Anda di halaman 1dari 52

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Sugiyono (2016:2) mendeskripsikan bahwa metode penelitian adalah cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitaif dengan pendekatan

rum72usan masalah deskriptif dan verifikatif. Pengertian metode penelitian

kuantitatif menurut Sugiyono (2016:8) adalah:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan


untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Selanjutnya, Sugiyono (2014:53) mendeskripsikan bahwa:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain...”.

Sedangkan, metode verifikatif menurut Sugiyono (2014:91):

“...adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan


kausalitas antara variabel melalui suatu pengujian melalui suatu perhitungan
statistik didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau
diterima”.

72
73

Pada penelitian ini, metode deskriptif dan verifikatif digunakan untuk menguji

apakah Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan

terhadap Tax Evasion dan Dampaknya Pada Kepatuhan Wajib Pajak, serta melakukan

pengujian apakah hipotesis yang telah ditentukan diterima atau ditolak.

3.1.1 Objek Penelitian

Sugiyono (2014:13) mendeskripsikan bahwa objek penelitian adalah sasaran

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu

hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu). Objek dalam

penelitian ini adalah Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Tax Evasion dan

Kepatuhan Wajib Pajak.

3.1.3 Model Penelitian

Model penelitian ini merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang

sedang diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan judul skripsi yang penulis kemukakan

yaitu: “Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Tax

Evasion dan Dampaknya Pada Kepatuhan Wajib Pajak”. Maka untuk

menggambarkan hubungan antara variabel independen dan dependen, penulis

memberikan model penelitian yang dinyatakan sebagai berikut:


74

Self Assessment
System (X1)

Tax Evasion (Y) Kepatuhan Wajib


Pemeriksaan Pajak (Z)
Pajak (X2)

Keterangan :
: Pengaruh Parsial

: Pengaruh Simultan

Gambar 3.1
Model Penelitian
75

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.2.1 Definisi Variabel Penelitian

Definisi variabel penelitian menurut Sugiyono (2016:38) adalah segala suatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua variabel utama yaitu

variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Serta terdapat beberapa

variabel pembantu lainnya, antara lain adalah variabel intervening. Dalam penelitian

ini, Peneliti melakukan analisis pada besarnya pengaruh tiga variabel independen

terhadap satu variabel dependen atau analisis Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Tax Evasion dan Dampaknya

Pada Kepatuhan Wajib Pajak. Definisi dari variabel-variabel yang digunakan adalah

sebagai berikut:

3.2.1.1 Variabel Bebas/ Independent Variable (X)

Sugiyono (2016:39) mendefinisikan:

“Variabel independent (bebas) sering disebut sebagai variabel stimulus,


prediktor, antecendent. ...Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat)”.
76

Dalam penelitian ini variabel bebas didefinisikan dalam notasi X. Variabel

bebas dalam penelitian ini yaitu:

a. Self Assessment System (X1)

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:101) definisi self assessment system

adalah sebagai berikut:

“Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi

kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri

kewajiban dan hak perpajakannya.”

Dimensi yang digunakan untuk mengukur Self assessment system

menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:103) adalah sebagai berikut :

“1. Mendaftarkan Diri ke Kantor Pelayanan Pajak


Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi Perpajakan
(KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib
Pajak, dan dapat melalui e-register (media elektronik on-line) untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak
terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan
memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut
dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal
sebagai kredit pajak (pre-payment).
3. Membayar Pajak Dilakukan Sendiri oleh Wajib Pajak
a. Membayar Pajak
1) Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap
bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
2) Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4
(2),PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, 23 dan 26). Pihak lain disini
berupa pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang
ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.
77

3) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah.
4) Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, bea materai.
b. Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun
swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain
melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).
c. Pemotongan dan Pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, 22, 23, 26, PPh
final pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN, dan PPnBM. Untuk PPh
dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa
diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak keluar dan
pajak masukan.
4. Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi
Wajib Pajak didalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat
pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan
pajak, baik yang dilaksanakan Wajib Pajak sendiri maupun melalui
mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak
ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari
pemotongan atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak
yang telah dilakukan.”

b. Pemeriksaan Pajak (X2)

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:245) menyatakan bahwa :

“Pemeriksaan Pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan system Self


Assessment System yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh
padaa Undang-undang perpajakan”

Dimensi yang digunakan untuk mengukur pemeriksaan pajak yaitu tahapan

pemeriksaan pajak. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:286) tahapan

pemeriksaan pajak sebagai berikut :

“ 1. Persiapan Pemeriksa Pajak


Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi
78

kegiatan sebagai berikut:


a. Mempelajari berkas wajib pajak/ berkas data
b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak
c. Mengidentifikasi masalah
d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak
e. Menentukan ruang lingkup pemeriksa
f. Menyusun program pemeriksaan
g. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam
h. Menyediakan sarana pemeriksaan
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
pemeriksa meliputi:
a. Memeriksa di tempat wajib pajak
b. Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern
c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan
d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan dan
dokumen-dokumen
e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga
f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak
g. Melakukan sidang penutup (Closing Conference)
3. Teknik dan Metode Pemeriksaan
Program pemeriksaan adalah pernyataan pilihan dan urutan metode, teknik
dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa dalam
melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
a. Metode langsung
b. Metode tidak langsung
c. Metode pemeriksaan transaksi afiliasi
4. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan
a. Kertas kerja pemeriksaan
b. Laporan hasil pemeriksaan.”

3.2.1.2 Variabel Penengah/ Intervening Variable (Y)

Menurut Sugiyono (2016:39) mendefinisikan:

“Variabel intervening (penghubung) adalah variabel yang secara teoritis


mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel
ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel
independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen”.
79

Dalam penelitian ini, variabel penengah atau selanjutnya dinotasikan sebagai

Y adalah Tax Evasion.

Tax Evasion menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:147), yaitu:

“Penggelapan Pajak (tax evasion) merupakan usaha aktif Wajib Pajak dalam
hal mengurangi, menghapuskan, manipulasi ilegal terhadap utang pajak
atau meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah
terutang menurut aturan perundang-undangan”

Dimensi yang digunakan untuk mengukur pemeriksaan pajak yaitu bentik

tindakan tax evasion . Menurut Moh. Zain (2008:52), yaitu sebagai berikut:

“ 1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).


2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tidak benar.
3. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan
Pengusahan Kena Pajak (PKP).
4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong
5. Berusaha menyuap fiskus.”

3.2.1.3 Variabel Terikat/ Dependent Variable (Z)

Sugiyono (2016:39) menyatakan bahwa variabel dependen atau juga sering

disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel dependen (terikat)

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel penelitian yang diukur untuk

mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel

terikat atau selanjutnya dinotasikan sebagai Z adalah Kepatuhan Wajib Pajak.


80

Terdapat definisi mengenai Kepatuhan Wajib Pajak menurut Chaizi Nasucha

dalam Siti Kurnia Rahayu (2013:139) mengemukakan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak adalah Kepatuhan WP dalam mendaftarkan diri,

kepatuhan untuk menyetorkan kembali SPT, kepatuhan dalam perhitungan dan

pembayaran pajak terutang, kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”.

Dimensi yang digunakan untuk mengukur kepatuhan Wajib Pajak menurut

Chaizi Nasucha dalam Erly Suandy (2014: 97) kepatuhan Wajib Pajak dapat

diidentifikasi dari:

“1. Patuh terhadap kewajiban intern


2. Patuh terhadap kewajiban tahunan
3. Patuh terhadap ketentuan material dan yuridis formal perpajakan”.

Kepatuhan Wajib Pajak secara formal menurut Undang-Undang KUP dalam

Erly Suandy (2014: 119) adalah sebagai berikut:

“1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri


Pasal 2 Undang-undang KUP menegaskan bahwa setiap Wajib Pajak
mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Khusus
terhadap pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang
PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang KUP menegaskan bahwa setiap
Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pembertitahuan (SPT) dalam bahasa
Indonesia serta menyampaikan ke kantor pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar.
81

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak


Kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas Negara
melalui kantor pos atau bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran
lainnya yang ditetapkan Menteri Keuangan.
4. Kewajiban membuat pembukuan dan atau pencatatan
Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan
membuat pembukuan (Pasal 28 ayat (1)). Sedangkan pencatatan
dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usahanya atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa, harus menaati ketentuan dalam
rangka pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan dan/
atau meminjamkan buku atau catatan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, memberi kesempatan
untuk memasuki tempat ruangan yang dipandang perlu dan memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan, serta memberikan keterangan yang
diperlukan oleh pemeriksa pajak.
6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak
Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau penyelenggara
kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang dilakukan dan
menyetorkan ke ka negara. Hal ini sesuai dengan prinsip withholding
system”

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

S Nur Indrianto dan Bambang Supomo (2011:69) mendefinisikan

operasional variabel sebagai berikut:

“Adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.


Definisi operasionalisasi menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct sehingga memungkinkan
bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara
yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih
baik”
82

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel penelitian

ke dalam konsep dimensi dan indikator yang akan menjadi bahan penyusunan

instrumen kuesioner.

Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu, “Pengaruh self assessment

system dan pemeriksaan pajak terhadap Tax Evasion dan dampaknya pada Kepatuhan

wajib pajak” terdapat lima variabel yaitu:

1. Self Assessment System sebagai variabel independen (X1)

2. Pemeriksaan Pajak sebagai variabel independen (X2)

3. Tax Evasion sebagai variabel intervening (Y)

4. Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel dependen (Z)

Maka operasionalisasi atas variabel independen, dependen, maupun

intervening dapat dijelaskan dengan uraian dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Independen
Self Assessment System (X1)

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Item

Self “Self 1. Mendaftarkan a. Mendaftarkan Ordinal 1


Assessment assessment diri ke Kantor diri ke Kantor
System system adalah Pelayanan Pelayanan
suatu sistem Pajak Pajak (KPP)
(X1) sesuai
perpajakan
yang wilayahnya.
b. Mendapatkan Ordinal 2-3
memberi
NPWP
kepercayaan
kepada Wajib
83

Pajak untuk 2. Menghitung a. Menghitung Ordinal 4


memenuhi pajak oleh pajak terutang
dan Wajib Pajak b. Memperhitun Ordinal 5
melaksanaka gkan kredit
n sendiri pajak
kewajiban
3. Membayar a. Membayar Ordinal 6
dan hak
pajak pajak terutang
perpajakanny
dilakukan b. Pelaksanaan Ordinal 7
a”. sendiri oleh pembayaran
Wajib Pajak. pajak
c. Pemotongan Ordinal 8
Siti Kurnia dan
Rahayu pemungutan
4. Pelaporan a. Melaporkan Ordinal 9-10
(2013:101) dilakukan dan
oleh Wajib mempertanggu
Pajak. ngjawabkan
perhitungan
jumlah pajak
yang
sebenarnya
terutang.
b. Melaporkan Ordinal 11
pembayaran
atau pelunasan
pajak.
c. Melaporkan Ordinal 12
harta dan
kewajiban.
d. Pembayaran Ordinal 13-14
dari pemotong
dan pemungut
yang telah
dilakukan.
Sumber : Siti Kurnia Rahayu (2013:103)
84

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Independen
Pemeriksaan Pajak (X2)

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Item

Pemeriksaan “Pemeriksaan 1. Persiapan a. Mempelajari Ordinal 15


Pajak Pajak Pemeriksaan berkas Wajib
merupakan Pajak Pajak/berkas
(X2) data.
hal
pengawasan b. Menganalisis Ordinal 16
pelaksanaan SPT dan
laporan
system Self
keuangan
Assessment Wajib Pajak
System yang c. Mengidentifik Ordinal 17
dilakukan asi masalah
oleh wajib d. Melakukan Ordinal 18
pajak, harus pengenalan
berpegang lokasi Wajib
teguh padaa Pajak
Undang- e. Menetapkan Ordinal 19
undang ruang lingkup
perpajakan” pemeriksaan
f. Menyusun Ordinal 20
. program
pemeriksaan
g. Menentukan Ordinal 21 - 22
(Siti Kurnia buku-buku
Rahayu dan dokumen
yang akan
2013:245)
dipinjam
h. Menyediakan Ordinal 23
sarana
pemeriksaan

2. Pelaksanaan a. Memeriksa di Ordinal 24


Pemeriksaan tempat Wajib
Pajak
b. Melakukan Ordinal 25
penilaian atas
85

Sistem
Pengendalian
Intern
c. Memutakhirk Ordinal 26-27
an ruang
lingkup dan
program
pemeriksaan.
d. Melakukan Ordinal 28-30
pemeriksaan
atas buku-
buku, catatan-
catatan, dan
dokumen-
dokumen.
e. Melakukan Ordinal 31
konfirmasi
kepada pihak
ketiga
f. Memberitahu Ordinal 32
kan hasil
pemeriksaan
kepada Wajib
Pajak
g. Melakukan Ordinal 33
sidang
penutup
(Closing
Conference)
3. Teknik dan a. Metode Ordinal 34
Metode Langsung
Pemeriksaan b. Metode Tidak Ordinal 35
Langsung
c. Metode Ordinal 36
Pemeriksaan
Transaksi
Afiliasi
86

4. Penyusunan a. Penyusunan Ordinal 37-38


kertas kerja kertas kerja
pemeriksaan pemeriksaan
dan laporan
dan laporan
hasil
hasil pemeriksaan
pemeriksaan.
Sumber : Siti Kurnia Rahayu (2013:286)

Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Intervening

Tax Evasion (Y)

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala Item


Tax Evasion “Penggelapan Bentuk tindakan a. Tidak Ordinal 39
Pajak (tax evasion) menyampaika
(Y) Tax Evasion
adalah merupakan n SPT
pengurangan pajak b. Menyampaika
yang dilakukan n SPT dengan
dengan melanggar tidak benar Ordinal 40
c. Tidak
peraturan
mendaftarkan
perpajakan seperti diri atau
memberi data-data menyalahguna
palsu atau kan NPWP Ordinal 41-42
menyembunyikan atau
data. Dengan pengukuhan
demikian, PKP
penggelapan pajak d. Tidak
dapat dikenakan menyetorkan Ordinal 43
sanksi pidana”. pajak yang
telah dipotong
Erly Suandy atau dipungut
e. Berusaha
(2014:21) Ordinal 44
. menyuap
fiskus.
87

Sumber: Moh. Zain (2008:52)

Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Dependen
Kepatuhan Wajib Pajak (Z)

Operasional Variabel Dimensi Indikator Skala Item

Kepatuhan Wajib a. Wajib Pajak Ordinal 45


Pajak melaporkan SPT
1. Patuh terhadap Masa PPN
(Variabel Z) kewajiban dengan tepat
intern waktu
b. Wajib Pajak Ordinal 46
“Kepatuhan wajib melaporkan SPT
pajak adalah Masa PPh dengan
Kepatuhan WP dalam tepat waktu
mendaftarkan diri,
c. Wajib Pajak Ordinal 47
kepatuhan untuk
menyetorkan kembali membayar
SPT, kepatuhan dalam angsuran pajak
perhitungan dan
pembayaran pajak setiap bulan
terutang, kepatuhan dengan tepat
dalam pembayaran
waktu
tunggakan”.
a. Wajib Pajak aktif Ordinal 48
menghitung pajak
berdasarkan
Sumber : 2. Patuh terhadap sistem self
(Siti Kurnia Rahayu kewajiban assestment
2013 : 139) tahunan Ordinal 49
b. Wajib Pajak tidak
memiliki
88

tunggakan pajak
atau melunasi
pajak terutang
3. Patuh terhadap a. Mendaftarkan Ordinal 50
ketentuan diri sebagai wajib
material dan pajak
yuridis formal b. Mengisi SPT Ordinal 51-52
perpajakan dengan lengkap
dan benar sesuai
Erly Suandy dengan besarnya

(2014: 97) pajak terutang


yang sebenarnya
c. Wajib pajak Ordinal 53
membayar atau
menyetor pajak
yang dipotong
atau dipungut
d. Wajib Pajak Ordinal 54
melakukan
pembukuan
sesuai dengan
ketentuan yang
telah ditetapkan
89

e. Wajib Pajak Ordinal 55-56

melakukan
pemungutan dan
pemotongan
pajak

f. Wajib Pajak Ordinal 57


mentaati
pemeriksaan
pajak
Erly Suandy (2014:119)
90

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2014:389) populasi adalah:

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono diatas, maka dalam

penelitian ini populasi yang ditentukan oleh penulis adalah 57 Account

Representative pada KPP Madya Bandung dan KPP Pratama di Kota Bandung

Tabel 3.5

Populasi Account Representative di KPP Pratama di Kota Bandung (sumber:


Kanwil DJP Jabar 1)
No Kantor Pelayanan Pajak Account Representative

1. KPP Madya Bandung 25

2. KPP Pratama Bandung Majalaya 27

3. KPP Pratama Bandung Cicadas 21

4. KPP Pratama Bandung Tegalega 25

5. KPP Pratama Bandung Bojonagara 23

Jumlah 121
91

3.3.2 Sampel

Menurut (Sugiyono, 2016:81) menyatakan bahwa :

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian
suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan
statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat
berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya,
dengan istilah lain harus representatif (mewakili)”.
Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada

persamaan yang dirumuskan oleh Slovin dengan rujukan (Principles and Methods of

Research), selain itu karena jumlah populasi (N) diketahui dengan pasti, maka untuk

menentukan ukuran sampel (n) sebagai berikut:

n= N
1+Ne²

Keterangan:
n = ukuran sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat presisi/batas toleransi kesalahan
pengambilan sampel.

Pengambilan sampel ini dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% atau nilai

kritis 5% dengan pertimbangan nilai kritis tersebut digunakan dalam penelitian

sebelumnya. Sesuai dengan rumus diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:


92

Berdasarkan penghitungan tersebut maka sampel yang diambil dibulatkan

menjadi sebanyak 93 Account Representative. Dibawah ini merupakan distrubusi

sampel yang dilakukan peneliti :

Tabel 3.6
Distribusi Sampel
No Kantor Pelayanan Pajak Account Distribusi
Representative Sampel

1. KPP Madya Bandung 25 x 93 = 19

KPP Pratama Bandung x 93 = 21


2. 27
Majalaya
KPP Pratama Bandung x 93 = 16
3. 21
Cicadas
KPP Pratama Bandung x 93 = 19
4. 25
Tegalega
KPP Pratama Bandung x 93 = 18
5. 23
Bojonagara
Jumlah 121 93
93

3.3.3 Teknik Sampling


Dalam menarik sampel dalam sebuah penelitian, dibutuhkan adanya suatu

teknik yang harus digunakan oleh setiap peneliti. Terkait dengan hal ini, Sugiyono

(2016:121) berpendapat bahwa teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan

menjadi dua, yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah

teknik Probability Sampling dengan menggunakan metode Simple Random Sampling.

Metode simple random sampling dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dan anggota populasi relatif homogen.

Menurut Sugiyono (2016:122) mengemukakan Probability Sampling sebagai

berikut :

“Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan


peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Adapun jenis-jenis dari teknik Probability Sampling adalah
meliputi Simple Random Sampling, Propotionate Stratified Random
Sampling, Disproportionate random sampling dan Area Random Sampling.”

Menurut Sugiyono (2016:122) mengemukakan sample random sampling

sebagai berikut :

“Sample random sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.”


94

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data penelitian yang

diperoleh atau dikumpulkan langsung dari sumber asli (tanpa perantara).

Sugiyono (2016:308) menyatakan sumber primer adalah:


“sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sedangkan sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban
atas kuesioner yang dibagikan kepada responden. Selain itu, data yang
digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai literatur seperti
penelitian sebelumnya, dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti”.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016:187) dalam proses pengumpulan data terdapat dua

jenis sumber data yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Dalam penelitian ini,

data yang digunakan penulis adalah jenis data primer, yaitu data yang didapatkan dari

hasil penyebaran kuesioner pada Account Representative pada KPP Madya Bandung,

dan KPP Pratama di Kota Bandung.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis berkaitan

dengan jenis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan.

Studi lapangan (field research) dalam penelitian ini dikaitkan dengan jenis data

primer. Untuk memperoleh informasi serta hasil penelitian yang diharapkan, dalam

penelitian ini penulis melakukan penelitian lapangan dengan cara pengamatan


95

langsung dan penyebaran kuesioner. Adapun penjelasan dari keduanya adalah sebagai

berikut:

a. Pengamatan Langsung (Observation)

Pengamatan Langsung (Observation) merupakan suatu teknik dalam

pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di

lapangan guna memperoleh informasi yang mendukung dan diperlukan

dalam penelitian.

b. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada sejumlah

responden untuk kemudian diambil hasilnya untuk keperluan data

penelitian dari jawaban para responden tersebut.

3.5. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.5.1 Metode Analisis Data

Untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang telah dirumuskan maka

data yang dapat dikumpulkan atau diperoleh itu harus dianalisis. Analisis data dalam

penelitian merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola kategori dan kesatuan uraian dasar. Untuk membuktikan kebenaran

hipotesa, dalam arti apakah hipotesa diterima atau ditolak, maka dari data-data yang

diperoleh itu dianalisa secara statistik.


96

Menurut Sugiyono (2016:147) yang dimaksud teknik analisis data adalah:

“Kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain tekumpul.
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Untuk menilai variabel X 1, X2, Y dan

Z.

3.5.1.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk

mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan mengenai indikator-indikator dalam variabel yang ada pada

penelitian. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan

kuesioner, dimana yang diteliti adalah sampel yang telah ditentukan sebelumnya.

Membagikan daftar kuesioner ke bagian-bagian yang telah ditetapkan, dengan tujuan

mendapatkan keakuratan informasi yang diinginkan.

Adapun cara untuk menilai variabel independen (X), dan variabel dependen

(Y) analisis akan dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata atau mean pada setiap

variabel. Nilai rata-rata ini didapat dengan cara menjumlahkan data keseluruhan

dalam setiap variabel kemudian dibagi dengan jumlah responden yang ditentukan

oleh penulis. Rumus rata-rata secara umum adalah sebagai berikut :


97

Variabel X : Me = Variabel Y : Me = variabel Z : Me =

Dimana:
Me = Mean (rata-rata) Xi = Nilai variabel X ke-i sampai ke-n

∑ = Jumlah yi = Nilai variabel y ke-i sampai ke-n

n = Jumlah responden zi = nilai variabel z ke-i sampai ke-n

Setelah nilai rata-rata dari masing-masing variabel berhasil didapat, maka

langkah selanjutnya adalah membandingkannya dengan kritera yang sudah ditentukan

berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah pada hasil kuesioner. Adapun nilai

tertinggi dan terendah tersebut ditentukan dari banyaknya pernyataan atau pertanyaan

yang terdapat dalam kuesioner kemudian dikalikan dengan skor terendah yaitu 1

(satu) dan skor tertinggi yaitu 5 (lima) menggunakan skala likert.

Sugiyono (2016:136) memberikan pendapatnya mengenai pengertian dari skala

likert yaitu sebagai berikut:

“Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial.”

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel-variabel penelitian yang

akan diukur dijabarkan kembali menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen-instrumen yang

dapat berupa pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner penelitian.


98

Kuesioner yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bersifat tertutup

dengan jawaban yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Tidak ada jawaban yang

salah, namun setiap instrumen dalam skala likert memiliki gradasi nilai dari sangat

tinggi sampai ke nilai yang sangat rendah sesuai dengan standar skor yang sudah

ditentukan sebelumnya.

Menurut Sugiyono (2016:137), untuk keperluan analisis kuantitatif, maka

standar skor atas instrumen pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner penelitian

dapat dimisalkan sebagai berikut:

Tabel 3.7
Bobot Penilaian Pertanyaan atau pernyataan Kuesioner

No. Pilihan Jawaban Skor


Sangat baik/ Sangat
1. Memberatkan/Sangat Baik/Sangat 5
Patuh/Sangat Tinggi
2. Baik/ Memberatkan/Baik/Patuh/Tinggi 4
Cukup baik/ Cukup
3. Memberatkan/Cukup Baik/Cukup 3
Patuh/Cukup Tinggi
Kurang baik/Tidak
4. Memberatkan/Kurang Baik/Tidak 2
Patuh/Rendah
Tidak baik/Sangat tidak
5. memberatkan/Tidak Baik/Sangat Tidak 1
Patuh/Sangat Rendah
99

Setelah mengetahui kriteria jawaban kuesioner diatas, langkah selanjutnya

adalah peneliti akan menentukan panjang interval dan menetapkan skor kuesioner

untuk masing-masing variabel penelitian sebagai berikut:

a. Kriteria untuk menilai Self Assessment System (X1)

Untuk menilai variabel pemeriksaan pajak dengan pernyataan dalam kuesioner

adalah 14 pernyataan, sehingga:

Nilai Terendah : (1x14) = 14

Nilai Tertinggi : (5x14) = 70

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut :

( = 11,2

Maka, kriteria untuk nilai variabel Self Assessment System (X1) ditentukan

sebagai berikut:

Tabel 3.8
Kriteria Self Assessment System

Nilai Kriteria
14 – 25,2 Tidak Baik
25,2 – 36,4 Kurang Baik
36,4 – 47,6 Cukup Baik
47,6 –58,8 Baik
58,8 – 70 Sangat Baik
100

b. Kriteria untuk menilai Pemeriksaan Pajak (X2),

Untuk menilai variabel pemeriksaan pajak dengan banyaknya pernyataan dalam

kuesioner adalah 23 pernyataan, sehingga:

Nilai terendah = (1x23) = 23

Nilai tertinggi = (5x23) = 115

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

( = 18,4

Maka kriteria untuk nilai variabel pemeriksaan pajak (X2) adalah sebagai berikut

Tabel 3.9

Kriteria Pemeriksaan Pajak

Nilai Kriteria
23 – 41,3 Tidak Baik
41,4 – 59,7 Kurang Baik
59,8 – 78,1 Cukup Baik
78,2 – 96,5 Baik
96,6 - 115 Sangat Baik

c. Kriteria untuk menilai Tax Evasion (Y)

Untuk menilai variabel tax evasion dengan banyaknya pernyataan dalam

kuesioner adalah 6 pernyataan, sehingga:

Nilai Terendah : (1x6) = 6

Nilai Tertinggi : (5x6) = 30


101

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut : ( = 4,8

Maka, kriteria untuk nilai variabel tax evasion (Y) ditentukan sebagai berikut:

Tabel 3.10

Kriteria Tax Evasion

Nilai Kriteria
6 – 10,8 Sangat Tinggi
10,8 – 15,6 Tinggi
15,6 – 20,4 Cukup Rendah
20,4 – 25,2 Rendah
25,2 – 30 Sangat Rendah

d. Kriteria untuk menilai Kepatuhan Wajib Pajak (Z)

Untuk menilai variabel Kepatuhan wajib pajak dengan banyaknya pernyataan

dalam kuesioner adalah 13 pernyataan, sehingga:

Nilai Terendah : (1x13) = 13

Nilai Tertinggi : (5x13) = 65

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut :

( = 10,4

Maka, kriteria untuk nilai variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Z) ditentukan sebagai

berikut:
102

Tabel 3.11

Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Nilai Kriteria
13 – 23,4 Sangat Tidak Patuh
23,4– 33,8 Tidak Patuh
33,8– 44,2 Cukup Patuh
44,2 – 54,6 Patuh
54,6 – 65 Sangat Patuh

3.5.1.2 Pengujian Validitas dan Reliabiltas Instrumen

3.5.1.2.1 Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas adalah pengujian yang ditujukan untuk mengetahui suatu data

dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Sugiyono (2014:121)

menyatakan bahwa: “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan analisis

item, yaitu dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan

skor total. Menurut Sugiyono (2014:188) menyatakan bahwa:

“Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang


merupakan teknik yang paling banyak digunakan dan item yang mempunyai
korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi,
menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula”.
103

Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah dengan r =

0,3, jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir

dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid. Adapun rumus untuk menguji

validitas yaitu menggunakan korelasi person (product moment) adalah:

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson

Σxy = Jumlah perkalian variabel X dan Y

Σx/ Σy = Jumlah nilai variabel X/Y

Σy2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel Y

n = Banyaknya sampel

3.5.1.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk menguji reabilitas dalam penelitian ini yaitu menggunakan pengujian

reliabilitas dengan internal consistency. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui

seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama. Metode

yang digunakan metode koefisien reliabilitas yang paling sering digunakan karena

koefisien ini menggunakan variasi dari item item baik untuk format benar atau salah

atau bukan, seperti format pada skala likert. Sehingga koefisien alpha cronbach’s
104

merupakan koefisien yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal

consistency. Adapun rumusnya yaitu:

{ }

Keterangan:

k = Mean kuadrat antara subjek Σsi² = Mean kuadrat kesalahan

St² = Varians total

Syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah apabila koefisien

alpha cronbach’s yang didapat 0,6. Jika koefisien yang didapat kurang dari 0,6 maka

instrumen penelitian tersebut dinyatakan tidak reliabel. Apabila dalam uji coba

instrumen ini sudah valid dan reliabel, maka dapat digunakan untuk pengukuran

dalam rangka pengumpulan data.

3.5.1.3 Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval

Mentransformasikan data dari ordinal ke interval gunanya untuk memenuhi

sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala

interval. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut :

a). Menentukan frekuensi setiap responden yaitu banyaknya responden yang

memberikan respon untuk masing-masing kategori yang ada.


105

b). Menentukan nilai proporsi setiap responden yaitu dengan membagi setiap

bilangan pada frekuensi, dengan banyaknya responden keseluruhan.

c). Jumlahkan proporsi secara keseluruhan (setiap responden), sehingga

diperoleh proporsi kumulatif.

d). Tentukan nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif.

e). Menghitung Scala Value (SV) untuk masing-masing responden dengan

rumus:

(densitas pada batas bawah – densitas pada batas atas)


SV
= (area di bawah batas atas – area di bawah batas bawah)

f). Mengubah Scala Value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (=1) dan

mentranformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala

terkecil sehingga diperoleh Transformed Scaled Value, dengan rumus:

3.5.1.4 Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menguji

kebenaran hipotesis yang berarti menguji kebenaran teori yang sudah ada, yaitu

dengan menganalisis:

1. Seberapa besar pengaruh Self Assessment Sytem dan Pemeriksaan Pajak

terhadap Tax Evasion secara parsial pada Kantor Pelayanan Pajak di

wilayah Kota Bandung..


106

2. Seberapa besar pengaruh Self Assessment Sytem dan Pemeriksaan Pajak

terhadap Tax Evasion secara simultan pada Kantor Pelayanan Pajak di

wilayah Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Tax Evasion terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung.

4. Sebera besar pengaruh Self Assessment Sytem dan Pemeriksaan Pajak

secara parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak melalui Tax Evasion

Pajak sebagai variable intervening pada Kantor Pelayanan Pajak di

wilayah Kota Bandung.

5. Sebera besar pengaruh Self Assessment Sytem dan Pemeriksaan Pajak

secara simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak melalui Tax Evasion

Pajak sebagai variable intervening pada Kantor Pelayanan Pajak di

wilayah Kota Bandung.

Metode analisis verifikatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur digunakan untuk

menganalisa pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui besarnya

pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap

variabel terikat. Selain itu analisis jalur merupakan suatu tipe analisis multivariate

untuk mempelajari efek-efek langsung dan tidak langsung dari sejumlah variabel

yang dihipotesiskan sebagai variabel sebab terhadap variabel lainnya yang disebut

variabel akibat. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model
107

berdasarkan landasan teori. Data dalam penelitian ini akan diolah dengan

menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

3.5.1.4.1Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Ghozali (2013:249) menyatakan bahwa:

“Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis linear berganda, atau


analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan teori”.

Analisis jalur sendiri tidak dapat digunakan sebagai subtitusi bagi peneliti

untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel

telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan

oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel

dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas

imajiner (Imam Ghozali, 2011:210).

Besarnya pengaruh tidak langsung dapat ditentukan dengan cara mengalihkan

masing-masing koefisien pengaruh langsung dari persamaan penelitian (Imam

Ghozali, 2011:164). Dalam pengolahan menggunakan software SPSS, koefisien jalur

dapat dilihat pada nilai standarized coefficient “Beta”.

Menurut Juliansyah Noor (2014:86), syarat yang harus dipenuhi untuk

melakukan analisis jalur adalah hubungan antar variabel dalam model harus linier.

