LP Imunisasi BCG
LP Imunisasi BCG
LP Imunisasi BCG
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum:
1) Agar mahasiswa mengetahui konsep imunisasi.
b. Tujuan Khusus:
1) Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari imunisasi.
2) Agar mahasiswa mengetahui jenis imunisasi.
3) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara imunisasi BCG
4) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana kekebalan dari imunisasi BCG.
5) Agar mahasiswa mengetahui reaksi imunisasi BCG.
6) Agar mahasiswa mengetahui efek samping imunisasi BCG.
7) Agar mahasiswa mengetahui dosis dan pemberian imunisasi BCG.
8) Agar mahasiswa mengetahui kontraindikasi imunisasi BCG.
9) Agar mahasiswa mengetahui rencana keperawatan pada kasus anak sehat
imunisasi BCG.
1.4 Manfaat
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1) Makalah ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada anak sehat.
2) Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang konsep dasar
asuhan keperawatan pada anak sehat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan
menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (Ig A, IgM, IgG, IgE, IgD)
dan system pertahanan seluler terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T, dalam
pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel
memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah
pernah masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip
imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi
dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1) Imunisasi aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon
seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila
benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap
vaksinnya, antara lain:
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat
berupa poli sakarida, taksoid atau virus dilemahkan atau bakteri
dimatikan.
2) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan.
3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk
menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi
antigen.
4) Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan immunogenitas antigen.
2) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu zat
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
4
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk
TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak TBC Milier (pada
seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan
waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi
pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian
cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Efek samping
pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional, dan reaksi panas.
b) Imunisasi Pentabio (DPT, HB, Hib)
Pentabio adalah vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri,
Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus
influenzae tipe b) berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid
tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk rejan) inaktif, antigen
permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan
komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul
polisakarida Haemophilus influenzae tipe b tidak infeksius yang
dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. HBsAg diproduksi
melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Vaksin dijerap pada
aluminium fosfat. Thimerosal digunakan sebagai pengawet.
Polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan pada media
tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian tahap
ultrafiltrasi. Potensi vaksin per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk
pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU untuk tetanus (ditentukan pada
mencit) atau 40 IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg _HBsAg dan
10 mcg Hib.
c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
5
kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali.
Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan
interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi polio ada 2
yaitu melalui oral yang dapat melemahkan kuman 1,3 dan melalui IVP
yang dapat membunuh kuman 2.
d) Imunisasi Campak/MR
Imunisasi MMR berbeda dengan MR. Pada MMR, selain Measles
(campak) dan Rubella (Campak Jerman), juga terdapat Mumps
(gondongan). MR sendiri merupakan singkatan dari Measles (campak)
dan Rubella (Campak Jerman). Kedua penyakit ini adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dan penularannya sangat mudah dari orang
yang sakit ke orang sehat melalui udara.
Untuk campak, komplikasi yang sering terjadi adalah radang paru-
paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis) dan radang selaput otak
(meningitis) yang dapat mengancam jiwa atau meninggalkan gejala
sisa permanen berupa kecacatan seumur hidup. Sedangkan pada
campak jerman, komplikasinya berupa radang sendi (artritis) hingga
radang otak (ensefalitis), namun bila anak yang sakit menularkan
penyakitnya kepada calon mama, janin yang dikandungnya akan
menderita retardasi mental, katarak, tuli, kelainan jantung dan
gangguan pertumbuhan.
Imunisasi MR ini ditujukan bagi anak usia 9 bulan sampai
dengan < 15 tahun. Imunisasi MR adalah program pemerintah guna
menambah cakupan imunisasi nasional. Dan saat ini MR sudah
termasuk dalam imunisasi wajib. Sebagai informasi, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia akan menggelar kampanye imunisasi
MR (Measles Rubella) bagi anak-anak usia 9 bulan hingga kurang dari
15 tahun sepanjang bulan Agustus – September 2017 untuk wilayah
Pulau Jawa dan Agustus – September 2018 untuk daerah di luar Pulau
Jawa. Kegiatan ini menjadi langkah pemerintah untuk memutus
transmisi penularan virus campak dan rubella secara cepat. Pada
Agustus 2017, imunisasi MR akan diberikan untuk anak usia sekolah
6
(SD/MI/Sederajat, SMP/MTS/sederajat). Sedangkan pada September
2017, imunisasi ini akan diberikan serentak di Puskesmas, Posyandu,
dan fasilitas kesehatan lainnya.
