Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PERTANIAN BERKELANJUTAN

KONSEP PERTANIAN BERKELANJUTAN

OLEH :
CHRISTHANTY D PURBA
NIM. 1606116008

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
I PENDAHULUAN

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan

sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya

tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian

dengan menekan dampak 2ystem2e terhadap lingkungan seminimal mungkin.

Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) merupakan implementasi dari

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada 2ystem

pertanian (Salikin dan Karwan A, 2003).

Seiring dengan perkembangan perhatian dunia terhadap lingkungan, maka

dicanangkanlah 2ystem pertanian berkelanjutan yang pada hakikatnya merupakan

2ystem pertanian yang kembali kepada alam, yaitu 2ystem pertanian yang tidak

merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau

pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Konsep

pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu:

keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan 2ystem manusia

(people), keberlanjutan ekologi alam (planet), atau pilar Triple-P (Sumarno I.G

dkk, 2000).

Apabila dilakukan secara terus menerus, 2ystem pertanian berkelanjutan

tentunya akan berpengaruh pada keberlanjutan usaha, ekologi, dan keberlanjutan

kehidupan manusia. Maka dari itu dilakukannya beberapa kosep pertanian

berkelanjutan.
II ISI

A. Pengertian Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) mengandung dua makna,

yaitu maintenance dan prolong. Artinya, pertanian berkelanjutan harus mampu

merawat atau menjaga untuk jangka waktu yang panjang. Pertanian berkelanjutan

merupakan kegiatan pertanian yang berupaya untuk memaksimalkan manfaat

3ystem dari pengelolaan sumber daya biologis dengan syarat memelihara

produktivitas dan efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas

lingkungan hidup dan produktivitas sumber daya sepanjang masa (Salikin dan

Karwan A, 2003).

Konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi

keberlanjutan, ialah:

1. Kehidupan 3ystem manusia (people), keberlanjutan ekologi alam (planet),

atau pilar triple-p. Segitiga pilar pembangunan (pertanian berkelanjutan) dimensi

ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat

diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis

dalam memperoleh pendapatan tersebut. Yang menjadi 3ystem333 utama dalam

dimensi ekonomi ini ialah tingkat efisiensi ekonomi, dan daya saing juga besaran

dan pertumbuhan nilai tambah termasuk dalam 3ystem33, serta stabilitas ekonomi

(Carter H.O, 1988).

2. Dimensi 3ystem adalah orientasi kerakyatan, hal ini berkaitan dengan

kebutuhan masyarakat akan kesejahteraan 3ystem yang dicerminkan oleh

kehidupan 3ystem yang harmonis yaitu tercegahnya terjadinya konflik 3ystem,


preservasi keragaman budaya serta modal sosio-kebudayaan, termasuk dalam hal

perlindungan terhadap suku minoritas (Castillo G.T, 1992).

3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas

ekosistem alam yang mencakup 4ystem kehidupan biologis dan materi alam.

Dalam hal ini mencakup terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis

atau sumberdaya 4ystem4, sumber air dan agroklimat, sumberdaya tanah, serta

kesehatan dan kenyamanan lingkungan (Mason John, 2003).

Konsep pertannian berkelanjutan mengedepankan pemanfaatan sumber

daya 4yste sebagai bahan baku pola pertanian terpadu, sehingga nantinya akan

menjaga kelestarian usaha pertanian agar tetap eksis dan memiliki nilai efektifitas,

efisiensi serta produktifitas yang tinggi. Dalam konsep ini dikedepankan dua hal:

yang pertama adalah memanfaatkan limbah pertanian terutama sisa budidaya

menjadi pakan ternak dan yang kedua adalah mengubah limbah peternakan

menjadi pupuk 4ystem4 yang dapat dimanfaatkan kembali dalam proses budidaya

tanaman. Konsep LEISA merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agro-

ekologi serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat/tradisional.

Agroekologi merupakan studi 4ystem44 tentang ekosistem pertanian termasuk

semua unsur lingkungan dan manusia. Dengan pemahaman akan hubungan dan

proses ekologi, agroekosistem dapat dimanipulasi guna peningkatan produksi agar

dapat menghasilkan secara berkelanjutan, dengan mengurangi dampak 4ystem44

yang ditimbulkan bagi lingkungan maupun 4ystem serta meminimalkan input

eksternal. Konsep ini menjadi salah satu dasar bagi pengembangan pertanian yang

berkelanjutan (Sumarno I.G dkk, 2000).

B. Konsep Pertanian Berkelanjutan yang Diterapkan


a. Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk

mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi,

budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan biaya, kesehatan dan

resiko-resiko lingkungan. Pengendalian yang diterapkan yaitu

1. Pengendalian biologi dengan musuh alami seperti Trichogramma,

5ystem55 telur, dan predator. Serta menggunakan pestisida botani dalam

mengendalikan hama seperti ekstrak daun mimba, daun selasih dan

sebagainya.

2. Pengendalian fisik / mekanis yaitu dengan menggunakan alat perangkap

seperti perangkaap kuning, antraktan dan mengumpulkan dan

memusnahkan secara langsung hama tersebut

3. Pengendalian kultur teknis dengan cara memperbaiki drainase, rotasi

tanaman, sanitasi lingkungan dan penggunaan pupuk 5ystem5 (pupuk

kandang) (Pranadji T.S dan W.K. Sejati, 2008).

b. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput

Sistem dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal

pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak

langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi

dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk 5ystem5.

Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat

memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk

kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian (Mason John, 2003).
c. Konversi Lahan

Konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau idak

melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi

6ystem maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi 1.

Menciptakan jalur-jalur konservasi. 2. Menggunakan dam penahan erosi. 3.

Melakukan penterasan. 4. Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk

menstabilkan tanah (Brady N.C, 1990).

d. Menjaga Kelembapan Tanah

Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah

bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).

Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation). Menggunakan jalur-jalur konservasi

sepanjang tepi saluran air. Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak

untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang

terdapat pada peternakan intensif (Mason John, 2003).

e. Tanaman Pelindung

Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum pada akhir musim panen

tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk

menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan

nutrisi dan kualitas tanah (Brady N.C, 1990).

f. Difersifikasi lahan dan Tanaman

Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-

pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap

konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang

bermanfaat (Salikin dan Karwan A, 2003).


g. Pengelolaan Nutrisi Tanaman

Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi

tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya

nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan

(leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik

yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk 7ystem7 yang bisa digunakan yaitu

pengomposan dan penggunaan pupuk hijau (dedaunan) (Sumarno I.G dkk, 2000).

h. Agroforestri

Agroforestri merupakan suatu 7ystem tata guna lahan yang permanen,

dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam

rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk

melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan

keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi (Brady N.C, 1990).


III PENUTUP

Sistem pertanian berkelanjutan dilandasi atas penggunaan teknologi

pertanian. Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan

lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan

petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat. Beberapa

kegiatan yang dapat menunjang dalam pelaksanaan sistem pertanian berkelanjutan

yaitu pengendalian hama terpadu, sistem rotasi dan budidaya rumput, konservasi

lahan, menjaga kualitas air/lahan basah, tanaman pelindung, diversifikasi lahan

dan tanaman, pengelolaan nutrisi tanaman, dan agroforestri.


DAFTAR PUSTAKA

Brady, N. C., 1990. Making Agriculture a Sustainable Industry in Edwards, C.A.,


R. Lal, P. Madden, R. H. Miller and G. House. 1990. SUSTAINABLE
AGRICULTURAL SYSTEMS. Soil and Water Conservation Society. St.
Lude Press. Delray Beach, Florida.

Carter, H.O., 1988. The agricultural sustainability issue : an overview and


research assessment. p.115-135. Dalam E. Javier and U. Resborg (eds)
: The changing dynamics of global agriculture. ISNAR. The
Hague, The Netherlands.

Castillo, G.T., 1992. Sustainable agriculture begin at home. Workshop on


sustainable agriculture. UPLB, Philippines.

Mason, John. 2003. Sustainable Agriculture. 2nd Edition. Land


LinksPress.Collingwood, Victoria.

Pranadji, T.S., dan W.K. Sejati, 2008. Pengelolaan serangga dan pertanian
organik berkelanjutan di pedesaan : menuju revolusi pertanian gelombang
ke 3 di abad 21. Forum Penelitian Agroekonomi, Vol. 23 (11) : 38-47.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius.Yogyakarta.

Sumarno, I.G. Ismail dan Sutjipto, 2000. Konsep usahatani ramah


lingkungan. p.55-74. Dalam A.K. Makarim, dkk (eds). : Tonggak
Kemajuan Teknologi Produksi Pangan. Prosiding Simposium Penelitian
Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai