KENAKALAN REMAJA
TENTANG NARKOBA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan
baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri sebagai
seorang remaja. Namun sering kali dalam pencarian jati diri ini remaja cendrung salah dalam bergaul
sehingga banyak melakukan hal yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masayarakat.
Seperti perkelahian dan minum-minuman keras, pencurian, perampokan, perusakan/pembakaran, seks
bebas bahkan narkoba. Perilaku menyimpang remaja tersebut dapat dikatakan sebagai kenakalan
remaja.
Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan. Perilaku kenakalan
remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita ditelevisi maupun di radio yang
disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya kebiasaan merokok, tawuran , pemerkosaan yang
dilakukan oleh pelajar SMA , pemakain narkoba dan lain-lain.
Di kalangan remaja, sangat banyak kasus tentang penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan hasil survei
Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan pelajar dan
mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan rata-rata pada usia 10
tahun. Survai dari BNN ini memperkuat hasil penelitian Prof. Dr. Dadang Hawari pada tahun 1991
yang menyatakan bahwa 97% pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005, 28% pelakunya adalah
remaja usia 17-24 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian atau definisi Narkoba?
2. Apa saja jenis-jenis narkoba itu?
3. Apa dampak atau bahaya narkoba terhadap remaja?
4. Bagaimana pencegahan penyebaran narkoba dikalangan remaja?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian narkoba
2. Lebih mengatahui jenis-jenis narkoba
3. Mencari tahu apa dampak atau bahaya narkoba terhadap remaja
4. Lebih mengetahui cara pencegahan penyebaran narkoba dikalangan remaja
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran
narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.
Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi
obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan. Apabila tidak melakukannya dia
merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman bahkan perasaan sakit yang
sangat pada tubuh (Yusuf, 2004: 34).
RatnaYunita(2010) menjelaskan Penyalahgunaan narkoba adalah suatu pemakaian non medical atau
ilegal barang haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif yang dapat merusak kesehatan
dan kehidupan produktif manusia pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang mungkin disalahgunakan
adalah tembakau, alkohol, obat-obat terlarang dan zat yang dapat memberikan keracunan, misalnya
yang diisap dari asapnya. Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan zat narkoba,
jika dihentikan maka si pemakai akan sakaw.
B. NARKOBA
Sebetulnya penggunaan narkotik, obat-obatan, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) untuk
berbagai tujuan telah ada sejak jaman dahulu kala. Masalah timbul bila narkotik dan obat-obatan
digunakan secara berlebihan sehingga cenderung kepada penyalahgunaan dan menimbulkan
kecanduan (dalam bahasa Inggris disebut “substance abuse”). Dengan adanya penyakit-penyakit yang
dapat ditularkan melalui pola hidup para pecandu, maka masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi
semakin serius. Lebih memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa
depan bangsa, karena penyalahgunaan NAPZA ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sosial dan
ekonomi suatu bangsa
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
Minuman Alkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat,
dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol:
a. Golongan A: kadar etanol 1-5 % (Bir)
b. Golongan B: kadar etanol 5-20 % (Berbagai minuman anggur)
c. Golongan C: kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia dari tahun 1998 – 2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19
tahun
a. Dampak Pisikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisaHilang h
2. kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
b. Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
c. Dampak Langsung bahaya Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
d. Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia
1. Menyebabkan depresi mental.Menyebabkan gangguan jiwa berat atau psikotik.
2. Menyebabkan bunuh diri
3. Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.
e. Dampak Fisik
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru,
ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali
pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong, gagal
ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus {Hepatitis C
dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna jarum suntik.
Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua sisi mata uang. Di balik dampak negatif, narkotika
juga memberikan dampak yang positif. Jika digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk
menyelamatkan jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia.
Temuan para guru dan orang tua agar dikomunikasikan dengan baik dan dipecahkan bersama, dan
dicari upaya preventif penanggulangan narkoba ini dikalangan siswa SLTP dan SLTA.
ini, maka keluarga adalah kunci utama yang sangat menentukan terlibat atau tidaknya anak-anak pada
narkoba. Oleh sebab itu komunikasi antara orang tua dan anak-anak harus diefektifkan dan
dibudayakan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebiasaan menggunakan narkoba di kalangan remaja amat membahayakan baik ditinjau dari segi
pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi. Dipandang dari segi pendidikan sudah jelas bahwa
hal ini akan mengganggu pelajarannya, sedangkan dari segi kesehatan akibat kebiasaan menggunakan
narkoba akan menyebabkan berbagai penyakit. Melalui sikap kepedulian, pencegahan berbagai tindak
kriminal, kenakalan remaja, keamanan, kedamaian, keharmonisan, akan mudah diciptakan. Dengan
sikap kepedulian ini, maka motto bahwa, ”Pencegahan lebih baik dari mengobati”, akan benar-benar
terbukti dalam kasus pemakaian obat-obat terlarang.
Pada tahap awal kehidupan manusia agen sosialisasi pertama adalah keluarga. Oleh karena itu, orang
tua merupakan orang penting (significant other) dalam sosialisasi. Guna mencegah terjerumusnya para
penerus bangsa tersebut ke dunia Narkoba, maka campur tangan dan tanggung jawab orang tua
memegang peranan penting di sini. Karena baik atau buruknya perilaku anak sangat bergantung
bagaimana orang tua menjadi teladan bagi putra-putrinya
B. SARAN
Bagi para pecandu coba bersikap terbuka terhadap orang yang dia percaya (tepat) untuk mendapatkan
respons yang baik. Jangan berfikir “YOU CAN SOLVE THEM BY YOURSELF” dan jangan takut
untuk menuju perubahan. Intinya “DON’T BE AFFRAID TO SPEAK UP !!”.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Luqman, 2008. Modul Dasar-Dasar Sosiologi&Sosiologi KesehatanI. Jakarta: PSKM FKK
UMJ.
Kartono, Kartini, 1992. Patologi II Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.
Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007. pecegahan Narkoba
Sejak Usia Dini. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Soekanto, Suryono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persuda
Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua, Guru, dan Badan
Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Sudarman, Momon, 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Syani, Abdul, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. PT DUNIA PUSTAKA JAYA.
MAKALAH SOSIOLOGI
KENAKALAN REMAJA TENTANG TINDAKAN
KRIMINAL
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai dengan baik dan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Adapun maksud
pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk kepedulian saya dalam menyikapi budaya
konsumerisme yang terjadi di masyarakat akibat perubahan sosial.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata saya ucapkan terimakasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak
lahir,warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh
siapapun juga, baik wanita maupun pria dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut
umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara tidak sadar, yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan
pada satu maksud tertentu secara sadar benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar;
misalnya didorong oleh impuls-impuls yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang
sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi.Kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak
sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus
melawan dan terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadi peristiwa pembunuhan.
Masyarakat modern yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi-aspirasi materil tinggi,
dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat. Dambaan pemenuhan kebutuhan materil
yang melimpah-limpah, misalnya untuk memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah, tanpa
mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk
melakukan tindak criminal. Dengan kata-kata lain bisa dinyatakan: jika terdapat diskrepansi
(ketidaksesuaian, pertentangan) antara ambisi-ambisi dengan kemampuan pribadi, maka peristiwa
sedemikian ini mendorong orang untuk melakukan tindak criminal. Atau, jika terdapat diskrepansi
antara aspirasi-aspirasi dengan potensi-potensi personal, maka akan terjadi “maladjustment” ekonomis
(ketidakmampuan menyesuaikan diri secara ekonomis), yang mendorong orang untuk bertindak jahat
atau melakukan tindak pidana.
Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma
social, sehingga masyarakat menentangnya.
B. Rumusan Masalah
a. pengertian kriminalitas / kejahatan
b. penyebab terjadinya kriminalitas
c Teori mengenai kejahatan
d. Fungsi dan disfungsi dari kejahatan (kriminalitas)
e. pengelompokan kriminalitas
C. Manfaat Dan Tujuan
Manfaat makalah ini adalah agar kita lebih memahami dan mengerti dampak psikologis dan
dampak social yang ditimbulkan dari kriminalitas itu sendiri. Selain itu didalam makalah ini juga
dibahas mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kriminalitas dan juga fungsi
serta disfungsi kriminalitas.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dedy
Farid Ifanul Islam serta untuk menambah wawasan mengenai masalah kriminalitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut B. Simandjuntak kejahatan merupakan “suatu tindakan anti sosial yang merugikan,
tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.”
Sedangkan Van Bammelen merumuskan:
Kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan merugikan, dan menimbulkan begitu
banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk
mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja
diberikan karena kelakuan tersebut.
diantara para sarjana. R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan secara juridis
dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, pengertian
kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undangundang. Ditinjau dari
segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan adalah
perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat
merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan
ketertiban.
Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asocial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-
undang pidana didalam perumusan pasal-pasal kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) jelas
tercantum: kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan
KUHP. Misalnya pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 388 KUHP,
mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP, sedang kejahatan penganiayaan memenuhi pasal 351
KUHP. Ringkasnya, secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang melanggar
undang-undang pidana. Selanjutnya semua tingkah laku yang dilarang oleh undang-undang, harus
disingkiri. Barang siapa melanggarnya, dikenai pidana. Maka larangan-larangan dan kewajiban-
kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara itu tercantum pada undang-undang dan
peraturan-peraturan pemerintah, baik yang dipusat maupun pemerintah daerah.
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang
secara ekonomis, politis dan social psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma
susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-
undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).
Tingkah laku manusia yang jahat, immoral dan anti social itu banyak menimbulkan reaksi
kejengkelan dan kemarahan dikalangan masyarakat, dan jelas sangat merugikan umum. Karena itu,
kejahatan tersebut harus diberantas, atau tidak boleh dibiarkan berkembang, demi ketertiban,
keamanan dan keselamatan masyarakat. Makawarga masyarakat secara keseluruhan, bersama-sama
dengan lembaga-lembaga yang resmi yang berwenang seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain termasuk wajib menanggulani kegiatan sejauh mungkin.
3) Kejahatan melawan Negara yang bersahabat dan melanggar kepala dan wakil Negara yang
bersahabat dan lain-lain (KUHP 146 sampai dengan 145)
4) Kejahatan tentang melakukan kewajiban kenegaraan dan hak kenegaraan; antara lain berupa:
Dengan ancaman dan kekerasan mencerai-beraikan persidangan Dewan Perwakilan Rakyat, mengacau
dan merintangi pelaksanaan pemilihan umum dan lain-lain (KUHP 146 sampai dengan 153)
5) Kejahatan melanggar ketertiban umum, antara lain: secara terbuka dan dimuka umum menghasut
serta menyatakan rasa permusuhan, kebencian dan hinaan kepada pemerintahan, dengan kekerasan
Masalah kriminal merupakan kenyataan sosial yang hakikatnya seringkali sulit untuk dipahami, karena
tidak melihat masalah dari proporsi yang sebenarnya secara dimensional. Peningkatan dan penurunan
nilai kriminalitas, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah relatif, sebab manusia dan
lingkungan sekitar berperan besar dalam penentuan sifat dan sikap. Maka pertanyaan yang harus
dijawab sekarang adalah bagaimana agar bisa mencegah dan menutup semua kemungkinan dan
kesempatan pelaku kriminalitas melakukan aksinya. Tidak cukup hanya dengan merumuskan hukum
yang seberat-beratnya, sebab kekuatan hukum justru membuatnya menjadi lebih kreatif untuk
menghindar, dan hal itu justru memacu perkembangan pelaku-pelaku kriminalitas yang hebat dan
profesional. Jauh sebelum itu, seseorang harus bisa menciptakan suatu keadaan yang dapat merangkul
mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan. Saling berbagi dan memperhatikan kepentingan
orang lain merupakan salah satu kunci utamanya. Sudah banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai
motivasi, hanya usaha yang belum dan harus dilakukan. Dengan doa dan usaha, semua pasti bisa, tidak
ada kata mustahil. inna ma’al ‘usri yusro, fa inna ma’al ‘usri yusro.
B.SARAN
Ø Seharusnya para penegas hukum dalam menjalankan tugasnya atau mengadili tindak kriminal tindak
pandang bulu atau memandang jabatan dan status social serta memberikan hukuman yang seadil-
adilnya agar penegakkan hukum dinegara ini dapat berjalan baik.
Ø Di televisi – televisi semestinya menayangkan sosialisasi tentang agar berhati – hati dimanapun kita
berada dan seharusnya televisi tidak menayangkan tayangan yang “bermata dua” artinya disatu sisi
baik bagi konsumen atau masyarakat dan disisi yang satunya malah membuat pelaku tindak kriminal
lebih jago dalam menjalankan aksinya salah satu tayang seperti reportase investigasi inilah yang
dimaksud.
Ø Kita sebagai masyarakat yang cinta damai seharunya kita harus bisa lebih bertindak lebih hati – hati dan
selalu waspada dimanapun kita berada karena tindak kriminal terjadi bukan hanya karena niat tetapi
juga karena adanya kesempatan..
DAFTAR PUSTAKA
http://hukum-dan-umum.blogspot.co.id/2012/04/definisi-arti-kejahatan.html
http://rumahasty.blogspot.co.id/2011/06/contoh-makalah-tentang-kriminalitas_09.html
zhethaedt.blogspot.com/2012/03/zhetha-edt_12.html
MAKALAH SOSIOLOGI
KENAKALAN REMAJA TENTANG BULLYING
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MARAKNYA PERILAKU BULLYING DI
SEKOLAH”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan di Universitas Islam Nusantara Bandung.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal
‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying biasanya
menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya
tersebut jengkel. Atau lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul
rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying mengakibatkan korbannya berpikir
untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku. Selain itu,
bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun prestasinya karena merasa tertekan sering di bully
oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-abad, bullying tidak menerima
perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah
ilmuwan pertama yang memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya
pada literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak
melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja, Olweus
juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan
pencapaian yang sangat penting.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia. Sebelum abad ke -20 berakhir,
ratusan studi serupa telah dilakukan di banyak negara. Buku, artikel, website, video dan CD mulai
bermunculan dengan maksud untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi
bahkan menghentikan bullying di sekolah
2. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang secara
berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya
(korban) secara mental atau secara fisik. Menurut Merriam-Webster Online
Dictionary, bullying adalah “a blustering rowbeating person; especially one who is habitually cruel to
others who are weaker.” Melakukan bullying berarti to “treat someone abusively or to affect them by
means of force or coercion.”. Center for Children and Families in the Justice
System mendefinisikan bullying sebagai , “repeated and systematic harassment and attacks on
others.” Bullying bisa terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda. Di
antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang tidak disukai, terasing, penyebaran isu
yang tidak benar, pengucilan, kekerasan fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan
menendang), intimidasi, pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan
lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku kekerasan. Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying sebagai “kekerasan fisik dan psikologis
berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu
mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau
membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.”Bullying biasanya dilakukan berulang
sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok
lain. Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi.
Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang setara, namun, sering terjadi pada
pihak yang tidak berimbang secara kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak
mampu mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban bullyingbiasanya memang telah diposisikan
sebagai target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara senior
dan junior.
2. Jenis-Jenis Bullying
a. Bullying secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang
bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang
keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullyingdalam bentuk verbal
adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang
lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying secara fisik, yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang
menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas.
Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun
kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur
melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung
beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c. Bullying secara relasional (pengabaian), digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang
teman atau bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara relasional adalah
pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau
penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi
perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba
untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.
d. Bullying elektronik, merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui
sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan
sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar
dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau
menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki
pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada umumnya orang
melakukann bullying karena merasa tertekan, terancam,terhina, dendam dan sebagainya. Berikut
faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying antar pelajar :
1. faktor keluarga
Pelaku bullying bisa jadi menerima perlakuan bullying pada dirinya, yang mungkin dilakukan oleh
seseorang di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar
akan meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan
orangtua kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan kurangnya
kehangatan kasih sayang dan tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak memiliki kesempatan
untuk menjadi seorang pelaku bullying. Sebuah studi membuktikan bahwa perilaku agresif meningkat
pada anak yang menyaksikan kekerasan yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya.
2. faktor kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen. Tempramen adalah
karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon emosional. Hal ini mengarah pada
perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih
mungkin untuk berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas, perhatian,
atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka takut jika
tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga mereka mendahului berlaku bullying pada orang lain
untuk membentuk citra sebagai pemberani. Meskipun beberapa pelaku bullying merasa tidak suka
dengan perbuatan mereka, mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan mereka
terhadap orang lain.
3. faktor sekolah
Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu,
batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang
terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
Dampak lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang
dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak emosi negatif (marah,
dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya
menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan
rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin
pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu,
mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang
paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis
pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan
gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan
tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan memnuat seseorang merasa tidak
nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada alasan mengapa suatu
tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah
baik atau buruk. Pemahaman moral bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana
seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan dahulu perbuatan yang
akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti atau melakukan bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan
pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam
kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan
asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk perkembangannya.
2. Saran
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun
di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata pelajaran,
serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk tercapainya tujuan
pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullyingantar pelajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 07 Desember 2013
dari http://www.masbied.com.
Sahputra, H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 07 Desember 2013
dari http://www.kabarindonesia.com.
MAKALAH SOSIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1LATAR BELAKANG
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan para pelaku
pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan kurang. Remaja desa
kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas. Anggapan remaja desa lebih
memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana ada anggapan atau mitos bahwa perempuan
yang berumur 20 tahun keatas belum menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari
seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan
anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap
sebagai bentuk kekurangan yang terjadi pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan
yang tidak beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi itulah yang
menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari pada remaja kota.
1. Faktor Ekonomi
2. Pergaulan Bebas
3. Keinginan Remaja Itu Sendiri
4. Pendidikan
5. Orang Tua
DAFTAR PUSTAKA
_______, _______. 2013. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Mushaf Aminah). Jakarta: Alfatih
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 1997. Tarjamah Bulughul Maram. Bandung: Cv. Diponegoro Bandung.
Al-Ghazali, Imam. 2013. Ihya’ Ulumuddin. Gresik: Al-Furqon.
Al-Halwani, Abu Firdaus. 2013. Kajian Kitab Syarah ‘Uqudullujain. Surabaya: Mutiara Ilmu.
Amrullah, Muhammad Fairuz Nadhir. ____. Terjemah Qurrotul ‘Uyuun. Surabaya: Pustaka Media.
As-saedy, Saed. 2013. Dosa-Dosa Pacaran yang dianggap biasa. Klaten: Wafa Press.
Indra, Hasbi, dkk. 2004. Potret Wanita Shalehah. Jakarta: Penamadani.
Kurniawan, Irwan. 2013. Fiqih Empat Mazhab (Terjemah Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah).
Bandung: Hasyimi.
Narulita, Sari. 2014. Membentuk Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah. Cibubur: PT. Variapop
Group.
Rasjid, H. Sulaiman. 2013. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Sinar Baru Algensindo
Bandung.
Thaifuri, Muhammadun. 2012. Terjemah Attarghib wat Tarhib. Surabaya: Menara Suci.
BERBAGI