Kejahatan Identity Theft
Kejahatan Identity Theft
“IDENTITY THEFT”
Di Susun Oleh :
Gambar 1 : Statistik Jumlah Insiden Pelanggaran Berdasarkan Jenis tahun 2016 By Gemelto
Data statistik diatas adalah data jumlah insiden pelanggaran berdasarkan jenis pelanggaran
siber, dari total 1.792 pelanggaran terdapat sekitar 59% atau sekitar 1.050 incidents Identity
Theft, 18% atau sekitar 330 Incidents Financial Access, 11% atau sekitar 190 Incidents
Account Access, 8% atau sekitar 143 incidents Nuisance, dan terakhir sekitar 4% atau sekitar
79 Incidents Existential Data. Setelah dilihat data statistik di atas bahwa kejahatan Identity
Theft sangat besar oleh karena itu laporan ini kami susun untuk memberikan pengetahuan
tentang kejahatan Identity Theft dan bagaimana cara menghindari kejahatan tersebut agar kita
tidak menjadi korban kejahatan Identity Theft.
Dengan kemajuan teknologi ini, bagi para investigator menjadi hal yang sulit di masa
depan karena tantangan untuk melakukan investigasi membutuhkan keahlian khusus
disebabkan semakin canggihnya jenis dan mode kejahatan yang akan dihadapi. Perkembangan
social budaya dan teknologi juga menyajikan peluang dan tantangan bagi lembaga seperti
kepolisian untuk upaya investigasi untuk memenuhi permintaan dari masyarakat, para lembaga
penegak hukum ini akan memperluas sector kemitraan dengan sector swasta. Ini akan menjadi
penting khususnya dalam investigasi penipuan dan pencurian identitas atau Identity Theft
dikarenakan kejahatan pencurian identitas sangat marak terjadi di Indonesia baik itu
menggunakan teknik Social Engineering, Fake Job Offers, Key Logging atau dengan teknik-
teknik yang lain.
Berdasarkan data statistic dari APJII tahun 2016 bahwa penetrasi pengguna internet
Indonesia dari 132,7 Juta orang, sekitar 51,8% penduduk Indonesia menggunakan Internet
dan di dominasi oleh Laki-laki sebanyak 52,5% dari data pengguna internet. Dari data
tersebut yang terbesar adalah terdapat di Pulau jawa sekitar 65% atau sekitar 86.339.350
Orang.
Gambar 3 : Perilaku Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Jenis Konten Yang Diakses
Dilihat dari data diatas bahwa pengguna internet di Indonesia berdasarkan jenis konten internet
yang sering diakses yaitu Media Sosial sekitar 47,4%, Hiburan 96,8%, Berita 96,4%,
Pendidikan 93,8%, Komersial 93,1%, dan Layanan Publik sekitar 91,6%.
Dari data statistic diatas berdasarkan pendapat pengguna terhadap keamanan bertransaksi
online bahwa sekitar 69,4% menyatakan aman, 29,7% menyatakan Tidak aman, dan 0,9%
menyatakan tidak tahu. Selain itu, pendapat pengguna terhadap keamanan akun media social
menyatakan bahwa sekitar 58,6% Aman, sekitar 40,6% menyatakan Tidak aman, dan sekitar
0,8* menyatakan Tidak tahu.
Salah satu contoh kasus terjadi pada Mei 2008, Albert Gonzales (28) segera ditangkap
polisi dengan barang bukti dua perangkat komputer, uang sebesar $ 22.000, dan senjata Glock
9. Albert Gonzales adalah seorang hacker kartu kredit buronan polisi yang dikenal dengan
nama "soupnazi" di internet. Gonzalez dituduh membobol sistem komputer jaringan bisnis dan
mencuri kartu kredit serta kartu debit. Gonzales pernah menjadi informan untuk U.S. Secret
Service. Sebanyak 170 juta akun kartu kredit berhasil dia bobol. Atas sepak terjangnya ini
Gonzales dijuluki hacker kartu kredit terbesar sepanjang dekade. Jika terbukti bersalah,
Gonzales akan dipenjara seumur hidup. Saat ini dia masih menunggu proses pengadilan di
New York, Massachusetts, serta New Jersey.
Di Indonesia pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer
sebagaimana diberitakan “Suara Pembaharuan” edisi 10 Januari 1991 tentang dua orang
mahasiswa yang membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp.
372.100.000,00 dengan menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari
teknologi komputer adalah berupa computer network yang kemudian melahirkan suatu ruang
komunikasi dan informasi global yang dikenal dengan internet. Pada kasus tersebut, modus
kasus ini adalah murni kriminal, kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya
sebagai sarana kejahatan. Penyelesaiannya, karena kejahatan ini termasuk penggelapan uang
pada bank dengan menggunakan komputer sebagai alat melakukan kejahatan. Sesuai dengan
undang-undang yang ada di Indonesia maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP
atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari modus perbuatan yang dilakukannya.
2.3 Bentuk Identity Theft
Berikut ini beberapa bentuk dari kejahatan Identiti Theft :
1. Email Theft
Perilaku pencurian identitas pribadi seperti nama, nomor telepon dan alamat yang
dilakukan dengan mengakses atau meng-Hack Email Seseorang.
2. Browsing File Temporary
Cache dan histori yang sering tersimpan dalam desktop atau perangkat teknologi lainnya
ternyata bisa dimanfaatkan oleh para hacker untuk menyebarkan virus maupun mencuri
informasi di waktu yang tidak kita sadari.
