Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting. Pemanfaatannya
tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas
umum, sosial maupun ekonomi.
Air bersih yang digunakan sehari-hari harus memiliki kualitas yang baik
untuk konsumsi sesuai dengan standar air minum di Indonesia yaitu PP No.82
Tahun 2001 dan KepMen No.907 Tahun 2002. Begitu pentingnya air bersih bagi
kehidupan manusia, sehingga memungkinkan penyediaan menjadi terbatas bila
pemanfaatannya tidak diatur dengan baik, sehingga harus dibuat suatu jaringan
perpipaan yang tertata baik untuk mendistribusikan air bersih secara merata
kesetiap konsumen.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan air
semakin meningkat tajam. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan
beragamnya aktivitas, maka kebutuhan air bersih pun meningkat drastis.
B. Rumusan
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air bersih?
2. Bagaimana cara untuk mendapatkan angka debit rencana air bersih?
3. Bagaimana cara menghitung dimensi bangunan pengolahan air bersih?
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air bersih.
2. Mengetahui cara untuk mendapatkan angka debit rencana air bersih.
3. Mengetahui cara menghitung dimensi bangunan pengolahan air bersih.

1
BAB II
TEORI DASAR
A. Defenisi Air
Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk
digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi, dan
sanitasi. Ketersedian air bersih merupakan hal yang selayaknya diprioritaskan
oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Hingga saat ini penyediaan air bersih oleh pemerintah
menghadapi keterbatasan baik sumber air, sumber daya manusia, maupun
dana. Di daerah perkotaan, pada umumnya sumber air baku berasal dari sumur
air tanah dangkal dan PDAM. Sementara itu di daerah pedesaan sumber air
baku berasal dari sungai atau sumur air tanah dangkal. (Anonim, 2011)
Air baku merupakan salah satu bahan dasar dalam proses pengolahan
air minum. Sumber air baku harus tersedia dalam jumlah besar agar dapat
memenuhi kebutuhan air minum daerah perencanaan. Air baku dapat diambil
dari sumber – sumber yang memenuhi standard baku mutu yang dapat diolah
kemudian.
B. Air Bersih
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang meningkat karena
pertumbuhan penduduk, perlu ada upaya yang menyeluruh dan tepat. Air
bersih secara umum diartikan sebagai air yang layak untuk dijadikan air baku
bagi air minum. Dengan kelayakan ini maka air tersebut layak pula untuk
keperluan mandi, cuci dan sanitasi (MCK). Berdasarkan Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air,
air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
dan dapat diminum langsung. Di sisi lain, Permenkes RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum,

2
menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum
aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi, dan radioaktif. Standar kualitas air minum adalah batas operasional
dari kriteria kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis,
misalnya kondisi sosial ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat
kesehatan yang ada, dan teknologi yang tersedia. (Menkes, 2010)
Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih tersebut tidak mengandung
mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran dalam tubuh manusia.
Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yaitu parasit,
bakteri, virus dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut,
umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri, seperti
Eschericia coli.
b. Persyaratan Fisika
Persyaratan fisika air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada
umumnya, yakni derajat keasaman (pH), suhu, kejernihan, warna, dan bau.
Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan juga
langsung dapat terkait dengan kualitas fisik air seperti suhu dan keasaman.
Selain itu sifat fisik air juga penting untuk menjadi indikator tidak
langsung pada persyaratan biologis dan kimia, seperti warna air dan bau.
c. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi sangat penting karena banyak sekali
kandungan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan,
karena tidak sesuai dengan proses biokimia tubuh. Bahan kimia seperti
nitrat (NO3), arsenic (As), dan berbagai macam logam berat khususnya air
raksa (Hg), timah hitam (Pb), dan cadmium (Cd) dapat menyebabkan

3
gangguan pada tubuh manusia karena dapat berubah menjadi racun dalam
tubuh.
d. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian dari
persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya
sangat berbeda. Pada wilayah tertentu seperti wilayah di sekitar reaktor
nuklir, isu radioktif menjadi penting untuk kualitas air. (RepositoryUSU,
2013)
C. Sumber Air
Tersedianya sumber air baku dalam suatu sistem penyediaan air bersih
sangat penting. Sumber-sumber air tersebut secara kuantitas harus cukup dan
dari segi kualitas harus memenuhi syarat untuk mempermudah proses
pengolahan. Di samping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk
jaringan transmisi, distribusi dan sebagainya. Secara umum air berasal dari
sumber-sumber sebagai berikut:
1. Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi,
kemudian jatuh ke bumi berbentuk air. Air hujan juga merupakan
sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-
lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara menampung air hujan yang
jatuh dari atap rumah.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami penurunan kualitas
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu,
daun-daun, limbah industri kota dan sebagainnya. Macam-macam air
permukaan yaitu air rawa/danau dan air sungai.
3. Air Tanah

4
Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap
kedalam tanah dan bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat
pada lapisan tanah yang biasanya disebut aquifer. Air tanah dapat
dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan
air dari permukaan tanah. Air tanah biasanya jernih tetapi lebih
banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
daripada air permukaan.
2. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang
pertama. Pengambilan air tanah dalam tidak semudah pada air
tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya (biasanya kedalaman bor antara
10-100 m) akan didapat suatu lapisan air.
3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam
hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya
sama dengan keadaan air tanah dalam.
D. Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan air sehingga
memenuhi syarat atau baku mutu air tersebut layak langsung diminum. Air
minum yang disuplai kepada publik harus menyediakan keamanan dan estetika
menarik air minum dan terlepas dari gangguan dan biaya yang masuk akal
(Kawamura,1991).
1. Standar Kualitas Air Minum
Air minum harus memiliki standard. Standar air minum bergantung
dari kebijakan pemeritah pusat maapun pemerintah pusat (Kawamura,1991).

5
Kebijakan standard layak air minum melihat kondisi suatu negara yang
bersangkutan.
Tahun 1974 melalu EPA mengeluarkan National Interim Primary
Dringking Water Regulations (NIPDWR) dan Maximum Contaminant Levels
(MCLs) sebagai syarat untuk kandungan bahan kimia organik maupun
anorganik. Sehingga pada tahun 1977 standard ini menjadi standar utama
dalam perlindungan air minum untuk kesehatan masyarakat. Pada tahun 1984
peraturan tersbut diamandemen menjadi National Primary Dringking Water
Regulations (NPDWR). Dari perbuhan peraturan tersebut standar untuk
kualitas air minum juga berubah sebelum tahun 1980-an syarat lolos air
minum hanya 49 kontaminan namun pada tahun 2000 menjadi 190 syarat
lolos air layak minum (Kawamura,1991).
Standard air minum dapat ditentukan oleh badan yang ditunjuk
pemerintah lokal maupun melihat peraturan yang ditetapkan secara global.
Selain pemerintah lokal dan EPA, World Health Organization (WHO) juga
memiliki standard kulaitas air minum.
Secara umum kualitas air minum melihat aspek – aspek yang
ditentukan seperti bahan organik, mikrobiologi, bahan organik buatan, dan
bahan anorganik. Seperti contoh pada standard untuk mikrobiologi yang
terkandung, syarat turbiditas air minum tidak boleh lebih dari 0,5 NTU,
kandungan virus, giardia, dan total coliform harus nol.

E. Perencanaan Bangunan Air Minum


Tahap perencanaan bangunan pengolahan air minum :
a. Penetapan Debit Rencana
Debit rencana bangunan pengolahan air minum ditentukan berdasarkan
proyeksi/perhitungan debit maksimum harian
b. Analisis Kualitas Air Baku

6
Bertujuan untuk memperoleh parameter - parameter yang berkaitan dengan
pengolahan air. Karakteristik tipikal air permukaan di indonesia adalah
masalah kekeruhan yang berfluktuasi tergantung musim
c. Penentuan Unit Pengolahan
Penentuan unit pengolahan (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) disesuaikan
dengankualitas air baku yang diolah. Unit pengolahan dalam perencanaan
BPAM :
1. Sistem pengolahan lengkap menggunakan seluruh komponen unit
pengolahan.
2. Pengolahan kombinasi menggunakan sebagian komponen unit
pengolahan.
d. Penentuan kriteria perencanaan unit pengolahan Kriteria perencanaan
merupakan nilai / besaran tertentu yang digunakan sebagai salah satu dasar
pendekatan dalam perencanaan unit pengolahan dalam BPAM Kriteria
perencanaan dapat diperoleh dari hasil penelitian, riset, percobaan, SNI,
peraturan dll ex : SNI 6774-2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket
instalasi pengolahan air.
e. Perencanaan dan perancangan unit pengolahan
f. Perencanaan konstruksi bangunan dan tata letaknya
g. Perencanaan mekanikal dan elektrikal
h. Perencanaan bangunan penunjang

Kemudian sebelum mendesain bangunan pengolahan air minum perlu


diperhatikan aspek-aspek yang menunjang dan sangat penting. Setelah
selesai dalam pengerjaan penyeleksian alternatif pengolahan, beberapa hal
yang harus dikerjakan dan diperhatikanadalah mendesain Lay out IPA,
mengetahui prosedur & kriteria desain bangunan pengolahan air, manajemen
dan perencanaan proyek pembangunan, perkiraan biaya pembangunan, serta

7
analisis dampak lingkungan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan
ekosistem yang ada disekitar instalasi pengolahan air minum.

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

A. Batas Administrasi
Kelurahan Masale merupakan salah satu dari 11 Kelurahan di
Kecamatan Panakukkang di Kota Makassar yang berbatasan dengan :
 Kecamatan Tallo di sebelah utara,
 Kecamatan Tamalanrea di sebelah timur,
 Kecamatan Rappocini di sebelah selatan dan
 Kecamatan Makassar di sebelah barat.
Kecamatan Panakukang merupakan daerah bukan pantai dengan
topografi ketinggian 500M dari permukaan laut. Menurut jaraknya, letak
masing-masing kelurahan ke ibukota kecamatan berkisar antara 1-2 km.
Kecamatan Panakkukang terdiri dari 11 kelurahan dengan luas wilayah
17,05 km².
B. Demografi (Kependudukan)
Kota Makassar mempunyai 14 Kecamatan yang meliputi 143 kelurahan,
996 RW dan 4.968 RT dimana Kecamatan Panakkukang mempunyai luas
wilayah sebesar 17,05 km2 dan merupakan 9,7 persen dari seluruh luas Kota
Makassar (Profil Kota Makassar, 2017)
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Panakkukang
No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Penduduk (%)
1 2003 127632
2 2004 129240 1.24
3 2005 129967 0.56

8
4 2006 131229 0.96
5 2007 132479 0.94
6 2008 134548 1.54
7 2009 136555 1.47
8 2010 141382 3.41
9 2011 142729 0.94
10 2012 142308 -0.30
11 2013 145132 1.95
12 2014 146121 0.68
13 2015 146968 0.58
14 2016 147783 0.55
Laju Pertumbuhan Penduduk 0.011

Sumber : Makassar Dalam Angka, Katalog BPS


C. Fasilitas Umum
 Sarana Pendidikan
Pada tahun ajaran 201/2017 jumlah TK di Kecamatan
Panakkukang sekitar 44 sekolah, SD baik negeri maupun swasta
berjumlah sebanyak 59 sekolah, SLTP sebanyak 16 sekolah dan SMA
sebanyak 10 sekolah. Selain itu terdapat pula Sekolah Menengah
Kejuruan swasta sebanyak 11 sekolah.
Tabel 2. Data Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Panakkukang
Tingkat Jumlah Murid
Jumlah Sekolah
Pendidikan (jiwa)
TK 44 1956
SD 59 14066
SMP 16 4116
SMA 10 2697
SMK 11 2445
Total 25280
Sumber: Kecamatan Panakkukang Dalam Angka 2017

 Sarana Kesehatan

9
Jumlah sarana kesehatan tahun 2016 di Kecamatan Panakkukang
tercatat 3 Rumah Sakit Umum/Khusus, 3 buah Puskesmas, 2 buah Pustu,
10 buah Rumah Bersalin dan 79 Posyandu.

Tabel 3. Data Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Panakkukang

Fasilitas Kesehatan Jumlah Fasilitas


Rumah Sakit 3
Puskesmas 3
Rumah Bersalin 10
Posyandu 79
Balai Pengobatan 7
Tempat Praktek Dokter 30
Sumber: Kecamatan Panakkukang Dalam Angka 2017

 Sarana Ibadah
Tabel 4. Data Jumlah Sarana Ibadah Kecamatan Panakkukang

Tempat Ibadah Jumlah Fasilitas


Mesjid 87
Langgar 8
Gereja 22
Lainnya 6
Sumber: Kecamatan Panakkukang Dalam Angka 2017

 Sarana Perdagangan
Tabel 5. Data Jumlah Sarana Perdagangan Kecamatan Panakkukang

Tempat Perdagangan Jumlah Fasilitas


Pasar 2
Supermaket / Pasar Swalayan 41

10
Restoran / Rumah Makan 224
Sumber: Kecamatan Panakkukang Dalam Angka 2017

BAB VI
ANALISIS DATA PERENCANAAN
A. Prediksi Jumlah Penduduk
Kota Makassar mempunyai 14 Kecamatan yang meliputi 143 kelurahan,
996 RW dan 4.968 RT dimana Kecamatan Panakkukang mempunyai luas
wilayah sebesar 17,05 km2 dan merupakan 9,7 persen dari seluruh luas Kota
Makassar (Profil Kota Makassar, 2017)
Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Panakkukang
No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Penduduk (%)
1 2003 127632
2 2004 129240 1.24
3 2005 129967 0.56
4 2006 131229 0.96
5 2007 132479 0.94
6 2008 134548 1.54
7 2009 136555 1.47
8 2010 141382 3.41
9 2011 142729 0.94
10 2012 142308 -0.30
11 2013 145132 1.95
12 2014 146121 0.68
13 2015 146968 0.58
14 2016 147783 0.55
Laju Pertumbuhan Penduduk 0.011
Sumber : Makassar Dalam Angka, Katalog BPS

11
Rumus Laju Pertumbuhan Penduduk(%)
P0 – P’
LP = ( ) x 100
P0

Keterangan:
LP = Laju pertumbuhan penduduk.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
P’ = Jumlah penduduk pada tahun sebelumnya.
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang
akan datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian dan migrasi.
Proyeksi ini digunakan untuk kepentingan pembangunan seperti perencanaan
jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan pembangunan tersebut
dapat berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja dan
lainnya.
Dalam perencanaan bangunan pengolahan air minum, diperlukan
proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan untuk mengetahui kebutuhan
air bersih yang nantinya harus dapat disediakan oleh IPAM. Dalam perhitungan
proyeksi penduduk, terdapat tiga metode yang dapat digunakan, yaitu metode
aritmatik, geometrik, dan metode least square. Dari ketiga metode tersebut
kemudian dicari koefisien korelasinya terlebih dahulu untuk mencari metode
mana yang akan digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk.

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data sebagai berikut:


P0 = 147783 jiwa
r = 0.011
n = 5, 10, 15, 20 tahun

1. Metode Aritmatika
Pn = P0 x ( 1 + ( r x n ) )
Keterangan:

12
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
Perhitungan :
 5 Tahun (2021)
Pn = 147783 x ( 1 + ( 0.011 x 5 ) )
Pn = 156041 jiwa

 10 Tahun (2026)
Pn = 147783 x ( 1 + ( 0.011 x 10 ) )
Pn = 164299 jiwa

 15 Tahun (2031)
Pn = 147783 x ( 1 + ( 0.011 x 15 ) )
Pn = 172557 jiwa

 20 Tahun (2036)
Pn = 147783 x ( 1 + ( 0.011 x 20 ) )
Pn = 180815 jiwa

2. Metode Geometri
Pn = P0 x ( 1 + r ) n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
Perhitungan :
 5 Tahun (2021)

13
Pn = 147783 x ( 1 + 0.011 ) 5
Pn = 156228 jiwa

 10 Tahun (2026)
Pn = 147783 x ( 1 + 0.011 ) 10
Pn = 165155 jiwa

 15 Tahun (2031)
Pn = 147783 x ( 1 + 0.011 ) 15
Pn = 174593 jiwa

 20 Tahun (2036)
Pn = 147783 x ( 1 + 0.011 ) 20
Pn = 184569 jiwa

3. Metode Eksponensial
Pn = P0 x e r.n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
e = Bilangan eksponensial = 2,7182818.
Perhitungan :
 5 Tahun (2021)
Pn = 147783 x ( 2,7182818 ) 0.011 x 5
Pn = 156276 jiwa

 10 Tahun (2026)
Pn = 147783 x ( 2,7182818 ) 0.011 x 10
Pn = 165258 jiwa

14
 15 Tahun (2031)
Pn = 147783 x ( 2,7182818 ) 0.011 x 15
Pn = 174755 jiwa

 20 Tahun (2036)
Pn = 147783 x ( 2,7182818 ) 0.011 x 20
Pn = 184798 jiwa

Tabel 7. Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan


Panakkukang
Tahun Proyeksi
No Metode
2021 2026 2031 2036
1 Aritmatika 156041 164299 172557 180815
2 Geometrik 156228 165155 174593 184569
3 Least Square 156276 165258 174755 184798

B. Prediksi Kebutuhan Air


Kebutuhan air merupakan salah satu standar penentu dimensi bangunan
IPAM. Jumlah kebutuhan air berkorelasi dengan jumlah penduduk, semakin
banyak jumlah penduduk yang menempati daerah tersebut maka makin besar
pula jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan daerah tersebut.
Kebutuhan air merupakan banyaknya air yang diperlukan untuk
melakukan segala aktifitas, baik itu untuk aktifitas internal maupun kebutuhan
eksternal. Kebutuhan air disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah
penduduk, aktifitas dominan penduduk, gaya hidup, keadaan sosial ekonomi,
agama, dan adat istiadat, keadaan geografi dan perkembangan kota, dimana
semua faktor ini sangat mempengaruhi kebutuhan air di daerah tersebut.
1. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat- tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari

15
seperti memasak, minum, mencuci. Kebutuhan domestik merupakan aspek
penting dalam menganalisis kebutuhan penyediaan di masa mendatang.
Analisis sektor domestik untuk masa mendatang dilaksanakan dengan
dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan.
Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
 Kota Kategori I (Metropolitan)
 Kota Kategori II (Kota Besar)
 Kota Kategori III (Kota Sedang)
 Kota Kategori IV (Kota Kecil)
 Kota Kategori V
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air minum untuk rumah
tangga yang terdiri dari sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU).

A. Sambungan Rumah
Tabel 8. Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah Tangga ( SR )
Jumlah
Jumlah Tingkat Jumlah Konsumsi Jumlah
Kebutuhan
Tahun Penduduk Pelayanan Terlayani Rata-rata Pemakaian
Air
(Jiwa) (%) (Jiwa) (L/Jiwa/Hari) (L/Hari)
(L/Dtk)
2016 147783 60 88670 120 10.640.376 123
2021 156276 60 93766 120 11.251.886 130
2026 165258 60 99155 120 11.898.540 138
2031 174755 60 104853 120 12.582.358 146
2036 184798 60 110879 120 13.305.475 154

Contoh Perhitungan:
Untuk tahun 2021
- Konsumsi Rata-rata Air = 120 L/Jiwa/hari
- Jumlah Penduduk Terlayani = 93.766 Jiwa
Sehingga:

16
- Kebutuhan Air (L/dtk)
SR Terlayani x Konsumsi Rata - rata Air
Kebutuhan Air 
86.400 dtk
93.766 Jiwa x 120 L/Jiwa/har i
Kebutuhan Air  = 130 L/dtk
86.400 dtk

B. Hidran Umum
Tabel 9. Kebutuhan Air untuk Hidran Umum ( HU )
Jumlah
Jumlah Tingkat Jumlah Konsumsi Jumlah
Kebutuhan
Tahun Penduduk Pelayanan Terlayani Rata-rata Pemakaian
Air
(Jiwa) (%) (Jiwa) (L/Jiwa/Hari) (L/Hari)
(L/Dtk)
2016 147783 40 59113 30 1.773.396 21
2021 156276 40 62510 30 1.875.314 22
2026 165258 40 66103 30 1.983.090 23
2031 174755 40 69902 30 2.097.060 24
2036 184798 40 73919 30 2.217.579 26

Contoh Perhitungan:
Untuk tahun 2021
- Konsumsi Rata-rata Air = 30 L/Jiwa/hari
- Jumlah Penduduk Terlayani = 62.510 Jiwa
Sehingga:
- Kebutuhan Air (L/dtk)
SR Terlayani x Konsumsi Rata - rata Air
Kebutuhan Air 
86.400 dtk
62.510 Jiwa x 30 L/Jiwa/har i
Kebutuhan Air  = 22 L/dtk
86.400 dtk

17
2. Non-Domestik
Kebutuhan air minum non domestik adalah kebutuhan air minum untuk
fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan budaya yang terdapat pada suatu daerah
perencanaan. Penentuan kebutuhan air minum untuk non domestik dilakukan
dengan menggunakan standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum.

a. Sarana Pendidikan
Rumus Proyeksi :
Jumlah murid tahunx
Jumlah Murid Tahun x =  Populasi tahun n
Populasi tahuntahunx

Tabel 10. Proyeksi Sarana Pendidikan

Tingkat Jumlah Murid (jiwa)


Pendidikan 2017 2021 2026 2031 2036
TK 1956 2045 2163 2287 2419
SD 14066 14709 15554 16448 17394
SMP 4116 4304 4552 4813 5090
SMA 2697 2820 2982 3154 3335
SMK 2445 2557 2704 2859 3023
Total 25280 26435 27955 29561 31261

Perkembangan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan


pertambahan penduduk. Kebutuhan air minum untuk tiap fasilitas
berdasarkan standar yang berlaku adalah sebesar 10 Liter/murid/hari.
Perhitungan kebutuhan air minum ini berdasarkan pada banyaknya
murid.

Tabel 11. Kebutuhan Air Sarana Pendidikan


Kebutuhan 2017 2021 2026 2031 2036
Jenis
Air Jumlah Keb.Air Jumlah Keb.Air Jumlah Keb.Air Jumlah Keb.Air Jumlah Keb.Air
Sarana
(L/murid/hari) Murid (L/dtk) Murid (L/dtk) Murid (L/dtk) Murid (L/dtk) Murid (L/dtk)

18
TK 10 1956 0.23 2045 0.24 2163 0.25 2287 0.26 2419 0.28
SD 10 14066 1.63 14709 1.70 15554 1.80 16448 1.90 17394 2.10
SMP 10 4116 0.48 4304 0.50 4552 0.53 4813 0.56 5090 0.59
SMA 10 2697 0.31 2820 0.33 2982 0.35 3154 0.37 3335 0.39
SMK 10 2445 0.28 2557 0.30 2704 0.31 2859 0.33 3023 0.35
Jumlah 25280 2.93 26435 3.07 27955 3.24 29561 3.42 31261 3.71

b. Sarana Ibadah
Tabel 12. Proyeksi Sarana Peribadatan

Sarana Jumlah Unit


Peribadatan 2017 2021 2026 2031 2036
Masjid 87 89 91 93 95
Gereja 22 23 24 25 26
Langgar 8 9 10 11 12
Total 117 121 125 129 133

Kebutuhan air bersih untuk masing-masing fasilitas berdasarkan


pada standar yang berlaku yaitu Dept. Pekerjaan Umum, 1996 adalah
800 L/unit/hari untuk Masjid, 500 L/unit/hari untuk Gereja, 500
L/unit/hari untuk Langgar.

Tabel 13. Kebutuhan Air Sarana Peribadatan


Konsumsi 2017 2021 2026 2031 2036
Jenis
Air Rata2 Keb.Air Keb.Air Keb.Air Keb.Air Keb.Air
Sarana Unit Unit Unit Unit Unit
(l/unit/hari) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk)
Masjid 800 87 0.81 89 0.82 91 0.84 93 0.86 95 0.88
Gereja 500 22 0.13 23 0.13 24 0.14 25 0.14 26 0.15
Langgar 500 8 0.05 9 0.05 10 0.06 11 0.06 12 0.07
Jumlah 117 0.98 121 1.01 125 1.04 129 1.07 133 1.10

19
c. Sarana Kesehatan
Tabel 14. Proyeksi Sarana Kesehatan

Sarana Jumlah Unit


Peribadatan 2017 2021 2026 2031 2036
Rumah Sakit 3 3 4 4 5
Puskesmas 3 4 5 6 7
Rumah Bersalin 10 11 12 13 14
Posyandu 79 82 85 88 91
Balai
7 8 9 10 11
Pengobatan
Praktek Dokter 30 32 34 35 36
Total 132 140 149 156 164

Kebutuhan air bersih untuk masing-masing fasilitas berdasarkan


pada standar yang berlaku yaitu Dept. Pekerjaan Umum, 1996 adalah
2000 L/unit/hari untuk Masjid, 1000 L/unit/hari untuk Puskesmas,
600 L/unit/hari untuk Posyandu, 1000 L/unit/hari untuk Balai
Pengobatan, 200 L/unit/hari untuk Praktek Dokter.

Tabel 15. Kebutuhan Air Sarana Kesehatan


Konsumsi 2017 2021 2026 2031 2036
Sarana Air Rata2 Keb.Air Keb.Air Keb.Air Keb.Air Keb.Air
(l/unit/hari) Unit Unit Unit Unit Unit
(L/dtk) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk)
Rumah
2000 3 0.07 3 0.07 4 0.09 4 0.09 5 0.12
Sakit

20
Puskesmas 1000 3 0.03 4 0.05 5 0.06 6 0.07 7 0.08
Rumah
600 10 0.07 11 0.08 12 0.08 13 0.09 14 0.10
Bersalin
Posyandu 200 79 0.18 82 0.19 85 0.20 88 0.20 91 0.21
Balai
1000 7 0.08 8 0.09 9 0.10 10 0.12 11 0.13
Pengobatan
Praktek
200 30 0.07 32 0.07 34 0.08 35 0.08 36 0.08
Dokter
Jumlah 132 0.51 140 0.55 149 0.61 156 0.65 164 0.72

d. Sarana Perdagangan
Tabel 16. Proyeksi Sarana Perdagangan

Sarana Jumlah Unit


Perdagangan 2017 2021 2026 2031 2036
Pasar 2 2 3 3 4
Supermaket /
41 46 51 56 61
Pasar Swalayan
Restoran /
224 244 264 284 304
Rumah Makan
Total 267 292 318 343 369

Kebutuhan air bersih untuk masing-masing fasilitas berdasarkan


pada standar yang berlaku yaitu Dept. Pekerjaan Umum, 1996 adalah
12000 L/unit/hari untuk Pasar, 500 L/unit/hari untuk Supermarket,
2000 L/unit/hari untuk Restoran.

Tabel 17. Kebutuhan Air Sarana Kesehatan


Konsumsi 2017 2021 2026 2031 2036
Air Rata2
Sarana Keb.Air Keb.Air Keb.Air Keb.Air Keb.Air
(l/unit Unit Unit Unit Unit Unit
/hari) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk) (L/dtk)
Pasar 12000 2 0.28 2 0.28 3 0.28 3 0.28 4 0.28
Supermarket
/ Pasar 500 41 0.24 46 0.24 51 0.24 56 0.24 61 0.24
Swalayan

21
Restoran /
Rumah 2000 224 5.19 244 5.19 264 5.19 284 5.19 304 5.19
Makan
Jumlah 267 5.70 292 6.19 318 6.82 343 7.31 369 7.95

Dari perhitungan kebutuhan air domestik dan non domestik yang


telah dilakukan, jumlah kebutuhan air minum pada daerah perencanaan
secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 18. Kebutuhan Air Rata-rata Kecamatan Panakkukang
Kebutuhan (L/dtk)
No Fasilitas
2017 2021 2026 2031 2036
1 Domestik
Sambungan Rumah 123 130 138 146 154
Hidran Umum 21 22 23 24 26
Jumlah (L/dtk) 144 152 161 170 180
2 Non Domestik
Sarana Pendidikan 2.93 3.07 3.24 3.42 3.71
Sarana Peribadatan 0.98 1.01 1.04 1.07 1.10
Sarana Kesehatan 0.51 0.55 0.61 0.65 0.72
Sarana Perdagangan dan
5.70 6.19 6.82 7.31 7.95
Jasa
Jumlah (L/dtk) 10.12 10.82 11.71 12.45 13.48
Jumlah Total (L/dtk) 154.12 162.82 172.71 182.45 193.48

3. Kehilangan Air
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air, perlu diperhitungkan juga
besarnya kebocoran/kehilangan air dari sistem. Besarnya kehilangan air
diperkirakan sebesar 20 % dari kebutuhan total sampai akhir tahun
perencanaan (Dirjen Cipta Karya, 1998).
Yang dimaksud dengan kehilangan air adalah :

22
 Pemakaian air pada instalasi, diantaranya : pecucian unit-unit instalasi
dan keperluan air bersih untuk karyawan
 Kebocoran pipa distribusi dan perlengkapan
 Kesalahan petugas dalam menghitung meteran
 Penyambungan liar
 Kesalahan administrasi
Secara keseluruhan kehilangan air pada tahun 2017 hingga tahun 2036
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 19. Proyeksi Kehilangan Air
Debit (Q) Kehilangan Kehilangan Debit (Q)
Tahun (L/dtk)
(L/dtk) (%) (L/dtk)
2017 154.12 20 30.82 184.94
2021 162.82 20 32.56 195.38
2026 172.71 20 34.54 207.25
2031 182.45 20 36.49 218.94
2036 193.48 20 38.70 232.18

4. Kebutuhan Air Rata-rata


Berdasarkan hasil perhitungan, proyeksi pertambahan penduduk,
proyeksi perkembangan fasilitas umum dan proyeksi kebutuhan air baik
untuk fasilitas domestik maupun non domestik diketahui bahwa kebutuhan
air untuk Kecamatan Panakkukang sampai dengan akhir tahun
perencanaan (2036) dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 20. Kebutuhan Air Rata-rata
Kebutuhan (L/dtk)
No Fasilitas
2017 2021 2026 2031 2036
1 Domestik 144 152 161 170 180
2 Non Domestik 10.12 10.82 11.71 12.45 13.48
Kebutuhan Air (L/dtk) 154.12 162.82 172.71 182.45 193.48
Kehilangan (L/dtk) 30.82 32.56 34.54 36.49 38.70
Jumlah Total (L/dtk) 184.94 195.38 207.25 218.94 232.18

23
5. Kebutuhan Maksimum Harian
Untuk kota-kota yang terdapat di Indonesia, besarnya faktor
pengali sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan air bersih pada saat
pemakaian air minum pada jam-jam tertentu dalam jumlah yang lebih
banyak dari hari maksimum. Dengan kata lain pemakaian air dalam
jumlah maksimum pada hari-hari tertentu, dipengaruhi oleh :
Faktor hari maksimum = 1,15 – 1,25
Tabel 21. Kebutuhan Maksimum Harian
Debit (Q) Debit (Q) IPA
Debit (Q) Total Fmd
Tahun Olah (Qolah-25*)
(L/dtk) (%)
(L/dtk) (L/dtk)
2017 184.94 1.2 184.94 246.93
2021 195.38 1.2 195.38 259.46
2026 207.25 1.2 207.25 273.70
2031 218.94 1.2 218.94 287.73
2036 232.18 1.2 232.18 303.61

Faktor hari maksimum yang digunakan adalah 1.2, maka kapasitas


Instalansi Pengolahan Air Minum adalah sebagai berikut :
QIPA = Qrata-rata x faktor maksimum hari
QIPA = 193.48 L/det x 1.2
QIPA = 232.18 L/det
Maka kapasitas produksi yang diperlukan Instalasi Pengolahan Air
Minum untuk melayani Kawasan Kecamatan Panakkukang 2036 adalah :

24
QIPA = 232.18 L/dtk – 25 L/dtk ( Kapasitas Eksisting)
QIPA = 207.18 L/dtk

6. Kebutuhan pada Jam Puncak


Selain faktor hari maksimum, faktor jam puncak sangat
berpengaruh pada kebutuhan air bersih. Pemakaian air dalam jumlah
maksimum pada hari-hari tertentu, dipengaruhi oleh :
Faktor jam puncak = 1.5 – 1.75
Tabel 22. Kebutuhan Jam Puncak
Debit
Debit (Q) Debit (Q) IPA
Fph (Q)
Tahun Total (Qolah-25*)
(%) Olah
(L/dtk) (L/dtk)
(L/dtk)
2017 184.944 1.65 254.30 330.16
2021 195.384 1.65 268.65 347.38
2026 207.252 1.65 284.97 366.97
2031 218.94 1.65 301.04 386.25
2036 232.176 1.65 319.24 408.09

Faktor hari maksimum yang digunakan adalah 1.65, maka kapasitas


Instalansi Pengolahan Air Minum adalah sebagai berikut :
QIPA = Qrata-rata x faktor maksimum hari
QIPA = 193.48 L/det x 1.65
QIPA = 319.24 L/det
Maka kapasitas produksi yang diperlukan Instalasi Pengolahan Air
Minum untuk melayani Kawasan Kecamatan Panakkukang 2036 adalah :
QIPA = 319.24 L/dtk – 25 L/dtk ( Kapasitas Eksisting)
QIPA = 294.24 L/dtk

25
C. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
1. Intake
Bangunan intake adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai
penyadap atau penangkap air baku yang berasal dari sumbernya atau
badan air seperti sungai, situ, danau dan kolam sesuai dengan debit yang
diperlukan untuk pengolahan. Bangunan intake harus disesuaikan menurut
konstruksi bangunan air, dan pada umumnya memiliki konstuksi beton
bertulang (reinforced concrete) agar memiliki ketahanan yang baik
terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
Pintu intake pada IPA terdiri dari 1 unit, sedangkan saringannya
terdiri dari 2 saringan, yaitu 1 saringan kasar (kawat pagar) dan 1 saringan
halus (bar screen). Berikut ini adalah dimensi unit intake :
 Level sungai
o Maksimum :2m
o Minimum : 0.95 m
o Rata-rata : 1.45 m
 Kedalaman saluran :3m
 Jumlah unit :3
Saringan Kasar
 Dimensi Saluran Terbuka
o Tinggi saluran :5m
o Lebar saluran :1m
o Lebar bukaan : 1 cm
o Tebal plat : 0.5 cm
Kriteria desain :
 Kecepatan aliran pada saringan kasar < 0.08 m/s
 Kecepatan aliran pada pintu intake < 0.08 m/s

26
 Kecepatan aliran pada saringan halus < 0.20 m/s
 Lebar bukaan saringan kasar = 5 - 8 cm
 Lebar bukaan saringan halus ± 5 cm

Perhitungan :
 Saringan Kasar
Rumus :
𝑄
𝑣= 𝐴
Keterangan :
V = Kecepatan Aliran (m/s)
Q = Debit (m3/s)
A = Luas bukaan (m2)

0.136 𝑚3/𝑠
V= ( 1 𝑚 𝑥 5 𝑚 ) = 0.0272 m/s

 Saringan Halus
Rumus :
𝑄
𝑣= 𝐴 𝑥 𝑒𝑓𝑓
Keterangan :
V = Kecepatan Aliran (m/s)
Q = Debit (m3/s)
A = Luas bukaan (m2)
Eff = Efisiensi Saringan (0,5 - 0,6)

27
0.136 𝑚3/𝑠
VA= (1 𝑚 𝑥 5 𝑚 𝑥 0.5) = 0.0544 m/s

2. Bak Pengumpul
 Jumlah bak : 2 bak
 Debit per bak = 0.136 / 2 = 0.068 m3/dtk
 Panjang = 1.85 m
 Lebar = 1.25 m
 Tinggi = 1.25 m

Kriteria Desain :
 Waktu detensi > 1,5 menit

Rumus :
𝑉
𝑡𝑑 = 𝑄
Perhitungan :
3 𝑥 2 𝑥 1.5
td = ( 0.068
) = 132.35 s = 2.2 menit

3. Unit Koagulasi
Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid,
karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk
koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya.
Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia

28
berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing
(pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara
mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan
dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump.
 Debit (Q) : 408 l/dtk : 0.408 m3/dtk
 Tipe : hydrolic jump
 Jumlah terjunan (n) = 2
 Debit tiap terjunan (q) = 0.204 m3/dtk
 Panjang bak (p) = 2 m
 Lebar bak (l) : 2 m
 Tinggi bak (t) = 1 m
 Freeboard = 0.25 m
 Tinggi terjunan (H) = 1 m
 Viskositas kinematik pada 25o (𝑣) = 0,893 x 10-6 m2/dtk
Kriteria desain:
 G = (100 - 1000) dtk-1
 GTd = (30,000 - 60,000)
 td = l0 dtk - 5 menit
Perhitungan
 Total volume
V=pxlxt
V=2x2x1
V = 4 m3
 Waktu detensi
𝑉
td = 𝑄

4
td = (0.204) = 19.6 s

29
 Gradien kecepatan
𝑔𝑥ℎ
G = √𝑣 𝑥 𝑡𝑑

9.81 𝑥 1
G = √0,893 x 10−6 x 19.6 = 748.65 dtk -1
 Nilai GT
GTd = G x td = 14679.47

4. Unit Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit
flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok.
Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
- Pada proses flokulasi ditambahkan poliakrilamit sebagai flokulan
dengan dosis 0.01 mg/L
- Pengadukan atau pencampuran dilakukan dengan bentuk bak yang
membuat arah aliran air berputar sehingga terjadi pencampuran. Arus
aliran air pelan karena pada flokulasi menggunakan pengadukan
pelan.
- Untuk menguji dosis optimum penambahan bahan kimia (koagulan
maupun flokulan) maka dilakukan Jar test

Data Eksisting
 Tipe : pengaduk lambat Buffel Channel
 Debit = 0,408 m3/s
 Jumlah bak = 2 bak
 Debit tiap bak (q) = 0,408 / 2 = 0,204 m3/s
 Jumlah Kompartemen = 2
 Kompartemen 1

30
- Panjang (P) = 13 m
- Lebar (L) = 0,5 m
- Kedalaman (H) = 4,2 m
- Kedalaman air = 3,8 m
- Jumlah belokan (s) =7
- Panjang belokan (Pb) = 0,65 m
 Kompartemen 2
- Panjang (P) = 4,3 m
- Lebar (L) = 0,35 m
- Kedalaman (H) = 0,8 m
- Kedalaman air = 0,61 m
- Jumlah belokan (s) = 11
- Panjang belokan (Pb) = 0,85 m

Kriteria Desain
 Waktu Detensi (td) = 15 – 45 menit
 Gradien Kecepatan (G) = 10 – 60 s
 G x td = 104 - 105
 Koefisien gesekan (k) = 2 – 3,5
 Kehilangan tekanan (hL) = 0,3 – 1 m
 Viskositas Kinematik pada 25o (υ) = 0,893 x 10-6 m2/s
Perhitungan
Untuk Kompartemen 1
 Debit (q) = 0,204 m3/s
 Jumlah belokan (s) = 7 buah
 Dimensi
- Panjang (P) = 13 m
- Lebar (L) = 0,5 m

31
- Kedalaman Sal (T) = 4,2 m
- Kedalaman Air (H) = 3,8 m
- Luas penampang saluran (Luas Basah)
A = L x H = 0,5 x 3,8 = 19 m2
- Keliling basah
P = L + 2H = 0,5 + (2 x 3,8) = 8,1 m
- Jari-Jari Basah
R = A/P = 19 m2/ 8,1 m = 2,345 m
Sloof (S) = ∆H/P = 0,4 m / 8,1 m = 0,049
- Volume
V = P x L x T = 13 m x 0,5 x 4,2 m = 27,3 m3
 Kecepatan Aliran Saluran
1 1
𝑉 L = 𝑛 . R2/3.S1/2 = 0,013 . 2,3452/3.0,0491/2 = 30,05 m/s

Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013


 HL (kehilangan tekanan pada saat aliran lurus)
2
𝑛.𝑉𝐿 .𝐿 1/8
HL= ( )
𝑅 2/3
2
0,013 . 30,05 . 131/8
HL= ( )
2,3452/3

HL= 0,09 m
 Belokan
 Jumlah (s) = 7 buah
 Panjang (Pb) = 0,65 m
 Lebar (Lb) = 0,25 m
 Dalam Air (Hb) = 0,61 m
 Total volume air belokan
Vab = Pb x Lb x Hb x s
Vab = 0,65 x 0,25 x 0,61 x 7
Vab = 0,69 m3

32
 Luas Penampang
Ab = Lb x Hb = 0,25 x 0,61 = 0,15 m2
 Kecepatan air pada belokan
Vb = q/Ab = 0,04/0,15 = 0,27 m/s
 Headloss
𝑉2 0,272
Hb = 𝑘 2𝑔= 2 2𝑥9,81= 0,0074 m

Dimana k adalah koefisien gesekan = 2


 Kehilangan tekanan total (Htot)
Htot = HL + Hb = 0,09 + 0,0074 = 0,097 m
 Waktu Detensi
td = V/Q = 27,3(7) / 0,204 = 937 s = 15,6 menit
 Gradien Kecepatan
𝑔𝑥𝐻 9,81 𝑥 0,09
𝐺 = √ 𝑣 𝑥 𝑡 𝐿 = √0,893 𝑥 10−6 𝑥 937 = 1122,96 s-1
𝑑

 G x td
G x td = 937 x 1122,96 = 1052213,52 = 1,052213 x 106

Untuk Kompartemen 2
 Debit (q) = 0,204 m3/s
 Jumlah belokan (s) = 11 buah
 Dimensi
- Panjang (P) = 4,3 m
- Lebar (L) = 0,35 m
- Kedalaman Sal (T) = 0,8 m
- Kedalaman Air (H) = 0,61 m
- Luas penampang saluran (Luas Basah)
A = L x H = 0,35 x 0,61 = 0,21 m2
- Keliling basah

33
P = L + 2H = 0,35 + (2 x 0,61) = 1,57 m
- Jari-Jari Basah
R = A/P = 0,21 m2/ 1,57 m = 0,134 m
Sloof (S) = ∆H/P = 0,19 m / 4,3 m = 0,044
- Volume
V = P x L x T = 4,3 m x 0,35 x 0,8 m = 1,2 m3

 Kecepatan Aliran Saluran


1 1
𝑉 L = 𝑛 . R2/3.S1/2 = 0,013 . 0,1342/3.0,0441/2 = 4,23 m/s

Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013


 HL (kehilangan tekanan pada saat aliran lurus)
2
𝑛.𝑉𝐿 .𝐿 1/8
HL= ( )
𝑅 2/3
2
0,013 . 4,23 . 4,31/8
HL= ( )
0,1342/3

HL= 0,19 m
 Belokan
 Jumlah (s) = 11 buah
 Panjang (Pb) = 0,85 m
 Lebar (Lb) = 0,35 m
 Dalam Air (Hb) = 0,61 m
 Total volume air belokan
Vab = Pb x Lb x Hb x s
Vab = 0,85 x 0,35 x 0,61 x 11
Vab = 1,99 m3
 Luas Penampang
Ab = Lb x Hb = 0,35 x 0,61 = 0,21 m2
 Kecepatan air pada belokan

34
Vb = q/Ab = 0,04/0,21 = 0,19 m/s
 Headloss
𝑉2 0,192
Hb = 𝑘 2𝑔= 2 2𝑥9,81= 0,0037 m

Dimana k adalah koefisien gesekan = 2


 Kehilangan tekanan total (Htot)
Htot = HL + Hb = 0,19 + 0,0037 = 0,2 m

 Waktu Detensi
td = V/Q = 1,2(11) / 0,204 = 64 s = 1,07 menit
 Gradien Kecepatan
𝑔𝑥𝐻 9,81 𝑥 0,19
𝐺 = √ 𝑣 𝑥 𝑡 𝐿 = √0,893 𝑥 10−6 𝑥 330 = 79,5 s-1
𝑑

 G x td
G x td = 330 x 79,5 = 26.235

5. Unit Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit
koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke
dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-
partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini
menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya
berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak
sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.
- Teknik sedimentasi yang digunakan adalah menggunakan kolam
sedimentasi seperti penjelasan di atas yang menggunakan prinsip
berat jenis.

35
- Air dari bak flokulasi dialirkan secara pelan ke bak sedimentasi dan
flok-flok besar yang telah terbentuk (padatan) akan mengendap di
permukaan bak sedimentasi.
- Adapun mesin penarik yang berfungsi menarik padatan yang
mengendap agar terpisah dari air bersih, endapan akan masuk ke
sludge lagoon
- Dalam kolam ini terdapat beberapa ekor ikan yang berfungsi untuk
membuktikan bahwa air aman dan dapat dihidupi oleh ikan
(berdasarkan aturan air bersih)

Data Eksisting
 Jumlah bak = 4 bak
 Debit per unit = 0,408 m3/s/4 = 0,102 m3/s
 Panjang (P) = 15 m
 Lebar (L) =4m
 Kedalaman (H) = 1,5 m
 Tinggi muka air = 1,3 m
 Kemiringan Settler = 60o
Pada saat pengurasan bak sedimentasi hanya tiga bak yang berfungsi karena
pengurasan dilakukan pada tiap 1 bak.
Kriteria desain
 Surface loading rate = (60-150) m3/m2 day
 Weir loading rate = (90-360) m3/m2 day
 Waktu detensi bak = 2 jam = 120 menit
 Waktu detensi settler = 6 – 25 menit
 Rasio panjang terhadap lebar = 3:1 – 5:1
 Kecepatan pada settler = (0,05 – 0,13) ,/min
 Reynold number < 2000

36
 Froude number > 10-5

Perhitungan
 Rasio panjang-lebar bak
Rasio = 15/4 = 3,75
 Surface loading rate
(0,102𝑚3 /𝑠 𝑥 (86400𝑠/ℎ𝑎𝑟𝑖))
Vt = = 146,88 m3/m2.hari
15𝑚𝑥4𝑚

Surface loading rate saat pengurasan


𝑄𝑖𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖 0,408𝑚3 /𝑠
Qbak = = = 0,136 m3/s
3 3
(0,136𝑚3 /𝑠 𝑥 (86400𝑠/ℎ𝑎𝑟𝑖))
Vt = = 195,84 m3/m2.hari
15𝑚𝑥4𝑚

 Kecepatan aliran pada settler


0,102𝑚3 /𝑠
Vo = 15𝑚𝑥4𝑚𝑥𝑠𝑖𝑛60 = 2,1 x 10-3 m/s = 0,126 m/menit

Kecepatan aliran pada settler saat pengurasan


𝑄𝑖𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖 0,408𝑚3 /𝑠
Qbak = = = 0,136 m3/s
3 3
0,136𝑚3 /𝑠
Vo = 15𝑚𝑥4𝑚𝑥𝑠𝑖𝑛60 = 2,8 x 10-3 m/s = 0,168 m/menit

 Weir Loading rate


𝑄 (0,102𝑚3 /𝑠 𝑥 (86400𝑠/ℎ𝑎𝑟𝑖))
W=𝐿= = 314,74 m3/m.hari
7𝑥4𝑚

Weir Loading rate saat pengurasan


𝑄𝑖𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖 0,408𝑚3 /𝑠
Qbak = = = 0,136 m3/s
3 3
𝑄 (0,136𝑚3 /𝑠 𝑥 (86400𝑠/ℎ𝑎𝑟𝑖))
W=𝐿= = 419,65 m3/m.hari
7𝑥4𝑚

 Waktu Detensi Bak


𝑉 15𝑚𝑥4𝑚𝑥1,5𝑚
T=𝑄= = 882 detik = 14,7 menit
0,102𝑚3 /𝑠

Waktu Detensi Bak saat pengurasan


𝑄𝑖𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖 0,408𝑚3 /𝑠
Qbak = = = 0,136 m3/s
3 3

37
𝑉 15𝑚𝑥4𝑚𝑥1,5𝑚
T=𝑄= = 662 detik = 11 menit
0,136𝑚3 /𝑠

6. Unit Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit
filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan
media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir,
silika, dan kerikil dengan ketebalan berbeda. Dilakukan secara gravitasi.
- Proses filtrasi IPA ini menggunakan media pasir silica
- Air dari bak sedimentasi dialirkan ke bak filtrasi yang berisi pasir
silika, ukuran bak adalah 40 m2

Data Eksisting
 Jenis : Saringan pasir cepat dengan aliran dari atas ke bawah
menggunakan gravitasi
 Jumlah = 6 unit (bak))
 Q per bak = 0,408 m3/s / 6 = 0,068 m3/s
 Panjang (P) x Lebar (L) x Kedalaman (H) = (9 x 3 x 6) m
 Lama operasi (to) =(24-48) jam
 Diameter pipa inlet (Dpi) = 30 cm
 Media saringan (Single media filter)
- Lapisan Pasir silika (Lfp) tebal 90 cm, ψ = 0,82, Sg = 2,65,
e = 0,42
- Media penyangga dengan kerikil/gravel tebal 10 cm, ψ = 0,7,
Sg = 2,65, e = 0,5
Kriteria Desain
 Lebar (L) = 3-6 m
 Rasio P:L = 2:1 sampai 4:1
 Kedalaman (H) = 5,5-7,5 m

38
 Luar area = 25-80 m2
 Kecepatan filtrasi = 100-475 m3/m2.hari
 Kedalaman media filter = 0,75 m
 Kedalaman media penyangga = 0,5 m
 Lama operasi = 12-24-72 jam
 Kecepatan aliran pipa inlet (Vpi) = 0,6-1,8 m/s

Perhitungan
 Jumlah filter
Jumlah filter = 12 √0,08 = 3,4 ≈ 4
Jumlah minimal filter di instalasi adalah 4 filter, sehingga jumlah
filter pada kondisi eksisting (6 filter) memenuhi jumlah
minimalnya.
 Kecepatan aliran pipa inlet
Vpi = Q/A = 0,068 m3/s / (π.0,152) = 0,96 m/s > 0,6 m/s
 Dimensi, geometri, dan lama operasi bak filtrasi :
L = 3 m = 3 m kriteria
P:L = 9/3 = 3:1
H=6m
Lama operasi (to) = 24-48 jam
 Luas area bak dan kecepatan penyaringan (filtrasi)
As = P x L = 9 x 3= 27 m2 > 25 m2
0,068𝑚3
𝑄 ( )
Vf =𝐴 = 𝑠
(9𝑥3)𝑚2
= 3,6 x 10-3 m/s = 311,04 m3/m2.hari

Cek kondisi saat dua filter sedang di backwash (Q = 0,02 m3/s (4


filter))
𝑄 (0,02/𝑠)
Vf =𝐴 = (2,5𝑥1,5)𝑚3
= 5,33 x 10-3 m/s = 460,512 m3/m2.hari

39
 Kedalaman (tebal) media filter dan media penyangga :
Lf = Lfp = 0,9 m > 0,75 m
Lp = 0,1 < 0,5 m

7. Desinfeksi
Desinfektan yang digunakan adalah gas chlor, dan masih berfungsi
dengan baik. Sistem chlorinatornya sangat sederhana dengan
mengandalkan penguapan yang terjadi di gas chlor. Proses destruksi
mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan bahan kimia
atau ozon. Desinfeksi yang digunakan di IPA ini adalah Klorin dengan
dosis 1 mg/L
Data Eksisting
 Jumlah = 1 unit (bak)
 Debit pengolahan = 0,408 m3/s
 Desinfeksi yang akan digunakan adalah kaporit dalam bentuk
padatan
 Pembubuhan kaporit ke dalam bak pembubuh dilakukan 24 jam
sekali
 Jumlah bak pembubuh adalah 2 (1 operasional – 1 cadangan)
dengan bentuk silinder
 Dosis Kaporit (100%) = 1 mg/L = 1 x 10-6 kg/L
 Berat jenis kaporit, ρkpr = 0,86 kg/L
 Konsentrasi kaporit, Ckpr = 10 %
Perhitungan
 Kebutuhan Kaporit
mkpr = 408 L/s x 86400 s x 1 x 10-3 kg/L = 35,2512 kg/hari
 Volume kaporit tiap pembubuhan, Vkpr = 0,0408 m3
 Volume pelarut, Vair = 0,14 m3

40
 Volume larutan, V = 0,158 m3
 V total (penyisihan besi + desinfeksi) = 0,483 m3
 Dimensi Bak Pembubuh
- Ketinggian bak pembubuh, h = 0,6 m
- Diamter bak pembubuh, d = 1 m
- Freeboard = 20 cm
Pompa Pembubuh Kaporit

Data Perencanaan :
 Jumlah pompa adalah 2 (1 operasional – 1 cadangan)
 Efisiensi Pompa, η = 085
 Head pompa disediakan, H = 10 m
 Debit larutan kaporit, q1 = 0,483 m3/hari = 5,6 x 10-6 m3/s
Hasil Perencanaan :
 Mass jenis larutan, ρl = 981 kg/m3
 Daya Pompa, P = 0,21 Watt (Pompa 80 watt, Toroshima pump)

D. Perencanaan Reservoir
Kriteria desain
 Jumlah unit atau kompartemen >2
 Kedalaman (H) = 3-6 m
 Tinggi jagaan (Hj) > 30 cm
 Tinggi air min (Hmin) = 15 cm

Perhitungan
 Kapasitas Efektif
Selisih terbesar (+) : 4670.37
Selisih terbesar (-) : 1702.98

41
Kapasitas Efektif = Selisih terbesar (+) + selisih terbesar (-)
Kapasitas Efektif = 4670.37 + 1702.98 = 6373.35 m3
 Dimensi Reservoir
Bentuk reservoir : segi empat sama sisi
- Tinggi =5m
- Panjang = 27 m
- Lebar = 27 m
- Kedalaman air efektif = 4.4 m
- Tinggi jagaan = 60 cm

Tabel 23. Pemakaian dan Suplai Air Setiap Jam


PEMAKAIAN SUPLAI
Q per Jumlah Total Q per Jumlah Total Selisih
Jam % %
jam (m3) (m3) (%) jam (m3) (m3) (%) (m3)
0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00
1 682.19 682.19 1.9 1.9 1469.13 1469.13 4.17 4.17 786.94
2 682.19 1364.37 1.9 3.9 1469.13 2938.25 4.17 8.33 1573.88
3 472.64 1837.01 1.3 5.2 1469.13 4407.38 4.17 12.50 2570.36
4 499.49 2336.50 1.4 6.6 1469.13 5876.50 4.17 16.67 3540.00
5 787.81 3124.31 2.2 8.9 1469.13 7345.63 4.17 20.83 4221.32
6 1047.68 4171.99 3.0 11.8 1469.13 8814.75 4.17 25.00 4642.76
7 1441.51 5613.51 4.1 15.9 1469.13 10283.88 4.17 29.17 4670.37
8 2024.43 7637.93 5.7 21.7 1469.13 11753.00 4.17 33.33 4115.07
9 1969.38 9607.31 5.6 27.2 1469.13 13222.13 4.17 37.50 3614.82
10 1685.78 11293.09 4.8 32.0 1469.13 14691.25 4.17 41.67 3398.16
11 1638.47 12931.56 4.6 36.7 1469.13 16160.38 4.17 45.83 3228.82
12 1709.51 14641.06 4.8 41.5 1469.13 17629.51 4.17 50.00 2988.44
13 1677.91 16318.97 4.8 46.3 1469.13 19098.63 4.17 54.17 2779.66
14 1709.51 18028.47 4.8 51.1 1469.13 20567.76 4.17 58.33 2539.28
15 1835.49 19863.96 5.2 56.3 1469.13 22036.88 4.17 62.50 2172.92
16 1811.90 21675.86 5.1 61.5 1469.13 23506.01 4.17 66.67 1830.15
17 2158.42 23834.28 6.1 67.6 1469.13 24975.13 4.17 70.83 1140.85
18 2418.40 26252.68 6.9 74.5 1469.13 26444.26 4.17 75.00 191.58
19 2623.19 28875.87 7.4 81.9 1469.13 27913.38 4.17 79.17 -962.49

42
20 2103.24 30979.11 6.0 87.9 1469.13 29382.51 4.17 83.33 -1596.60
21 1575.51 32554.62 4.5 92.3 1469.13 30851.63 4.17 87.50 -1702.98
22 1047.68 33602.30 3.0 95.3 1469.13 32320.76 4.17 91.67 -1281.54
23 921.70 34524.00 2.6 97.9 1469.13 33789.89 4.17 95.83 -734.11
24 735.01 35259.01 2.1 100.0 1469.13 35259.01 4.17 100.00 0.00
Total 35259.01 35259.01

Grafik 1. Pemakaian dan Suplai Air Setiap Jam


120.0

100.0

80.0
Volume (%)

60.0
Debit Pemakaian
40.0 Debit Suplai

20.0

0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Jam

43

Anda mungkin juga menyukai