Anda di halaman 1dari 2

STUDI KASUS

1. PEMBOBOLAN INTERNET BANKING BCA

Pada tahun 2001, internet banking diributkan oleh kasus pembobolan internet banking
milik bank BCA, Kasus tersebut dilakukan oleh seorang mantan mahasiswa ITB Bandung
dan juga merupakan salah satu karyawan media online (satunet.com) yang bernama Steven
Haryanto. Anehnya Steven ini bukan Insinyur Elektro ataupun Informatika, melainkan
Insinyur Kimia. Ide ini timbul ketika Steven juga pernah salah mengetikkan alamat website.
Kemudian dia membeli domain-domain internet dengan harga sekitar US$20 yang
menggunakan nama dengan kemungkinan orang-orang salah mengetikkan dan tampilan
yang sama persis dengan situs internet banking BCA, http://www.klikbca.com , seperti:

 wwwklikbca.com
 kilkbca.com
 clikbca.com
 klickbca.com
 klikbac.com

Orang tidak akan sadar bahwa dirinya telah menggunakan situs palsu tersebut karena
tampilan yang disajikan serupa dengan situs aslinya. Hacker tersebut mampu mendapatkan
User ID dan password dari pengguna yang memasuki situs palsu tersebut, namun hacker
tersebut tidak bermaksud melakukan tindakan kriminal seperti mencuri dana nasabah, hal
ini murni dilakukan atas keingintahuannya mengenai seberapa banyak orang yang tidak
sadar menggunakan situs klikbca.com, Sekaligus menguji tingkat keamanan dari situs milik
BCA tersebut.

Steven Haryanto dapat disebut sebagai hacker, karena dia telah mengganggu suatu
sistem milik orang lain, yang dilindungi privasinya. Sehingga tindakan Steven ini disebut
sebagai hacking. Steven dapat digolongkan dalam tipe hacker sebagai gabungan white-hat
hacker dan black-hat hacker, dimana Steven hanya mencoba mengetahui seberapa besar
tingkat keamanan yang dimiliki oleh situs internet banking Bank BCA. Disebut white-hat
hacker karena dia tidak mencuri dana nasabah, tetapi hanya mendapatkan User ID dan
password milik nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu. Namun tindakan
yang dilakukan oleh Steven, juga termasuk black-hat hacker karena membuat situs palsu
dengan diam-diam mengambil data milik pihak lain. Hal-hal yang dilakukan Steven antara
lain scans, sniffer, dan password crackers.

Karena perkara ini kasus pembobolan internet banking milik bank BCA, sebab dia telah
mengganggu suatu sistem milik orang lain, yang dilindungi privasinya dan pemalsuan situs
internet banking palsu. Maka perkara ini bisa dikategorikan sebagai perkara perdata.
Melakukan kasus pembobolan bank serta telah mengganggu suatu sistem milik orang lain,
dan mengambil data pihak orang lain yang dilindungi privasinya artinya mengganggu
privasi orang lain dan dengan diam-diam mendapatkan User ID dan password milik
nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu.

Kesimpulan

Jadi dapat dikatakan apa yang dilakukan Steven secara etik tidak benar karena tindakan yang
dilakukan Steven mengganggu privasi pihak lain dengan hanya bermodalkan keingintahuan
dan uang sejumlah kira-kira US$ 20 guna membeli domain internet yang digunakan untuk
membuat situs internet banking BCA palsu serta pemalsuan situs internet banking BCA dan
dengan diam-diam mendapatkan User ID dan password milik nasabah yang masuk dalam
situs internet banking palsu. Namun juga menimbulkan sisi positif dimana pihak perbankan
dapat belajar dari kasus tersebut. BCA menggunakan internet banking yang dapat dipakai
pengambilan keputusan atau yang disebut decision support system, dimana data para nasabah
yang bertransakasi serta aktivitas lainnya melalui internet banking merupakan database milik
BCA secara privasi yang tidak boleh disebarluaskan ataupun disalahgunakan karena internet
banking tersebut merupakan salah satu layanan yang menguntungkan baik bagi nasabah
maupun pihak BCA. Database para nasabah internet banking dapat digunakan oleh pihak
BCA untuk membuat keputusan dalam berbagai bidang perbankan

Anda mungkin juga menyukai