Program Anak
Program Anak
Laporan PBL 1
Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tahun 2013
Disusun Oleh:
Firmansyah
NIM. 4004110001
Nisa Nur Alam
NIM. 4004110005
Laporan Akhir PBL 1 ini telah di pertahankan di Hadapan Tim Pengiji program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Bina Putera Banjar dan telah diperbaiki
sesuai dengan masukan tim penguji.
Disahkan :
Nama : Nama :
Mengetahui
Nama :
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt yang
maha pengasih lagi maha penyayang. Karena berkat karunia, rahmat kesehatan
dan karunia Nya, kami dapat menyelesaikan laporan PBL 1 yang berjudul
“GAMBARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK”.
Laporan PBL 1 ini disusun sebagai salah satu tugas dari keseluruhan
kurikulum nasional Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam penyusunan
laporan PBL 1 ini, tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Tak
lupa kami ucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak H. Oman Rokhman S.Sos., M.Kes selaku ketua STIKes Bina Putera
Banjar.
2. Bapak H. Nandang Wahyu Drs., M.Kes selakau Ketua Prodi Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Isyeu Sriagustini S.KM., M.KM selaku pembimbing Akademik.
4. Kepala Puskesmas Banjar 1 bapak Iin Solikin S.KM yang telah
memberikan ijin kepada kami untuk melakukan kegiatan PBL 1 di
puskesmas Banjar 1.
5. Karyawan karyawati puskesmas Banjar 1 yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dalam pelatihan PBL 1.
6. Keluarga nan jauh disana yang tidak pernah lelah untuk memberikan
dukungan dalam segala hal dan tak pernah lelah mengirimkan doa untuk
kami.
7. Rekan- rekan seangkatan yang turut membantu dalam penyusunan laporan
PBL 1.
Dalam penyusunan laporan PBL 1 ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembahasan maupun dalam penyajian. Oleh karena itu, kami
iii
mengharapkan masukan, saran maupun kritik dari pembaca yang dapat
membangun untuk menyempurnakan dan perbaikan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini berguna khususnya untuk kami, dan bagi pembaca.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat 3
Bab II Metode Penelitian
A. Teknik Pengumpulan Data 5
B. Indikator dan Tolok Ukur 5
C. Cara Analisis Data 6
Bab III Analisis dan Pemecahan
Masalah Program KIA
A. Analisis Situasi 9
B. Menetapkan Masalah 9
C. Menetapkan Prioritas Masalah 10
D. Penentuan Penyebab Masalah 12
E. Alternatif Pemecahan Masalah 18
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
Lampiran
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tolak ukur dan pencapaian program KIA Puskesmas Banjar 1
Tabel 3.2 Menetapkan Prioritas Masalah
Tabel 3.3 Standar Input Penentuan Penyebab Masalah
Tabel 3.4 Standar Proses Penentuan Penyebab Masalah
Tabel 3.5 Standar Lingkungan dan Umpan Balik Penentuan Penyebab
Masalah
Tabel 3.6 Alternatif Pecahanan Masalah
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan ibu dan anak (KIA) serta kesehatan reproduksi
masih menjadi fokus penting dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu
dan angka kematian anak merupakan dua indikator penting keberhasilan
pembangunan suatu negara terutama dalam bidang kesehatan, yang
menunjukkan derajat kesehatan negara tersebut. Kedua indikator tersebut
masih cukup tinggi di negara miskin dan negara berkembang, termasuk
Indonesia (DepKes, 2012).
Sampai saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi yaitu
sekitar 307 per 100 ribu kelahiran. Sekitar 75% - 85% kematian ibu
disebabkan oleh sebab langsung (direct causes), yaitu: perdarahan post
partum, abortus tidak aman, sepsis, persalinan tidak maju dan hipertensi
karena kehamilan (misalnya preeklampsia, eklampsia). Kira-kira 15 sampai
20 persen kematian ibu disebabkan oleh sebab tidak langsung (indirect
causes), antara lain anemia (DepKes, 2012).
Menurut penelitian para ahli, terdapat beberapa hal penting yang
menyebabkan perbedaan status kesehatan ibu di negara miskin/ berkembang
dengan ibu di negara maju antara lain wanita hamil di negara maju minimal
10 kali melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan yang terampil.
Sebaliknya, wanita di negara miskin atau berkembang rata-rata hanya
memeriksakan kehamilan satu atau dua kali selama kehamilannya. Karena
sosial ekonomi yang baik serta kesadaran terhadap kesehatan yang tinggi,
wanita di negara maju mendapatkan gizi yang baik sebelum kehamilan,
selama kehamilan dan selama menyusui. Mereka menyadari benar bahwa gizi
ibu merupakan salah satu kunci yang menentukan status kesehatan ibu dan
anak yang akan dilahirkannya. Wanita di negara berkembang/ miskin
belum tentu memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan
1
bahkan mungkin terpaksa harus bekerja keras setiap harinya untuk memenuhi
kebutuhan. Status gizi yang lebih buruk ini membuat ibu hamil rentan
terhadap beberapa penyakit terutama anemia dan penyakit infeksi (Susenas,
2001).
Kaum wanita di negara maju identik dengan tingkat pendidikan yang
tinggi pula. Mereka biasanya memiliki perencanaan reproduksi secara matang
mulai dari kapan menikah, kapan akan hamil, rencana melahirkan berikut
pembiayaannya. Sehingga di negara maju kasus kehamilan yang tidak
diinginkan (unwanted pregnancy) jauh lebih rendah dibandingkan negara
berkembang. Hal tersebut tentu juga berimplikasi terhadap angka kejadian
aborsi tidak aman (unsafe abortion). Sebaliknya di negara berkembang,
jangankan merencanakan masalah pembiayaan, kejadian kehamilannya saja
banyak yang tidak direncanakan (Susenas, 2001).
Selain beberapa hal tersebut, kematian ibu di negara berkembang cukup
tinggi. Pertama, sebagian besar wanita hamil tidak mengetahui tanda-tanda
bahaya kehamilan dan terlambat untuk mengenalinya. Terlambat lainnya
adalah keterlambatan ibu hamil utuk mendapatkan pertolongan. Ini bisa
disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain “patrilinealisme” yang sangat
dipegang oleh masyarakat sehingga untuk membawa ibu hamil ke pusat
pelayanan kesehatan harus mendapatkan persetujuan suami atau bahkan
keluarga besarnya. Selain itu, di daerah terpencil masih ada kesulitan lain
yang cukup mengganggu yaitu masalah transportasi untuk mencapai pusat
layanan kesehatan. Itulah mengapa seringkali ibu hamil datang ke pelayanan
kesehatan dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Keterlambatan
berikutnya adalah jika ibu hamil bermasalah tersebut sudah sampai ke RS,
seringkali perlu waktu berjam-jam untuk menunggu tenaga kesehatan yang
terlatih karena jumlahnya di negara berkembang masih sangat terbatas
(DepKes, 2005).
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan program KIA dengan metode pelaksaan
langsung di puskesmas Banjar 1.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pelaksanaan program KIA yang ada di puskesmas
Banjar 1
b. Diketahuinya masalah dalam pelaksanaan program KIA yang ada di
puskesmas Banjar 1
c. Diketahuinya kemungkinan penyebab masalah pada program KIA
yang ada di Banjar 1
d. Dirumuskannya alternatif penyelesaiaan masalah program promkes di
puskesmas Banjar 1
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mengenai tempat pelayanan kesehatan dan
program kegiatan yang ada di institusi kesehatan.
b. Sebagai sarana untuk memperluas dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan.
2. Bagi Puskesmas Banjar 1
Menciptakan kerjasama yang menguntungkan dan bermanfaat antara
institusi tempat praktek dengan Program Study Ilmu Kesehatan
Masyarakat STIKes Bina Putera Banjar.
