Template Tata Kelola Binuang
Template Tata Kelola Binuang
PENDAHULUAN
Pola Tata Kelola yang diterapkan pada Badan Layanan Umum Daerah
Puskesmas bertujuan untuk:
1. Memberikan pedoman dalam pengelolaan puskesmas yang menerapkan
PPK-BLUD;
2. Meningkatkan pelayanan puskesmas kepada masyarakat dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi, produktifitas dan penerapan bisnis yang sehat;
3. Memaksimalkan nilai puskesmas dengan cara menerapkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya dan bertanggung jawab;
4. Mendorong pengelolaan puskesmas secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian pihak
puskesmas;
5. Mendorong agar pihak puskesmas dalam membuat keputusan dan
menjalankan kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
kesadaran atas adanya tanggung jawab sosial puskesmas terhadap
stakeholder;
6. Meningkatkan kontribusi puskesmas dalam mendukung kesejahteraan
umum masyarakat melalui pelayanan kesehatan.
Sumber referensi untuk menyusun Pola Tata Kelola puskesmas antara lain
adalah:
1. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Tata kelola puskesmas ini akan direvisi apabila terjadi perubahan terhadap
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pola tata kelola puskesmas
sebagaimana disebutkan di atas, serta disesuaikan dengan fungsi, tanggung jawab,
dan kewenangan pihak puskesmas serta perubahan lingkungan.
Bagan struktur organisasi seluruh komponen organisasi UPT Puskesmas Binuang sebagai
terlampir.
B. Uraian Tugas
Pimpinan BLUD (Kepala UPT Puskesmas) memiliki tugas dan kewajiban sebagai
berikut:
1) Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan dan
mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan puskesmas sesuai dengan tugas, fungsi
dan tujuan serta selalu meningkatkan efiesensi dan efektifitas;
2) Menyusun Renstra Bisnis Puskesmas;
3) Menyusun rencana kerja bidang upaya pelayanan kesehatan dalam rangka
Direktur BLUD (Kepala UPT Puskesmas) dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana tersebut di atas, mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab umum
operasional dan keuangan BLUD.
3.Pejabat Teknis
Pejabat teknis BLUD dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana tersebut
di atas, mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab teknis di bidang masing-masing,
yang berkaitan dengan mutu, standarisasi, administrasi, peningkatan kualitas sumber
daya manusia, dan peningkatan sumber daya lainnya.
PROSEDUR KERJA
Poli Rawat Jalan terdiri dari Poli Umum , Poli BPJS/Lansia , Poli Gigi , Poli KIA dan
KB, Poli MTBS, Poli TB Paru . Prosedur rawat jalan pada poli menguraikan langkah-
langkah pemberian pelayanan kepada pasien rawat jalan mulai dari pemilahan kelompok
pasien, pendaftaran dan pembayaran jasa layanan, dan pemberian layanan kesehatan pada
masing-masing poli, serta tindakan lanjutan yang diperlukan oleh pasien. Prosedur rawat
jalan melalui poli selengkapnya dapat dilihat pada SOP.
D. Prosedur Laboratorium
Prosedur penunjang medis menguraikan pemberian layanan berupa layanan laboratorium
kepada pasien sesuai surat pengantar dari Poli Umum, Poli Gigi, KIA-KB, dan UGD.
Prosedur pemberian layanan penunjang medis selengkapnya dapat dilihat pada SOP.
Standar Operating Procedure (SOP) merupakan acuan bagi seluruh insan Puskesmas
Binuang dalam melaksanakan pekerjaan. Acuan pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian
penting dalam pengelolaan Puskesmas Binuang dan diharapkan merupakan suatu standar
baku dalam proses bisnis puskesmas sehingga pelayanan kepada seluruh pengguna dapat
mencapai standar yang diinginkan.
2. Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk masing-masing
fungsi dalam organisasi.
3. Adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Hal ini antara lain tercermin dari
adanya kebijakan dan prosedur yang membantu setiap unit organisasi dalam puskesmas
untuk melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan pengendalian telah
dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Kegiatan pengendalian tersebut termasuk serangkaian kegiatan seperti
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian terhadap prestasi kerja,
pembagian tugas, serta pengamanan terhadap aset organisasi.
Seperti yang tergambar dalam struktur organisasi Puskesmas Binuang fungsi-fungsi yang
ada dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
3 Perawat orang 7 7 7
4 Bidan orang 10 9 12
11 Pekarya orang 3 5 5
Jumlah orang 23 25 31
Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah SDM Puskesmas Binuang Kabupaten
Serang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2015, 2016, dan 2017) relative menaik. Dan
Pada Tahun 2017 ada peningkatan SDM sebanyak 6 orang atau sebesar 19.3 %
a. Pola Rekrutmen
Pola rekrutmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun non medis pada Puskesmas
Binuang adalah sebagai berikut:
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Puskesmas Binuang dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Pengadaan Calon
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang, dengan
tahapan sebagai berikut:
(1) Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang lowong atau
adanya peningkatan pelayanan dan perubahan pada bidang- bidang yang sangat
mendesak.
(2) Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang
profesional, jujur, bertanggung jawab, netral, memiliki kompetensi sesuai
dengan tugas/jabatan yang akan diduduki sesuai dengan kebutuhan yang
diharapkan serta mencegah terjadinya unsur KKN (kolusi, korupsi, dan
nepotisme) dalam rekrutmen SDM.
6) Pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berasal dari Non-PNS dapat
dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak, yang pengangkatan dan
pemberhentian dilakukan berdasarkan pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif
dalam peningkatan pelayanan.
b. Mekanisme Rekrutmen
1) Prosedur Pengadaan
(1) Permintaan Kebutuhan Pegawai
Permintaan Kebutuhan Pegawai dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Pegawai Baru : dilaksanakan berdasarkan Rencana Bisnis Anggaran
tahunan bisa direvisi secara triwulan sesuai dengan kebutuhan bagian yang
bersangkutan.
b. Pegawai Mengundurkan Diri: dilaksanakan dengan membuat Form
Permintaan Tenaga Kerja untuk penggantian tenaga kerja yang
mengundurkan diri
3) Prosedur Orientasi
Orientasi dan masa percobaan meliputi kegiatan:
(1)Pegawai baru diperkenalkan kepada pegawai lain sekaligus memperkenalkan
lingkungan kerja puskesmas.
(2)Secara periodik pegawai baru diberikan New Employee Orientation (NEO)
mengenai overview puskesmas mengenai Visi, Misi, Strategi dan Kebijakan,
Etika kerja dan budaya puskesmas, serta peraturan puskesmas menyangkut hak
dan kewajiban.
(3)Pegawai baru melaksanakan masa percobaan dengan status lain dan
bersamaan dengan itu monitoring kinerja yang bersangkutan sudah mulai
dilakukan oleh atasan yang bersangkutan.
(4)Dua minggu sebelum berakhir masa percobaan, Form Penilaian Kinerja
Pegawai (evaluasi masa percobaan) harus diisi oleh atasan langsung pegawai
baru dan diserahkan kepada Kepala Puskesmas paling lambat 1 minggu sebelum
masa percobaan berakhir.
(5)Hasil penilaian kinerja pegawai dibahas oleh atasan langsung pegawai dan
Kepala Puskesmas.
(6)Setelah didapat kesimpulan bagi yang dinyatakan lulus masa percobaan,
pegawai diberikan informasi dan diberitahukan status selanjutnya.
(7)Bila dinyatakan tidak lulus maka pegawai yang bersangkutan akan
diinformasikan dan diterbitkan surat PHK karena gagal masa percobaan.
(8)Untuk pegawai yang lulus pada saat penyerahan Surat Pengangkatan dapat
dilakukan coaching and counseling untuk mendapatkan feedback kinerja dan
motivasi kerja.
(9)Update status pegawai di data kepegawaian.
C. Disiplin Pegawai
D. Sistem Remunerasi
Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan atau pensiun. Pejabat pengelola BLUD, Dewan
Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas, dan Pegawai BLUD dapat diberikan remunerasi
sesuai dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah/Bupati. Remunerasi bagi dewan pengawas dan sekretaris
dewan pengawas diberikan dalam bentuk honorarium. Remunerasi untuk BLUD-Unit Kerja
ditetapkan oleh Kepala Daerah/Bupati berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Direktur
BLUD-Unit Kerja melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Sekretaris Daerah.
E. Jenjang Karir
Jenjang karir disesuaikan dengan peraturan kepegawaian yang ada yaitu sesuai jenjang karir
jabatan struktural atau jabatan fungsional.
Pembinaan dilakukan oleh Direktur BLUD (Kepala UPT Puskesmas) dan pejabat yang
berwenang (Dinas Kesehatan dan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Serang), sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku termasuk pemberian penghargaan ataupun
sanksi (reward and punishment).
Pemutusan hubungan kerja bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berstatus PNS
adalah mengikuti peraturan kepegawaian dan perundangan yang berlaku. Bagi pejabat
pengelola, dewan pengawas dan sekretaris dewan pengawas yang diberhentikan sementara
dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
remunerasi/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai
dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang jabatan yang bersangkutan. Bagi pejabat
pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh
penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi bulan terakhir di BLUD sejak
tanggal diberhentikan atau sebesar gaji PNS berdasarkan surat keputusan pangkat terakhir.
BAB VI
1.
2. Bupati
Adalah pihak yang mewakili Pemerintah Kabupaten Serang selaku pemilik puskesmas.
Bupati memiliki kewajiban, hak dan wewenang sebagai berikut:
(5) Menunjuk suatu Tim Penilai dalam rangka menilai usulan penetapan
dan pencabutan PPK-BLUD Puskesmas.
1) realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir,
sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah); dan/atau
2) Nilai aset menurut neraca sebesar Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima
miliar rupiah) sampai dengan Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan yang:
4. Pejabat Pengelola
Adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan Puskesmas untuk kepentingan
dan tujuan Puskesmas serta mewakili Puskesmas baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Pejabat pengelola terdiri dari Kepala Puskesmas, Pejabat Keuangan dan
Pejabat Teknis, sesuai dengan struktur organisasi yang ada.
1) Dalam melaksanakan pengelolaan BLUD, Pejabat Pengelola bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Dewan Pengawas.
2) Setiap Pejabat Pengelola wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Puskesmas dengan mengindahkan
peraturan yang berlaku.
3) Pemimpin (Kepala Puskesmas) mempunyai tugas memimpin, menyusun
kebijakan, membina, mengkoordinasikan dan mengawasi serta melakukan
pengendalian terhadap tugas Puskesmas sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Kepala Puskesmas berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan
keuangan BLUD yang berkewajiban:
(1) Menyiapkan Rencana Strategis Bisnis (RSB) BLUD.
(2) Menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan.
(3) Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis, sesuai ketentuan
yang berlaku.
(4) Menyampaikan pertanggung jawaban kinerja operasional dan keuangan
BLUD.
4) Pejabat Keuangan berfungsi sebagai penanggungjawab keuangan dan
5. Auditor Eksternal
Adalah pihak yang independen dan professional yang memberikan pernyataan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
1) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Pengawas,
Pejabat Pengelola dan stakeholders Puskesmas.
2) Auditor Eksternal tidak boleh memberikan jasa lain di luar audit
selama periode pemeriksaan.
3) Pemeriksaan oleh Auditor Eksternal dilakukan sesuai dengan
standar pemeriksaan yang berlaku umum dan sesuai dengan kode etik
profesi.
5. Pendelegasian Wewenang
6. Pengambilan Keputusan
8. Pelaporan
BAB VII
2.
Puskesmas Binuang memiliki kode etik yang wajib dihayati dan dijadikan acuan dalam
berperilaku bagi seluruh insan Puskesmas.
Setiap insan Puskesmas wajib menghayati nilai-nilai, budaya kerja dan budaya organisasi
Puskesmas serta mengimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Setiap insan Puskesmas harus memiliki keyakinan bahwa loyalitas kepada Puskesmas
dapat mendorong totalitas dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggungjawabnya
dengan bekerja keras, cermat, taktis serta ikhlas untuk meningkatkan nilai Puskesmas.
1. Kedisiplinan
Setiap insan Puskesmas wajib mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan oleh
Puskesmas, antara lain: jam masuk kerja, jam pulang kerja, memakai seragam dan
atributnya, pemenuhan hari kerja, panggilan tugas, baik di dalam maupun di luar jam
kerja, memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan masyarakat, serta mematuhi
sistem dan prosedur kerja yang berlaku.
2. Tugas Dinas
Setiap pegawai Puskesmas yang ditunjuk wajib bersedia mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan oleh internal maupun eksternal Puskesmas. Hasil
pendidikan dan pelatihan eksternal wajib dilaporkan secara tertulis kepada Kepala
Puskesmas.
Hadiah yang diberikan berkaitan dengan hubungan usaha pada dasarnya dilarang.
Setiap insan Puskesmas dilarang menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa
apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau
pekerjaan insan Puskesmas yang bersangkutan.
Apabila karena sesuatu hal insan Puskesmas dihadapkan pada keadaan yang tidak
dapat memungkinkan untuk menolak hadiah/pemberian, maka yang bersangkutan
wajib segera melaporkannya kepada atasan langsung dan pejabat puncak di unit kerja
masing-masing dengan tembusan Bagian Tata Usaha dengan tata cara sebagai
berikut:
(1) Laporan disampaikan secara tertulis dengan melampirkan dokumen yang
berkaitan dengan hadiah/pemberian tersebut
(2) Laporan tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi hadiah/pemberian;
b. Jabatan penerima hadiah/pemberian;
c. Tempat dan waktu penerimaan;
d. Uraian jenis hadiah/pemberian;
e. Nilai hadiah/pemberian.
Setiap insan Puskesmas wajib menghindarkan diri dari penyuapan dengan tidak
menerima atau memberi dalam bentuk apapun:
(1) Yang diketahui atau patut disangka bahwa apa yang diterima atau yang
diberikan itu berhubungan dengan jabatannya.
(2) Yang bertujuan untuk membujuk agar dalam jabatannya melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum/peraturan yang
berlaku.
(3) Yang diketahui bahwa sesuatu yang diterima atau diberikan itu berhubungan
dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan dalam jabatannya yang
berlawanan dengan kewajibannya.
6. Jamuan Bisnis
Jamuan bisnis adalah kegiatan pemberian akomodasi tamu Puskesmas yang wajar dalam
kegiatan bisnis ataupun sosial. Jamuan bisnis harus dihindari jika ada tendensi akan
mempengaruhi obyektivitas keputusan bisnis, dan terlalu sering dilakukan. Jamuan
bisnis diperbolehkan jika:
1) Berkaitan dengan kepentingan usaha Puskesmas sesuai dengan praktek
bisnis yang lazim.
2) Nilainya tidak berlebihan (wajar) dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
bentuk hadiah/pemberian atau suap.
3) Tidak melanggar hukum atau etika yang berlaku.
4) Tidak menurunkan citra Puskesmas atau insan Puskesmas apabila diketahui
oleh umum.
5) Dalam hal pemberian jamuan bisnis, wajib mendapat persetujuan secara
tertulis atau lisan dari pejabat yang berwenang sehingga dapat dibayar dan dicatat
Dalam melakukan transaksi atau suatu hubungan usaha dengan rekanan, pasien, dan
pihak ketiga lainnya terkadang timbul suatu situasi yang dapat menciptakan
pertentangan kepentingan dan berpotensi menghilangkan independensi dan objektivitas
insan Puskesmas. Pertentangan kepentingan dapat didefinisikan sebagai seseorang atau
entitas yang mempunyai dua atau lebih kepentingan yang saling bertentangan yaitu
antara kepentingan Puskesmas dan pribadi. Hal ini bisa terjadi pada sebuah hubungan,
peristiwa atau pertimbangan material tertentu dimana obyektivitas atau pertimbangan
profesional telah dikesampingkan.
Insan Puskesmas tidak diperkenankan menempatkan diri pada posisi atau situasi yang
dapat menimbulkan pertentangan kepentingan antara dirinya dengan Puskesmas atau
dengan rekanan Puskesmas. Keputusan yang diambil insan Puskesmas harus netral
tidak boleh ada pengaruh kepentingan pribadi maupun keluarga yang dapat secara sadar
atau tidak sadar mempengaruhi pertimbangan terbaiknya bagi kepentingan Puskesmas
dan rekanannya.
Setiap insan Puskesmas wajib memastikan bahwa penggunaan wewenang dan jabatan
adalah bebas dari KKN, dengan senantiasa menghindari perbuatan atau tindakan
berikut:
1) Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi atau golongan
tertentu.
2) Melakukan kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan
kepentingan Puskesmas atau negara.
3) Menyalahgunakan barang inventaris, uang atau surat-surat berharga milik
Puskesmas.
4) Melakukan kejahatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang
lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan
Lingkungan kerja yang bersih, aman, dan nyaman merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan produktivitas kerja. Puskesmas dan seluruh insan Puskesmas harus selalu
tanggap terhadap pemeliharaan lingkungan dengan melakukan hal-hal berikut:
1) Menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma kerja dan norma
kesusilaan agar terjaga keamanan lingkungan Puskesmas, yakni:
(1) Meminum minuman keras serta menyalahgunakan obat-obatan terlarang di
lingkungan kantor maupun di luar kantor.
(2) Melakukan segala bentuk perjudian di lingkungan kantor maupun di luar
kantor.
(3) Melakukan tindakan/perbuatan asusila/amoral yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai kesopanan dan agama yang ada.
(4) Penganiayaan, fitnah, penghinaan secara kasar, serta mengancam atasan,
bawahan, dan rekan kerja.
(5) Membujuk atasan, bawahan, dan rekan kerja untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan kesusilaan.
(6) Membuka rahasia Puskesmas atau mencemarkan nama baik pimpinan maupun
pegawai Puskesmas dan keluarganya yang seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk
kepentingan Puskesmas dan negara.
(7) Melakukan tindak pencurian barang atau uang aset Puskesmas atau yang
merupakan milik pegawai lain.
(8) Membawa senjata tajam atau benda yang dapat dipergunakan untuk melakukan
ancaman dan tindak kekerasan di lingkungan kerja, kecuali tugas dan fungsi insan
Puskesmas yang mewajibkan hal tersebut.
2) Menjaga kebersihan lingkungan kerja termasuk membuang sampah pada
tempatnya serta kerapian penyimpanan dokumen dan perlengkapan kerja.
3) Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
4) Berpenampilan dan berbusana secara rapi dan bersahaja di dalam lingkungan
kantor maupun di luar kantor.
Setiap insan Puskesmas tidak dapat dikaitkan dengan dukungan partai politik,
sehingga tidak dapat menggunakan aset/fasilitas Puskesmas dan wewenangnya untuk
BAB VIII
KEBIJAKAN AKUNTABILITAS
Akuntabilitas merupakan salah satu dari empat prinsip dalam tata kelola BLUD, disamping
transparansi, responsibilitas, dan independensi. Akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi,
struktur, dan sistem yang dipercayakan pada BLUD agar pengelolaannya dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan kinerja menggambarkan pencapaian hasil kegiatan.
Dalam upaya mewujudkan akuntabilitas berbasis kinerja, maka dibuatlah Rencana Strategis
Bisnis (RSB) BLUD yang mencakup pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran
pencapaian kinerja, rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan
BLUD. Rencana Strategis Bisnis (RSB) BLUD dipergunakan sebagai dasar penyusunan
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dan evaluasi kinerja.
Rencana strategis bisnis UPT Puskesmas Binuang mengacu pada Renstra Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang Tahun 2016 – 2021 (5th) yang menjabarkan visi, misi dan program
Kepala Daerah di bidang kesehatan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Serang dalam
rencana pembangunan lima tahun yang bersifat indikatif. Jadi dengan sendirinya Renstra
Bisnis UPT Puskesmas Binuang adalah sesui dengan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten
C. Akuntabilitas Program/Kegiatan
Program/kegiatan yang dilaksanakan oleh UPT Puskesmas Binuang mengacu pada
program/kegiatan yang telah dirumuskan pada dokumen Rencana Startegis Bisnis dengan
jangka waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya berpedoman pada Renstra RSB tersebut, UPT
Puskesmas Binuang akan menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Tahunan. RBA
RBA Definitif dan DPA BLUD merupakan dokumen perencanaan tahunan yang selanjutnya
akan dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan program/kegiatan oleh BLUD UPT Puskesmas
Binuang. Untuk melaksanakan program/kegiatan dimaksud Kepala UPT Puskesmas
Binuang akan mengeluarkan Surat Keputusan tentang penunjukan personil Pelaksana
Kegiatan (PK) untuk kegiatan yang telah tertera pada RBA Definitif, sedangkan untuk
kegiatan yang tertera di DPA BLUD (sumber dana APBD) pelaksana kegiatan akan
Pelaksana kegiatan harus melakukan pelaporan dan pertanggung jawaban atas kinerja
pelaksanaan program. Pencapaian program dan kegiatan yang dituangkan dalam laporan
pertanggung jawaban setidaknya memuat tentang:
1. Program, target dan capaian
2. Pelaksanaan program dan kegiatan
3. Realisasi/pelaksanaan program dan kegiatan
4. Hambatan/masalah strategis yang ditemui selama pelaksanaan program beserta
alternatip pemecahan masalah yang dihadapi dan presentase capaian yang telah
dilaksanakan.
D. Akuntabilitas Kinerja
Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan
sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kegiatan operasional organisasi
berupa tindakan dan aktivitas suatu organisasi pada periode tertentu sesuai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja adalah penilaian tingkat efektifitas
dan efisiensi dari aktivitas organisasi.
Indikator kinerja yang dipakai Puskesmas Binuang adalah indikator SPM sesuai
Permenkes RI Nomor : 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan sebagai berikut : Pelayanan Kesehatan Dasar bidang kesehatan meliputi :
BAB IX
KEBIJAKAN KEUANGAN
Tarif layanan Puskesmas ditetapkan Bupati dengan persetujuan DPRD berdasarkan usulan
Pejabat pengelola BLUD melalui Sekretaris Daerah dengan mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan
dan kompetensi yang sehat. Pejabat Pengelola BLUD menetapkan strategi dan kebijakan
terhadap pemberian layanan kesehatan serta melakukan pengawasan atas
pelaksanaannya. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus melakukan penghitungan
biaya per unit setiap jenis layanan (cost finding) sebagai dasar pengambilan kebijakan
mengenai penetapan tarif layanan kesehatan, misalnya kebijakan pemberian subsidi tarif
layanan kesehatan kepada pasien tidak mampu. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD
harus melakukan reviu biaya per unit setiap jenis layanan secara berkala. Pejabat Pengelola
melakukan evaluasi kualitas pemberian jasa pelayanan yang telah dilakukan pada akhir
periode sebagai bahan masukan pada periode berikutnya.
Sistem Pengelolaan Keuangan mengacu pada ketentuan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan pola kebijakan keuangan secara bertahap
menuju pola manajemen keuangan bisnis yang sehat. Kebijakan keuangan BLUD akan
ditetapkan oleh Kepala BLUD dengan mempertimbangkan kebijakan keuangan daerah dan
kebijakan keuangan lainnya yang menjadi operasional PPK-BLUD. Kebijakan ini harus
dibahas bersama dengan PPKD sebagai dasar pelaksanaan dan pertanggung jawaban
keuangan PPK-BLUD.
Penatausahaan keuangan sebagai langkah awal pembuatan laporan keuangan BLUD didasar
pada prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang sehat dan dilakukan secara tertib, efektif,
efisien, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan. Penatausahaan keuangan BLUD
paling sedikit memuat tentang :
1. Pendapatan dan biaya
2. Penerimaan dan pengeluaran
3. Utang dan Piutang
4. Persediaan, Aset Tetap dan Investasi serta
5. Ekuitas .
Pejabat Pengelola menetapkan pedoman mengenai sistem piñata usahaan dan akuntansi yang
diterapkan untuk pengelolaan keuangan dan penyusunan pertanggung jawaban BLUD sesuai
standar akuntansi pemerintah yang berlaku dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta disusun berdasarkan pengendalian internal yang memadai. Selanjutnya Pejabat
pengelola Puskesmas menyelenggarakan sistem penatausahaan dan akuntansi sesuai
pedoman yang telah ditetapkan tersebut, baik secara manual maupun komputerisasi.
Output sistem berupa laporan keuangan BLUD, khususnya pada akhir semester dan akhir
tahun dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(LKPD) sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
D. Remunerasi
Remunerasi pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD diberikan berdasarkan indikator
penilaian:
BAB X
A. Pengertian Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, sedangkan limbah medis atau limbah klinis
mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, dalam hal ini Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), fasilitas penelitian, dan laboratorium.
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya atau karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya, baik
1. Safety Box.
2. TPS sampah medis
Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit pelayanan kesehatan
selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan
dan pendanaan yang memadai dan sekaligus partisipasi aktif dari semua pihak yang ada di
unit pelayanan tersebut, misalnya dengan membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk
menyusun rencana pengelolaan limbah secara terstruktur , sistematis dan intensif.
Secara garis besar, Puskesmas Binuang melakukan pengelolaan limbah medis padat dan
limbah medis cair.( bila blm punya ipal yg merah di delet jika sudah punya yg biru di delet )
Pengolahan limbah puskesmas tidak dilakukan secara mandiri namun untuk pengelolaan
limbah medis padat masih dikelola oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang . Untuk limbah medis cair direncakanan dikelola oleh Puskesmas
dibawah pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang .
PENUTUP
1. Seluruh kebijakan yang ada di Puskesmas Binuang harus berpedoman pada dan tidak
bertentangan dengan Pola Tata Kelola ini. Kebijakan Puskesmas tidak terbatas pada
Surat Keputusan Bupati, Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan, dan seluruh Buku
Pedoman Puskesmas. Kebijakan Puskesmas yang telah diterbitkan dan tidak
bertentangan dengan Pedoman Tata Kelola ini wajib disesuaikan.
2. Pola Tata Kelola ini ditelaah dan dimutakhirkan secara berkala untuk disesuaikan
dengan fungsi, tanggung jawab, dan wewenang organ-pihakPuskesmas serta perubahan
lingkungan yang terjadi.
3. Setiap perubahan terhadap Pola Tata Kelola harus disetujui oleh Bupati.
4. Hal-hal lain yang tidak dimuat dalam pedoman ini tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Pola Tata Kelola ini dinyatakan berlaku efektif sejak ditetapkan oleh Bupati Serang.