Anda di halaman 1dari 9

KARYA ILMIAH

SEJARAH INDONESIA

“SANGIRAN LABORATORIUM MANUSIA PURBA”

DISUSUN OLEH : ANNISA AYU DARWANTI

KELAS : X MIA V

SMA 3 KONAWE SELATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Salam dan salawat semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita kearah yang benar, sehingga saya
dapat menyelesaikan karya tulis yang bertajuk SANGIRAN LABORATORIUM MANUSIA
PURBA. Terima kasih kepada bapak/ibu guru yang telah memberikan kesempatan untuk
mengerjakan karya tulis ilmiah ini, dan orang tua di rumah dan memfasilitasi dan memberikan
doa untuk kelancaran penulisan ini.

Dalam penyusunan karya tulis ini mungkin terdapat banyak kesalahan, maka saran dan
kritikan dibutuhkan untuk bisa memperbaiki kesalahan dalam penulisan karya tulis ini. Saya
ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membaca karya tulis ilmiah ini.

Rambu-rambu, 3 Oktober 2018

Penyusun
DAFTER ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Situs Sangiran


B. Jenis-jenis Manusia Purba di Sangiran

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sangiran merupakan lahan perbukitan tandus yang berada di perbatasan Kabupaten Sragen
dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Sangiran adalah
situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C
Schemulling tahun 1864 dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso. Luas situs
Sangiran mencapai 56 km2 , lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,
yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Dilokasi Sangiran ini pula ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus untuk pertama
kalinya oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koeningswald.

Koleksi yang tersimpan di museum Sangiran mencapai 13.806 yang tersimpan pada dua
tempat yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875di dialam ruang penyimpanan.
Bahkan banyak orang asing yang menggunakan kawasan Sangiran sebagai pusat laboratorium
penelitian manusia purba. Museum Sangiran menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan
seperti Antropologi, Geologi, Paleoanthropologi.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana Sejarah Situs Sangiran
 Apa saja Jenis-jenis Manusia Purba di Sangiran

C. Tujuan
 Untuk mengatahui Sejarah Situs Sangiran
 Untuk mengetahui Jenis-jenis Manusia Purba di Sangiran
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Situs Sangiran


Akhir abad ke-19, Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di Sangiran, namun tidak
terlalu intensif, kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil, Ngawi.
Tahun 1934, ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian
diarea sangiran, setelah mencermati laporan – laporan berbagai penemuan balung buta ("tulang
raksasa") oleh warga. Dengan dibantu oleh Toto Marsono, kepala desa Krikilan, setiap hari von
Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung buta, yang kemudian ia bayar.
Pada tahun – tahun berikutnya hasil penggalian menemukan berbagai fosil Homo erectus
lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil Homo erectus atau hominid lainnya dengan variasi yang
besar, termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan
kawasan sekitarnya. Penggalian oleh tim von Koenigswald berakhir 1941. Koleksi - koleksinya
sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran, yang
kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran
Sangiran merupakan sebuah situs arkeologi (situs manusia purba) di Indonesia dan
merupakan museum terlengkap diasia. Sangiran terletak disebelah utara Kota Solo dan berjarak
sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran
berada di jalur jalan raya Solo Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso
(Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran,
Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km. Situs Sangiran
memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997).
Situs Sangiran merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai
tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Pada tahun 1977 Sangiran
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh
karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico.
Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage
(No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).
B. Jenis-jenis Manusia Purba di Sangiran
a. Megantropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata Megan = besar, Anthropus = manusia,
Paleo = tua, Javanicus = dari Jawa. Jadi dapat disimpulkan bahwa Megantropus paleojavanicus
adalah Manusia tertua berbadan besar yang berasal dari Jawa. Mereka hidup denan cara
mengumpulkan makanan. Makanan mereka berasal dari tumbuh -tumbuhan dan buah -
buahan. Ditemukan oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Von koenigswald di Daerah
Sangiran, Jawa tengah antara 1936 - 1941 pada lapisan bawah (Plestosen bawah ) dan
diperkirakan hidup satu sampai dua juta tahun yang lalu.
Ciri-ciri Fisik :
 Memiliki tulang pipi yang tebal
 Memiliki otot kunyah yang kuat
 Memiliki tonjolan kening yang mencolok
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam
 Tidak memiliki dagu
 Memiliki perawakan yang tegap

b. Homo Erectus
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling
muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari
volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia
purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus).
Homo merupakanmanusia purba yang memiliki fikiran yang cerdas.
Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada
tahapan Homo sapiens, manusia modern.
Homo erectus pada awal penemuannya diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus. Memiliki
arti manusia - kera yang dapat berdiri.

Telah ditemukan sebanyak 50 individu fosil manusia Homo erectus di Sangiran. Jumlah
ini mewaikili 65% dari fosil Homo erectus yang ditemukan di Indonesia atau 50% dari
populasi Homo erectus di dunia.
Terdapat sebuah penemuan bernama Sangiran 17 (S17) yang merupakan temuan fosil Homo
erectus terbaik.
Ciri-ciri Fisik ;
 Dahi sangat datar
 Tulang kening menonjol
 Orbit mata persegi
 Pipi lebar menonjol
 Mulut menjorok kedepan
 Tengkorak pendek memanjang
 otaknya baru memiliki volume sekitar 800-1100 cc

c. Homo Soloensis
Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan,
Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan
Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun
yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus
Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis
yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari
lapisan Pleistosen Atas.

Ciri - Ciri fisik :

 Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc

 Tinggi badan antara 130 – 210 cm

 Otot tengkuk mengalami penyusutan

 Muka tidak menonjol ke depan

 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

d. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus erectus, yang artinya Manusia kera yang berjalan tegak, berdasarkan
fosil yang di temukan di desa Trinil lembah bengawan solo oleh E. Dubois (1890). Fosil yang
ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak, dan tulang kaki.

e. Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus. Fosil
manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa
Timur. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak.
f. Pithecanthropus Soloensis
Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald
dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931 - 1933. Fosil yang ditemukan
berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri – ciri Fisik :
 Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.
 Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
 Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
 Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
 Hidung lebar dan tidak berdagu.
 Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
 Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Ladang fosil di situs Sangiran sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang
bertebing curam yaitu stratigrafi yang menunjukkan empat formasi (lapisan tanah). Stratigrafi
merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan
tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.

Keberadaan Kawasan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat
melihat lokasi temuan dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini
arealnya seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran
merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa,Indonesia. Sangiran
terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec.
Kalijambe, Kab.Sragen).
2. Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang
penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia).

B. Saran
Kita sebagai penerus bangsa indonesia harus tetap menjaga penemuan-penemuan
purbakara baik yang berada di daerah kita maupun di daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai