Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju
pertambahan air bawah tanah lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah
normal, Laju pertambahan air bawah tanah sama dengan laju penurunannya, sehingga
debit aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju pertambahan air bawah tanah
melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan
debit sungai (Arsyad, 2010).
Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat
ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dt).
Oleh karena itu, perhitungan debit perlu dilakukan untuk menganalisa apakah
DAS tersebut termasuk DAS yang sehat atau bukan dan untuk mengetahui kualitas
output DAS tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
melalui interpretasi citra penginderaan jauh (satelit dan foto udara) dan analisis peta-
peta tematik.
Limpasan permukaan bergerak pada atau diatas permukaan lahan pada setiap
jengkal lahan (space of land), maka wilayah DAS ataupun Sub DAS harus dibagi-
bagi lagi menjadi satuan-satuan (unit) lahan terkecil untuk menilai besarnya nilai atau
angka koefisien setiap satuan-satuan lahan tersebut.Penjumlahan nilai ataupun angka
koefisien limpasan permukaan dari setiap satuan-satuan lahan dalam suatu DAS
ataupun Sub DAS dapat digunakan untuk menyatakan besarnya nilai atau angka
koefisien limpasan permukaan DAS ataupun Sub DAS yang bersangkutan.
4
C = Koefisien limpasan permukaan, besarnya 0,278 untuk luas
DAS/Sub-DAS (km2), dan 0,00278 untuk luas DAS/Sub-DAS (ha)
I = Intensitas hujan yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (Tc)
(mm/hari)
A = Luas DAS (km2 atau ha tergantung koefisien C).
5
2.4.2 Debit Minimum (Qmin)
Pengukuran debit sungai terkecil (debit minimum) atau debit sungai saat ini
pada saat tidak terjadi banjir dapat dirumuskan sesuai dengan rumus berikut ini.
Qmin = w.d.a.I/t
Keterangan :
Qmin = Debit sungai minimum (m3/detik)
w = Lebar penampang sungai rata-rata (m)
d = kedalaman air sungai rata-rata (m)
a = Koefisien kekasaran dasar penampang sungai rata-rata (%)
1/t = Kecepatan aliran pada seksi sungai rata-rata (m/detik).
6
Parameter karakteristik Hidrologi DAS yang diperoleh dari perbandingan
antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum (Qmin).Apabila nilai besaran
perbandingan antara Qmaks/Qmin besar (>50) berarti lebih banyak kejadian banjir
maksimum yang terjadi, dan sebaliknya kejadian debit minimum dapat sangat-sangat
kecil hanya tidak pernah nol (0).
7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
8
Gambar 1. Pembagian lebar
sungai dan pengukuran
kedalaman untuk
menghitung luas penampang
melintang sungai
9
Pengukuran debit sungai dengan metode apung
1. Pengukuran dilakukan pada sungai yang telah dibuat profil penampang
sungainya.
2. Menentukan 2 titik pengamatan jalannya pelampung : a. Panjangnya
sekitar 2 sampai 5 m; b. Titik 1 dan titik 2 diberi tanda patok atau kayu.
3. Pelampung dilepas di sebelah hulu titik 1 dengan maksud agar jalannya
pelampung setelah sampai di titik 1 dalam keadaan stabil. Jika pelampung
sampai di titik 2 diberi tanda untuk menghidupkan stopwatch dan jika
pelampung sampai di titik 2 diberi tanda untuk mematikan stopwatch,
kemudian dicatat waktu perjalanannya (t). Untuk mendapatkan kecepatan
rata-rata, pelampung dilepaskan di bagian tepi kiri, tengah dan kanan (3x
pengukuran).
4. Menentukan koefisien pelampung dengan mengukur kedalaman
pelampung yang basah per kedalaman sungai. Berikut ini adalah cara
perhitungan debit dengan metode apung.
a. Koefisien pelampung
K = 1-0.116(√1−∝ −0,1)
𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖 (ℎ)
α= 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 (𝑑)
b. Debit sungai
Q=V×A×K
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
V = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
Keterangan :
Q = debit sungai.
V = kecepatan pelampung.
A = luas penampang sungai.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9
-0.5
Kedalaman
-1
-1.5
Penampang Melintang (Cross Section)
12
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 4.5 4.8 5.1 5.4
-0.5
Kedalaman
-1
-1.5
-2
Penampang Melintang (Cross Section)
13
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 4.5 4.8
-0.2
Kedalaman
-0.4
-0.6
-0.8
-1
Penampang Melintang (Cross Section)
14
Menentukan Koefisien Pelampung
Dalam menentukan nilai K, maka nilai α harus didapatkan terlebih dahulu.
Rumus K dan α adalah sebagai berikut :
Menentukan nilai α
Kedalaman tangkai (h) = 3 cm 0.03 m
Kedalaman sungai yang dipakai adalah kedalaman sungai dari penampang 1
yaitu 0.09 m, 0,2 m, 0,3 m, 0,99 m, 1,12 m, 1,22 m, 1,25 m, 1,16 m, 1,11 m,
0,89 m, 0,73 m, 0,45 m.
0.03 0.03
1. α = 0.09 = 0.333333 7. α = 1.25 = 0.024
0.03 0.03
2. α = = 0.15 8. α = 1,16 = 0.025862
0.2
0.03 0.03
3. α = = 0.1 9. α = 1,11 = 0.027027
0.3
0.03 0.03
4. α = 0.99 = 0.030303 10. α = 0.89 = 0.033708
0.03 0.03
5. α = 1,12 = 0.026786 11. α = 0,73 = 0.041096
0.03 0.03
6. α = 1,22 = 0.02459 12. α = 0.45 = 0.066667
15
Menentukan nilai K
K = 1- 0,116 (√1− ∝ −0,1)
K = 1- 0,116 (√1 − 0.073614 − 0,1)
K = 1- 0.116 (√0.826386)
K = 1- 0.116 × 0.90905775394086
K = 0.894549
Menentukan nilai V
Dalam menentukan nilai V, jarak yang digunakan adalah jarak dari
penampang 1 sampai ke penampang 3, yaitu 5 m. waktu jalan pelampung
yang dipakai adalah waktu jalan pelampung rata-rata, yang diuraikan sebagai
berikut :
Waktu jalan :
1. 16.8 detik 6. 32.6 detik
2. 22.5 detik 7. 29.7 detik
3. 18.7 detik 8. 34.1 detik
4. 32.2 detik 9. 29.8 detik
5. 33.3 detik
Waktu jalan rata-rata = 16.8 + 22.5 + 18.7 + 32.2 + 33.3 + 32.6 + 29.7 + 34.1
+ 29.8
= 249.7 / 9
= 27.74444 detik
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
V= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
5
V = 27.74444
V = 0.180216
16
Menentukan nilai Q
Dalam menentukan debit sungai, luas penampang yang dipakai adalah
luas penampang 1 karena pelampung mulai dijalankan dari penampang 1
sampai ke penampang 3. Pengukuran debit sungai diuraikan sebagai berikut :
Q=A×K×V
Q = 2.853 × 0.894549 × 0.180216
Q = 0.459939
4.2 Pembahasan
Luas penampang sungai (A) merupakan penjumlahan seluruh bagian
penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara interval jarak horisontal
dengan kedalaman air. Luas penampang sungai didapatkan dari pengukuran profil
melintang sungai dan kedalaman sungai sehingga luas penampang sungai dapat
diperuntukkan dalam menghitung beberapa parameter dan dapat memberikan sebuah
informasi bagi pembaca sungai yang nantinya sebagai perbandingan data ketika ingin
mengukur luas penampang sungai dengan sungai yang sama.
Setelah sungai yang diukur dengan panjang 5 m dibagi menjadi 3 ulangan,
maka di dapatkan luas penampang sungai yang paling terluas adalah pada
pengukuran sungai ulangan ke-2 dengan luas 4,7526 m2, hal ini ditandai dengan
kondisi sungai pada pengukuran ulangan ke-2 memiliki kedalaman dan profil
melintang tertinggi dari ulangan 1 dan ulangan 3.
Jika dihubungkan dengan besaran sedimen yang berada di sungai pengamatan
dapat diketahui bahwa tingkat sedimen yang berada pada ulangan 3 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ulangan lainnya. Hal ini didapatkan dari tingkat kedalaman
sungai yang bahwa semakin besar material sedimen didalam suatu sungai makan
sungai semakin dangkal. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pangestu (2013), bahwa
jika sedimentasi terjadi, maka perubahan kedalaman (pendangkalan) juga akan terjadi
yang mengakibatkan kemungkinan terjadi banjir. Selain berguna dalam penentuan
parameter tingkat sedimen, luas penampang sungai juga dapat menjadi suatu
indikator dalam menentukan cepat lambatnya suatu aliran sungai. Cepat lambatnya
17
aliran sungai dapat ditentukan dari luasnya sungai dan kedalaman sungai, sehingga
semakin dalam tingkat kedalaman sungai maka semakin cepat aliran sungai dan
sebaliknya.
18
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20