Proposal - Aprilia Cahaya Wati
Proposal - Aprilia Cahaya Wati
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Pendidikan merupakan proses memanusiakanmanusia.Pendidikan
merupakan proses pembelajaran dimana peserta didik menerima dan memahami
pengetahuan.Pendidikan memilik peranan penting dalam meningkatkan Sumber
Daya Manusia(SDM) yang dapat mengkuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai perkembangan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara global yaitu manusia yang memiliki keterampilan tinggi,
pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemajuan bekerja sama yang
efektif. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari proses perencanaan,
pelaksanaan, dan asesmen pembelajaran. Hal ini yang membuat pemerintah
berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan di
Indonesia diharapkan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tidak kalah bersaing dengan SDM di negara-negara lain dalam menghadapi
perkembangan teknologi.
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:
16).Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan agar peserta didik
memperoleh pengetahuan, mengembangkan intelektual serta emosional secara
optimal, sehingga peserta didik dapat mengimplementasikan dalam kehidupan.
Undang-undang No. 20 Tahun pasal 3 menyatakan “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
menusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003).
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan pendidikan agar terapai
visi pendidikan nasional.Untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan
2
merasa bosan karena setiap materi fisika dipenuhi dengan rumus-rumus, tanpa
mereka tahu manfaat dari mempelajari materi tersebut.Selain itu, guru tidak
memulai pembelajaran dengan fenomena-fenomena yang ada di sekitar peserta
didik. Hal inilah yang membuat peserta didik cepat merasa bosan dan jenuh saat
proses pembelajaran serta lebih sulit untuk memahami materi pembelajaran.
Akibatnya, pembelajaran seringkali tidak memupuk nilai-nilai karakter yang
seharusnya dimiliki oleh peserta didik.Hal ini menyebabkan tidak tercapainya
sikap spiritual dan sikap sosial seperti yang diharapkan oleh Kurikulum 2013.
B. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, maka
penulis mengidentifikasikan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Belum terdapat pengembangan LKPD yang berbasis HOTS.
2. Hanya pemanfaatan buku paket yang disediakan oleh pihak sekolah dan
LKPD dari penerbit.
3. Pendidik belum membuat LKPD secara mandiri sesuai kebutuhan peserta
Didik.
4. Pola pengajaran dengan metode ceramah kurang meningkatkan minat
belajar peserta didik dan belum menerapkan HOTS dalam proses
pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan kemampuan yang
penulis miliki, serta dikarenakan agar penelitian lebih terarah, terpusat, dan sesuai
dengan hasil yang diharapkan, maka berdasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah di atas, maka masalah dibatasi:
1. Materi yang akan diberikan sesuai dengan silabus kurikulum 2013 kelas X
semester 1, yaitu tentang Besaran Pengukuran dan Vektor.
2. Tahap penelitian Research and Development (R&D) pada LKPD
berorientasi HOTS ini yaitu sampai uji kalangan terbatas.
3. Kepraktisan produk ini diuji pada siswa kelas X SMAN 1 2x11
KAYUTANAM.
4. Efektivitas pada produk ini diuji pada siswa kelas X SMAN 1 2x11
KAYUTANAM.
D. Rumusan Masalah
2. Bagaimana pendapat para ahli terhadap LKPD berbasis HOTS pada materi
Besaran Pengukuran dan Vektor ?
3. Bagaimana respon peserta didik terhadap LKPD berbasis HOTS pada
materi Besaran Pengukuran dan Vektor ?
E. TujuanPenelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembuatan adalah:
1. Menghasilkan produk LKPD berorientasi HOTS dalam model pembelajaran
inkuiri terbimbing untuk siswa kelas X Sekolah Menengah Atas.
2. Menentukan validitas, efektivitas dan praktikalitas LKPD berorientasi HOTS
dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelas X Sekolah
Menengah Atas.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Guru bidang studi Fisika, menambah wawasan dan memperoleh pedoman
dalam membuat bahan ajar.
2. Siswa, salah satu teknik yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan,
kemandirian dan penguasaan konsep Fisika.
3. Bagi peneliti :dapat menembah wawasan dan pengetahuan serta menjadi
pengalaman langsung tentang penerapan model inkuiri terbimbing pada
proses kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi pelajaran fisika
4. Peneliti lain, sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut.
H. Definisi Istilah
Proposal penelitian ini memuat beberapa istilah yang sering digunakan:
1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan lembar kerja peserta didik
dalam melakukan proses pembelajaran sesuai materi yang akan dicapai
2. Higher Order Thinking Skill(HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat
keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bahan Ajar
Pengertian bahan ajar dalam National Centre for Competency Based
Training adalah “segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Baik berupa bahan
tertulis maupun tidak tertulis” (Prastowo 2009:16).Prastowo(2009:16) mengatakan
bahwa “bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik
tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar”. Pannen dalam (Prastowo 2009:17)
mengungkapkan bahwa “bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran
yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar merupakan segala bahan baik berupa alat maupun buku yang disajikan
secara sistematis menurut kompetensi yang akan dicapai siswa dan digunakan
dalam proses pembelajaran. Misalnya seperti buku pelajaran, modul, handout,
LKS, model atau maker, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.
Menurut Prastowo (2009:24 - 26) ada dua klasifikasi fungsi pembuatan bahan
ajar, yaitu sebagai berikut.
a. Bagi pendidik, antara lain: memiliki bahan ajar yang bisa membantu
pelaksanaan pembelajaran.
b. Bagi siswa, antara lain: belajar jadi lebih menarik, banyak mendapat
kesempatan belajar mandiri, dan mudah dalam memahami kompetensi
yang harus dikuasai.
belajar tanpa adanya buku pedoman. Di sisi lain, apabila bahan ajar yang sesuai
dengan kurikulum berlimpah juga akan sangat membingungkan bagi guru dan
siswa untuk memilih buku yang sesuai untuk pembelajaran. Oleh karena itu,
pengembangan bahan ajar juga dirasa penting dalam kondisi ini.Salah satu
kelebihan bahan ajar yang dikembangkan sendiri adalah bahan ajar tersebut sesuai
dengan karakteristik siswa, budaya, dan kondisi lingkungan. Selain itu, bahan ajar
tersebut juga kaya akan sumber referensi.
Bahan ajar berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan siswa.Agar mudah
untuk dipedomani tentu saja bahan ajar ini harus memiliki bagian-bagian atau
unsur-unsur tertentu dengan fungsinya masing-masing.Terkait dengan hal ini,
Prastowo (2009:28 - 30) mengungkapkan unsur-unsur bahan ajar yang harus ada
agar bisa dihasilkan suatu bahan ajar yang utuh sebagai berikut.
a. Petunjuk belajar
Menjelaskan tentang bagaimana pendidik menjelaskan materi yang
terdapat dalam bahan ajar dan bagaiaman siswa mempelajari bahan yang
terdapat di dalam bahan ajar tersebut.
b. Kompetensi yang akan dicapai
Memuat mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran.
c. Informasi pendukung
Merupakan informasi tambahan sehingga siswa lebih mudah memahami
materi dan informasi yang didapat siswa lebih komprehensif.
d. Latihan-latihan
Memuat tugas dan latihan untuk dikerjakan siswa setelah mempelajari
bahan ajar, sehingga kemampuan siswa akan semakin terasah.
e. Petunjuk kerja atau lembar kerja
Memuat tentang petunjuk atau langkah kerja untuk melakukan suatu
kegiatan atau praktikum.
f. Evaluasi
Memuat sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana pencapaian kompetensi siswa.
10
Sebuah bahan ajar merupakan kumpulan materi atau informasi yang disusun
secara sistematis.Sistematis di sini bukan hanya berdasarkan materi, namun juga
berdasarkan unsur-unsurnya.Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat ada beberapa
unsur-unsur bahan ajar.Sebuah bahan ajar yang utuh harus memiliki semua unsur
tersebut agar mampu memenuhi fungsi dan manfaat bahan ajar dan agar tidak
membuat bingung pengguna bahan ajar.
2. LKS
LKS merupakan salah satu bentuk dari bahan ajar.LKS adalah lembaran-
lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.Menurut Dhari
(1998) “Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran yang berisikan pedoman
bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar pada pokok kajian tertentu”. LKS
dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Pada LKS telah disusun cara
kerja, buku penunjang, waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan,
bahkan dapat dilengkapi dengan tabel untuk menulis kegiatan yang diamati. LKS
dapat dipakai untuk mempercepat waktu pembelajaran dan melengkapi materi
pelajaran pada buku paket.
