Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENJUALAN DAN HARGA POKOK PENJUALAN

TERHADAP PERUBAHAN LABA KOTOR PADA PT.


INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk
Ricky Kurniawan, Kusni Hidayati, Cholifah
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya
ricky_magismo@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat laba bruto atau
keuntungan kotor perusahaan. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi secara langsung ke perusahaan dan
hasil wawancara dengan bagian akuntansi. Untuk data sekunder diperoleh melalui data,
dokumen, dan literature di perusahaan. Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan
oleh penulis adalah pendekatan kualitatif secara deskriptif, dimana penelitian ini
menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor khususnya volume
penjualan dan harga pokok penjualan dengan melakukan analisa perubahan laba kotor
dan menggunakan Gross Margin Ratio yang dihubungkan dengan teori yang ada
sehingga terjadi kesimpulan.

Kata kunci: Laporan Keuangan, Gross Margin Ratio, Analisa Perubahan Laba Kotor

ABSTRACK
The aim of this study was to can be seen how big the gross profit of company.
Data used by the researchers is the primary data and secondary data. Primary data
were obtained from observations directly to companies anda interviews with the
accounting department. For secondary data obtained through the data, documents, and
literature on Integration. In this study, the approach used by the writter is descriptive
qualitative approach, where this research to describe the factors influencing the change
in gross profit in particular sales volume and cost of goods sold by analyzing the
changes in gross profit and gross margin ratio uses associated with the existing theories
resulting conclusions.

Keywords: Financial Statement, Gross Margin Ratio, Analysis Gross Profit Change

PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang program
pemerintah di berbagai sektor perekonomian. Seiring dengan perkembangan dunia
usaha yang semakin pesat ini akan membawa dampak persaingan perdagangan yang
ketat, terutama pada perusahaan sejenis. Dengan demikian, perusahaan dituntut bekerja
lebih efisien supaya perusahaan dapat bertahan hidup. Untuk itu perusahaan harus

61
memperbaiki atau meningkatkan beberapa faktor, yaitu ketepatan waktu, kualitas, dan
modal. Tujuan perusahaan walaupun satau dengan yang lainnya belum tentu sama,
tetapi pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal
dengan menekan biaya sekecil-kecilnya.
Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap badan
usaha. Bagi perusahaan yang berorientasi laba, segala macam cara akan ditempuh untuk
mendapatkan laba yang lebih besar. Misalnya dengan meningkatkan volume penjualan,
memperluas pangsa pasar, meningkatkan kinerja karyawan dan mengefisiensikan segala
sumber daya yang dimiliki serta menekan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk yang dijual dengan tetap memperhatikan mutu kualitas dari
barang atau jasa yang dihasilkan.
Laba kotor perusahaan merupakan selisih pendapatan penjualan netto dikurangi
dengan harga pokok penjualan. Dalam hal ini hendaknya laba kotor bernilai besar, hal
ini guna menutupi biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya
penjualan, biaya administrasi, biaya pajak penghasilan, dan biaya lain-lainnya. Oleh
karena itu perusahaan harus memperhatikan perubahan laba kotor yang diperoleh setiap
tahunnya secara konstan dan hati-hati, agar bisa menginvestigasikan setiap masalah
demi kelangsungan hidup perusahaan sehingga pihak manajemen dapat mengambil
kesimpulan atau tindakan seperlunya untuk periode-periode mendatang.
Pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang, perlu pembuatan laporan rugi
laba agar perusahaan dapat melihat seberapa besar keuntungan yang didapat oleh
perusahaan dengan melakukan analisa lebih lanjut untuk melihat apakah perolehan laba
kotor yang diperoleh perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan.
Penjualan
Apa itu penjualan? Penjualan adalah usaha menyampaikan barang atau jasa yang
dihasilkan oleh produsen kepada konsumen dengan harga yang telah disepakati dengan
tujuan mengarahkan konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Standar akuntansi keuangan (2009) dalam PSAK no. 23 paragraf kedua
menjelaskan bahwa: “penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan
untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang yang dibeli
pengecer atau tanah atau properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. Penjualan jasa

62
biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk
dilaksanakan selama satu periode yang disepakati oleh perusahaan, jasa tersebut dapat
diserahkan selama satu periode atau lebih selama lebih dari satu periode”.
Harga
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang
lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau
kelompok pada waktu dan tempat tertentu. Menurut Tjiptono (2008:151) menyebutkan
bahwa “harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa”.
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah harga barang yang dijual. Harga pokok penjualan
adalah istilah yang digunakan pada akuntansi keuangan dan pajak untuk
menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual
dalam kegiatan bisnis. Menurut Hery (2012:34) menjelaskan bahwa “harga pokok
penjualan adalah harga pokok dari barang yang dijual, dimana harga pokok dari barang
yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir barang dagang”.
Laba
Pengertian laba adalah sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan
dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang di dalam usaha itu
terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode
tertentu. Menurut Suwardjono (2008:464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya
perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan
pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan
penyerahan barang/ jasa).
Laba Kotor
Laba kotor merupakan hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok
penjualan, hal ini sejalan dengan kutipan dari Soemarso (2009:78) yang berbunyi “laba
kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan”.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang dilakukan penulis adalah berbentuk asosiatif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

63
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara penjualan dan harga
pokok penjualan terhadap marjin kotor perusahaan berdasarkan teori-teori yang
mendukung dalam menganalisis data yang diperoleh di lapangan. Dalam menganalisis
data, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menjabarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan laba kotor khususnya jumlah kuantitas penjualan dan
harga pokok penjualan dengan melakukan Analisis Perubahan Laba Kotor dan
menggunakan Gross Margin Ratio.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa data kuantitatif dan kualitatif yang
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang belum diolah
yang diperoleh langsung dari responden selaku objek penelitian yang merupakan hasil
dari wawancara dengan pihak terkait terutama bagian akuntansi. Data sekunder adalah
data yang telah diolah yang dikumpulkan dari pihak internal PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Studi Pustaka, yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan pada teori yang diperoleh
dari literature-literature yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan; 2.
Dokumentasi, yakni teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap dokumen
perusahaan, dalam hal ini berupa laporan laba rugi, daftar harga jual, dan volume
penjualan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


PSAK No. 1 (Revisi 2013) menetapkan persyaratan untuk penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan dan memberikan pedoman untuk struktur dan persyaratan
minimum penyajian laporan keuangan. Pada bab ini merupakan pengolahan data
berdasarkan Laporan Keuangan PT. INTP. Laporan keuangan konsolidasian PT. INTP
disusun dengan menggunakan dasar akrual (accrual basis) dengan menggunakan
konsep biaya historis, kecuali untuk persediaan yang dinilai berdasarkan nilai terendah
antara biaya perolehan atau nilai realisasi neto, penyertaan saham tertentu yang dicatat
dengan metode ekuitas, dan instrumen keuangan tertentu yang dicatat berdasarkan biaya
peroleha yang diamortisasi (amortized cost) yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba
Rugi Komprehensif Konsolidasian selama 3 tahun, yaitu mulai dari tahun 2012 hingga
tahun 2014. Hal ini dapat digunakan untuk melihat apakag perubahan laba kotor yang

64
didapat oleh PT. INTP mengalami kenaikan atau penurunan dan juga berguna bagi
pihak manajemen dalam mengambil tindakan/ keputusan bagi perusahaan di periode
yang akan datang atau dapat juga melihat kemungkinan adanya pemborosan-
pemborosan atau kecurangan-kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak internal
perusahaan dengan pihak eksternal. Pengeolahan data laporan ini dilakukan dengan cara
menghitung Gross Margin Ratio dan analisa perubahan laba kotor. Dari hasil
perhitungan Gross Margin Ratio akan diketahui seberapa besar laba kotor yang dapat
dicapai setiap rupiah penjualan dan seberapa besar pengaruh penjualan dan harga pokok
penjualan terhadap berubahnya laba kotor pada setiap tahunnya. Sedangkan dari hasil
analisa perubahan laba kotor akan dapat diketahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik
perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang tidak
menguntungkan (penurunan), sehingga akan dapat diambil kesimpulan dan atau diambil
tindakan seperlunya untuk periode-periode berikutnya.
Perhitungan Gross Margin Ratio dan Penjabarannya
Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai
setiap rupiah penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan
menunjukkan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih.
Rumus yang digunakan adalah GMR = Laba Kotor x 100%
Penjualan
GMR pada Tahun 2012 = Rp 8.269.999 x 100% = 47,83%
Rp17.290.337
GMR pada Tahun 2013 = Rp 8.654.654 x 100% = 46,30%
Rp 18.691.286
GMR pada Tahun 2014 = Rp 9.086.669 x 100% = 45,44%
Rp19.996.264
Berdasarkan data di atas perusahaan mengalami penurunan dalam memperoleh
laba bruto. Pada tahun 2012 marjin kotor perusahaan sebesar 47,83%. Sejak tahun 2013
marjin kotor perusahaan terus menurun menjadi 46,30% dan pada tahun 2014 menjadi
45,44% dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam
memperoleh laba kotor belum bisa tercapai/ melebihi tahun sebelumnya.

65
Analisa Perubahan Laba Kotor dan Penjabarannya
Pada bagian ini dilakukan penjabaran analisa perubahan laba kotor berdasarkan
perhitungan gross margin ratio di atas. Perubahan dalam laba kotor perlu dianalisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang
menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang tidak menguntungkan (penurunan),
sehingga akan dapat diambil kesimpulan dan atau diambil tindakan seperlunya untuk
periode-periode berikutnya.
Dengan memperbandingkan dua Laporan Perhitungan Laba Rugi suatu
perusahaan dari periode yang berbeda atau dengan memperbandingkan antara
perhitungan laba kotor yang telah dibudgetkan dengan realisasi laba kotor tahun yang
bersangkutan akan dapat diketahui perubahan (kenaikan maupun penurunan) laba
kotornya. Tetapi hal ini kurang berarti dikarenakan dari laporan-laporan tersebut tidak
dapat diperoleh informasi atau data yang jelas tanpa mengadakan analisa lebih lanjut.
Perubahan laba bruto pada dasarnya disebabkan oleh 4 faktor, yaitu:
1. Perubahan harga jual (Sales Price Variance). Perubahan laba kotor yang
disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan rumus :

(Hj2 – Hj1) K2

2. Perubahan kuantitas produk yang dijual (Sales Volume Variance). Perubahan


laba kotor yang disebabkan oleh perubahan kuantitas volume produk yang dapat
dijual ditentukan dengan rumus :

(K2 – K1) Hj1

3. Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk (Cost Price Variance).
Untuk menentukan besarnya perubahan laba kotor yang disebabkan adanya
perubahan harga pokok penjualan per satuan produk dapat ditentukan dengan
rumus :
(HPP2 – HPP1) K2
4. Perubahan kuantitas harga pokok penjualan (Cost Volume Variance). Rumus
untuk menentukan besarnya perubahan laba bruto karena perubahan kuantitas
harga pokok penjualan adalah

(K2 – K1) HPP1


66
Di bawah ini merupakan hasil perhitungan dari keempat penyebab perubahan
laba kotor dan laporan perubahan laba kotor di tahun 2013 dan tahun 2014.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Analisa Laba Kotor
Tahun
Keterangan
2012 2013 2014

Harga Jual
Rata-rata Rp 897,40 Rp 940,50 Rp 980,40
Semen/kg (Hj)

Kuantitas
18.000.000 ton 18.200.000 ton 18.700.000 ton
Penjualan (K)

Harga Pokok
Penjualan/kg Rp 501,13 Rp 551,46 Rp 583,40
(HPP)

(Hj2 - Hj1) K2 Rp 784.420.000,00 Rp 746.130.000,00

(K2 - K1) Hj1 Rp 179.480.000,00 Rp 470.250.000,00


(HPP2 - HPP1)
Rp 916.006.000,00 Rp 597.278.000,00
K2
(K2 - K1)
Rp 100.226.000,00 Rp 275.730.000,00
HPP1
Sumber: Peneliti 2016

Tabel 2 Laporan Perubahan Laba Kotor


PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Akhir tahun 2013 dengan 2012
Kenaikan penjualan yang disebabkan :
Kenaikan harga jual Rp 784.420.000,-
Kenaikan Kuantitas penjualan Rp 179.480.000,-
Rp 963.900.000,-
Kenaikan harga pokok penjualan disebabkan :
Kenaikan harga pokok per kg Rp 916.006.000,-
Kenaikan kuantitas harga pokok
penjualan Rp 100.226.000,-
Rp 1.016.232.000,-
Penurunan Laba Kotor ......................................... (Rp 52.332.000,-)
Sumber: Peneliti 2016

67
Tabel 3 Laporan Perubahan Laba Kotor
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Akhir tahun 2014 dengan 2013
Kenaikan penjualan yang disebabkan :
Kenaikan harga jual Rp 746.130.000,-
Kenaikan Kuantitas penjualan Rp 470.250.000,-
Rp 1.216.380.000,-
Kenaikan harga pokok penjualan disebabkan :
Kenaikan harga pokok per kg Rp 597.278.000,-
Kenaikan kuantitas harga pokok
penjualan Rp 275.730.000,-
Rp 873.008.000,-
Kenaikan Laba Kotor ......................................................... Rp 343.374.000,-
Sumber: Peneliti 2016
Dari hasil perhitungan analisa laba kotor yang telah ditelah diteliti oleh peneliti
menunjukkan bahwa terjadi penurunan perolehan laba kotor PT. INTP pada segmen
bisnis semen di tahun 2013. Namun di tahun 2014 terjadi kenaikan perolehan laba kotor
pada segmen bisnis semen dikarenakan meningkatnya volume/ kuantitas penjualan dan
meningkatknya harga jual. Dalam hal ini perusahaan mengalami pasang surut dalam
memperoleh laba kotor di segmen bisnis semen bila dibandingkan dengan perolehan
laba kotor perusahaan di tahun-tahun sebelumnya.

SIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya, akan memberikan kesimpulan dan saran yang
peneliti harapkan dapat membantu dan bermanfaat bagi perusahaan sebagai berikut:
1. Bahwa PT. INTP dalam hal Gross Margin Ratio mengalami penurunan yang
signifikan. Dalam hal ini perusahaan dapat dikatakan kurang berhasil dalam
meningkatkan perolehan laba kotor per tahunnya bila dibandingkan dengan
perolehan laba kotor ditahun-tahun sebelumnya.
2. Bahwa PT. INTP dalam hal Analisa Laba Kotor mengalami penurunan sejak tahun
2013 hingga pada tahun 2014 bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terlihat
pada perolehan laba kotor perusahaan tiap tahunnya.

68
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, penjualan dan harga pokok penjualan
dapat dikatakan signifikan atau dengan kata lain penjualan dan harga pokok penjualan
memiliki pengaruh yang positif terhadap berubahnya perolehan laba bruto yang didapat
oleh PT. INTP setiap tahunnya.

SARAN
Atas dasar kesimpulan yang diuraikan diatas maka penulis akan mengajukan
beberapa saran yang kiranya dapat membantu diantaranya:
1. Agar pada perhitungan Gross Margin Ratio tidak terjadi terus menerus penurunan
yang signifikan, maka hendaknya perusahaan dapat menekan biaya produksi yang
dapat meningkatkan beban pokok penjualan dalam kegiatan operasional perusahaan
yang dapat menghambat perusahaan dalam mendapatkan laba bruto yang
diinginkan.
2. Agar pada perhitungan Analisa Laba Kotor tidak selalu terjadi penurunan, maka
hendaknya perusahaan memperhatikan kegiatan penjualannya, baik harga jual
produknya, jumlah beban pokok penjualan, maupun kuantitas/ volume penjualan
harus diperhatikan agar tidak terjadi penuruan lagi di periode yang akan datang.
3. Sebagai tambahan referensi bagi peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi berubahnya laba kotor suatu
perusahaan dan sebagai tambahan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Arief dan Rifqi Alifka. 2011. Analisis Pengaruh Harga Pokok Penjualan
Terhadap Laba Kotor PT. Gajah Tunggal, UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta.

Fitriyani, 2013. Pengertian Laba. Diperoleh 13 Mei 2015. Dari


http://fitriyanifitriyanifitriyani.blogspot.com/2013/01/pengertian-laba.html

Hery, S.E., M.Si. 2012. Cara Mudah Memahami Akuntansi: Inti Sari Konsep Dasar
Akuntansi, Edisi Pertama, Prenada, Jakarta.

Istonapi, Magun, Yunus Tete Konde, dan Musviyanti, 2010. Analisis Perubahan Laba
Kotor pada PT. Kaltim Parna Industri, Bontang.

69
Jenis Penjualan, 2014. Diperoleh 22 April 2015. Dari
http://webmuhammadiyah.blogspot.com/2014/08/pengertian-penjualan-jenis-
penjualan.html

Laba Kotor, 2013. Diperoleh 24 April 2015. Dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Laba_kotor

Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk,. Diperoleh 27 Juli 2015.
Dari
http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actio
ns/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/04_Annual%20R
eport/%5C2014%5CINTP%5CINTP_Annual%20Report.pdf

Mentari, Dara Ayu, Putri Sulistyo Rahatiani, dan Rindy Dwi Ladista, 2014. Analisis
Laba Kotor PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, Universitas Lampung, Bandar
Lampung.

Soemarso SR, 2009. Pengertian Penjualan. Diperoleh 7 Mei 2015. Dari


https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=mmdAVb29IaTFmwXKioCIB
w#q=edisi+terbaru+kutipan+soemarso+mengenai+pengertian+penjualan

Swastha, Basu 2009, Manajemen Penjualan, Edisi 6, BPFE Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

70

Anda mungkin juga menyukai