2 Askep Syok Agita
2 Askep Syok Agita
DI SUSUN
OLEH KELOMPOK 2 :
1. AGITA SUKMALINDA
2. ANGGA YUDA PRATAMA
3. H. MAKKI SYAMSUDIN
4. IKA WAHYUNI
5. JELI MARTIN
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok yaitu hambatan di dalam peredaran darah perifer yang menyebabkan perfusi
jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa
metabolisme (theodore, 93), atau suatu perfusi jaringan yang kurang sempurna. Perfusi
organ secara langsung berhubungan dengan MAP yang ditentukan oleh volume darah,
curah jantung dan ukuran vaskuler.
Syok dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan tidak adekuatnya ferfusi jaringan,
keadaan akut yang menyebar secara luas dimana terjadi penurunan perfusi jaringan dan
tidak adekuatnya sirkulasi volume darah intravaskuler yang efektif, suatu bentuk sindroma
dinamik yang akibat akhirnya berupa kerusakan jaringan sebab subtrat yang diperlukan
untuk metabolisme aerob pada tingkat mikroselurer dilepas dalam kecepatan yang tidak
adekuat oleh aliran darah yang sangat sedikit atau aliran maldistribusi (candido, 1996).
Jumlah insiden syok semakin meningkat diindonesia. Tidak jarang kita temui insiden
seperti ini. Mahasiswa keperawatan harus mampu mengenal tanda dan gejala syok dan
melaksanakan penatalaksanaan pada pasien syok. Sehingga kita menemukan kasus syok
mahasiswa mampu memberikan pertoongan pertama pada klien. Oleh karena itu,
mahasiswa perlu mempelajari tentang syok dan pelaksanaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah pada askep ini
adalah bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan
kasus syok.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Syok Kardiogenik
2. Menjelaskan Pengertian Syok Anafilaksis
3. Menjelaskan Pengertian Syok Septic
4. Menjelaskan Pengertian Syok Hivopolemik
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT
E. Manifestasi Klinis
Syok anafilaktik adalah reaksi sistemik yang parah yang dapat
mempengaruhi beberapa sistem organ. Berbagai manifestasi klinis yang
terjadi pada pasien anafilaksis shock, tergantung pada tingkat keterlibatan
multisistem. Gejala biasanya mulai muncul dalam menit paparan antigen
tetapi mereka mungkin tidak terjadi untuk hingga 1 jam. Gejala mungkin
juga muncul setelah 1-72 jam setelah paparan. Fase akhir dari reaksi ini
akan mirip dengan respon awal anafilaksis, lebih ringan atau lebih parah.
Manifestasi klinis dari syok anafilaksis :
1. Kardiovaskular
a. Hipotensi
b. Takikardia
2. Pernapasan
a. Benjolan di tenggorokan
b. Batuk
c. Dyspnea
d. Dysphagia
e. Suara serak
f. Stridor
g. Wheezing
h. Rales and rhonchi
3. Cutaneous
a. Pruritus
b. Erythema
c. Uritacria
d. Angioedema
4. Neurologi
a. Kegelisahan
b. Ketakutan
c. Tingkat kecemasan
d. Pusing – sakit kepala
e. Menurun kesadaran
5. Gastrointestinal
a. Mual
b. Muntah
c. Diare
d. Sakit perut
6. Salurankemih dan genital
a. Inkontinensia
b. Keluhan pendarahan subjektif vagina
c. Sensasi kehangatan
d. Dyspnea
e. Perut kram dan nyeri
7. Parameter Hemodinamik
a. Penurunan jantung tekanaan out (CO)
b. Indeks jantung (CI)
c. Penurunan tekanan di atrium (RAP)
d. Penurunan paru oklusi (POAP)
e. Penurunan sistemik vaskular (SVR)
F. Komplikasi
1. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas
2. Bronkospasme persisten
3. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian)
4. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
5. Kerusakan otak permanen akibat syok
6. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
7. Dermatitis kontakta yang khas, reaksi anafilaktoid
8. Lain-lain syok hipovolemik, syok septik / kardiogenik, asma dan
reaksi histeri
G. Pemeriksaan Penunjang
Penunjang diagnostik EKG untuk mengetahui gambaran jantung
(biasanya pada gambar EKG gelombang T mendatar dan terbalik),
aritmia. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas, diagnosa
ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda anafilaktik dengan riwayat
sebelumnya memakai obat parenteral atau adanya gigitan serangga.
(Cicilia Bangeud, 2010)
H. Penatalaksanaan
Penanganan anafilaksis adalah sebagai berikut:
1. Oksigenasi
Prioritas pertama dalam pertolongan adalah pernafasan. Jalan
nafas yang etrbuka dan bebas harus dijamin, kalau perlu lakukan
sesuai dengan ABC-nya resusitasi.Penderita harus mendapatkan
oksigenasi yang adekuat. Bila ada tanda-tanda pre syok/syok,
tempatkan penderita pada posisi syok yaitu tidur terlentang datar
dengan kaki ditinggikan 30o – 45º agar darah lebih banyak mengalir
ke organ-organ vital. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen
dengan masker. Apabila terdapat obstruksi laring karena edema laring
atau angioneurotik, segera lakukan intubasi endotrakeal untuk fasilitas
ventilasi. Ventilator mekanik diindikasikan bila terdapat spasme
bronkus, apneu atau henti jantung mendadak.
2. Epinefrin
5. Aminofilin
6. Kortikosteroid
7. Antihistamin
1. Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan
untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung.
2. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita
diperiksa.
3. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah
terhirupnya muntahan.
4. Jangan diberikan apapun melalui mulut.
5. Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
6. Obat-obatan diberikan secara intravena.
7. Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak
diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah.
8. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
9. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu
mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terus berlanjut
atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan
lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
10. Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan
obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
J. Komplikasi
A. Pengertian
B. Derajat Syok
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup
lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan
yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin
normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau
ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih
lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat
oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan
tetapi kesadaran relatif masih baik.
3. Syok Berat
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinik
E. Patofisiologi
1. Fase Kompensasi
2. Fase Progresif
3. Fase Irevesibel
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
3. Tekanan darah
4. Status jantung
5. Status respirasi
6. Status Mental
7. Fungsi Metabolik
H. Penatalaksanaan
b. Pengkajian sekunder
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-
batuk.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai
dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
spasme reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai
dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley
oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung)
ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas ditandai
dengan sesak nafas, gangguan frekwensi pernafasan, batuk-batuk
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Criteria hasil :
Intervensi :
Criteria hasil :