PENDAHULUAN
2.4 Ternak yang diberi makan di kandang dan kemudahan social dari
makan
Pada system potong dan angkut, peternak mempunyai control yang lengkap
terhadap pakan apa yang dimakan oleh sapi piaraannya dan berapa banyak yang
dimakan. Dimungkinkan untuk memberi pakan dengan komposisi yang seimbang,
memotong pakan menjadi potongan kecil untuk menghindari terbuangnya pakan
tersebut dan sebagainya. Tetapi, walaupun dalam keadaan demikian, tingkah
ingestif dipengaruhi oleh tingkah laku social. Pada saat sapi diberi makan dalam
kelompok, dua factor social bisa mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi.
Tingkah laku agonistic bisa mengurangi jumlah pakan yang dikonsumsi oleh sapi
yang tidak dominan dan kemudahan social bisa meningkatkan jumlah pakan yang
dimakan tersebut. Masalah yang berhubungan dengan sapi subordinat yaitu tidak
mendapatkan cukup pakan yang dimakan atau tidak cukup mendapat pakan
dengan kualitas baik yang tidak terkontaminasi oleh kotoran atau parasit. Cara
yaing disarankan untuk mengurangi pengaruh ini, yaitu dengan memanipulasi
komposisi kelompok dan rencana kandang.
Dalam suatu penelitian, dimana para ahli genetika ingin menggunakan
keadaan pemberian pakan secara individu untuk memilih konversi pakan yang
efisien atau dimana ahli makanan ingin menggunakan kandang metabolism
individu atau calorimeter untuk mendapatkan pengukuran yang tepat untuk
pertukaran metabolism, maka kemudahan social makan harus diperhitungkan.
Ternak sapi dalam kandang metabolisme akan makan hanya 50%-60% dari
jumlah yang dimakan sapi yang dipelihara dalam kelompok.
Kilgour dan Dalton (1984) menyarankan bahwa skala ini dapat digunakan
sebagai suatu dasar terhadap pakan baru, murah dan potensi manfaatnya dapat
diuji. Ada cara yang efektif untuk membuat ternak dapat memakan pakan yang
bernilai gizi tinggi dan murah tetapi baunya tidak disukai ternak yaitu dengan
menutup hidung ternak tersebut.
Lobato dan kelompok penelitinya dan juga Lynch dan kelompok
penelitinya telah mendapatkan bahwa ternak mampu belajar pada awal
kehidupannya dan mempunyai ingatan yang baik dalam jangka waktu yang
panjang. Melihat teman dalam kelompok yang telah berpengalaman memakan
pakan yang baru, dapat membantu ternak yang belum berpengalaman untuk
memakan pakan baru tersebut. Fenomena ini disebut sebagai transmisi social
dalam tingkah laku makan atau belajar berdasarkan pengalaman.
Memberikan masa perkenalan bagi ternak terhadap pakan atau
suplementasi yang mungkin diharapkan untuk dimakan dalam keadaan darurat
merupakan hal yang sangat berguna. Metode sederhana dapat digunakan untuk
mengecek ternak yang mana yang memakan dan tidak memakan pakan yang baru.
Hal ini bisa dikerjakan denagn menggunakan satu tempat pakan. Pada tempat
pakan ini, ternak harus menempatkan kepalanya dan menekan sepotong spons
yang diisi pewarna atau menyentuh benang yang diwarnai. Dengan teknik ini
ternak yang cepat menangkap pelajaran dipindahkan untuk memberi kesempatan
yang lebih lama dan mengurangi persaingan bagi mereka yang lebih ,lambat
belajar. Ternak yang lambat menangkap pelajaran mendapatkan beberapa pakan
yang disenanginya untuk tetap menjaga fungsi rumennya, sementara ternak ini
lambat memulai memakan pakan yang abru.
Masalah baru yang timbul adalah jika pakan tambahan yang mahal lebih
disukai daripada pakan dasar yang murah. Peternak mungkin menghendaki pakan
tersebut sebagai suplementasi, tetapi ternak itu sendiri memperlakukan pakan
tersebut sebagai pakan pengganti, misalnya pada saat kurangnya rumput lapangan
atau rumput gajah yang dipotong dan lebih banyak tambahan konsentrat yang
harganya mahal.
Pencampuran antara pakan yang enak dan tidak enak yang kemudian
menjadi sedikit enak, pemberian pakan yang murah pertama kali, atau dan
pemberian makan tambahan pada waktu yang tidak teratur sehingga ternak tidak
mempunyai pengharapan dan menunggu untuk makan pada waktu tertentu adalah
merupakan jalan pemecahan problem tersebut diatas.
3.1. Kesimpulan
Istilah tingkah laku ingestif ini meliputi bukan hanya memakan pakan
solid tetapi juga menyusui anak dan meminum pakan cair. Mempertahankan
konsumsi pakan yang cukup untuk hidup dan suksesnya reproduksi merupakan
3.2. Saran
Adapun saran dari kelompok kami yaitu semoga kelompok dapat lebih
kompak lagi dalam pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat_Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Tingkah Laku Ingustif” dengan tepa7t waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan materi dan
pencerahan sehingga makalah ini dapat terlaksana dan terbentuk. Semoga
makalah ini bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
Makalah
OLEH :
KELOMPOK II
KELAS C
FAKULTAS PETERNAKAN
KENDARI
2015