Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI

“Pengukuran Penampang Melintang (Cross Section) dan Debit Sungai”

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sunarti, S.P., M.P

Disusun Oleh :

Amin Khadori (D1A016103)

Iis Noviana (D1A016112)

Restu Ramadhan (D1A016125)

Kelas M SDL ‘16

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DAS (daerah aliran sungai) merupakan salah satu komponen hidrologi yang
berperan sebagai wilayah yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan
hingga danau atau laut melalui sungai. DAS merupakan suatu megasistem kompleks
yang mencakup semua sector kehidupan manusia.DAS berperan penting bagi
kesejahteraan manusia dengan outputnya. Apabila output DAS baik, maka
kesejahteraan masyarakat akan terjamin. Namun, apabila output DAS buruk, maka
kesejahteraan masyarakat terancam. Salah satu output DAS yang memiliki peran
penting bagi kesejahteraan masyarakat adalah debit sungai.
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan-laporan
teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf
aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik
biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan
DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal
(Asdak, 2001).
Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir
dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik,
untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan
ke saluran yang telah disiapkan (Dumairy, 1992). Aliran sungai berasal dari hujan
yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah
permukaan,debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup , kemudian
yang turun kembali setelah hujan selesai. Grafik yang menunjukan naik turunnya
debit sungai menurut waktu disebut hidrograf, bentuk hidrograf sungai tergantung
dari sifat hujan dan sifat daerah aliran sungai (Arsyad, 2010).

1
Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju
pertambahan air bawah tanah lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah
normal, Laju pertambahan air bawah tanah sama dengan laju penurunannya, sehingga
debit aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju pertambahan air bawah tanah
melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan
debit sungai (Arsyad, 2010).
Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat
ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dt).
Oleh karena itu, perhitungan debit perlu dilakukan untuk menganalisa apakah
DAS tersebut termasuk DAS yang sehat atau bukan dan untuk mengetahui kualitas
output DAS tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membuat
profil dan menghitung luas penampang melintang (cross section) sungai dan mampu
menghitung debit sungai dengan menggunakan metode apung.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian DAS


Menurut Asdak (1995: 4) Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai daerah
yang dibatasi punggung- punggung gunung dimana air hujan yang jatuh di daerah
tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama. Secara umum DAS dapat di definisikan sebagai
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggungan bukit atau gunung,
maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul dimana titik hujan yang turun di
daerah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik keluaran (outlet).

2.2 Penampang Sungai


Pengukuran dilakukan perlahan untuk mendapatkan profil melintang sungai
yang dibutuhkan. Pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk
mendapatkan luas area pada penampang sungai. Pengukuran ini dilakukan karena
sangat dibutuhkan pada pengolahan data dan termasuk salah satu parameter yang
dibutuhkan (Samitra, 2013).
Pengukuran profil sungai bertujuan agar luas penampang sungai dapat
diketahui. Luas penampang sungai (A) merupakan penjumlahan seluruh bagian
penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara interval jarak horisontal
dengan kedalaman air. Kecepatan aliran sungai pada satu penampang saluran tidak
sama. Kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan
faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan
aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut. semakin dalam sungai, maka
semakin besar kecepatan alirannya (Rahayu, et al., 2009).

2.3 Limpasan Permukaan


Estimasi besarnya limpasan permukaan yang dinyatakan dalam bentuk
koefisien limpasan permukaan dapat dilakukan dengan mendasarkan pada parameter-
parameter morfometri dan morfologi yang menjadi karakteristik DAS yang diperoleh

3
melalui interpretasi citra penginderaan jauh (satelit dan foto udara) dan analisis peta-
peta tematik.
Limpasan permukaan bergerak pada atau diatas permukaan lahan pada setiap
jengkal lahan (space of land), maka wilayah DAS ataupun Sub DAS harus dibagi-
bagi lagi menjadi satuan-satuan (unit) lahan terkecil untuk menilai besarnya nilai atau
angka koefisien setiap satuan-satuan lahan tersebut.Penjumlahan nilai ataupun angka
koefisien limpasan permukaan dari setiap satuan-satuan lahan dalam suatu DAS
ataupun Sub DAS dapat digunakan untuk menyatakan besarnya nilai atau angka
koefisien limpasan permukaan DAS ataupun Sub DAS yang bersangkutan.

2.4 Debit Sungai


Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang per satuan waktu. dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporanlaporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliran adalah suatu perilaku
sebagai respon adanya perubahan karakteristrik biogeofisik yang berlangsung dalam
suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan
(fluktuasi minimum atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 2002).
Debit aliran dapat dijadikan sebagai indikator fungsi DAS dalam pengaturan
proses, khususnya alih ragam hutan menjadi aliran. Debit sungai juga dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi kondisi DAS yang bersangkutan, sehingga debit aliran sungai
perlu disajikan yang informatif yaitu dalam bentuk hidrograf.

2.4.1 Debit Maksimum (Qmaks)


Perhitungan debit maksimum (Qmaks) dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus Rasional sebagai berikut.
Qmaks = C.I.A
Keterangan :
Qmaks = Debit maksimum (banjir puncak) (m3/detik)

4
C = Koefisien limpasan permukaan, besarnya 0,278 untuk luas
DAS/Sub-DAS (km2), dan 0,00278 untuk luas DAS/Sub-DAS (ha)
I = Intensitas hujan yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (Tc)
(mm/hari)
A = Luas DAS (km2 atau ha tergantung koefisien C).

Keterangan : Rumus Metode Rasional hanya dapat digunakan untuk Sub-DAS


kecil di Pulau Jawa (<5.000 hektar) (Gunawan, 2012) atau (<6.000 hektar) (Hadi,
2005) atau DAS/Sub DAS kecil di luar Pulau Jawa (<10.000 hektar) (PEPDAS,
2010).
Perhitungan Debit maksimum (banjir puncak) di Lapangan (Qmaks) dapat
dilakukan di mulut sungai pada DAS atau Sub-DAS, dengan menggunakan Rumus
Manning. Pengukuran debit maksimum (Qmaks) dengan rumus atau metode Manning
untuk digunakan sebagai pembanding hasil pengukuran debit maksimum dengan
menggunakan Rumus atau Metode Rasional. Pengukuran debit maksimum (Qmaks)
dengan menggunakan Metode Manning dilakukan pada suatu penampang sungai
pada mulut DAS atau Sub-DAS. Adapun rumus yang digunakan dapat dinyatakan
sebagai rumus berikut ini.
Qmaks = 1/n . R2/3 . S1/2 . A
Keterangan :
Qmaks = Debit maksimum (banjir puncak)
R = Jari-jari hidrolis penampang sungai (m)
S = Kemiringan hidrolis muka air sungai pada saat banjir maksimum
terjadi dengan melihat tanda-tanda pada saat terjadi banjir maksimum
(%)
A = Luas penampang sungai (m2)
N = Koefisien kekasaran dasar sungai rata-rata dengan pembobotan.
Catatan : R = A/p (p: perimeter basah penampang sungai).

5
2.4.2 Debit Minimum (Qmin)
Pengukuran debit sungai terkecil (debit minimum) atau debit sungai saat ini
pada saat tidak terjadi banjir dapat dirumuskan sesuai dengan rumus berikut ini.
Qmin = w.d.a.I/t
Keterangan :
Qmin = Debit sungai minimum (m3/detik)
w = Lebar penampang sungai rata-rata (m)
d = kedalaman air sungai rata-rata (m)
a = Koefisien kekasaran dasar penampang sungai rata-rata (%)
1/t = Kecepatan aliran pada seksi sungai rata-rata (m/detik).

Keterangan: seyogyanya setiap pengukuran parameter sungai dilakukan


minimal 3 kali perlakuan. Pengukuran debit banjir maksimum (Qmaks) dapat
dilakukan pada saat musim kemarau dengan melihat tanda-tanda banjir puncak pada
tepipenampang sungai atau menanyakan kepada penduduk setempat (lokal).
Demikian juga pengukuran debit minimum dipilih dalam kondisi debit sungai paling
kecil pada saat musim kemarau. Pada dasarnya debit minimum suatu sungai tidak
pernah sama dengan nol (Qmin tidak 0) karena sebelum air sungai itu mengalir
hingga mulut sungai biasanya di bagian hulu DAS air sungai telah dimanfaatkan oleh
penduduk petani untuk irigasi tradisional. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelusuran di lapangan (river routing) guna mengetahui adanya pengambilan air
sungai di bagian hulu oleh penduduk petani. Pengukuran debit irigasi dilakukan
dengan menggunakan metode pengukuran debit minimum atau Metode Larutan
Garam (Solution method)

2.4.3 Debit Rata-Rata (Qav)


Merupakan rataan dari Debit Maksimum dan Debit Minimum air sungai.

2.5 Koefisien Regim Sungai (Qmaks/Qmin)

6
Parameter karakteristik Hidrologi DAS yang diperoleh dari perbandingan
antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum (Qmin).Apabila nilai besaran
perbandingan antara Qmaks/Qmin besar (>50) berarti lebih banyak kejadian banjir
maksimum yang terjadi, dan sebaliknya kejadian debit minimum dapat sangat-sangat
kecil hanya tidak pernah nol (0).

2.6 Koefisien Penyimpanan/Storage Sungai (Qmin/Qav)


Parameter karakteristik hidrologi DAS yang diperoleh dari perbandingan
antara debit minimum (Qmin) dan debit rata-rata (Qav) atau sering disingkat dengan
parameter Qmin/Qav.

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 28 April 2019, bertempat di sungai
Desa Pematang Gajah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis (ATK),
tali/benang untuk mengikat pelampung, bola untuk membuat pelampung, Stopwatch
untuk menghitung waktu pelampung berjalan, tongkat untuk menandai batas penggal
sungai yang akan diukur, dan meteran untuk mengukur lebar sungai dan panjang
pelampung masuk ke dalam air.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur dalam pengukuran penampang melintang (cross section) dan debit
sungai diantaranya dengan melalui beberapa tahapan yaitu :
 Pengukuran penampang melintang (cross section) sungai
1. Menentukan penggal sungai yang akan diukur debitnya dengan syarat
penggal sungai harus lurus, dan memiliki penampang sungai kurang lebih
seragam.
2. Mengukur kedalaman air dan lebar permukaan air/lebar sungai sesuai alur
perubahan kedalaman dasar sungai seperti gambar berikut:

8
Gambar 1. Pembagian lebar
sungai dan pengukuran
kedalaman untuk
menghitung luas penampang
melintang sungai

9
 Pengukuran debit sungai dengan metode apung
1. Pengukuran dilakukan pada sungai yang telah dibuat profil penampang
sungainya.
2. Menentukan 2 titik pengamatan jalannya pelampung : a. Panjangnya
sekitar 2 sampai 5 m; b. Titik 1 dan titik 2 diberi tanda patok atau kayu.
3. Pelampung dilepas di sebelah hulu titik 1 dengan maksud agar jalannya
pelampung setelah sampai di titik 1 dalam keadaan stabil. Jika pelampung
sampai di titik 2 diberi tanda untuk menghidupkan stopwatch dan jika
pelampung sampai di titik 2 diberi tanda untuk mematikan stopwatch,
kemudian dicatat waktu perjalanannya (t). Untuk mendapatkan kecepatan
rata-rata, pelampung dilepaskan di bagian tepi kiri, tengah dan kanan (3x
pengukuran).
4. Menentukan koefisien pelampung dengan mengukur kedalaman
pelampung yang basah per kedalaman sungai. Berikut ini adalah cara
perhitungan debit dengan metode apung.
a. Koefisien pelampung
K = 1-0.116(√1−∝ −0,1)
𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖 (ℎ)
α= 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 (𝑑)

b. Debit sungai
Q=V×A×K
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
V = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔

A = lebar sungai × kedalaman sungai

Keterangan :
Q = debit sungai.
V = kecepatan pelampung.
A = luas penampang sungai.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


4.1.1 Penampang Sungai
Adapun hasil praktikum penampang sungai dapat dilihat pada tabel dan
gambar penampang melintang (Cross Section) sungai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Penampang Sungai 1


No. Keterangan Lebar (m) Kedalaman (m) Luas (m2)
1 0-1 0.3 0 0.0135
2 1-2 0.3 0.09 0.0435
3 2-3 0.3 0.2 0.075
4 3-4 0.3 0.3 0.1935
5 4-5 0.3 0.99 0.3165
6 5-6 0.3 1.12 0.351
7 6-7 0.3 1.22 0.3705
8 7-8 0.3 1.25 0.3615
9 8-9 0.3 1.16 0.3405
10 9-10 0.3 1.11 0.3
11 10-11 0.3 0.89 0.243
12 11-12 0.3 0.73 0.177
13 12-13 0.3 0.45 0.0675
14 13-14 0.3 0
Total 2.853

11
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9
-0.5

Kedalaman
-1

-1.5
Penampang Melintang (Cross Section)

Gambar 2. Penampang Melintang (Cross Section) 1

Tabel 2. Hasil Pengukuran Penampang Sungai 2


No. Keterangan Lebar (m) Kedalaman (m) Luas (m2)
1 0-1 0.3 0 0.03525
2 1-2 0.3 0.235 0.09075
3 2-3 0.3 0.37 0.13305
4 3-4 0.3 0.517 0.1746
5 4-5 0.3 0.647 0.23955
6 5-6 0.3 0.95 0.29925
7 6-7 0.3 1.045 0.34245
8 7-8 0.3 1.238 0.3882
9 8-9 0.3 1.35 0.411
10 9-10 0.3 1.39 0.4335
11 10-11 0.3 1.5 0.4395
12 11-12 0.3 1.43 0.402
13 12-13 0.3 1.25 0.366
14 13-14 0.3 1.19 0.3105
15 14-15 0.3 0.88 0.2385
16 15-16 0.3 0.71 0.195
17 16-17 0.3 0.59 0.1575
18 17-18 0.3 0.46 0.825
19 18-19 0.3 0.09 0.0135
20 19-20 0.3 0
Total 4.7526

12
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 4.5 4.8 5.1 5.4
-0.5
Kedalaman
-1

-1.5

-2
Penampang Melintang (Cross Section)

Gambar 3. Penampang Melintang (Cross Section) 2

Tabel 3. Hasil Pengukuran Penampang Sungai 3


No. Keterangan Lebar (m) Kedalaman (m) Luas (m2)
1 1-2 0.3 0 0.0105
2 2-3 0.3 0.07 0.0315
3 3-4 0.3 0.14 0.0615
4 4-5 0.3 0.27 0.0975
5 5-6 0.3 0.38 0.1305
6 6-7 0.3 0.49 0.156
7 7-8 0.3 0.55 0.198
8 8-9 0.3 0.77 0.246
9 9-10 0.3 0.87 0.27045
10 10-11 0.3 0.933 0.27555
11 11-12 0.3 0.904 0.2589
12 12-13 0.3 0.822 0.2403
13 13-14 0.3 0.78 0.23265
14 14-15 0.3 0.771 0.20145
15 15-16 0.3 0.572 0.1071
16 16-17 0.3 0.142 0.0213
17 17-18 0.3 0
Total 2.5392

13
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 4.5 4.8
-0.2
Kedalaman

-0.4

-0.6

-0.8

-1
Penampang Melintang (Cross Section)

Gambar 4. Penampang Melintang (Cross Section) 3

4.1.2 Kecepatan Aliran


Adapun hasil praktikum untuk pengukuran debit, dapat diuraikan dengan
rumus debit sebagaimana dalam metodologi praktikum. Data hasil pengukuran
disajikan dalam Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Bola Apung


No. Keterangan Waktu (detik)
1 Tepi kanan (1) 16.8
2 Tepi kanan (2) 22.5
3 Tepi kanan (3) 18.7
4 Tengah (1) 32.2
5 Tengah (2) 33.3
6 Tengah (3) 32.6
7 Tepi kiri (1) 29.7
8 Tepi kiri (2) 34.1
9 Tepi kiri (3) 29.8

14
Menentukan Koefisien Pelampung
Dalam menentukan nilai K, maka nilai α harus didapatkan terlebih dahulu.
Rumus K dan α adalah sebagai berikut :

K = 1- 0,116 (√1− ∝ −0,1)


𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖 (ℎ)
α= 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 (𝑑)

 Menentukan nilai α
Kedalaman tangkai (h) = 3 cm 0.03 m
Kedalaman sungai yang dipakai adalah kedalaman sungai dari penampang 1
yaitu 0.09 m, 0,2 m, 0,3 m, 0,99 m, 1,12 m, 1,22 m, 1,25 m, 1,16 m, 1,11 m,
0,89 m, 0,73 m, 0,45 m.
0.03 0.03
1. α = 0.09 = 0.333333 7. α = 1.25 = 0.024
0.03 0.03
2. α = = 0.15 8. α = 1,16 = 0.025862
0.2
0.03 0.03
3. α = = 0.1 9. α = 1,11 = 0.027027
0.3
0.03 0.03
4. α = 0.99 = 0.030303 10. α = 0.89 = 0.033708
0.03 0.03
5. α = 1,12 = 0.026786 11. α = 0,73 = 0.041096
0.03 0.03
6. α = 1,22 = 0.02459 12. α = 0.45 = 0.066667

Maka, nilai α yang digunakan adalah α rata-rata, dimana α rata-rata adalah


sebagai berikut :
α = 0.333333 + 0.15 + 0.1 + 0.030303+ 0.026786 + 0.02459 + 0.024 +
0.025862 + 0.027027 + 0.033708 + 0.041096 + 0.066667
= 0.883372 / 12
α = 0.073614

15
 Menentukan nilai K
K = 1- 0,116 (√1− ∝ −0,1)
K = 1- 0,116 (√1 − 0.073614 − 0,1)
K = 1- 0.116 (√0.826386)
K = 1- 0.116 × 0.90905775394086
K = 0.894549

 Menentukan nilai V
Dalam menentukan nilai V, jarak yang digunakan adalah jarak dari
penampang 1 sampai ke penampang 3, yaitu 5 m. waktu jalan pelampung
yang dipakai adalah waktu jalan pelampung rata-rata, yang diuraikan sebagai
berikut :
Waktu jalan :
1. 16.8 detik 6. 32.6 detik
2. 22.5 detik 7. 29.7 detik
3. 18.7 detik 8. 34.1 detik
4. 32.2 detik 9. 29.8 detik
5. 33.3 detik
Waktu jalan rata-rata = 16.8 + 22.5 + 18.7 + 32.2 + 33.3 + 32.6 + 29.7 + 34.1
+ 29.8
= 249.7 / 9
= 27.74444 detik
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
V= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
5
V = 27.74444

V = 0.180216

16
 Menentukan nilai Q
Dalam menentukan debit sungai, luas penampang yang dipakai adalah
luas penampang 1 karena pelampung mulai dijalankan dari penampang 1
sampai ke penampang 3. Pengukuran debit sungai diuraikan sebagai berikut :
Q=A×K×V
Q = 2.853 × 0.894549 × 0.180216
Q = 0.459939

4.2 Pembahasan
Luas penampang sungai (A) merupakan penjumlahan seluruh bagian
penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara interval jarak horisontal
dengan kedalaman air. Luas penampang sungai didapatkan dari pengukuran profil
melintang sungai dan kedalaman sungai sehingga luas penampang sungai dapat
diperuntukkan dalam menghitung beberapa parameter dan dapat memberikan sebuah
informasi bagi pembaca sungai yang nantinya sebagai perbandingan data ketika ingin
mengukur luas penampang sungai dengan sungai yang sama.
Setelah sungai yang diukur dengan panjang 5 m dibagi menjadi 3 ulangan,
maka di dapatkan luas penampang sungai yang paling terluas adalah pada
pengukuran sungai ulangan ke-2 dengan luas 4,7526 m2, hal ini ditandai dengan
kondisi sungai pada pengukuran ulangan ke-2 memiliki kedalaman dan profil
melintang tertinggi dari ulangan 1 dan ulangan 3.
Jika dihubungkan dengan besaran sedimen yang berada di sungai pengamatan
dapat diketahui bahwa tingkat sedimen yang berada pada ulangan 3 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ulangan lainnya. Hal ini didapatkan dari tingkat kedalaman
sungai yang bahwa semakin besar material sedimen didalam suatu sungai makan
sungai semakin dangkal. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pangestu (2013), bahwa
jika sedimentasi terjadi, maka perubahan kedalaman (pendangkalan) juga akan terjadi
yang mengakibatkan kemungkinan terjadi banjir. Selain berguna dalam penentuan
parameter tingkat sedimen, luas penampang sungai juga dapat menjadi suatu
indikator dalam menentukan cepat lambatnya suatu aliran sungai. Cepat lambatnya

17
aliran sungai dapat ditentukan dari luasnya sungai dan kedalaman sungai, sehingga
semakin dalam tingkat kedalaman sungai maka semakin cepat aliran sungai dan
sebaliknya.

Dengan menggunakan metode apung, tingkat debit pada pengukuran sungai


memiliki angka 0,4599 m3/s, sehingga dapat dijelaskan bahwa debit sungai yang di
ukur tergolong ke dalam rendah. Hal ini diduga karena adanya faktor luas penampang
dan kedalaman sungai. Pada ulangan 1 memiliki luas penampang 2,853 m, ulangan 2
memiliki luas penampang 4,7526 m dan ulangan 3 memiliki luas penampang 2,5392
sehingga dapat dijelaskan bahwa pada ulangan 1 dan 3 memiliki luas yang lebih kecil
dibandingkan luas penampang ulangan 2 sehingga aliran sungai yang diukur menjadi
lambat.

18
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa setiap ulangan memiliki panjang


profil melintang dan kedalaman sungai yang berbeda yaitu pada ulangan 1 dan 3
memiliki panjang profil melintang yang lebih rendah dibandingkan dengan ulangan 2.
Begitu juga dengan kedalaman sungai yang mana pada ulangan 1 dan 3 memiliki
kedalaman sungai yang lebih rendah dibandingkan dengan ulangan 2, hal ini
diakbitkan dari penambahan jumlah sedimen sehingga terjadi pendangkalan sungai.

Luas penampang yang didapatkan dari pengukuran profil melintang dan


kedalaman sungai memiliki luas yang tidak sama dimana pada luas penampang
ulangan 1 dan 3 memiliki luas penampang yang lebih kecil dibandingkan luas
penampang pada ulangan 3. Hal ini mengakibatkan debit pada sungai yang di ukur
memiliki debit yang rendah yaitu 0,4599 m3 yang di dapatkan pada setiap parameter
yaitu waktu aliran sungai 27,744 detik dengan kecepatan aliran sungai 0,180216 m/s.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada


University Press: Yogyakarta.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta
Badaruddin.2017. Panduan Praktikum Debit Air. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial : P
3/ V-SET/ 2013. Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai.
Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Rencana Teknis Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) – RTKRHL-DAS
Ningkeula, E.S. 2016.Analisis Karakteristik Morfometri dan Hidrologi Sebagai Ciri
Karakteristik Biogeofisik DAS Wai Samal Kecamatan Seram Utara Timur
Kobi Kabupaten Maluku Tengah.Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan
(Agrikan UMMU-Ternate). Vol. 9 E.2.
.

20

Anda mungkin juga menyukai