Dengan demikian langkah awal yang akan dilakukan adalah melakukan analisis

regresi. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan

dan uji linieritas data.


108

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat

untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak.

Dalam model regresi linier, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error yang

berdistribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan

pengujian setara statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test

Normality Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS.

Menurut Ghozali (2011:160) mengemukakan bahwa :

“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,


variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai variabel
bebas dan variabel terikat berdistribusi normal.”

Menurut Singgih Santoso (2012:393) dasar pengambilan keputusan

dapat dilakukan dengan melihat angka probabilitasnya, yaitu:

 Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal. 

 Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak
normal. 

2) Uji Linieritas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas

sebagai prediktor mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel terikat. Uji

linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis variansi terhadap garis regresi yang
109

nantinya akan diperoleh harga Fhitung.

Selanjutnya harga Fhitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan

Ftabel pada taraf signifikan 5%. Kriterianya apabila Fhitung lebih kecil atau sama

dengan Ftabel pada taraf signifikan 5% maka terdapat hubungan linier antara variabel

bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, apabila Fhitung lebih besar dari pada

Ftabel maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat tidak linier.

Adapun rumus yang digunakan dalam uji linieritas :

Keterangan :

F = Bilangan F garis regresi

= Rata-rata hitung kuadrat garis regresi


= Rata-rata hitung kuadrat garis residu

(Burha Nurgiyantoro, 2012:288)

Dengan pedoman sebagai berikut :


Jika ℎ > l, maka pengaruh tidak linier
Jika ℎ ≤ l, maka pengaruh linier

3.5.1.4.1.2 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Dalam analisis jalur sebelum peneliti melakukan analisis suatu penelitian,

terlebih dahulu peneliti membuat diagram jalur yang digunakan untuk

mempresentasikan permasalahan dalam bentuk gambar dan menentukan

persamaan struktural yang menyatakan hubungan antar variabel pada diagram

jalur tersebut.
110

Juliansyah Noor (2014:81) menyatakan bahwa:

“Diagram jalur dapat digunakan untuk menghitung pengaruh langsung dan


tidak langsung dari variabel eksogen terhadap suatu variabel endogen.
Pengaruh-pengaruh itu tercermin dalam apa yang disebut dengan koefisien
jalur, dimana secara matematik analisis jalur mengikuti mode struktural”.

a. Diagram Jalur

Langkah pertama dalam analisis jalur adalah merancang diagram jalur

sesuai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian.

Berdasarkan judul penelitian, maka model analisis jalur dalam penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

X1
𝜀
𝜌𝑦𝑥 𝜀

𝜌𝑧𝑦 Z
Y

X2 𝜌𝑦𝑥

Gambar 3.2
Diagram Jalur
111

b. Persamaan Struktural

Menurut Juliansyah Noor (2014:84) persamaan struktural adalah

persamaan yang menyatakan hubungan antar variabel pada diagram jalur

yang ada. Berdasarkan diagram jalur pada Gambar 3.2 di atas, dapat

diformulasikan ke dalam bentuk persamaan struktural, yaitu:

1. Persamaan jalur sub struktur pertama:


𝜀

X1 𝜌𝑌𝑋 Y

Y = 𝜌𝑌𝑋 𝑋 Ԑ

Gambar 3.3
Sub Struktur Pertama : Diagram Jalur X1 terhadap Y

X2 𝜌𝑌𝑋 Y

Y = 𝜌𝑌𝑋 𝑋 Ԑ

Gambar 3.4
Sub Struktur Pertama : Diagram Jalur X2 terhadap Y
112

2. Persamaan jalur substruktur ke- dua:

X1
𝜌𝑦𝑥
𝜀

X2
𝜌𝑦𝑥

Y=

Gambar 3.5
Sub Struktur Ke-dua : Diagram Jalur X1 dan X2 terhadap Y

3. Persamaan jalur substruktur ke-tiga:

Y 𝜌𝑧𝑦 Z

Y = 𝜌𝑍𝑦 𝑌 Ԑ

Gambar 3.6
Sub Struktur Ke-tiga : Diagram Jalur Y terhadap Z
113

4. Persamaan jalur substruktur ke-empat:

𝜌𝑌𝑋 𝜌𝑍𝑌

Z
X1 𝜌𝑍𝑋

Gambar 3.7
Sub Struktur Ke-empat : Diagram Jalur X1 terhadap Z dan
X1 terhadap Z melalui Y

𝜌𝑌𝑋 𝜌𝑍𝑌

X2 𝜌𝑍𝑋 Z

Gambar 3.8
Sub Struktur Ke-empat : Diagram Jalur X2 terhadap Z dan
X2 terhadap Z melalui Y
114

5. Persamaan jalur substruktur ke-lima:

X1 Y

𝜀
𝜌𝑦𝑥 𝜀

𝜌𝑧𝑦 Z
Y

X2 𝜌𝑦𝑥

Z=

Gambar 3.9
Sub Struktur Ke-empat : Diagram Jalur X1, X2, dan Y terhadap Z

Keterangan:

= Self Assessment System

= Pemeriksaan Pajak

Y = Tax Evasion

Z = Kepatuhan Wajib Pajak

= Hubungan korelasi antara Selft Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak

= Koefisien Jalur Selft Assessment System terhadap Tax Eavasion

= Koefisien Jalur Pemeriksaan Pajak terhadap Tax Eavasion


115

Ԑ1 = Faktor lain yang mempengaruhi Tax Evasion

= Koefisien Jalur Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Tax Evasion

Ԑ2 = Faktor lain yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

3.5.1.4.2 Koefesien Korelasi

Untuk memperoleh nilai koefesien korelasi dari masing-masing variabel

independen, pertama hitung korelasi antar variabel menggunakan rumusan kolerasi

Pearson Product Moment sebagai berikut:

N  XY  ( X ).( Y )
rxy 
N  X 2

 ( X ) 2 . N  Y 2  ( Y ) 2 

Keterangan:

= Koefisien korelasi

X = Variabel independen

Y = Variabel dependen

Pada dasarnya, nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai dengan +1 atau secara

sistematis dapat ditulis -1< r < +1.

a. Bila r = 0 atau mendekati nol, maka hubungan antara kedua variabel sangat

lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali sehungga tidak mungkin

terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


116

b. Bila 0 < r < 1, maka korelasi antara kedua variabel dapat dikatakan positif

atau bersifat searah, dengan kata lain kenaikan atau penurunan nilai-nilai

variabel independen terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan

nilai-nilai variabel dependen.

c. Bila -1 < r < 0, maka korelasi antara kedua variabel dapat dikatakan negatif

atau bersifat berkebalikan, dengan kata lain kenaikan nilai-nilai variabel

independen akan terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai variabel

dependen atau sebaliknya.

Kemudian nilai koefisien korelasi diinterpretasikan berdasarkan kriteria pada

tabel berikut :

Tabel 3.12
Pedoman interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2014: 184)
117

3.5.1.4.3 Koefisien Determinasi ( )

Setelah koefesien kolerasi diketahui, maka selanjutnya adalah menghitung

koefesien determinasi, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen. Rumus koefesien determinasi adalah sebagai

berikut:

KD = R2 x 100%

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi
R = Koefisien Korelasi

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

yang signifikan antara variabel independen kepada variabel dependen. Dalam

pengujian hipotesis ini, peneliti menetapkan dengan menggunakan uji signifikan,

dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).

Hipotesis nol (Ho) adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen

sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa adanya

pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan secara parsial (uji t) maupun secara simultan (uji F).
118

3.5.2.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t disebut juga uji signifikan individual. Uji ini menunjukkan

seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen. Pada akhirnya akan diambil suatu kesimpulan Ho ditolak atau Ha diterima

dari hipotesis yang telah dirumuskan. Rumus untuk uji t sebagai berikut:

Keterangan:

= Koefisien jalur

= koefisien determinasi

= nilai diagonal invers matrik korelasi

K = banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji

Hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan

menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Uji hipotesis two tailed positif

Ho ditolak: jika > , atau jika - <- atau jika α <5%

Ho diterima: jika < , atau jika - >- ,atau jika α>5%


119

Apabila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen dinilai tidak signifikan dan

sebaliknya apabila Ho ditolak, maka hal ini diartikan bahwa berpengaruh

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dinilai

berpengaruh secara signifikan.

Gambar 3.10
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Adapun rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho: = 0: Tidak terdapat pengaruh Self Assessment System terhadap

Tax Evasion

Ha: ≠ 0: Terdapat pengaruh Self Assessment System terhadap

Tax Evasion

2. Ho: = 0: Tidak terdapat pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap

Tax Evasion

Ha: ≠ 0: Terdapat pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap

Tax Evasion
120

3. Ho: = 0: Tidak terdapat pengaruh Tax Evasion terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Ha: ≠ 0: Terdapat pengaruh pengaruh Tax Evasion terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

4. : = 0: Tidak terdapat pengaruh Selft Assessment System terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak melalui Tax Evasion sebagai variable

intervening

Ha: ≠ 0: Terdapat pengaruh pengaruh Selft Assessment System terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak melalui Tax Evasion sebagai

variable intervening

5. Ho: = 0: Tidak terdapat pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak melalui Tax Evasion sebagai variable

intervening

Ha: ≠ 0: Terdapat pengaruh pengaruh Peemeriksaan Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak melalui Tax Evasion sebagai variable

intervening
121

3.5.2.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)


Uji F untuk mengetahui semua variabel independen maupun menjelaskan

variabel dependennya, maka dilakukan uji hipotesis secara simultan dengan

menggunakan uji statistik F. Uji F didefinisikan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Koefisien Determinasi X3, dan Y k = Banyaknya Variabel

n = Jumlah Observasi

Setelah mendapatkan nilai ini, kemudian dibandingkan dengan nilai

dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 atau 5%. Adapun kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut:

- Ho ditolak jika

- Ho diterima jika

- Jika angka signifikan ≥ 0,05 maka Ho tidak ditolak.

- Jika angka signifikan < 0,05 maka Ho ditolak.


122

Gambar 3.11
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (Uji F)

Kemudian akan diketahui hipotesis dalam penelitian ini secara simultan

ditolak atau tidak, adapun hipotesis secara simultan (Uji statistik F) yaitu sebagai

berikut:

1. Ho: = 0: Tidak terdapat pengaruh antara Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak terhadap Tax Evasion

Ha: ≠ 0: Tidak terdapat pengaruh antara Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak terhadap Tax Evasion

2. Ho: = 0: Tidak terdapat pengaruh antara Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

melalui Tax Evasion sebagai variable intervenin

Ha: ≠ 0: Tidak terdapat pengaruh antara Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak melalui

Tax Evasion sebagai variable intervening


123

Bila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen dinyatakan tidak signifikan dan

sebaliknya jika Ho ditolak menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen secara

simultan terhadap variabel dependen dinyatakan signifikan.

Anda mungkin juga menyukai