Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA”

Kelompok 1:

 Ahmad Nur Jamal


 Ainul Muafiq
 Anisa purnamasari
 Annisa Ayu Darwanti

Kelas X MIA V

Tahun ajaran 2018/2019

SMAN 03 KONAWE SEATAN


KATA PENGANTAR

` Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
karuniahnya-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya.
Dengan membuat makalah ini kami di harapkan mampu untuk lebih agar kami dapat
mengetahui tugas, fungsi, wewenang dan susunan terlengkap

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang baik
lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan kesadaran
tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus bisa menangg api terhadap argumen
tersebut.

Rambu-rambu, 26 September 2018

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai lembaga negara berarti berbicara mengenai alat kelengkapan yang ada

dalam sebuah negara. Alat kelengkapan negara berdasarkan teori klasik hukum negara

meliputi, kekuasaan eksekutif, dalam hal ini bisa Presiden atau Perdana Menteri atau Raja;

kekuasaan legislatif, dalam hal ini bisa disebut parlemen atau dengan nama lain seperti Dewan

Perwakilan Rakyat; dan kekuasaan yudikatif seperti Mahkamah Agung atau supreme court.

Setiap alat kelengkapan negara tersebut bisa memiliki organ-organ lain untuk membantu

melaksanakan fungsinya.

Kekuasaan eksekutif, misalnya, dibantu oleh menteri-menteri yang biasanya memiliki

suatu depertemen tertentu. Meskipun demikian, dalam kenyataanya, tipe-tipe lembaga yang

diadopsi setiap negara berbeda-beda sesuai dengan perkembangan sejarah politik kenegaraan

dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Secara

konseptual, tujuan diadakan lembaga-lembaga negara atau alat kelengkapan negara adalah

selain untuk menjalankan fungsi negara, juga untuk menjalankan fungsi pemerintahan secara

aktual.

secara praktis fungsi negara dan ideologis mewujudkan tujuan negara jangka panjang.

Dalam negara hukum yang demokratik, hubungan antara infra struktur politik (Socio Political

Sphere) selaku pemilik kedaulatan (Political Sovereignty) dengan supra struktur politik

(Governmental Political Sphere) sebagai pemegang atau pelaku kedaulatan rakyat menurut

hukum (Legal Sovereignty), terdapat hubungan yang saling menentukan dan saling

mempengaruhi.

B. Tujuan Penulisan

Salah satu muatan paling penting dari suatu undang-undang dasar (konstitusi) adalah
bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara itu dijalankan oleh organ-organ negara. Organ
atau lembaga negara merupakan subsistem dari keseluruhan sistem penyelenggaraan
kekuasaan negara. Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara menyangkut mekanisme dan tata
kerja antar organ-organ negara itu sebagai satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan
kekuasaan negara. Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara menggambarkan secara utuh
mekanisme kerja lembaga-lembaga negara yang diberi kekuasaan untuk mencapai tujuan
negara.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disingkat
”UUD 1945”) sebelum dan setelah perubahan mengandung beberapa prinsip yang memiliki
perbedaan-perbedaan mendasar. Perubahan atas sistem penyelenggaraan kekuasaan yang
dilakukan melalui perubahan UUD 1945, adalah upaya untuk menutupi berbagai kelemahan
yang terkandung dalam UUD 1945 sebelum perubahan yang dirasakan dalam praktek
ketatanegaraan selama ini. Karena itu arah perubahan yang dilakukan adalah antara lain
mempertegas beberapa prinsip penyelenggaraan kekuasaan negara sebelum perubahan yaitu
prinsip negara hukum (rechtsstaat) dan prinsip sistem konstitusional (constitutional system),
menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada dan membentuk beberapa lembaga negara
yang baru agar sesuai dengan sistem konstitusional dan prinsip-prinsip negara berdasar atas
hukum. Perubahan ini tidak merubah sistematika UUD 1945 sebelumnya untuk menjaga aspek
kesejarahan dan orisinalitas dari UUD 1945. Perubahan terutama ditujukan pada
penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing lembaga negara
disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi modern.
BAB II PEMBAHASAN

A. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lemabha tinggi negara yang anggotanya terdiri
atas anggota DPR yang berjumlah 560 orang dan anggota DPD berjumlah 132 orang DPR
mewakili rakyat dari partai politik peserta pemilu dan DPD merupakan wakil daerah provinsi.
Anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu. Ketentuan mengenain MPR tertuang
didalam UUD 1945 Bab II pasal 2 dan pasal 3 yang bunyinya, sebagai berikut.

Pasal 2

a. MPR terdiri atas anggota DPR serta anggota DPD yang dipilih melalui pemilu, serta
diatur lebih lanjut dengan UU.
b. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam 5 tahun di ibu kota negara.
c. Segala keputusan MPR ditetapakan suara yang terbanyak.

Pasal 3

a. MPR berwenang menguba serta menetapkan UUD.


b. MPR melantik Presiden dan atau Wakil presiden.
c. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau Wakil persiden dalam masa
jabatannya.

Menurut UU No. 22 tahun 2003 mengatur tentang tugas dan wewenang MPR dan
sebagainya.

a. Mengubah serta menetapkan UUD.


b. Melantik Presiden serta Wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang
paripurna MPR.
c. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan presiden serta
wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan disidang paripurna MPR.
d. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan atau tidek dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
e. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi
kekosongan jabatannya salambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari.

B. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Dewan Perwakilan Rakyat adalah suatu lembaga tinggi negara yang berfungsi sebagai
pemegang kekuasaan legislatif, seperti yang termuak dalam UUD 1945 Bab VII pasal 19 sampai
pasal 22 B. DPR memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Fungsi legislatif yaitu membentuk undang-undang.


b. Fungsi pengawasan yaitu mengawasi jalannya pemerintahan.
c. Fungsi anggaran yaitu menetapkan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara
(APBN).

Dari fungsi itu, maka tugas dan wewenang DPR adalah

a. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapatkan persetujuan


bersama.
b. Membahas dan memberikan persetujuan terhadap peraturan pemerintah
pengganti UU.
c. Memerintahkan pertimbangan DPD atas rancangan UU yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan dan agama.
d. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU APBN serta kebijakan
pemerintah.

C. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Dewan Perwakilan Daerah adalah suatu lembaga tertinggu negara. Dalam UUD 1945
pasal 2 dinyatakan bahwa “MPR terdiri atas anggota DPR serta anggota DPD yang dipilih
memalui pemilu, serta diatur lebih lanjut dengan UU”. Jika dibahas tentang peran yang
diberikan oleh ketentuan perundang-undangan kepada DPD, maka dapat diketahui bahwa DPD
tidak setara dengan DPR dan presiden. Tugas serta wewenang DPD sebagai berikut.

1. Mengajukan RUU kepada DPR yang berkaitan dengann:


a. Pembentukan dan mekekaran sarta penggabungan daerah
b. Otonomi daerah
c. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
d. Hubungan pusat dan daerah
e. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
2. Melakukan pembahasan terhadap RUU yang diajukan serta memberi
pertimbangan kepada DPR atas RAPBN yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan dan agama.
3. Melakukan pengaasan atas pelaksanaan UU yang berkaitan dengan otonimi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDM,
pelaksana APBN, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada
DPR untuk ditindak lanjuti.

Prinsip ketidaksertaan kedudukan DPD dengan DPR diatur dalam UUD 1945 pasal 22 C
ayat (3) dan ketentuan pasal 33 ayat (3) UU No. 22 tahun 2003 yang mengatakan bahwa jumlah
seluruh anggota DPR tidak melebihi sepertiga jumlah anggota DPR. Dengan demikian, apabila
dipandang baik dari sudut kelembagaan maupun keanggotaan, DPD merupakan suatu kompene
ketatanegaraan yang baru, selain itu, sehubungan dengan ketetapan tiap-tiap daerah yang tidak
akan sama, maka menimbalkan ketidaksamaan pada visi dari tiap-tiap anggota DPD sehingga
mereka akan berjuang sendiri-sendiri untuk kepentingan daerahnya yang beragam itu.

D. Presiden/Wakil presiden

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan
sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah
amandemen UUD 1945 presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Presiden dan wakil
presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau mengucapkan janji dan dilantik oleh
ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan
pemerintahan sesuai dengan program yang telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan
pemerintahan, presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di negara
sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota negara sahabat
itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili negara Indonesia di kota tertentu
di bawah kedutaan besar kita.
c. Menerima duta dari negara lain
d. Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga negara
Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama baik
Indonesia.
Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan tertinggi untuk
menyelenggarakan pemerintahan negara Indonesia. Wewenang, hak dan kewajiban Presiden
sebagai kepala pemerintahan, diantaranya:

a. Memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar.


b. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR.
c. Menetapkan peraturan pemerintah.
d. Memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang- Undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
e. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang
yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau
kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar
kehormatannya.
f. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Amnesti
adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh negara kepada
tahanan-tahanan, terutama tahanan politik. Sedangkan abolisi adalah pembatalan
tuntutan pidana.

Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden juga merupakan
panglima tertinggi angkatan perang. Dalam kedudukannya seperti ini, presiden mempunyai
wewenang sebagai berikut:

a. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR.
b. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
c. Menyatakan keadaan bahaya.

E. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah agung adalah sabuah lembaga teritinggi di dalam sistem tata negara RI
dalam kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung merupakan sebuah lembaga tinggi yang
membawahi lembaga peradilan. Badan-badan peradilan tersebut antara lain. Seperti peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara. Di negara republik
indonesia ini, mahkamah agung merupakan lembga tingi dalam kekuasaan kehakiman yang
bersama dengan mahkamah kunstitusi. Lembaga tinggi negara dibidang kehakiman ini ialah
salah satu lembaga yang bebasdari berbagai macam cabang kekuasaan lembaga lainnya. Dengan
demikian, mahkamah agung ini berdiri sendiri dan bebas dari intervasi lembaga manapun.
Tugas dan fungsi MA sebagai berikut.

a. Melakukan pengawasan tertinggi terhdap penyelenggaraan peradilan disemua


lingkungan peradilan dalam menjalani kekuasaan kehakiman
b. Mengawasi tinggah laku dan perbuatan para hakim disemua lingkungan
peradilan dalam menjalankan tugasnya.
c. Mengawasi denga cermat semua perbuatan para hakim disemua lingkungan
peradilan
d. Untuk kepentingan negara dan keadilan mahkamah angung memberi
peringatan, teguran dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan surat
tersendiri, maupun dengan surat edaran

Wewenang mahkamah agung dalam lingkungan peradilan

a. Memeriksa dan memutuskan permohonan “kasasi terhadap putusan pengadilan


tingkat bidang atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan”.
b. Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kemudian putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuasaan hukum tetap.
c. Menguji secara materi hanya terhadap peraturan perundang-undangan dibawa
undang-undang.
d. Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan
dari semua lingkungan peradilan.
e. Memberi petunjuk, teguran atau peringatan yang dipandang perlu kepada
peradilan disemua lingkungan peradilan, dengan tidak mengurangi kebebasan
hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
f. Memeriksa dan memutuskan permohonan peninjauan kemudian pada tingkat
pertama dan terakhir atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

Susunan mahkamah agung di indonesia

Menurut pengertian mehkamah agung yang mana merupakan lembaga tinggi yang
berperan dalam hal kehakiman, maka keputusan yang dihasilkan oleh lembaga tinggi negara ini
bebas dari intervensi pihak manapun. Mahkamah merupakan sebuah lembaga tertinggi bidang
kehakiman yang berwenang memberi keputusan final suatu masalah atau perkara untuk dapat
menjalankan tugas dengan baik, maka mahkamah agung terdiri dari struktur organisasi yang
rapi.

Dalam pengertian mahkamah agung sebagai lembaga tertinggi negara, maka dalam
lembaga ini terdapat sebuah struktur yang jelas. Susunan pengurusan mahkamah agung
dinegara kesatuan republik indonesia ini terdiri dari pimpinan, hakim anggota, kepaniteraan,
mahkamah angung dan skretariat mahkamah agung. Dengan adanya susunan kepengurusan
mahkamah agung yang jelas ini, maka akan mempermudah kinerja mahkamah agung sebagi
lembaga kehakiman tertinggi dinegara indonesia.

F. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud


dalam UUD Negara repunlik indonesia tahun 1945, sedangkan peran MK penting dalam
mengharmoniskan hubungan antara lembaga negara yang sering berbenturan. Untuk menjamin
akuntabilitas putusannya, hakim MK perlu di lengkapi kelompok ahli yang berfungsi
memberikan wawasan dan pertimbangan bagi MK, banyaknya lembaga negara baru yang
muncul pasca reformasi menimbulkan konflik antar lembaga yang menggangu penyelenggaraan
negara. Konflik antar negara sebenarnya dapat diarahkan menjadi sesuatu yang konstruktif bagi
perkembangan demokrasi pada masa depan.
UUD 1945 hasil amandemen menyebutkan adanya Mahkamah Konstitusi. Mahkamah
Konstitusi memiliki tingkat kewenangan untuk :

a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji undang-undang terhadap
UUD.
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD.
c. Memutus pembubaran Partai Politik.
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (pasal 24C ayat 1).
e. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan atau Wakil Presiden menurut UUD (pasal 24C ayat 2 UUD 1945 hasil
amandemen).

Mahkamah konstitusi beranggotakan Sembilan hakim konstitusi, di mana tiga anggota


diajukan oleh MA, tiga anggota diajukan oleh DPR dan tiga anggota diajukan oleh presiden
(Pasal 24 C (3) UUD 1945).

Calon hakim konstitusi harus memenuhi syarat :

a. warga Negara Indonesia


b. berpendidikan sarjana hukum
c. berusia sekurang – kurangnya 40 tahun pada saat pengangkatan
d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara dengan hukuman 5 tahun atau lebih
e. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan

G. Komisi Yudisial

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan


wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan
persetujuan, maka Komisi Yudisial mempunyai tugas:

a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung


b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
c. Menetapkan calon hakim agung
d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Dan ditegaskan pula dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur
bahwa dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:

a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim.


b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup.
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim.
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan,
kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran
martabat hakim.

Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga mempunyai tugas
mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.

Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial dapat meminta bantuan
kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan
dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim.

Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial sebagaimana


dimaksud pada ayat (3).

Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai
wewenang:

a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan.
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
c. Menetapkan Kode Etik dan atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung.
d. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).

H. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan Keuangan yang bebas
dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan keuangan negara.

Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK
berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

BPK merupakan lembaga pemeriksa keuangan yang bersifat mandiri. Artinya dalam
menjalankan tugasnya badan ini terlepas dari pengaruh pemerintah. Tugas BPK adalah
memeriksa pengelolaan keuangan dan bertanggung jawab tentang keuangan negara. Anggota
BPK dipilih oleh DPR dengan memerhatikan pertimbangan-pertimbangan dari DPD. Hasil kerja
dari BPK ini diserahkan kepada DPR, DPD, juga DPRD sesuai dengan kewenangannya. Badan ini
berdomisili di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Lembaga ini juga
dikenal sebagai lembaga eksaminatif.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga-lembaga penyelenggara merupakan faktor penentu keberhasilan suatu Negara


Indonesia dalam membangun dan mewujudkan cita-cita negara yang di kehendaki berdasarkan
UUD 1945. Dengan adanya perubahan (amandemen) UUD 1945, menyebabkan perubahan juga
pada sistem lembaga-lembaga penyelenggara negara salah satu bukti dari perubahan tersebut
yaitu Negara Indonesia sudah tidak menganut paham pemisahan kekuasaan yang di cetuskan
pertama kali oleh Montesqieu namun telah menganut paham pembagian kekuasaan yang lebih
sesuai dengan karakter dan kebutuhan dari Negara Indonesia. Salah satu perubahan yang cukup
mendasar yaitu perubahan supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi. Pasca Reformasi
Indonesia sudah tidak lagi mengenal istilah “lembaga tertinggi negara” untuk kedudukan MPR
sehingga seluruh lembaga Negara sederajat kedudukannya dalam sistem check and balances.
Seiring dengan itu konstitusi di tempatkan sebagai hukum tertinggi yang mengatur dan
membatasi kekuasaan lembaga-lembaga negara yang menjalankan roda penyelenggaraan
negara.

Lembaga-lembaga penyelenggara Negara setelah perubahan UUD yaitu diantaranya :

1. Lembaga legislatif terdiri dari : MPR, DPR, DPD.


2. Lembaga eksekutif terdiri dari : Presiden dan Wakil Presiden.
3. Lembaga Yudikatif yaitu terdiri dari : MA, MK, KY.
4. Lembaga Eksaminatif yaitu : BPK.

Anda mungkin juga menyukai