert.id/media/files/id-certidentitytheft-170413051704.pdf
5. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). (2016). Survey Penetrasi dan
Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Diakses pada tanggal 18 Desember 2017 pada
Pukul 14:49 WIB.
6. Ec-Council. 2011. “Social Engineering and Identyti Theft”. Sertified Secure Computer
User.

Anda mungkin juga menyukai