LP Imunisasi BCG

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal (sehat fisik,
mental/kognitif, dan sosial), dapat dibanggakan serta berguna bagi nusa dan
bangsa. Sebagai asset bangsa, anak harus mendapat perhatian sejak mereka masih
di dalam kandungan sampai mereka menjadi manusia dewasa (Soetjiningsih¸
2014).
Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan, imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B.
Imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakkan untuk
mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemic, atau untuk
kepentingan tertentu (berpergian) seperti jamaah haji seperti imunisasi
meningitis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari imunisasi?
2. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
3. Bagaimana cara imunisasi BCG?
4. Bagaimana kekebalan dari imunisasi BCG?
5. Bagaimana reaksi dari imunisasi BCG?
6. Apa saja efek samping dari imunisasi BCG?
7. Bagaimana dosis dan pemberian dari imunisasi BCG?
8. Apa saja kontraindikasi dari imunisasi BCG?
9. Bagaimana intervensi pada kasus anak sehat imunisasi BCG?

1
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum:
1) Agar mahasiswa mengetahui konsep imunisasi.

b. Tujuan Khusus:
1) Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari imunisasi.
2) Agar mahasiswa mengetahui jenis imunisasi.
3) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara imunisasi BCG
4) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana kekebalan dari imunisasi BCG.
5) Agar mahasiswa mengetahui reaksi imunisasi BCG.
6) Agar mahasiswa mengetahui efek samping imunisasi BCG.
7) Agar mahasiswa mengetahui dosis dan pemberian imunisasi BCG.
8) Agar mahasiswa mengetahui kontraindikasi imunisasi BCG.
9) Agar mahasiswa mengetahui rencana keperawatan pada kasus anak sehat
imunisasi BCG.

1.4 Manfaat
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1) Makalah ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada anak sehat.
2) Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang konsep dasar
asuhan keperawatan pada anak sehat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kekebalan tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukkan zat anti yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalio suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan agar
anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
tertentu.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya terdapat tingginya kadar antibody pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian
imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung
dari factor yang memperngaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan
pada diri anak tersebut.

2.2 Jenis imunisasi


Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan
anak dari berbagai penyakit, diharapkan anak atau bayi tetap tumbuh dalam
keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan tubuh
secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan
tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik,
proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan
nonspesifik seperti complemen dan makrofag di mana komplemen dan
makrofag ini yang pertama kali akan memberika peran ketika ada kuman
yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan
pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari
humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhdap

3
kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan
menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (Ig A, IgM, IgG, IgE, IgD)
dan system pertahanan seluler terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T, dalam
pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel
memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah
pernah masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip
imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi
dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1) Imunisasi aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon
seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila
benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap
vaksinnya, antara lain:
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat
berupa poli sakarida, taksoid atau virus dilemahkan atau bakteri
dimatikan.
2) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan.
3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk
menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi
antigen.
4) Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan immunogenitas antigen.
2) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu zat
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

4
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk
TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak TBC Milier (pada
seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan
waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi
pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian
cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Efek samping
pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional, dan reaksi panas.
b) Imunisasi Pentabio (DPT, HB, Hib)
Pentabio adalah vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri,
Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus
influenzae tipe b) berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid
tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk rejan) inaktif, antigen
permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan
komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul
polisakarida Haemophilus influenzae tipe b tidak infeksius yang
dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. HBsAg diproduksi
melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Vaksin dijerap pada
aluminium fosfat. Thimerosal digunakan sebagai pengawet.
Polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan pada media
tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian tahap
ultrafiltrasi. Potensi vaksin per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk
pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU untuk tetanus (ditentukan pada
mencit) atau 40 IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg _HBsAg dan
10 mcg Hib.
c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan

5
kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali.
Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan
interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi polio ada 2
yaitu melalui oral yang dapat melemahkan kuman 1,3 dan melalui IVP
yang dapat membunuh kuman 2.
d) Imunisasi Campak/MR
Imunisasi MMR berbeda dengan MR. Pada MMR, selain Measles
(campak) dan Rubella (Campak Jerman), juga terdapat Mumps
(gondongan). MR sendiri merupakan singkatan dari Measles (campak)
dan Rubella (Campak Jerman). Kedua penyakit ini adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dan penularannya sangat mudah dari orang
yang sakit ke orang sehat melalui udara.
Untuk campak, komplikasi yang sering terjadi adalah radang paru-
paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis) dan radang selaput otak
(meningitis) yang dapat mengancam jiwa atau meninggalkan gejala
sisa permanen berupa kecacatan seumur hidup. Sedangkan pada
campak jerman, komplikasinya berupa radang sendi (artritis) hingga
radang otak (ensefalitis), namun bila anak yang sakit menularkan
penyakitnya kepada calon mama, janin yang dikandungnya akan
menderita retardasi mental, katarak, tuli, kelainan jantung dan
gangguan pertumbuhan.
Imunisasi MR ini ditujukan bagi anak usia 9 bulan sampai
dengan < 15 tahun. Imunisasi MR adalah program pemerintah guna
menambah cakupan imunisasi nasional. Dan saat ini MR sudah
termasuk dalam imunisasi wajib. Sebagai informasi, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia akan menggelar kampanye imunisasi
MR (Measles Rubella) bagi anak-anak usia 9 bulan hingga kurang dari
15 tahun sepanjang bulan Agustus – September 2017 untuk wilayah
Pulau Jawa dan Agustus – September 2018 untuk daerah di luar Pulau
Jawa. Kegiatan ini menjadi langkah pemerintah untuk memutus
transmisi penularan virus campak dan rubella secara cepat. Pada
Agustus 2017, imunisasi MR akan diberikan untuk anak usia sekolah

6
(SD/MI/Sederajat, SMP/MTS/sederajat). Sedangkan pada September
2017, imunisasi ini akan diberikan serentak di Puskesmas, Posyandu,
dan fasilitas kesehatan lainnya.

Tabel 1. Dosis dan cara pemberian imunisasi

Vaksin Dosis Cara Pemberian


BCG 0,05 cc Intra cutan
Pentabio 0,5 cc Intra muscular
Polio 2 tetes Oral
Campak/MR 0,5 cc Subcutan
(Sumber: Depkes, 2000)

Tabel 2. Jumlah, interval, waktu pemberian imunisasi

Waktu
Vaksin Jumlah Pemberian Interval
Pemberian
BCG 1 kali 0-11 bulan
Pentabio 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak/MR 1 kali 9-11 bulan
(Sumber: Depkes, 2000)

RANTAI DINGIN (CHOLD CHAIN)

Chold Chain merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam
keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek
kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin di luar temperature
yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya. Di bawah ini
potensi vaksin dalam temperatur:

VAKSIN 0-8 DERAJAT CELCIUS 35-37 DERAJAT CELCIUS


DT 3-7 tahun 6 minggu
Pertusis 18-24 bulan Di bawah 50% dalam 1

7
minggu
BCG
- Kristal 1 tahun Di bawah 20% dalam 3-14
- Cair Dipakai dala 1x kerja hari
Dipakai dalam 1x kerja
Campak
- Kristal 2 tahun 1 minggu
- Cair Dipakai dalam 1x kerja Dipakai dalam 1x kerja
Polio 6-12 bulan 1-3 hari

2.3 Cara Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir,
sampai bayi berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Hasil
yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi
BCG cukup diberikan 1 kali saja, pada anak yang berumur lebih dari 2 bulan,
dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebalum imunisasi BCG, gunanya
untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyait TBC. Seandainya hasil uji
mantoux positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapatkan imunsasi BCG.
Tetapi bila imunisasi dilakukan secara masal, maka pemberian suntikan
BCG dilaksanakan secara langsung tanpa uji mantoux terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan mengingat pengaruh beberapa factor, seperti segi teknis penyuntikan
BCG, keberhasilan program imunisasi, segi epidemiologis dan lain – lain.
Penyuntikan BCG tanpa dilakukan uji mantoux pada dasarnya tidaklah
membahayakan. Bila pemberian imunisasi BCG itu berhasil, setelah beberapa
minggu ditempat suntikan akan terdapat suatu benjolan. Tempat suntikan itu
kemudian berbekas. Kadang – kadang benjolan tersebut bernanah, tapi akan
menyembuh sendiri meskipun lambat. Sesuai kesepakatan maka biasanya
penyuntikan BCG dilakukan di lengan kanan atas.

2.4 Kekebalan
Seperti telah diuraikan diatas, jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100%
bahwa anak anda akan terhindar sama sekali dari penyakit TBC. Sandainya bayi
yang telah mendapat imunisasi terjangkit juga penyakit TBC, maka ia akan

8
menderita penyakit TBC dalam bentuk yang ringan. Iapun akan terhindar dari
kemungkinan mendapat TBC berat, seperti TBC paru yang parah, TBC tulang,
atau TBC selaput otak yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup dan
membahayakan jiwa anak muda.

2.5 Reaksi imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam. Bila ia
demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain. Untuk
hal ini dianjurkan agar anda berkonsultasi dengan dokter.
a. Tanda Keberhasilan Vaksinasi
Tanda keberhasilan vaksinasi BCG berupa bisul kecil dan bernanah pada
daerah bekas suntikan yang muncul setelah 4-6 minggu. Benjolan atau
bisul setelah vaksinasi BCG memiliki ciri yang sangat khas dan berbeda
dari bisul pada umumnya. Bisul tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri,
bahkan bila disentuh pun tidak terasa sakit. Tak hanya itu, munculnya
bisul juga tak diiringi panas. Selanjutnya, bisul tersebut akan mengempis
dan membentuk luka parut.
b. Bila Ada Reaksi Berlebih
Tingkatkan kewaspadaan bila ternyata muncul reaksi berlebih pasca
vaksinasi BCG. Misal, benjolan atau bisul itu lama tidak sembuh-sembuh
dan menjadi koreng. Atau, malah ada pembengkakan pada kelenjar di
ketiak. Ini dapat merupakan pertanda si anak pernah terinfeksi TB
sehingga menimbulkan reaksi berlebih setelah divaksin. Sebaiknya segera
periksakan kembali ke dokter.
Penting diketahui, setiap infeksi selalu diikuti oleh pembesaran
kelenjar limfe setempat (regional) sehingga bisa diraba. Jadi infeksi
ringan akibat vaksinasi di lengan atas akan menyebabkan pembesaran
kelenjar limfe ketiak. Jika infeksi terjadi pada pangkal paha, akan terjadi
pembesaran kelenjar limfe di lipatan paha. Namun efek samping ini tidak
terjadi pada semua bayi. Yang berisiko apabila bayi tersebut sudah
terinfeksi TB sebelum vaksinasi.

9
c. Bila Tak Timbul Benjolan
Orang tua tak perlu khawatir bila ternyata tidak muncul
bisul/benjolan di daerah suntik. Jangan langsung beranggapan bahwa
vaksinasinya gagal. Bisa saja itu terjadi karena kadar antibodinya terlalu
rendah, dosis terlalu rendah, daya tahan anak sedang menurun (misalnya
anak dengan gizi buruk) atau kualitas vaksinnya kurang baik akibat cara
penyimpanan yang salah.
Meski begitu, antibodi tetap terbentuk tetapi dalam kadar yang
rendah. Jangan khawatir, di daerah endemis TB (penyakit TB terus-
menerus ada sepanjang tahun) seperti Indonesia, infeksi alamiah akan
selalu ada. Booster-nya (ulangan vaksinasi) bisa didapat dari alam,
asalkan anak pernah divaksinasi sebelumnya.

2.6 Efek Samping


Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek samping. Mungkin
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di lengan
atas, pembengkakan kelenjar terdapat di ketiak atau leher bagian bawah.
Komplikasi pembengkakan kelenjar ini biasanya disebabkan karena teknik
penyuntikan yang kurang tepat, yaitu penyuntikan terlalu dalam. Dalam masalah
komplikasi yang ringan ini, bila terdapat keraguan dipersilahkan anda
berkonsultasi dengan dokter.

2.7 Dosis dan Cara Pemberian Vaksin BCG


a. Sebelum disuntikan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml
NaCl 0,9%, dengan menggunakan alat suntik steril.
b. Dosis pemberiannya yaitu 0,05 ml, sebanyak satu kali untuk bayi usia ≤1
tahun
c. Disuntikan secara intracutan didaerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril.
Ukuran jarum suntiknya no. 26 G.
d. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam

10
Tabel 1. Dosis dan cara pemberian imunisasi

Vaksin Dosis Cara pemberian


BCG 0,05 cc Intra cutan
DPT 0,5 cc Intra muscular
Hepatitis B 0,5 cc Intra muscular
Polio 2 tetes Oral
Campak 0,5 cc Subcutan lengan kiri atas
TT 0,5 cc Intra muscular
(Sumber: Depkes 2000)

Tabel 2. Jumlah, interval, waktu pemberian imunisasi

Vaksin Jumlah Interval Waktu


pemberian pemberian
BCG 1 kali 0-11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1 kali 9-11 bulan
(Sumber: Depkes 2000)

2.8 Kontra Indikasi


Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau menunjukkan uji Mantoux Positif.
a. Pemberian imunisasi BCG biasanya dilakukan sedini mungkin, dalam
waktu beberapa hari setelah bayi lahir.
b. Cara pemberian imunisasi BCG bagi perorangan berlainan dengan
pemberian secara masal.
c. Imunisasi BCG secara masal tanpa didahului uji Mantoux, tidak
membahayakan.
a. Dengan imunisasi BCG anak anda diharapkan akan bebas terjangkit
penyakit TBC. Setidak-tidaknya ia terhindar dari penyakit TBC yang
berat dan parah.

11
2.9 Kompikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses (penimbunan
nanah) di tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini
akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses
telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika
penyuntikan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan
membaik dalam waktu 2 bulan.

Diagnosa keperawatan
1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan ditandai dengan
mengekspresikan keinginan untuk memenuhi status imunisasi
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan kurangnya pengetahuan terhadap imunisasi.

INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional TTD
Keperawatan Hasil
1 Kesiapan Setelah diberikan 1. Kaji hambatan - 1. Peran serta
meningkatkan asuhan keperawatan hambatan yang keluarga akan
manajemen selama 1x15 , dihadapi keluarga saat sangat membantu
kesehatan diharapkan kebutuhan imunisasi anak pemberian
ditandai imunisasi anak sebelum-sebelumnya. imunisasi pada
dengan terpenuhi dengan anak. Hambatan
mengekspresik kriteria hasil : dapat menjadi
an keinginan a. Meningkatkan indikator sejauh
untuk pemahaman tentang mana keberhasilan
memenuhi imunisasi yang imunisasi telah
status harus didapatkan tercapai.
imunisasi anak
b. Memberikan

12
pengetahuan tentang
imunisasi tambahan 2. Kaji respon dan 2. Efek ikutan sering
c. Mencegah penyakit penanganan yang timbul pada
yang mungkin dilakukan keluarga beberapa kasus
diderita anak dalam mengurangi/ imunisasi,
menghilangkan efek penanganan yang
ikutan yang timbul tepat sangat
akibat imunisasi. diperlukan.

3. Berikan dukungan 3. Apresiasi akan


terhadap perilaku meningkatkan
keluarga yang telah semangat dalam
melakukan imunisasi usaha pencegahan
sebagai pencegahan penyakit dan
dini terhadap penyakit keluarga akan
dan perbaiki merasa telah
pemahaman yang melakukan hal yang
menyimpang tentang baik untuk anaknya.
imunisasi.

4. Tingkatkan kesiapan 4. Imunisasi yang


keluarga dalam teratur dapat
perilaku pencegahan ditumbuhkan sejak
dini penyakit dini sebagai bagian
misalnya melalui dalam usaha
imunisasi preventif terhadap
selanjutnya dan penyakit infeksi.
pengenalan lebih
lanjut mengenai
imunisasi.

5. Berikan gambaran 5. Gambaran umum


jadwal imunisasi imunisasi yang

13
anak sesuai usia. wajib serta anjuran
untuk anak dapat
membantu orang
tua dalam rangka
penentuan dan
pencatatantentang
imunisasi anak.

2 Setelah diberikan
Defisit
asuhan keperawatan 1. Mengkaji tingkat 1. Mengetahui sejauh
pengetahuan
selama 1x15 pengetahuan keluarga mana pengetahuan
berhubungan
dengan kurang menit,diharapkan mengenai jadwal, keluarga tentang
pengetahuan bertambah jenis, dan gejala yang gejala yang muncul
terpapar
dengan kriteria hasil : dapat timbul setelah tiba-tiba
informasi
imunisasi
ditandai
a. Keluarga pasien
dengan
dapat memahami
2. Memberikan Health 2. Menambah
kurangnya
gejala yang timbul
education kepada informasi yang
pengetahuan
setelah imunisasi
orang tua anak diketahui agar dapat
terhadap
dilakukan
mengenai jenis melakukan
imunisasi.
b. Keluarga pasien
imunisasi dasar yang imunisasi secara
mengetahui
harus didapatkan pada lengkap dan tepat
imunisasi yang
anak serta waktu
direkomendasikan
pemberian dan cara
untuk anak sesuai
pemberian
usia

3. Jelaskan mengapa 3. Memberikan


gejala-gejala imunisasi pengetahuan kepada
tersebut muncul orang tua pasien
mengenai gejala-
gejala yang muncul
tiba-tiba serta
penyebabnya

14
4. Memberikan health 4. Mengajarkan
education tentang penanganan sederhana
penanganan efek yang tepat untuk
imunasasi yaitu apa mengatasi hal tersebut
yang dapat dilakukan
ibu di rumah

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kekebalan tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG,
pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak
TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

3.2 Saran
Diharapkan setelah membaca makalah diatas, keluarga mampu merawat sang
buah hati dengan baik dan benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Corry S Matondang dkk (2000), Diagnosis Fisi pada Anak, PT Sagung Seto, Jakarta

Depkes RI (2000), Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, Jakarta,


Sudirektorat Imunisasi Drijen P2M PLP.

Gartinah T, dkk (1999), Keperawatan dan Praktik Keperawatan, DPP PPNI, Jakarta.

Ismoedijanto (2003), Pengembangan Praktik Imunisasi pada Anak, Pertemuan


Ilmiah Tahunan I Perkani Surabaya.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

17

Anda mungkin juga menyukai