Disusun Oleh:
AMALIA MEGA PUTRI MUJUR
N 111 17 083
Pembimbing Klinik:
dr. Sofyan Bulango, Sp.An
rasa sakit pada tubuh. Anestesi berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi yang ideal
Pengelolaan jalan nafas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam
dengan baik.
atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi orotrakeal (endotrakeal) dan
Teknik dan alat alat anestesi yang dipakai untuk bayi dan anak anak pada
umumnya berbeda dengan alat yang dipakai oleh dewasa. Anatomi dan fisiologi
pada bayi dan anak anak berbeda dengan dewasa juga psikologisnya sangat
berbeda. Oleh karena hal tersebut maka pengelolaan dan tehniknyapun berbeda
dengan dewasa.
wajah passion tampak tidak simetris pada waktu berbicara dan berekspresi. Hanya
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien masuk dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri yang
dirasakan sejak 3 tahun yang lalu dan memberat kurang lebih 2 minggu
cair, berbau dan jumlahnya cukup banyak. Keluhan juga disertai dengan
penurunan pendengaran pada telinga sebelah kiri dan pasien juga merasakan
Pasien memiliki keluhan bibir mencong ke arah kiri sejak 4 tahun yang
lalu. Riwayat asma (-), riwayat alergi makanan atau obat-obatan (-)
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : Sehat
Kesadaran : Kompos mentis (GCS E4 V5 M6)
Status gizi : Baik
BB : 60 kg
- Primary survey
Airway : Paten
Breathing : Respirasi 22 kali/menit
Circulation : Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi: 88 kali/menit, reguler, kuat angkat
- Secondary survey
Kepala
Bentuk : Normocephali , lesi (-)
Rambut : Warna hitam
Wajah : Simetris, paralisis fasial (-), deformitas (-), bibir
tampak asimetris.
Kulit : Pucat (-), sianosis (-), massa (-).
- Mata
Eksoftalmus (-), palpebra edema (-), ptosis (-), kalazion
Kornea : Katarak (-)
Pupil : Bentuk isokor, bulat, refleks cahaya (+/+)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-)
- Telinga
Bentuk dan ukuran normal, simetris kanan dan kiri
- Leher
Inspeksi : jaringan parut (-), massa (-)
Palpasi :pembengkakan kelenjar limfe (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), nyeri tekan (-)
Trakhea : Deviasi trakhea (-)
- Paru
Inspeksi : normochest, retraksi (-), massa (-), cicatrix (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), ekspansi paru simetris kiri dan
kanan, fremitus taktil kesan normal.
Perkusi : sonor (+) diseluruh paru, batas paru hepar SIC VI
dextra.
Auskultasi :vesicular +/+, bunyi tambahan (-).
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
(s),
Perkusi:
Batas atas : SIC II linea parasternal dextra et sinistra
Batas kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II murnireguler, murmur (-), gallop
(-).
- Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung terhadap thorax dan symphisis
pubis
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal diseluruh kuadran
abdomen
Perkusi : timpani (+) diseluruh kuadran abdomen, ascites (-)
Palpasi : pembesaran organ (-)
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien masuk dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri yang
dirasakan sejak 3 tahun yang lalu dan memberat kurang lebih 2 minggu
cair, berbau dan jumlahnya cukup banyak. Keluhan juga disertai dengan
penurunan pendengaran pada telinga sebelah kiri dan pasien juga merasakan
nyeri pada telinga sebelah kiri. Pasien memiliki riwayat bibir mencong ke arah
4. DIAGNOSIS PRA-BEDAH
5. PENATALAKSAAN
1. Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxom 1 gr/12 jam
Dexamethasone 1 amp/ 8 jam
2. Tindakan
Mastoidektomi sinistra
6. PROGNOSIS
Dubia
7. LAPORAN ANESTESI:
3. Penatalaksanaan anestesia
e. Obat Emergensi :
1. Ephedrine dosis 5-20 mg
2. Dexamethason dosis 0.5- 25 mg/hari IV
f.Obat Tambahan Post Operaif :
1. Analgetik : Ketorolac dosis 30 mg IV
2. Anti emetik: Ondansentron dosis 10 mg IV
g. Maintanance: O2, Sevoflurane inhalasi
j. Posisi supine
diberikan oksigen. Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang
dari sudut kiri dan lapangan pandang akan terbuka. Blade laringoskop
didorong ke dalam rongga mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan
dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita
sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum
sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila mengganggu, stilet
dapat dicabut.
Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu
nafas kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa
berupa suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang
timbul suara wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa
lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit
sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah
lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru. Untuk hal
kadar oksigen dan sevoflurane diturunkan hingga 0%. ETT yang terpasang
A. Pre-operatif
1. Infus RL 20 tpm
2. Keadaan umum dan vital sign baik
B. INTRA OPERATIF
Monitoring Anestesi
140
120
100
80
60
40
20
0
00 10 20 30 40 50 00 10 20 30 40 50 00 10 20 30 40 50 00 10 20 30 40 50 00 10 20 30 4
9: 9: 9: 9: 9: 9: 10: 10: 10: 10: 10: 10: 11: 11: 11: 11: 11: 11: 12: 12: 12: 12: 12: 12: 13: 13: 13: 13: 13:
Keterangan :
: Mulai anestesi
: Mulai operasi
: Operasi selesai
No Kriteria Skor
.
1 Aktivitas Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas 2
motorik atas perintah atau secara sadar.
Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas 1
perintah atau secara sadar.
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
atas perintah atau secara sadar.
2 Respirasi Nafas adekuat dan dapat batuk 2
Nafas kurang 1
adekuat/distress/hipoventilasi 0
Apneu/tidak bernafas
3 Sirkulasi Tekanan darah berbeda ± 20% dari semula 2
Tekanan darah berbeda ± 20-50% dari 1
semula 0
Tekanan darah berbeda >50% dari semula
4 Kesadaran Sadar penuh 2
Bangun jika dipanggil 1
Tidak ada respon atau belum sadar 0
5 Warna kulit Kemerahan atau seperti semula 2
Pucat 1
Sianosis 0
Tabel 1. Aldrete Scoring System
Pemberian Cairan:
o Cairan masuk :
Durante operatif :Kristaloid RL 1500 cc
Total input cairan : 1500 cc
o Cairan keluar :
Durante operatif : Perdarahan : ± 250 cc
Total output cairan : ± 250cc
PERHITUNGAN CAIRAN
a. Input yang diperlukan selama operasi
1. Cairan Maintanance (M) : = 35 cc/KgBB/24jam
= 35 x 60 kg= 2100 cc/ 24 jam = 87,5 cc/jam
20 x 600
Jumlah cairan( ml)=⌊ ⌋ = 600 mL
( 20 )
Jadi, defisit cairan pengganti puasa selama 10 jam adalah
b. Cairan masuk :
Kristaloid : 1500 mL
c. Keseimbangan kebutuhan:
0 + 3x = 250
3x=250
X : 3 x 250 = 750 ml
PEMBAHASAN
adalah sama, yaitu menghilangkan rasa sakit dan membuat nyaman pasien selama
yang sering digunakan untuk pasien yang akan menjalani operasi. Komponen dari
sign dan penurunan kesadaran. Selama operasi berlangsung, tanda vital akan
dipantau melalui monitor fungsi tubuh secara umum yaitu denyut nadi, nafas,
tekanan darah, dan saturasi oksigen. Selain itu, intubasi diperlukan untuk
karena pasien dengan pasien tidak kooperatif misalnya seperti anak – anak. Kedua
dikarenakan lokasi operasi, operasi di daerah kepala dan leher dipilih anestesia
umum, sedangkan operasi di daerah tubuh bagian bawah yakni abdominal bawah,
anus, ekstremitas bawah dapat digunakan blok spinal. Ketiga, posisi operasi juga
ikut menentukan jenis anestesi, contoh seperti posisi tengkurap otomatis harus
diberikan anestesi umum. Keempat, manipulasi yang dilakukan jika sangat luas
Kelima, durasi operasi menentukan pilihan juga, jika durasi operasi lama maka
akan dipilih anestesi umum. Pada pasien ini dilakukan anestesi umum karena pada
Anastesi yang digunakan pada kasus ini adalah dengan general anastesi
dengan menggunakan intubasi endotrakeal, karena dengan ini saturasi oksigen bisa
ditingkatkan, jalan napas terjaga bebas, dan dosis obat anestesi dapat dikontrol dengan mudah.
Secara umum, terdapat 2 jenis intubasi, yakni intubasi orotrakeal dan nasotrakeal. Penggunaanya
Rees dan Gray membagi anestesi menjadi 3 bagian (trias anestesi) yaitu
tempat di sistem saraf pusat termasuk sistem limbik dan formatio retikularis,
1 mg bila diperlukan.
analgesi opioid. Fentanil adalah analgesik narkotik yang poten, bisa digunakan
sebagai tambahan untuk general anastesi yang memiliki kerja cepat dan efek
kesadaran Obat-obat yang digunakan pada pasien ini adalah Propofol 100 mg/iv.
Propofol merupakan obat hipnotik dan sedasi lipofilik yang menyebabkan depresi
sistem saraf pusat global dengan cara berperan agonis pada reseptor GABA.
Propofol tidak mempunyai efek analgesik dan tidak menurunkan nilai ambang
to effect).
sangat selektif dan kompetitif (non-depolarising) dengan lama kerja sedang. Non-
tidak mempunyai efek langsung terhadap tekanan intraocular, dan karena itu dapat
digunakan pada bedah opthalmik. Indikasinya sebagai adjuvant terhadap anestesi
umum agar intubasi trakea dapat dilakukan dan untuk relaksasi otot rangka selama
mekanik pada pasien Intensive Care Unit (ICU). Rute pemberian dengan injeksi
intravena atau infus kontinyu. Dosis dewasa : secara IV 0,3-0,6 mg/kg (tergantung
durasi blokade penuh yang dibutuhkan) dan akan memberikan relaksasi yang
dilakukan dalam 90 detik setelah injeksi intravena 0,5-0,6 mg/kg. Blokade penuh
penuh terjadi dalam waktu sekitar 35 menit diukur dari respon pemulihan tetanik
dan edrophonium, disertai atau didahului dengan pemberian atropine, tanpa terjadi
rekurarisasi.
berlangsung dengan baik (untuk para ahli bedah). Yang digunakan adalah anestesi
gangguan fungsi ginjal tidak akan merubah obat-obat tersebut, obat-obat yang
bisa dipakai antara lain isoflouran, halotan, desfluran, dan sevofluran. Pada pasien
glutamat. Sevofluran lebih banyak digunakan karena efek recovery lebih cepat.
Selain itu, efek samping berupa mual dan muntah juga lebih kecil risikonya
dibandingkan obat inhalasi lainnya seperti halothan, dll. Sevofluran juga tidak
ml) disuntikan iv. Ketorolac merupakan nonsteroid anti inflamasi (AINS) yang
lebih lama serta lebih aman daripada analgetik opioid karena tidak ada evidence
depresi nafas..
Ekstubasi dapat dilakukan bila pasien sudah sadar, dimana jalan napas sudah
terjaga bebas (intact protective airway reflexes). Ekstubasi juga dapat dilakukan
saat pasien masih dalam anestesi dalam. Pemberian lidocaine 1-1.5 mg/kg IV bisa
motorik dan saraf sensorik yang sering disebut dengan saraf intermedius. Inti
Serabutnya mengitari inti nervus VI dan keluar di bagian lateral pons, sedangkan
saraf intermedius keluar di permukaan lateral pons. Kedua saraf ini kemudian
bersatu membentuk berkas saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan terus
menuju os mastoid. Setelah melewati os mastoid kedua saraf keluar dari tulang
otot wajah.
membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dan selaput mukosa
rongga mulut dan hidung, menghantar berbagai jenis sensasi, termasuk sensasi
eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi pengecapan dari 2/3 bagian
raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus
trigeminus.
Inti nervus fasialis juga dapat dibagi menjadi kelompok atas dan bawah.
Inti bagian atas mensarafi otot wajah bagian atas dan inti bagian bawah mensarafi
otot wajah bagian bawah. Inti nervus fasialis bagian bawah mendapat innervasi
kontralateral dari korteks somatomotorik dan inti nervus fasialis bagian atas
mendapat inervasi dari kedua belah korteks somatomotorik. Oleh karena itu, pada
paresis nervus fasialis UMN (karena lesi di korteks atau kapsula interna) otot
wajah bagian bawah saja yang jelas paretik, sedangkan otot wajah atas tidak jelas
infranuklearis), baik otot wajah atas maupun bawah, kedua-duanya jelas lumpuh.
Gambar 1. Perbedaan parese N. VII sentral dextra dan N. VII perifer
1. Trauma
Parese nervus fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika terjadi
fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain itu luka
tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi penyebab.
Nervus fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid, operasi neuroma akusik
2. Tumor
sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostat.
Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional dan sel schwann,
kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis bisa menginvasi cabang
kelumpuhan. Pada kasus yang sangat jarang, karena pelebaran aneurisma arteri
3. Toksik
Paralisis nervus fasialis perifer telah dijelaskan dalam banyak kasus
dalam pasta elektroda dan berbagai krim kulit, telah dilaporkan bahwa dapat
percobaan bunuh diri maupun mabuk, dapat mengakibatkan kelemahan fasial tipe
4. Kongenital
Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui penyebabnya
atau tidak menyertai penyakit lain. Karena proses yang dikenal awam sebagai
masuk angin atau dalam bahasa inggris “cold” nerfus facialis bisa sembab. Karena
6. Penyakit-penyakit tertentu
Parese fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu, misalnya DM,
hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi, infeksi telinga tengah.
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu,
terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer.
Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2
sisi, tidak lumpuh ; yang lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan
N VII jenis perifer (gangguan berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot
sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang mengurus
bagian atas mendapat persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral)
(gambar 3). Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari nervus VII
kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian atasnya tidak.
Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup mata
(menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh.
Kontraksi involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa secara spontan,
Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter
maupun yang involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) nervus
VII sering merupakan bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok
kapsula interna, talamus, mesensefalon dan pons di atas inti nervus VII. Dalam hal
Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi dan
gusi. Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak ditutup atau
Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya ketajaman
pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang.
intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di antara pons dan titik dimana korda
Gejala dan tanda klinik seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis
Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di belakang
dan didalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pascaherpes di
Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli akibat terlibatnya
nervus akustikus
Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya
nervus trigeminus, nervus akustikus dan kadang – kadang juga nervus abdusen,
Jadi, berdasarkan topografi letak lesi, gejala parese nervus fasialis terdiri atas:6
sisi lesi, gangguan pengecap, hiperakusis, gejala neurologis pada lesi nuclear
facialis sinistra di lakukan general anestesi dengan obat-obat anestesi yang tidak
ada efek sampingnya pada parese nervus facialis dan tidak memiliki
kontraindikasi.
BAB IV
KESIMPULAN
dan dilakukan jenis anestesi dengan General Anestesi dengan teknik Intubas
Endotrakeal. Status fisik pada kasus ini adalah ASA II. Indikasi dilakukannya
2. Pada pasien ini menjemen anestesi dimulai dari pre operatif, intra operatif
3. Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti
baik dari segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Setelah menjalani
kurang dari 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 .
http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.ht
ml