LKS terbagi atas dua bentuk yaitu LKS eksperimen dan LKS non
eksperimen. Menurut Depdiknas (2008:17) bahwa :
11
Dua bentuk LKS yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Pertama, LKS eksperimen yang digunakan
untuk membimbing siswa dalam kegiatan praktikum atau menemukan konsep
dengan kerja ilmiah di laboratorium. Jadi, LKS ini berguna dalam keterampilan
proses. Kedua, LKS non eksperimen yang digunakan sebagai alternatif dalam
proses pembelajaran yang tidak ditunjang oleh laboratorium. Kedua macam LKS
ini diperlukan dalam proses pembelajaran Fisika di sekolah.Guru perlu mengikuti
prosedur dalam menyiapkan sebuah LKS. Adapun prosedur tersebut adalah: (1)
Analisis Kurikulum; (2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS; (3) Menentukan Judul
LKS; (5) Penulisan LKS (Depdiknas, 2008). Penulisan LKS mempunyai langkah-
langkah yaitu : perumusan KD yang harus dikuasai, menentukan alat penilaian,
penyusunan materi, dan struktur LKS.
pelajaran tidak diberikan secara langsung.Peran peserta didik dalam model ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru atau
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik belajar.Amri dan
Ahmadi (2010:89) menyatakan bahwa inkuiri terbimbing merupakan kegiatan
inkuiri dimana masalah dikemukakan guru atau sumber dari buku teks kemudian
peserta didik bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut
dibawah bimbingan intensif guru.
Menurut (W. Gulo, 2002:83) Inkuri berarti suatu rankaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyilidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama
kegiatan mengajar pada model inkuiri adalah:
1. keterlibatan siswa secara meksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan
belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2. keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pelajaran.
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Arifin(2015: 2) mendefenisikan inkuiri terbimbing adalah suatu model
pembelajaran Inkuiri yang pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas pada siswa. Sebagian perencanaan pembelajaran dibuat oleh
guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran
dengan model Inkuiri Terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Gulo (2002:84)mendefinisikan model penyelidikan sebagai urutan
pembelajaran yang mencakup secara maksimal semua kemampuan siswa untuk
menyelidiki dan menemukan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuan mereka dengan percaya diri. Dengan
penggunaan kegiatan penyelidikan, bimbingan guru yang luas menjadi bagian
yang penting. Pendekatan penyelidikan memudahkan siswa untuk
mengembangkan secara mandiri untuk sistem berpikir, investigasi, dan cara
bertindaknya. Investigasi dan percobaan dapat melatih siswa untuk memahami
15
keterampilan pengolah sains. Oleh karena itu, untuk melatih keterampilan ini,
model berbasis Inkuri dapat dimanfaatkan. Pembelajaran tanya jawab
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk memperluas pengetahuan
dan membantu mereka mengembangkan pemahaman konseptual.
Putra (2013:96) menyatakan bahwa inkuri terbimbing adalah bagian dari
inkuiri dimana guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan dengan
memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.Gurupun
mempunyain peranan aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
penyalesaianya.
Pelaksanaan kegiatan belajar dalam inkuiri terbimbing harus dikelola
dengan baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal.
Amir dan Ahmad (2010:89) menjelelaskan bahwa inkuiri terbimbing cocok
diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dari prinsip-prinsip yang
mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Model inkuiri terbimbing digukan bagi
peserta didik yang kurang berpengalaman belajar dengan inkuiri terbimbing.
Selama proses belajar, pada dasarnya peserta didik akan memperoleh
pedoman sesuai dengan diperlukan. Bimbingan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multiarah yang menggiringi peserta didik agar
bisa memahami konsep-konsep pelajaran fisika.Selain itu, bimbingan juga dapat
diberikan melalui lembar kerja peserta didik yang terstruktur.
Model pembelajaran berdasarkan Inkuiri Terbimbing mempunyai beberapa
ciri. (Arifin, 2015:3) menjelaskan bahwa model pembelajaran dengan model
Inkuiri Terbimbing memiliki ciri-ciri:
a. Ruang lingkup untuk melakukan suatu penyelidikan atau pengamatan
diberikan kepada siswa.
b. Siswa melakukan restrukturisasi masalah-masalah.
c. Siswa melakukan identifikasi masalah berdasarkan penyelidikan atau
pengamatan, dan
d. Siswa melakukan “Trial and Error” atau berspekulasi berbagai cara untuk
memecahkan masalah dan kesulitan.
16
d. Mengumpulakan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk mengaji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada peserta didik tentang
data-data yang relevan.
