Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amelia Abriani Ismail

Npm : 0227 1611 003

Kelas : VI A- Akuntansi

Mata Kuliah : Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif

Investigasi Teknik Audit dan Teknik Perpajakan

1. Teknik-teknik Audit
a. Memeriksa Fisik dan Mengamati
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan
sebagai perhitungan uang tunai, kas berharga, persediaan barang, aset
tetap, dan barang berwujud lainnya. Mengamati sering diartikan sebagai
pemamfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu.
Dalam kedua teknik ini investigator menggunakan inderanya,
untuk mengetahui atau memahami sesutau. Contohnya: Dari kunjungan
ke lokasi yang terkena dampak semburan lumpur panas di porong
sidoarjo tahun 2006, investigator menyaksikan sendiri apa yang terjadi
dan luasnya musibah. Ini salah satu bentuk pemahaman. Investigator
mempunyai “bayangan” pemahaman ini penting ketika nantinya ia
membaca laporan para ahli secara rinci tentang luasnya kerusakan dan
besarnya kerugian.
b. Meminta Informasi dan Konfirmasi
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee,
merupakan prosedur yang biasa dilakukan auditor. Permintaan informasi
harus dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari
sumber lain atau diperkuat dengan cara lain.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain untuk menegaskan
kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Teknik ini umumnya
diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo utang-piutang.
c. Review Analitikal
Deloitte Haskins & Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte
Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit manual
mereka di tahun 1930-an. Di akhir 1960-an dan awal 1970-an DHS
mengembangkan berbagai perangkat lunak untuk review analitikal, di
antaranya Statistical Techniques for Analytical Review (STAR) in
Auditing. Dalam review analitical yang penting bukannya perangkat
lunaknya, tetapi semangatnya seperti dikatakan Houck “think analytical
first”! ini ciri auditor (dan investigator) yang tangguh. Ada beberapa teknik
review analitikal disajikan dengan label tertentu untuk memudahkan
pemahaman, yaitu :
1) Betriebs Vergleich dan Zeit Vergleich
Dalam Betriebs Vergleich kita membandingkan perusahaan
(Betriebs) yang kita audit investigatif dengan saingannya yang
seukuran. Sedangkan dalam Zeit Vergleich kita membandingkan
perusahaan yang kita audit investigatif pada saatsekarang
dengan hal yang sama di masa (Zeit) lalu.
2) Membandingkan Anggaran dengan Realisasi
Membandingkan data anggaran dan realisasi dapat
mengindikasikan adanya fraud. Hal yang perlu dipahami di sini
adalah mekanisme pelaksanaananggaran, evaluasi atas
pelaksanaan anggaran, dan insentif (keuangan maupun
nonkeuangan) yang terkandung dalam sistem anggarannya.
3) Analisis Vertikal dan Horizontal
Analisis vertikal dan horizontal merupakan analisi rasio laporan
keuangan. Analisis vertikal meunjukkan rasio antara suatu akun
dengan akun lainnya dalam laporan keuangan untuk tahun yang
sama. Analisis horizontal menunjukkanperubahan (kenaikan atau
penurunan) suatun akun untuk suatu tahun (periode)
dibandingkan tahun sebelumnya atau berikutnya.
4) Hubungan Antara Satu Data Keuangan dengan Data Keuangan
Lain
Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan
keuangan, bisa mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan
untuk review analitikal. Contoh: angka penjualan dengan piutang
dan persediaan rata-rata.
5) Menggunakan Data Nonkeuangan
Inti dari review analitikal adalah mengenal pola hubungan,
relationship pattern. Pola ubungan ini tidak mesti hanya antara
satu data keuangan demgan data keuangan lain. Pola hubungan
nonkeuangan pun bisa bermacam-macam bentuknya.
6) Regresi atau Analisi Trend
Dengan data historikal yang memadai (makin banyak makin baik,
ceteris paribus), review analitikal dapat mengungkapkan trend.
Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan grafiknya,
misalnya STAR, perangkat lunak Deloitte yang disebut diatas.
7) Menggunakan Indikator Ekonomi Makro
Ada hubungan antar besarnya pajak penghasilan yang diperoleh
dalam suatu tahun dengan indikator-indikator ekonomi seperti
inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa, indikator
ekonomi negara-negarayang menjadi partner perdagangan
indonesia, harga minyak mentah dan komoditi lain, dan lain-lain.
Ini merupakan bidang studi yang ditekuni para ahli ekonomi
makro dan ekonometri.
2. Teknik Perpajakan
a. Net Worth Method
Net worth method untuk investigasi pajak ingin membuktikan
adanya PKP yang belum dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk organized
crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang tidak
sah, melawan hukum, atau illegal income.
1) Net Worth Method untuk Perpajakan
Di Indonesia wajib pajak diwajibkan melaporkan penghasilannya
secara lengkap dan benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan
Tahunan, dalam hal ini SPT PPh). Pemeriksa pajak menetapkan net
worth atau kekayaan bersih pada awal tahun. Ini diperoleh dari
pengurangan seluruh assets seseorang dengan seluruh liabilities-nya.
Jadi di awal tahun tertentu,sebutlah Tahun-1, net worth = assets-
lialibilities. Hal yang sama dilakukan untuk menentukan net worth
Tahun-2. Selanjutnya, net worth Tahun-1 dibandingkan dengan net
worth tahun-2. perbandingan ini akan menghasilkan kenaikan net
worth (net worth increase) yang seharusnya sama dengan PKP untuk
tahun-2. Karena itu kenaikan net worth ini dibandingkan dengan
penghasilan yang dilaporkan dalam SPT PPh tahun-2.
2) Net Worth Method untuk Organized Crime
Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal
income. Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk
memerangi korupsi. Ketentuan perundang-undangannya sudah ada,
yakni laporan mengenai kekayaan pejabat. Legal income adalah
semua penghasilan yang dilaporkan yang bersangkutan. Inilah yang
dibandingkan dengan net worth increase (sesudah di-adjust dengan
personal expenses) untuk menentukan illegal income.
b. Expenditure Method
Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan,
penerapan Expenditure Method juga dipelopori IRS. Expenditure Method
yang merupakan derivasi atau turunan dari net worth method digunakan
IRS sejak tahun 1940an. Ketika RICO Act diundangkan dalam tahun
1970, Expenditure Method dimanfaatkan sebagai petunjuk organized
crime. Expenditure Method juga merupakan cara pembuktian tidak
langsung.
Seperti Net Worth Method, Expenditure Method juga dimaksudkan
untuk menentukan unreported taxable income. Expenditure Method lebih
cocok untuk para wajib pajak yang tidak mengumpulkan harta benda,
tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).
Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus
perpajakan apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
1) Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
2) Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya
karena terbakar.
3) Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
4) Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.
5) Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat
diidentifikasi.

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus


organized crime apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau
dominan:

1) Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah,


saham, perhiasan, mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.
2) Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar
kemampuannya.
3) Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua
saksi yang memberatkan dia adalah para penjahat yang sudah
dijatuhi hukuman.
4) Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya
dalam kejahatan penebangan hutan ilegal), menghitung kerugian
negara (dalam kasus korupsi), dan pungutan negara lainnya.

Referensi

Tuanakota M. Theodorus. 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Penerbit


Salemba Empat. Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai