Anda di halaman 1dari 35

LP DIARE

A. Pengertian
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong, 2001 : 883).
Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau tanppa
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tusker, 1998 :
816).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behiman, 1999 : 1273).
Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau adapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan
bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123).
Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari pada anak sehingga mengacu
kehilangan cairan dan elektrolit.

B. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diare akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas defekasi.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.

C. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
- Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia, aeromonas, dsb.
- Ifeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus,
astrovirus dan lain-lain
- Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa (Entamoeba
histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis media akut
(OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi,
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga
usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesis diare akut :


- Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
- Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.
- Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
- Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronis :


Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri, parasit, malabsorbsi,
malnutrisi, dll.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
- Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia).
- Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).
- Hipoklikemia
- Gangguan sirkulasi darah (FK UI, 1995).
E. Pathway
7. Kurang
pengetahuan
F. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu makan
berkurang atau tidak ada.
- Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah.
- Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu
- Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam
sehingga akibat makin lama makin asam sehingga akibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun-ubun cekugn (pada bayi) selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997).

G. Penatalaksanaan
Medik :
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.
2. Dietetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan.

1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas
umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang
kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi
kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL)
diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan BB-nya.
- Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
- Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral
selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari
- Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)
selanjutnya 125 ml / kg BB / hari
- Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.

2. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
- Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, al miron).
- Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah tidak biasa.
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan tidak mengandung
laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa
muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras sbb).
- Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
- Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladora, opium
loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan
lagi.
- Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila penyebabnya kolera,
diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari.
Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis /
bronkopneumonia.

H. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Rinjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak, bradikardia, perubahan
elektrokardiagram).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktasi.
6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
(Ngastiyah, 1997 : 145)
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata umum
Tempat tinggal : di daerah sanitasi buruk.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom iritabilitas kolon, otitis media
akut, tondilitas, ensefalitis dan lainnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami diare, pernah menderita penyakit pencernaan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita penyakit saluran pencernaan.
5. Keluhan utama
Anak sering menangis, tidam mau makan dan minum, badan lemas.
6. Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci tangan sebelum
makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
b. Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia, muntah.
c. Eliminasi BAB
Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari.
d. Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
e. Sensori
Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
b. Tanda vital
Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
TD menurun karena dehidrasi
RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
c. Mata: cekung
d. Mulut: mukosa kering
e. Abdomen: turgor jelek
f. Kulit: kering, kapilari refil > 2’
b. Diagnosa keperawatan
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan
menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandi dengan kerusakan pada mukosa usus.
4. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar anus
5. Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan sering defekasi.
6. Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.

c. Fokus Intervensi
1. Diagnosa : Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya
buang air besar dan encer.
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
Hasil yang diharapkan :
a. Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
b. Turgor elastik
c. Membran mukosa lembab
d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
Intervensi :
- Kaji intake dan output, otot dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor
pencetus
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
- Kaji TTV
Rasional : membantu mengkaji kesadaran pasien.
- Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
- Ukur BB setiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
- Anak diistirahatkan
Rasional : meningkatkan sirkulasi.
- Kolaborasi dengan pemberian cairan parenteral
Rasional : meningkatkan konsumsi yang lebih.
- Pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik sesuai program.
Rasional : menurunkan pergerakan usus dan muntah.

2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


menurunnya intake absorbsi makanan.
Tujuan : Anak-anak toleran diet yang sesuai.
Hasil yang diharapkan :
- BB dalam batas normal
- Tidak terjadi kekambuhan diare.
Intervensi :
- Timbang BB tiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
- Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional : mengurangi reyurtasi.
- Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
- Monitor intake dan output
Rasional : observasi kebutuhan nutrisi.

3.Diagnosa : Hiperermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan kerusakan pada


mukosa usus.
Tujuan : mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
Hasil yang diharapkan :
- Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
Intervensi :
- Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar
Rasional : mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps paskuler.
- Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional : mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya hipertermi.
- Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian / selimut tebal.
Rasional : mengurangi peningkatan suhu tubuh.
- Kolaborasi pemberian obat anti infeksi  anti gronik.

4.Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar


anus
Tujuan : integritas kulit normal.
Hasil yang diharapkan :
- Iritasi berkurang
Intervensi :
- Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap buang air besar
Rasional : menentukan intervensi lebih lanjut.
- Gunakana kapas lembab dan sabun bayi (pH normal) untuk membersihkan anus setiap buang air
besar.
Rasional : menghindari resiko infeksi kulit.
- Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : mengurangi infeksi secara dini.

5.Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering defekasi ditandai


dengan mata merah dan sering menguap
Tujuan : Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam
- Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.
Intervensi :
- Berikan susu hangat sebelum tidur
Rasional : meningkatkan tidur
- Anjurkan makanan yang cukup satu jam sebelum tidur.
Rasional : meningkatkan tidur.
- Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman.
Rasional : meningkatkan tidur.
- Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur pasien.
Rasional : mengatur pola tidur.

6.Diagnosa : Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak


Tujuan : Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang.
Hasil yang diharapkan :
- Orang tua aktif marawat anak dan bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi atau
klasifikasi dan anak tidak menangis.
Intervensi :
- Anjurkan pada orang tua mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas, dengarkan keluhan
orang tua dan bersikap empati dengan sentuhan terapeutik.
Rasional : mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh orang tua.
- Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
Rasional : orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas yang dihadapinya.
- Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada orang tua.
Rasional : mengurangi rasa cemas orang tua.
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang lain.
- Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua mengetahui kondisi anak.

7.Diagnosa : Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya


informasi.
Tujuan : Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare.
Hasil yang diharapkan :
- Keluarga mengerti tentang diare
- Keluarga mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan apabila terjadi lagi
diare.
Intervensi :
- Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk mengetahui kontaminasi.
- Jelaskan pentingnya kebersihan
- Ajarkan tentang positif diet dan kontrol diare
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
- Membiasakan bersih agar air di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
Rasional : Mencegah penyebaran kuman dan diare
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Di era globalisasi ini penyakit diare semakin meningkat, hal ini dikarenakan masyarakat kurang
menjaga kebersihan lingkungan dan kebiasaan makan makanan yang hygiennya kurang serta
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang diare dan pencegahannya.
 Dampak dari penyakit diare dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak seperti aktivitas
anak berkurang, kebutuhan nutrisi tidak seimbang sehingga menyebabkan tumbuh kembang anak
terganggu.
 Diare terjadi pada balita dan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan.
Saran
 Diharapkan orang tua mengetahui tentang diare dan cara mengatasinya.
 Hendaknya orang tua mengajarkan cara personal hygiene yang baik pada anak.
 Apabila anak mengalami diare, penanganan pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan
oralit.
 Mahasiswa diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien, keluarga dan
masyarakat bagaimana cara mencegah dan mengatasi diare.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (Ed. 6).
Missouri : Mosby.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk. Jakarta :
EGC.

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, dan
Evaluasi. (ed. 5). Alih Bahasa Yasmin Asih,dkk. Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15. Alih Bahasa A.
Samik Wahab. Jakarta : EGC.

Dinas Kesehatan RI
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DIARE (
GASTROENTERITIS )

DEFINISI
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi
buang air besar. Diare yang disebabkan oleh masalah kesehatan
biasanya jumlahnya sangat banyak, bisa mencapai lebih dari 500
gram/hari.Orang yang banyak makan serat sayuran, dalam
keadaan normal bisa menghasilkan lebih dari 500 gram, tetapi
konsistensinya normal dan tidak cair.Dalam keadaan normal,
tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai
lebih dari 90%.

ETIOLOGI
1. DIARE OSMOTIK
Diare osmotik terjadi bila bahan-bahan tertentu yang tidak dapat
diserap ke dalam darah, tertinggal di usus.
Bahan tersebut menyebabkan peningkatan kandungan air dalam
tinja, sehingga terjadi diare. Makanan tertentu (buah dan
kacang-kacangan) dan heksitol, sorbitol juga manitol (pengganti
gula dalam makanan dietetik, permen dan permen karet) dapat
menyebabkan diare osmotik. Kekurangan laktase juga bisa
menyebabkan diare osmotik. Laktase adalah enzim yang secara
alami ditemukan dalam usus halus, yang mengubah gula susu
(laktosa) menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat diserap
ke dalam aliran darah. Jika orang mengalami kekurangan laktase
minum susu atau makan produk olahan susu, maka laktosa tidak
akan diubah tapi terkumpul di usus dan menyebabkan diare
osmotik. Beratnya diare ini tergantung dari jumlah bahan
osmotik yang masuk.
Diare akan berhenti jika penderita berhenti memakan atau
meminum bahan tersebut.
2. DIARE SEKRETORIK
Diare sekretorik terjadi jika usus kecil dan usus besar
mengeluarkan garam (terutama natrium klorida) dan air ke
dalam tinja.
Hal ini juga bisa disebabkan oleh toksin tertentu seperti pada
kolera dan diare infeksius lainnya.
Diare bisa sangat banyak, bahkan pada kolera bisa lebih dari 1
liter/hari.
Bahan lainnya yang juga menyebabkan pengeluaran air dan
garam adalah minyak kastor dan asam empedu (yang terbentuk
setelah pengangkatan sebagian usus kecil).
Tumor tertentu (misalnya karsinoid, gastrinoma dan vipoma,
juga dapat menyebabkan diare sekretorik.

3. SINDROMA MALABSORBSI
Sindroma Malabsorbsi juga bisa menyebabkan diare.
Penderita sindroma ini tidak dapat mencerna makanannya secara
normal.
Pada malabsorbsi yang menyeluruh, lemak tertinggal di usus
besar dan menyebabkan diare sekretorik, sedangkan adanya
karbohidrat dalam usus besar menyebabkan diare osmotik.
Malabsorbsi mungkin juga disebabkan oleh beberapa keadaan
seperti:
- Sariawan non-tropikal
- Insufisiensi pankreas
- Pengangkatan sebagian usus
- Aliran darah ke usus besar yang tidak adekuat
- Kekurangan enzim tertentu di usus halus
- Penyakit hati.
4. DIARE EKSUDATIF
Diare eksudatif terjadi jika lapisan usus besar mengalami
peradangan atau membentuk tukak, lalu melepaskan protein,
darah, lendir dan cairan lainnya, yang akan meningkatkan
kandungan serat dan cairan pada tinja.
Diare ini dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit
seperti:
- Kolitis ulserativa
- Penyakit Crohn (enteritis regional)
- Tuberkulosis
- Limfoma
- Kanker.
Jika mengenai lapisan rektum, penderita akan merasakan
desakan untuk buang air besar dan sering buang air besar,
karena rektum yang mengalami peradangan lebih sensitf
terhadap peregangan oleh tinja.

5. PERUBAHAN PASASE USUS


Perubahan pasase usus bisa menyebabkan diare.
Untuk mendapatkan konsistensi yang normal, tinja harus tetap
berada di usus besar selama waktu tertentu. Tinja yang terlalu
cepat meninggalkan usus besar, akan berbentuk encer/cair. Tinja
yang terlalu lama berada di usus besar, konsistensinya keras dan
kering.
Banyak keadaan dan pengobatan yang dapat mempersingkat
keberadaan tinja dalam usus, diantaranya:
- Hipertiroid
- Pengangkatan sebagian usus halus atau usus besar
- Pembedahan perut
- Pengobatan tukak yang memotong saraf vagus
- Operasi bypass pada usus halus
- Obat-obat antasid dan pencahar yang mengandung magnesium,
prostaglandin, serotonin bahkan kafein.

6. PERTUMBUHAN BAKTERI BERLEBIH


Pertumbuhan bakteri berlebih adalah pertumbuhan bakteri alami
usus dalam jumlah yang sangat banyak atau pertumbuhan
bakteri yang secara alami tidak ditemukan di usus.
Hal ini bisa menyebabkan diare.
Bakteri alami usus memegang peranan penting dalam proses
pencernaan. Karena itu, gangguan pada bakteri usus bisa
menyebabkan diare.

GEJALA
Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, rasa malu karena sering
ke toilet dan terganggunya aktivitas sehari-hari; diare yang berat
juga dapat menyebabkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan
kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium dan
klorida.
Jika sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah
akan turun dan dapat menyebabkan pingsan, denyut jantung
tidak normal (aritmia) dan kelainan serius lainnya.
Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak, orang tua, orang
dengan kondisi lemah dan penderita diare yang berat.
Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu
gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah.

DIAGNOSA
Pertama-tama, dipastikan dulu apakah diarenya timbul tiba-tiba
dan untuk sementara waktu atau menetap. Dilihat juga apakah:
- penyebabnya adalah perubahan makanan
- terdapat gejala lain seperti demam, nyeri dan ruam kulit
- ada orang lain yang juga memiliki gejala yang sama.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
contoh tinja.
Pemeriksaan tinja meliputi bentuknya (cair atau padat), baunya,
ditemukannya lemak, darah atau zat-zat yang tidak dapat
dicerna, dan jumlahnya dalam 24 jam.
Bila diare menetap, dilakukan pemeriksaan mikroskopik tinja
untuk:
- mencari sel-sel, lendir, lemak dan bahan lainnya
- menemukan darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare
osmotik
- mencari organisme infeksius, termasuk bakteri tertentu, amuba
dan Giardia.
Bila secara sembunyi-sembunyi mengkonsumsi pencahar, maka
pencahar yang diminum bisa ditemukan dalam contoh tinja.
Untuk memeriksa lapisan rektum dan anus dapat dilakukan
sigmoidoiskopi.
Kadang-kadang perlu dilakukan biopsi (pengambilan contoh
lapisan rektum untuk pemeriksaan mikroskop).
PENGOBATAN
Diare merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung
pada penyebabnya.
Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan
penyebabnya, misalnya permen karet diet atau obat-obatan
tertentu, untuk menghentikan diare.
Kadang-kadang diare menahun akan sembuh jika orang berhenti
minum kopi atau minuman cola yang mengandung cafein.
Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti
difenoksilat , codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide.
Kadang-kadang, bulking agents yang digunakan pada konstipasi
menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu
meringankan diare
Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin,
pektin , attapulgit aktif dan Bismuth subsalicylate
Pemberian Antibiotik dengan indikasi penyebab diare sudah
dipastikan bakteri. Antibiotik diberikan dengan tujuan untuk
menghilangkan bakteri penyebab diare, antara lain
· Golongan sefalosporin : Cefixime , Ceftriaxone , Cefotaxime
· Golongan kuinolon : Ciprofloxacin
· Golongan lain : Erythromycin , Metronidazole , Paromomycin
, Trimethoprim + Sulfamethoxazole , Vancomycin , Tetracycline
, Rifaximin
Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka
penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan
pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang
mengandung air, gula dan garam.

PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa
data dan penentuanmasalah. Pengumpulan data diperoleh
dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaanfisik. Pengkaji
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a) Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh
meningkat,anoreksia kemudian timbul diare
b) Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi
BAB lebihdari 4 kali dengan konsistensi encer.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Riwayat penyakit yang diderita
e) riwayat pemberian imunisasi
f) Riwayat psikososial keluarga
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun
bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak
mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan
merasa bersalah.
Kebutuhan dasar :
1. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih
dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang
2. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien
3. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akanmenimbulkan rasa tidak nyaman
4. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya
5. Pola Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang
lemah dan adanya nyeri akibatdistensi abdomen.
Pemerikasaan fisik.
1. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,
kesadaran composmentissampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat
2. Pemeriksaan sistematik
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan
· Perkusi : adanya distensi abdomen
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus
3. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
4. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak
dehidrasi sehingga berat badanmenurun
5. Pemeriksaan penunjang
6. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation
yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan
kualitatif
DI A G N O S A K E P E R A W A T A N
1. Devisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mualdan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,
frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
prosedur yang menakutkan

INTERVENSI
Diagnosa 1
Devisit volime cairan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan output cairan yang berlebihan
Tujuan :
Devisit Cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir
lembab, balancairanseimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Ukur input dan outputcairan(balancairan). Berikan dan anjurkan
keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapicairan,pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberiancairan rendah sodium.

Diagnosa 2 :
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang
disediakan, mual, muntah tidak ada.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang
berat badan klien. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan
nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi,
dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi
kecil tapi sering.Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan
diet klien
Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi
BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda
infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan
menggunakan sabun nonalkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida
bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum
dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
antifungisesuai indikasi.

Diagnosa 4 :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi
yang nyaman bagi klien.Beri kompres hangat pada daerah
abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiantherapi
analgetik sesuai indikasi.

Diagnosa 5 :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
Tujuan :
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi
wajah tenang, keluargatidak banyak bertanya lagi tentang proses
penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses
penyakit klien dengan melalui pendidikankesehatan. Berikan
kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya.Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan
pada klien.

Diagnosa 6 :
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat
jadwal kontak denganklien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan
mainan sesuai kesukaan klien. Libatkankeluarga dalam setiap
tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi
klien.

EVALUASI
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai
kebutuhan
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh
3. Integritas kulit kembali normal
4. Rasa nyaman terpenuhi
5. Pengetahuan kelurga meningkat
6. Cemas pada klien teratasi.

ANALISA DATA
1. Sympton :
Ds :
- klien mengatakan BAB mencret ± 3x di sertai muntah dan
konsentrasi cair
Do :
- kelopak mata sedikit cekung
- turgor jelek
- bising usus 16x / menit
- konsistensi BAB cair
Etiologi :
Masuknya bakteri kedalam usus > Mengiritasi usus > Absorpsi
terganggu > Peristaltic usus ↑ > Merangsang usus untuk
mengeluarkan cairan berlebihan > Mencret > Gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
Problem :
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit

2. Symptom :
Ds :
- klien mengatakan BAB mencret ± 3x di sertai muntah dan
konsentrasi cair
Do :
- kelopak mata sedikit cekung
- turgor jelek
- bising usus 16x / menit
- konsistensi BAB cair
Etiologi :
Masuknya bakteri kedalam usus > Mengiritasi usus > Absorpsi
terganggu > Peristaltic usus ↑ > Merangsang usus untuk
mengeluarkan cairan berlebihan > Mencret > Gangguan pola
eliminasi BAB
Problem :
Gangguan pola eliminasi BAB

3. Symptom :
Ds :
- suami klien mengatakan istrinya tidak mau makan
Do :
- berat badan menurun
- BB awal : 55 Kg
- BB saat sakit : 52 Kg
- Klien lemah
Etiologi :
Masuknya bakteri kedalam usus > Fungsi usus terganggu
> Peristaltic usus ↑ > Sari sari makanan terbuang melalui feces
> Penyerapan nutrisi berkurang
Problem :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

4. Symptom :
Ds :
- klien mengatakan kulit anus klien kemerahan dan perih
Do :
- kulit anus kemerahan
Etiologi :
Frekuensi BAB sering > Feses bersifat asam > Memudahkan
terjaddinya iritasi > Potensial gangguan integritas kulit
Problem :
Gangguan integritas kulit
PROSES KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
DIARE