Jayce dan Weil (2009) menyabutkan tahapan-tahapan inkuiri terbimbing
sebagai berikut: 1) Guru memberikan maslah. Guru membimbing merumuskan
masalah. 2) Guru membimbing siswa merumuskan hipotesis. 3) Guru
membimbing dan memfasilitasi siswa dalam merancang eksperimen untuk
mengumpulkan data. 4) Guru membimbing siswa membuat induksi atau
generalisasi (penyimpulan). 5) Guru membimbing siswa unuk membutikan
kembali generalisasinya.
prosentase, uji gain, dan t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1).
Pengembangan LKS bermuatan KGS terdiri dari 22 pertanyaan dinyatakan layak
oleh tim validator. 2). Pengembangan LKS yang diberikan treatment adalah
efektif. 3). Metode ini berpengaruh positip terhadap peningkatan HOTS siswa.
6. Kerangka Berfikir
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu media yang
banyak digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan LKPD
efektif dalam membantu proses pembelajaran. Penggunaan LKPD memiliki
manfaat bagi guru dan peserta didik. LKPD merupakan sarana yang digunakan
untuk mengoptimalkan peran aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
22
23
24
25
26
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Muslich (2010:57) mengemukakan bahwa
“penelitian yang berjenis pengembangan memfokuskan pada uji coba atau
penerapan suatu gagasan dalam rangka pemecahan masalah aktual. Oleh karena
itu, penelitian ini lebih bersifat praktis-pragmatis karena akan membuahkan hasil
atau produk”. Misalnya, untuk memecahkan masalah pembelajaran Fisika yang
akan diteliti perlu pengembangan strategi pembelajaran yang menarik. Menurut
Sukmadinata (2010:164) “penelitian dan pengembangan (R & D) adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan”.
Salah satu bentuk produk tersebut biasanya berbentuk benda atau perangkat keras
(hardware), seperti buku, modul, handout, alat bantu pembelajaran di kelas,
ataupun model-model pendidikan dan media pembelajaran.
Research and Development dapat dilakukan dengan cara membandingkan
keadaan sebelum dan keadaan sesudah (before-after) seperti diperlihatkan pada
desain di bawah ini:
O1 X O2
B. Prosedur Pengembangan
Model pengembangan dalam penelitian ini mengadaptasi model
pengembangan Borg & Gall. Tahap-tahap penelitian pengembangan menurut Borg
& Gall dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2006:169-170) terdiri dari sepuluh
langkah, yaitu (1) studi pendahuluan dan pengumpulan data (research and
information collecting), (2) perencanaan (planning), (3) pengembangan produk
(develop preliminary form of product), (4) uji coba lapangan awal (preliminary
field testing), (5) revisi hasil uji coba (main product revision), (6) uji coba
lapangan awal (main field testing), (7) penyempurnaan produk hasil uji coba
lapangan (operasional product revision), (8) uji pelaksanaan lapangan
(operasional field testing), (9) penyempurnaan produk akhir (final product
revision), (10) diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation).
30
4) KI dan KD
Memuat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai acuan dalam
pembuatan LKPD agar isi LKPD tidak menyimpang dari KI dan KD.
5) Petunjuk Penggunaan LKPD
Memuat panduan tata cara penggunaan LKPD, yang berisi langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mempelajari LKPD secara benar.
6) Peta Konsep
Memuat kerangka materi pembelajaran.
7) Indikator Pembelajaran
Memuat kompetensi yang akan dicapai peserta didik, yang meliputi aspek
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
8) Pendahuluan
Berisi materi/informasi pengantar yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari.
9) Permasalahan dan Rumusan Masalah
Penyajian gambar yang berisikan permasalahan sehingga mendorong peserta
didik untuk menuliskan permasalahan dan merumuskan rumusan masalah.
10) Hipotesis
Penyusunan dugaan sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
Penyusunan hipotesis dilakukan oleh peserta didik.
32
peninjauan oleh dosen pembimbing dan penilaian oleh validator ahli yang
kemudian produk akan di uji cobakan. Lagkah-langkah yang dilakukan dalam
tahap ini adalah:
a. Peninjauan oleh dosen pembimbing mengenai produk LKPD yang
dikembangkan untuk diberikan saran sebagai acuan perbaikan produk sebelum
diajukan ke validator.
b. Uji kelayakan LKPD yang dilakukan oleh validator untuk menilai kelayakan
produk yang dikembangkan. Hasil dari penilaiain dan saran yang diberikan
validator digunakan sebagai dasar untuk merevisi produk LKPD.
2. Mengumpulkan Informasi
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk ini valid atau tidak. Validasi desain produk dilakukan oleh beberapa
tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan produk yang dirancang. Pada penelitian ini validasi desain produk
dilakukan oleh dosen jurusan Fisika Universitas Negeri Padang .