3. Bagi STIKes Bina Putera Banjar
a. Memperkenalkan program kepada industri-industri pelayanan
kesehatan
b. Mendapat masukan bagi pengembangan program
c. Terbinanaya jaringan kerjasama dengan institusi tempat praktek dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
3
akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia
yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
4
BAB II
METODE PENELITIAN
5
C. Cara Analisis Data
1. Menetapkan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara tolak ukur dengan hasil
pencapaian. Adanya masalah diidentifikasi dengan membandingkan
keberhasilan pada program dengan tolak ukur.
6
4. Political Climate (PC), banyak sedikitnya perhatian politik
terhadap masalah tersebut (semakin menjadi perhatian politik, nilai
semakin tinggi).
5. Social Benefit (SB), banyak sedikitnya masalah tersebut
memberikan manfaat sosial jika ditangani (semakin banyak
memberi manfaat sosial, nilai semakin tinggi).
c. Vulnerability(V): Sensitivitas jalan keluar
d. Cost (C) : Besarnya biaya.
7
4. Alternatif Pemecah Masalah
Berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih
satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan
memungkinkan. Pemilihan prioritas cara pemecahan masalah ini dengan
memakai metode CARL.
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan.
Metode CARL didasari pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor
1-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
a. C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan).
b. A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan
atau juklak.
c. R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun
kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
d. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya.
Rumus CARL adalah: C x A x R x L
8
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH PROGRAM KIA
A. Analisis Situasi
Program KIA di puskesmas termasuk dalam program basic six. Terdapat
lima kegiatan dalam program KIA yaitu cakupan K1 ibu hamil murni,
cakupan K4 ibu hamil, cakupan Fe 1 ibu hamil, pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan, cakupan neonatus KN3 oleh tenaga kesehatan. Program
KIA di pegang oleh bidan Hani sebagai koordinator pemegang program KIA
dan delapan orang lainnya sebagai staff program KIA. Latar belakang
pendidikan pemegang program KIA adalah D3 kebidanan. Sumber dana yang
digunakan berasal dari APBD dan BOK.
B. Menetapkan Masalah
Identifikasi masalah pada program KIA dilakukan dengan
membandingkan antara pencapaian keluar dengan tolak ukur. Dimana antara
jumlah pencapaian dengan target tidak sesuai ( kurang target/ tidak berhasil).
9
Tabel 3.1
Tolak ukur dan pencapaian program KIA Puskesmas Banjar 1
No Kegiatan KIA Tolak Ukur Pencapaian Masalah
Tidak
Cakupan K1 murni ibu
1. 95% 84.4% mencapai
hamil
target
Tidak
Cakupan Fe 1 ibu
2. 95% 84.7% mencapai
hamil.
target
Tidak
3 Cakupan K4 ibu hamil 90% 77.5% tercapainya
target
Cakupan pertolongan
Tercapainya
4. persalinan oleh tenaga 85% 90.1%
target
kesehatan
Cakupan pelayanan Tidak
5. neonatus (KN3) oleh 90% 89.2% tercapainya
tenaga kesehatan target
Sumber : laporan KIA tahunan
C. Menetapkan Prioritas Masalah
Jika terdapat lebih dari satu masalah, maka harus ditentukan prioritas
masalah. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan dan sumber daya, serta
kemungkinan masalah- masalah tersebut saling berkaitan. Masalah yang
menjadi prioritas adalah yang dianggap paling besar, mudah diintervensi, dan
paling penting, dimana jika masalah tersebut diatasi maka masalah- masalah
lain juga teratasi.
Karena ditemukannya lebih dari satu masalah maka harus ditentukan
prioritas masalah karena adanya keterbatasan dana dan sumber daya.
Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode PAHO.
Penilaian dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tulis masalah yang didapat dari kegiatan analisis situasi.
b. Tentukan expert yang akan dilibatkan dalam penyusunan prioritas.
c. Tentukan skor yang akan dipergunakan dalam penentuan prioritas 1
sampai dengan 5.
d. Pemberian skor oleh expert untuk setiap masalah berdasarkan 4 kriteria
PAHO. (Pemberian skor sebaiknya membandingkan antar masalah dengan
kriteria yang sama).
10
e. Kalikan skor setiap kriteria pada tiap masalah.
f. Tentukan prioritas berdasarkan urutan hasil perkalian. Hasil yang
paling besar merupakan prioritas.
Setelah penilaian dilakukan, hasil penilaian dapat dimasukan ke dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Menetapkan Prioritas Masalah
Total
Masalah M I V C Rangking
(MxIxVxC)
Cakupan K1 ibu
2 2 3 1 12 1
hamil murni
Cakupan K4 ibu
1 2 3 1 6 3
hamil.
Cakupan
pelayanan
neonatus KN3 2 1 1 2 4 4
oleh tenaga
kesehatan
cakupan Fe 1
1 1 2 4 8 2
ibu hamil
11
D. Penentuan Penyebab Masalah.
Masalah dalam pelaksanaan program KIA akan dibahas dengan
mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur masukan, umpan balik,
dan lingkungan.
Pada komponen masukan, yang berpotensi menjadi penyebab masalah
adalah sumber daya manusia termasuk didalamnya adalah dokter, bidan,
perawat, tenaga administrasi dan kader, dana yang tersedia, sarana medis dan
non medis, sarana penyuluhan, sarana pojok oralit dan metode yang
digunakan.
Kurangnya sumber daya manusia, pengetahuan tenaga kesehatan, dan
tenaga pendukung dapat mengakibatkan metode yang digunakan dalam
program KIA dan KB menjadi kurang optimal yang meliputi pelayanan,
pengobatan, penyuluhan dan pelatihan kader. Sehingga partisipasi masyarakat
menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Selain SDM yang kurang faktor
dana dan sarana medis serta non medis juga memegang peranan yang penting.
Oleh sebab itu bila kurang memadai juga dapat menyulitkan pelaksanaan
program ini.
Komponen proses terdiri dari perencanaan yang meliputi perencanaan
oprasional (plan of action) yang jelas, seperti jenis kegiatan, target kegiatan
dan waktu kegiatan. Pengorganisasian yang meliputi adanya struktur
pelaksanaan program, dan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang
jelas. Pelaksanaan yang meliputi. Pencatatan dan pelaporan yang meliputi
penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara periodik (bulanan,
triwulan, semester, dan tahunan), pengisian laporan tertulis secara lengkap
dan penyimpanan laporan tertulis yang benar. Adapun pengawasan meliputi
pengawasan eksternal maupun internal.
Komponen lingkungan juga berperan dalam keberhasilan program.
Komponen lingkungan ini meliputi tingkat pendidikan dan pengetahuan
masyarakat yang masih rendah dan tingkat sosial ekonomi yang masih
rendah. Tingginya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi masyarakat dalam
menerima dan memahami informasi mengenai KIA. Sementara tingginya
12
tingkat kemampuan sosial ekonomi dapat memepengaruhi kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memeperoleh layanan kesehatan.
Komponen umpan balik terdiri dari masukan hasil laporan setelah
dilaksanakannya program KIA selama satu periode. Hasil pelaporan ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan puskesmas untuk menyusun
rencana program pada periode selanjutnya sehingga diharapkan adanya
perbaikan dari yang sebelumnya.
Adapun tolak ukur dari masing- masing komponen dapat dilihat sebagai
berikut:
13
Tabel 3.3
Standar Input Penentuan Penyebab Masalah
Penyebab
No Variabel Tolak Ukur Pencapaian
Masalah
Tenaga pelaksanaan Tenaga
minimal terdapat 4 orang pelaksanaan
dengan latar belakang sudah
1 Tenaga pendidikan D3 kebidanan mencukupi. (-)
Terdapat 9
orang bidan
pada program
KIA
Tersedianya dana khusus Dana berasal
2 Dana untuk pelaksanaan program dari APBD dan (-)
yang berasal dari APBD BOK
dan BOK
Tersedianya sarana: Tersedianya
peralatan medis.
Sarana Medis: Alat
pemeriksaan ibu hamil Tersedianya
peralatan non
seperti stetoskop,
medis
timbangan bayi, timbangan
dewasa, alat KB, pengukur Tersedianya
tinggi badan, tempat tidur sarana
pemeriksa, termometer, penyuluhan
3 Sarana cool pack, vaccine carrier, (-)
dan refrigerator.
Sarana Non Medis: ruang
persalinan, meja alat, stok
buku KMS, stok formulir
MTBS bayi, stok register
kohort bayi dan balita,
poster iklan layanan
masyarakat.
14
Tabel 3.4
Standar Proses Penentuan Penyebab Masalah
Penyebab
No Variabel Tolak Ukur Pencapaian
Masalah
Adanya perencanaan Planning of
operasional (plan of action
action) yang jelas: sudah
1 Perencanaan Jenis kegiatan, target dibuat (-)
kegiatan, waktu
kegiatan.
15
kesehatan ibu dan kader desa
anak, kemampuan yang
membuat oralit dan terpilih.
memeberikannya. Namun
belum
maksimal
karena
tidak semua
ibu hamil
memeriksa
kehamilany
a ke
puskesmas
secara
rutin.
16
Tabel 3.5
Standar Lingkungan dan Umpan Balik Penentuan Penyebab Masalah
Penyebab
No Variabel Tolak Ukur Pencapaian
Masalah
Tingkat Tingkat
pendidikan pendidikan
menengah atau masyarakat
tinggi menunjang di wilayah
keberhasiln kerja
pencapaian Puskesmas
program. Banjar I
Tingginya tingkat umumnya
pendidikan dapat tingkat
memepengaruhi rendah-
kemampuan menengah
masyarakat dalam tapi untuk
1 Lingkungan menerima dan kesadaran (-)
memahami masyarakat
informasi tentang
mengenai KIA dan pentingnya
KB. KIA sangat
Tingginya tingkat tinggi.
ekonomi dapat
mempengaruhi
kemauan dan
kemampuan
masyarakat untuk
memeperoleh
layanan kesehatan.
17
E. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan pada point D didapatkan penyebab masalah.
Tabel 3.6
Alternatif Pecahanan Masalah
Prioritas
Alternatif Pemecahan
No Penyebab Masalah pemecahan
Masalah
masalah
1. Standar Proses: Menambah tenaga Karena pada
Pengorganisasian pelaksana program puskesmas
petugas yang masih agar tidak Banjar 1 tiap
merangkap program merangkap dengan petugas
lain. program lain. kesehatan
Pelaksanaan Melakukan memegang
pelatihan kader pelatihan lebih dari satu
masih belum di penyuluhan pada program
maksimalkan kader secara puskesmas,
berkala. maka
menambah
tenaga
pelaksanaan
program agar
para
pemegang
program bisa
fokus dalam
menjalankan
program.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil kegiatan program KIA di Puskesmas Banjar 1, yang
menjadi masalah pada program KIA adalah belum tercapainya cakupan
K1 murni ibu hamil, belum tercapainya cakupan K4 ibu hamil, belum
tercapainya Fe1 ibu hamil, belum tercapainya pelayanan neonatus KN3
oleh tenaga kesehatan.
2. Berdasarkan hasil identifikasi masalah terdapat prioritas masalah yaitu
cakupan K1 murni ibu hamil. Pencapaian K1 belum mencapai target
karena jumlah PUS yang tidak sesuai.
B. Saran
Tingkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sarana dan fasilitas
kesehatan masyarakat, sehingga angka kematian inu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) diharapkan tidak terjadi di tahun yang akan datang.
19