Anda di halaman 1dari 5

29

BAB IV

DISKUSI

Pasien datang dengan keluhan utama keluar air-air. Pasien rujukan dari

bidan praktik mandiri dengan diagnosa G1P0A0 H aterm inpartu kala II letak

kepala dengan Preeklampsia berat. Pasien mengatakan keluar air-air disertai lendir

darah sejak pukul 19.00 wita. Keluhan tersebut juga disertai kenceng-kenceng.

Kemudian jam 20.00 wita pasien dibawa ke bidan praktik mandiri. Setelah

diperiksa oleh bidan tekanan darah pasien 180/110 disertai proteinuria +3. Pada

pukul 23.45 wita dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap. Pasien

dipimpin untuk mengejan. Selama 15 menit tidak lahir akhirnya pasien dirujuk.

Selama hamil pasien tidak ada keluhan pandangan mata kabur, nyeri ulu hati,

nyeri kepala. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi sebelum hamil. Hari

pertama haid terakhir 8 Juni 2016 dan taksiran partus 15 Maret 2017

Status obstetri yaitu dari Inspeksi didapatkan Perut tampak membuncit

sesuai usia kehamilan. Palpasi Leopold 1 didapatkan FU teraba 3 jari di bawah

processus xyphoideus (TFU 32cm. Leopold II didapatkan punggung kanan.

Leopold III didapatkan presentasi kepala dan Leopold IV didapatkan sudah masuk

pintu atas panggul. His didapatkan 4 kali dalam 10 menit selama 40-45 detik. DJJ

(denyut jantung janin) didapatkan 140x/m. Vaginal Touche didapatkan pembukaan

sudah lengkap terba ubun-ubun kecil di Hodge III.

Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan diatas pasien sudah dipastikan

pasien hamil aterm atau cukup bulan.11 Dari pemeriksaan di atas juga dapat
30

dipastikan bahwa pasien sudah inpartu karena memenuhi tiga kriteria yaitu

pendataran serviks, his yang adekuat dan bloody show. His dikatakan sempurna

bila terdapat kontraksi yang simetris, kontraksi paling kuat atau dominasi dari

bagian fundus uteri, setelah itu fase relaksasi. His adalah serangkaian kontraksi

rahim yang teratur dan secara bertahap akan mendorong janin melalui jalan lahir

hingga keluar dari rahim. Frekuensi his adekuat yaitu 2-4 kontraksi dalam 10

menit masing-masing lamanya 20-90 detik.6

Pemeriksaan pada pasien di kamar besalin didapatkan tekanan darah

pasien yaitu 160/110 mmHg dan proteinuria dari hasil laboratorium yaitu +1.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut pasien ini sudah dapat

ditegakkan diagnosis yaitu preeklampsia berat. Hal tersebut sesuai dengan teori

Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:6


 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Tekanan darah ini tidak

menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudaah

menjalani tirah baring.


 Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+

atau 4+.
 Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, pandangann kabur,

rasa nyeri kepala, dan skotoma


 Nyeri di epigastrium atau pada kuadran kanan atas abdomen.
 Terdapat edema paru dan sianosis
 Trombositopeni berat
 Gangguan fungsi hati
 Pertumbuhan janin terhambat
 Hemolisis mikroangiopatik.
 Sindrom HELLP
31

Fakto risiko preeklampsia pada pasien ini yaitu obesitas, umur yang

ekstrim dan primigravida. Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak

ditemukan pada kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan

lebih dari 35 tahun. Tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan usia

sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi peningkatan risiko preeklampsia.

Primigravida diartikan sebgai wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

Prreklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primigravida karenaa

memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada multigravida.6

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat

akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat mengganggu kesehatan.

Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih dan

obesitas pada orang dewasa adalah IMT (indeks massa tubuh). Risiko terjadinya

preeklampsia meningkat dua kali setiap peningkatan indeks massa tubuh ibu 5-7

kg/m2. Pada pasien ini didapatkan indeks massa tubuhnya yaitu sebesar 34,6

kg/m2, pasien ini termasuk obesitas.6

Obesitas merupakan faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya

preeklampsia ringan maupun berat.12 Obesitas berhubungan dengan

dikeluarkannya suatu zat yang disebut oxsidative stress akibat respon dari

banyaknya radikal bebas akibat dari penumpukan kadar kolesterol dalam lumen

pembuluh darah.13 Proses ini akan memicu peningkatan asam lemak bebas disertai

dengan terjadinya inflamasi pada pembuluh darah akibat rusaknya endotel

pembuluh darah karena radikal bebas.14 Kondisi seperti ini akan merusak

pembuluh darah dan akan mengganggu proses implantasi dari trofoblast sehingga
32

mengakibatkan terjadinya hipertensi pada kehamilan sesuai dengan teori iskemik

plasenta yang berhubungan dengan adanya radikal bebas dan kerusakan endotel.15

Pilihan tatalaksana pada kasus ini adalah secara aktif (aggressive

management) karena pasien sudah aterem yaitu kehamilan ≥37 minggu dan sudah

inpartu maka persalinan dini lebih dianjurkan. Penatalaksanaan kasus ini

adalah inform consent terhadap pasien dan keluarga terkait kondisi ibu yang harus

segera dilahirkan anaknya karena akan berakibat kejang pada ibu dan kondisi

yang membahayakan janin jika tidak segera dilahirkan, kemudian dilakukan

observasi terhadap tanda-tanda vital ibu, his, dan denyut jantung janin, kateter

menetap dengan mencatat input dan output urin, diberikan infuse dengan cairan

Ringer Lactat (RL) tetesan 20 x/menit, injeksi MgSO4 40% 4 gram, lanjut drip

MgSO4 40% 6 gram dalam RL 500 cc tetesan 28 x/menit, diberikan obat

antihipertensi yaitu nifedipin 3x10 mg secara oral, metildopa 3x500 mg,

kemudian dilakukan cek darah lengkap dan urin rutin serta

partus pervaginam kala 2 diakhiri dengan vakum ekstraksi. Sesuai dengan prinsip

penanganan preeklampsia berat yaitu secara ekspektatif dan aktif bergantung pada

usia kehamilan dan keadaan ibu.16

Pada kasus ini usia kehamilan sudah cukup bulan, keadaan ibu baik

dengan hipertensi dalam kehamilan serta pasien sudah inpartu sehingga dipilih

cara partus pervaginam dengan kala II harus dipersingkat dengan vakum ekstraksi

jadi pasien dilarang mengedan. Vakum ekstraksi merupakan suatu tindakan

bantuan persalinan dimana janin dilahirkan dengan ektsraksi menggunakan

tekanan negatif dengan alat vakum yang dipasang dikepalanya. Hal ini
33

berdasarkan indikasi konvensional dari tindakan vakum ekstraksi yaitu untuk

mempersingkat kala II pada keadaan ibu tidak boleh mengedan terlalu lama pada

kala II akibat kondisi obstetri tertentu (preeklampsia berat, anemia, diabetes

mellitus, eklampsia).10,17

Anda mungkin juga menyukai