1. Diagnose keperawataan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit sehubungan
dengan sekresi cairan yangberlebihan di tandai dengan :
Ds :
- klien mengatakan BAB mencret ± 3x di sertai muntah dan
konsentrasi cair
Do :
- kelopak mata sedikit cekung
- turgor jelek
- bising usus 16x / menit
- konsistensi BAB cair
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dapat
terpenuhi dengan kriteria :
- klien mengatakan BAB sudah jarang tidak mencret lagi dengan
frekuensi BAB 1x / hari
- kelopak mata tidak cekung
- turgor kulit baik
- konsistensi feces lembek
- bising usus normal 12x / menit
Intervensi :
- observasi tanda-tanda vital
- anjurkan kepada keluarga klien untuk pemberian minum setiap
klien BAB
- observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasionalisasi :
- dengan mengobservasi tanda-tanda vital diharapkan dapat
mengetahui keadaan umum klien sehingga dapat mempermudah
melakukan tindakan selanjutnya
- dengan menganjurkan kepada keluarga klien untuk
memberikan mnum setiap klien BAB diharapkan klien mau
minum sehingga dapat mengganti cairan yang keluar
- dengan mengobservasi tanda-tanda dehidrasi diharapkan dapat
mengetahui derajat dehidrasi klien
- dengan berkolaburasi dengan dokter untuk pemberian cairan
intravena diharapkan dapat mengganati cairan yang keluar
- dengan memberikan therapy obat sesuai advice dokter
diharapkan klien tidak muntah lagi

2. Diagnose keperawatan :
Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan absorpsi
yang terganggu ditandai dengan :
Ds :
- klien mengatakan BAB mencret ± 3x di sertai muntah dan
konsentrasi cair
Do :
- kelopak mata sedikit cekung
- turgor jelek
- bising usus 16x / menit
- konsistensi BAB cair
Tujuan :
Gangguan pola eliminasi dapat terpenuhi dengan kriteria :
- suami pasien mengatakan frekuensi BAB normal dengan
konsistensi feces lembek
- kelopak mata tidak cekung
- bising usus normal
Intervensi :
- observasi frekuensi BAB
- anjurkan kepada suami klien untuk melakukan tirah baring
klien
- berikan therapy sesuai advice dokter
Rasionalisasi :
- dengan mengobservasi frekuensi BAB diharapkan mengetahui
perkembangan pola BAB klien dan dapat mempermudah
melakukan tindakan selanjutnya
- dengan menganjurkan kepada keluarga klien tirah baring
diharapkan menurunkan motilitas usus
- dengan memberikan therapy obat sesuai advice dokter
diharapkan klien tidak sering BAB mencret lagi
3. Diagnose keperawatan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
penyerapan usus terganggu ditandai dengan :
Ds :
- suami klien mengatakan istrinya tidak mau makan
Do :
- berat badan menurun
- BB awal : 55 Kg
- BB saat sakit : 52 Kg
- Klien lemah
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan
kriteria :
- Suami klien mengatakan istri klien mau makan
- Berat badan meningkat
- Klien segar
- Porsi makan habis 1 mangkok / 1 porsi
Intervensi :
- Anjurkan pada klien pemberian makanan sedikit tapi sering
- Sajikan makanan yang menarik
- berikan makanan sesuai diit klien
Rasionalisasi :
- dengan menganjurkan pemberian makanan sedikit tapi sering
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
- dengan menyajikan makanan yang menarik diharapkan klien
tertarik untuk makan
- dengan memberikan makanan sesuai diit diharapkan terhindar
dari makanan yang dapat membuat klien mencret

4. Diagnose keperawatan :
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan frekuensi BAB
sering ditandai dengan :
Ds :
- klien mengatakan kulit anus klien kemerahan dan perih
Do :
- kulit anus kemerahan
Tujuan :
Gangguan integritas kulit dapat terpenuhi dengan kriteria :
- suami klien mengatakan kulit di daerah anus klien tidak
kemerahan lagi
Intervensi :
- anjurkan pada suami klien untuk mengganti pakaian setiap
klien BAB
- anjurkan pada klien untuk pemberian cream ruam popok
Rasionalisasi :
- dengan menganjurkan mengganti pakaian setiap klien BAB
diharapkan mengetahui dapat memberikan rasa nyaman pada
klien dan mengurangi resiko integritas kulit
- dengan menganjurkan pemberian cream ruam popok
diharapkan dapat mengurangi kemerahan dan lecet pada kulit
daerah anus klien

Anda mungkin juga menyukai