Waktu
Vaksin Jumlah Pemberian Interval
Pemberian
BCG 1 kali 0-11 bulan
Pentabio 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak/MR 1 kali 9-11 bulan
(Sumber: Depkes, 2000)
Chold Chain merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam
keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek
kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin di luar temperature
yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya. Di bawah ini
potensi vaksin dalam temperatur:
7
minggu
BCG
- Kristal 1 tahun Di bawah 20% dalam 3-14
- Cair Dipakai dala 1x kerja hari
Dipakai dalam 1x kerja
Campak
- Kristal 2 tahun 1 minggu
- Cair Dipakai dalam 1x kerja Dipakai dalam 1x kerja
Polio 6-12 bulan 1-3 hari
2.4 Kekebalan
Seperti telah diuraikan diatas, jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100%
bahwa anak anda akan terhindar sama sekali dari penyakit TBC. Sandainya bayi
yang telah mendapat imunisasi terjangkit juga penyakit TBC, maka ia akan
8
menderita penyakit TBC dalam bentuk yang ringan. Iapun akan terhindar dari
kemungkinan mendapat TBC berat, seperti TBC paru yang parah, TBC tulang,
atau TBC selaput otak yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup dan
membahayakan jiwa anak muda.
9
c. Bila Tak Timbul Benjolan
Orang tua tak perlu khawatir bila ternyata tidak muncul
bisul/benjolan di daerah suntik. Jangan langsung beranggapan bahwa
vaksinasinya gagal. Bisa saja itu terjadi karena kadar antibodinya terlalu
rendah, dosis terlalu rendah, daya tahan anak sedang menurun (misalnya
anak dengan gizi buruk) atau kualitas vaksinnya kurang baik akibat cara
penyimpanan yang salah.
Meski begitu, antibodi tetap terbentuk tetapi dalam kadar yang
rendah. Jangan khawatir, di daerah endemis TB (penyakit TB terus-
menerus ada sepanjang tahun) seperti Indonesia, infeksi alamiah akan
selalu ada. Booster-nya (ulangan vaksinasi) bisa didapat dari alam,
asalkan anak pernah divaksinasi sebelumnya.
10
Tabel 1. Dosis dan cara pemberian imunisasi
11
2.9 Kompikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses (penimbunan
nanah) di tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini
akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses
telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika
penyuntikan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan
membaik dalam waktu 2 bulan.
Diagnosa keperawatan
1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan ditandai dengan
mengekspresikan keinginan untuk memenuhi status imunisasi
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan kurangnya pengetahuan terhadap imunisasi.
INTERVENSI
12
pengetahuan tentang
imunisasi tambahan 2. Kaji respon dan 2. Efek ikutan sering
c. Mencegah penyakit penanganan yang timbul pada
yang mungkin dilakukan keluarga beberapa kasus
diderita anak dalam mengurangi/ imunisasi,
menghilangkan efek penanganan yang
ikutan yang timbul tepat sangat
akibat imunisasi. diperlukan.
13
anak sesuai usia. wajib serta anjuran
untuk anak dapat
membantu orang
tua dalam rangka
penentuan dan
pencatatantentang
imunisasi anak.
2 Setelah diberikan
Defisit
asuhan keperawatan 1. Mengkaji tingkat 1. Mengetahui sejauh
pengetahuan
selama 1x15 pengetahuan keluarga mana pengetahuan
berhubungan
dengan kurang menit,diharapkan mengenai jadwal, keluarga tentang
pengetahuan bertambah jenis, dan gejala yang gejala yang muncul
terpapar
dengan kriteria hasil : dapat timbul setelah tiba-tiba
informasi
imunisasi
ditandai
a. Keluarga pasien
dengan
dapat memahami
2. Memberikan Health 2. Menambah
kurangnya
gejala yang timbul
education kepada informasi yang
pengetahuan
setelah imunisasi
orang tua anak diketahui agar dapat
terhadap
dilakukan
mengenai jenis melakukan
imunisasi.
b. Keluarga pasien
imunisasi dasar yang imunisasi secara
mengetahui
harus didapatkan pada lengkap dan tepat
imunisasi yang
anak serta waktu
direkomendasikan
pemberian dan cara
untuk anak sesuai
pemberian
usia
14
4. Memberikan health 4. Mengajarkan
education tentang penanganan sederhana
penanganan efek yang tepat untuk
imunasasi yaitu apa mengatasi hal tersebut
yang dapat dilakukan
ibu di rumah
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kekebalan tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG,
pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak
TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
3.2 Saran
Diharapkan setelah membaca makalah diatas, keluarga mampu merawat sang
buah hati dengan baik dan benar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Corry S Matondang dkk (2000), Diagnosis Fisi pada Anak, PT Sagung Seto, Jakarta
Gartinah T, dkk (1999), Keperawatan dan Praktik Keperawatan, DPP PPNI, Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
17