5. Revisi Desain
Setelah dilakukan validasi desain produk oleh dosen Fisika, dapat diketahui
kelemahan-kelemahan dari desain.Peneliti melakukan perbaikan dari desain
berdasarkan kelemahan-kelemahan yang telah dikemukakan oleh Fisika sesuai
dengan indikator yang telah dibuat.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari tiga bagian
yaitu: lembar angket uji validitas, lembarangket uji kepraktisan tentang
keterlaksanaan, dan lembar angket uji keefektifan penerapan lkpd Fisika
berorientasi HOTS berdasarkan model Pembelajaran inkuiri terbimbing
Lembar Validasi Tenaga Ahli
Desainlkpd Fisika berorientasi HOTS berdasarkan model Pembelajaran
inkuiri terbimbingharus divalidasi terlebih dahulu oleh tenaga ahli untuk
mengetahui ketepatan komponen-komponen penyusunnya. Instrumen yang
digunakan untuk mengetahui validitas desain produk adalah lembar validasi oleh
tenaga ahli.Lembar validasi tenaga ahli disusun berdasarkan indikator-indikator
yang ditentukan untuk LKPD.Indikator tersebut mencakup kelayakan isi,
kebahasaan, sajian, dan kegrafisan lkpd Fisika berorientasi HOTS berdasarkan
model Pembelajaran inkuiri terbimbing.
7. Revisi Produk
Revisi produk ini bertujuan untuk memperbaiki produk setelah dilakukan uji
praktikalitas dan efektivitas dari produk. Revisi produk ini dilakukan setelah
dilakukan uji coba produk.
1. AnalisaValiditasProduk
Validitas LKPDyang telah dibuat dilihat dari angket-angket yang diisi oleh
dosen jurusan Fisika Universitas Negeri Padang. Uji statistik yang dilakukan
adalah analisis deskriptif, yang digambarkan melalui grafik. Pembobotan
dilakukan berdasarkan skala likert.Menurut Riduwan (2005:87) ”Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.” Dengan menggunakan skala
likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan
menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-
indikator yang dapat diukur. Kemudian dibuat pertanyaan yang perlu dijawab
responden.Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan
sikap yang diungkapkan sebagai berikut.
a. Bobot 5 untuk jawaban sangat baik.
b. Bobot 4 untuk jawaban baik.
c. Bobot 3 untuk jawaban cukup.
d. Bobot 2 untuk jawaban kurang.
e. Bobot 1 untuk jawaban sangat kurang.
No Persentase Kategori
1. 0 – 20 Tidak valid
2. 21 – 40 Kurang valid
3. 41 – 60 Cukup valid
4. 61 – 80 Valid
5. 81 – 100 Sangat valid
diperoleh untuk setiap pernyataan pada setiap kategori angket, skor dibagi dengan
jumlah bobot tertinggi, kemudian dikalikan dengan 100. Harga 100 diambil
karena rentangan nilai yang digunakan adalah 1 - 100. Secara matematis dapat
dituliskan seperti persamaan berikut.
bobot total
Nilai 100
bobot maksimum (2)
(Sumber: Suharsimi 2008)
Kriteria untuk nilai yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan dapat
ditentukan menggunakan Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Kepraktisan
Persentase Kategori
0 – 20 Tidak praktis
21 – 40 Kurang
41 – 60 Cukup
61 – 80 Praktis
81 – 100 Sangat praktis
Interval Kategori
0 – 20 Tidak efektif
21 – 40 Kurang efektif
41 – 60 Cukup efektif
61 – 80 Efektif
81 – 100 Sangat efektif
Dengan:
n
n n
N X 1i X 2i X 1i X 2i
r i 1 i 1 i 1 (5)
n
n
2 n
n
2
N X 1i X 1i N X 2i X 2i
2 2
i 1 i 1 i 1 i 1
Dengan:
41
Interval Kategori
0 – 40 Jelek sekali
41 – 55 Jelek
56 – 65 Cukup
66 – 80 Baik
81 – 100 Baik sekali
42
DAFTAR PUSTAKA
Riduwan.2004.BelajarMudahPenelitianUntukGuru,Karyawan,danPenelitiPemula
. Bandung: Alfabeta.
Rosnawati, R. (19 Nopember 2012).Enam Tahapan Aktifitas dalam Pembelajaran
Matematika untuk Memberdayagunakan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa
(Makalah). Diambil tanggal 1Februari 2018 darihttp://staff.uny.ac.id