3. Keylogging
Keylogging adalah salah satu bentuk identity theft yang terbilang sangat detail dan
berbahaya. Pelaku keylogging dapat merekam setiap aktivitas yang kita lakukan melalui
desktop atau perangkat teknologi lainnya mulai dari halaman internet yang kita akses,
percakapan melalui Video atau suara bahkan keyboard yang kita tekan.
4. Fake job offers
Model identity theft yang satu ini terbilang cukup unik. Dengan berkedok penawaran
lowongan kerja atau kesempatan untuk memperoleh hadiah, biasanya kita akan diminta
untuk mengisi suatu formulir tentang data-data pribadi. Dan selanjutnya data tersebut
bisa dengan muda digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
5. Sosial Media Fraud
Akses yang mudah ke profil media social kita juga membuat kita jadi lebih rentan
mengalami tindak pencurian identitas. Akan lebih baik bila kita melindungi akun media
sosial kita supaya tidak bisa diakses oleh sembarang orang yang tidak kita kenal.
Selain usaha yang dilakukan individu tersebut perusahaan atau organisasi yang bersangkutan
Penjahat terus menjadi lebih pintar dengan modus kejahatan yang jauh lebih sulit untuk dideteksi.
Pencurian data identitas pribadi akhir-akhir ini semakin banyak dan akan terus berkembang kecuali
kita mulai melindungi diri kita sendiri. Berikut ini sedikit tips yang akan membantu anda
melindungi diri terhadap pencurian identitas pribadi di internet.
1. Monitor laporan keuangan anda.
Ini adalah hal nomor satu yang paling penting untuk melindungi diri terhadap
pencurian identitas pribadi secara online maupun offline. Memperhatikan dengan seksama
apa yang terjadi dengan rekening bank, tabungan, kartu kredit, akan memberi tahu apakah
akun anda telah di bobol.
2. Lindungi komputer, laptop dan smartphone dengan layanan perlindungan pencurian
identitas.
Melindungi komputer anda sangat penting. Bila tidak pencuri identitas dan hacker
bisa masuk dan mengambil informasi dari komputer anda. Virus akan mengirim informasi
pribadi anda dan akan menghancurkan sistem komputer. Bila tidak lekas mengambil
tindakan preventif bisa saja uang dalam rekening anda akan berpindah tempat atau tagihan
anda akan melonjak tinggi di akhir bulan.
Tidak pernah ada jaminan 100% bahwa software antivirus dan malware terbaik
akan mampu mencegah pencurian identitas pribadi anda di internet. Tetapi seperti pepatah
pencegahan selalu lebih baik. Internet adalah tempat yang bagus untuk mencari informasi,
berbelanja, dan bersosialisasi. Pastikan data informasi yang anda berikan tetap aman. Anda
dapat menemukan beberapa penawaran bahkan menawarkan uji coba gratis hingga 30 hari.
3. Sandi dan nomor identifikasi pribadi (pin).
Password dan pin adalah data yang tidak boleh diberikan kepada siapa pun juga,
terutama untuk bertransaksi online. Tidak ada alasan bagi orang lain untuk merasa perlu
mengetahui password atau nomor pin anda. Itu sebabnya pin disebut sebagai personal
identification number. Nomor cvc yang ada dibelakang kartu kredit anda juga termasuk
kedalam pin. Ketika kita membeli barang melalui telepon atau online tanpa angka-angka
tersebut maka transaksi tidak dapat dilakukan.
Internet penuh dengan berbagai macam informasi. Setiap hari ada website yang
mungkin berisi informasi tentang cara mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk
menghancurkan korbannya. Buatlah bisnis anda tetap up-to-date dengan sistem keamanan
terbaru agar tetap selangkah lebih maju dari mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus identity theft di Indonesia sangat mudah dilakukan karena karakter masyarakatnya
yang cenderung menerima dan terbuka dengan orang asing.
Perlu upaya untuk melindungi diri dari praktik penipuan yang menggunakan sisi
kelemahan manusia dengan menjaga data-data yang bersifat konfidensial.
Perlu upaya yang keras agar dapat mengubah karakter masyarakat Indonesia agar tidak
mudah percaya dan ditakut-takuti oleh orang yang baru di kenal.
3.2 Saran
Penelitian untuk modus-modus yang paling mutakhir perlu dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari bentuk kejahatan pencurian identitas.
Dapat dibuat penelitian lanjutan untuk melihat seberapa besar jumlah perdagangan data
oleh pihak ketiga agar dapat dilihat lalu lintas data pribadi seseorang.
Referensi :
1. Panjaitan, Leo T. 2011. Analisis Penanganan Carding dan Perlindungan Nasabah
dalam Kaitannya dengan UU ITE no.11 Tahun 2008. Jurnal Teknik Elektro Universitas
Mercu Buana.
2. Bank Indonesia. 2016. Indikator Perkembangan APMK dan UE Tahun 2010-2016.
Jakarta. Bank Indonesia
3. Breach Level Index Report 2016 by Gemalto :
http://www.breachlevelindex.com/assets/Breach-Level-Index-Report-2016-
Gemalto.pdf
4. Raharjo Budi. 2017. Identiti Theft. Indonesia Computer Emergency Response Team
(ID-CERT) : https://www.cert.id/media/files/id-certidentitytheft-170413051704.pdf
5. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). (2016). Survey Penetrasi dan
Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Diakses pada tanggal 18 Desember 2017 pada
Pukul 14:49 WIB.
6. Ec-Council. 2011. “Social Engineering and Identyti Theft”. Sertified Secure Computer
User.