ANEMIA Syndi Jadi
ANEMIA Syndi Jadi
Disusun oleh :
Febby Ayu Firdaus (012016002)
Nafisa FadilahF (012016028)
Syndi Rahayu Saniyyah (012016068)
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia kepada kita semua, sehingga
proses penyusunan makalah mata kuliahKeperawatan Medikal Bedah dengn
Asuhan Keperawatan Pasien “Anemia”.
Proses penyusunan makalah ini banyak sekali kendala yang dialami
penyusun, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat
menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak yang sangat membantu
proses penyusunan makalah ini, Semoga amal kebaikannya dibalas oleh Allah
SWT.
Penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah di Indonesia yang sering dijumpai baik
di klinik maupun di lapangan.Menurut WHO, anak usia sekolah
dikatakanmengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12g/dL. Anemia
yangberhubungan dengan masalah gizi utama di Indonesia adalah anemia
defisiensi besi.Anemia defisiensi besi terjadi apabila seseorang tidak memiliki zat
besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya.
Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi
pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot
menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi
perubahan perilaku.
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang
paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit.
Penyebabnya adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan. Selain itu Universitas Sumatera Utara berbagai faktor dapat
mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola
haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat
yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-
obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat malaria, kebiasaan
merokok, kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan), luka bakar, diare, dan
gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Anemia?
2. Bagaimana etiologi dari Anemia?
3. Bagaimana gejala dari Anemia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Anemia?
5. Bagaimana tinjauan kasus pada pasien Anemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Anemia
2. Untuk mengetahui etiologi dari Anemia
3. Untuk mengetahui gejala dari Anemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Anemia
5. Untuk mengetahui tinjauan dari Anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM HEMATOLOGI
1. Definisi Hematologi
Sistem Hematologi merupakan sistem yang membahas tentang darah. Darah
adalah cairan di dalampembuluhdarah yang berfungsitransportasioksigen. Darah
terdiri dari 3 unsur sel: eritrosit, leuklosit, trombosit.
2. Fungsi Darah
a. Sebagaisistemtranspordaritubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia,
oksigen, dan nutrient ke seluruh tubuh.
b. Mengangkutsemuasisametabolitke organ pembuangan.
c. Menghantarkanhormon-hormonke organ sasaran.
d. Mengangkutenzim, zatbufer, elektrolitkeseluruhtubuh
e. Mengaturkeseimbangansuhu.
3. Komposisi Darah
3
4
a. Plasma Darah
1) Air (92%)
2) Protein darah (7%) : Albumin; Globulin; Fibrinogen
Albumin adalah protein plasma yang paling
banyakberperanbesardalammenetukantekananosmotikkoloidberkatj
umlahnya.
Globulin memilikitigasubkelasdiantaranyaalfa,beta,dangama.
- Globulin alfaatau beta mengangkutbahantakterlarut,
danberperandalam proses pembekuandarah.
- Globulin gamaadalahimmunoglobulin (antibody) yang
sangatpentingbagimekanismepertahanantubuh.
Fibrinogen adalahfakorkuncidalampembekuandarah.
3) Zat-zat yang terlarut seperti: Garam-garam mineral, Gas (CO2, O2,
N2), Enzim, hormon, antibody, Sisametabolisme (Urea, Asamurat),
Sari-sari makanan
b. Jenis Sel-selDarah
1) Seldarahmerah (eritrosit)
Setiap mililiter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar
erikrosit (sel darah merah), yang secara klinis sering dilaporkan
4
5
Hemoglobin
keunguanjikamengalamideoksigenasimakadariitudaraharteriakanberwarn
amerahdandarah vena memilikironakebiruan.
Fungsi Hemoglobin
2. Menyangga pH
terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik eriroblas
dimana warnanya menjadi warna merah. Akhirnya, bilasitoplasma dari sel-sel ini
sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehinga mencapai konsentrasi lebih kurang 34%,
maka nucleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari
sel. Sel – sel ini disebut dengan retikulosit.
Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari setelah
dilepaskan dari sumsum tulang. Pembentukan eritrosit dipengaruhi oleh berbagai
factor, antara lain: vit,asamfolat, mineral besi (Fe), tembaga (Cu), cobalt (Co),
protein, hormone eritropoietin, dankadaroksigendiudara.
8
1. Definisi Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
2. Etiologi
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan)
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya atau
hemolisis
3. Jenis-jenis Anemia
a. Anemia Aplastik disebabkan oleh banyak hal yang termasuk kanker
susmsum tulang
b. Anemia Megaloblastik SDM besar volume eritrosit turun, yang
disebbkan defisiensi Vit B12 dan defisiensi asam folat
10
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis.
Berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajajan
toksisk, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemolisi (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor
diluar sel darah merah yang menyebabkan distruksi sel darah merah.Lisis sel
darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini, bilirubin, yang terbentuk dalam-dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisi) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma. (konsentrasi normal 1mg/dl atau kurang; kadar ditas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apa bila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai
kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinea). Apabila konsentrasi plasmnaya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya
(misalnya apa bila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan
terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria) jadi ada atau
tidak adanya hemoglobinea dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi
mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal dengan pasien dengan
hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik
tersebut.
Kesimpulannya apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh sel
darah merah atau produksi sel darah atau produksi sel darah merah yang tidak
11
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosist dalam
sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi dan (3) ada atau
tidaknya hiperbilirubin dan hemoglobulinemia. (brunner&suddarth 2002)
12
6. Pemeriksaan Anemia
Skrinning anemia adalah pemeriksaaan yang dilakukan untuk mendiagnosis
adanya anemia. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengambil darah di
laboratorium dan akan dilakukan beberapa pengecekan. Pemeriksaan laboratorium
untuk skrinning anemia memang banyak macamnya, meliputi:
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap (Hemoglobin, hematocrit, leukosit,
trombosit, hitung jenis leukosit, retikulosit)
b. Pemeriksaan indeks eritrosit
c. Pemeriksaan status besi
Adapun pemeriksaan lain yang lebih spesifik seperti pemeriksaan apusan
darah tepi, pemeriksaan DNA, skrinning thalassemia, dan lain sebagainya
diperlukan sebagai penunjang diagnosis. Namun, pemeriksaan minimal diatas
biasanya cukup untuk melakukan diagnosis anemia. Skrinning anemia masih
diperlukan akan tetapi bagaimana kondisi anak tersebut, meliputi :
a. Jika kita melihat banyak gejala anemia dan anak memiliki factor resiko
anemia maka disarankan untuk segera melakukan skrinning.
b. Jika tidak memiliki gejala namun memiliki factor resiko juga disarankan
skrinning karena memang anemia yang bergejala sangat sedikit.
c. Jika tidak ada gejala dan factor resiko, skrinning boleh dilakukan sebgai
upaya pencegahan anemia.
13
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan anemia diantaranya adalah (Arief Mansjoer,
2001)
a. Terapi terutama ditujukan pada penyakit dasarnya, pada anemia yang
mengancam nyawa dapat diberikan transpusi darah merah seperlunya.
b. Pengobatan dengan suplementasi besi tidak diindikasikan kecuali untuk
mengatasi anemia pada artritis teumatoroid, pemberian kobalt dan
eritropoeitin dikatakan dapat memperbaiki anemia.
8. Komplikasi Anemia
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. Gagal jantung
b. Parestisia dan
c. Kejang.
14
KASUS ANEMIA
Tn.C, 44 tahun, menikah, sudah tiga hari dirawat dengan keluhan badan lemah,
penurunan nafsu makan, sesak nafas, dan sulit berjalan karena kelemahan otot.
Wajah Tn.C kelihatan pucat dan emosinya labil mudah tersinggung.
Pada pemeriksaan labolatorium ditemukan kadar Hb 8,2 g/dL, Ht 25%, RBCs 2,5
mill/mcl. Pada riwayat kesehatan lalu ditemukan riwayat menderita campak ketika
muda, walaupun menurut ibunya bahwa sewaktu kecil Tn,C mendapatkan
imunisasi lengkap. Tn.C tidak memiliki alergi terhadap obat, binatang, makanan,
atau agen lain. Tn.C pernah dirawat 2 tahun yang lalu dengan keluhan sakit
lambung. Tn.C pernah kecanduan minuman alcohol sejak masih muda, namun
sudah berhenti sejak dirawat 2 tahun yang lalu. Pola makan biasa 2-3x sehari,
namun tidak menyukai daging dan sayur-sayuran. Perawat yang menangani Tn.C
sering memarahi Tn.C karena punya pola kebiasaan yang jelek tidak menyukai
daging. Tanda vital TD 110/70 mmHg, HR 80x/menit, RR 18x/menit, suhu
36,6˚C .
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Biografi
1) IdentitasKlien
Nama : Tn. C
Umur : 44 tahun
Jeniskelamin : laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Status Marital : Menikah
15
2) IdentitasPenanggungJawab
Nama : Ny. D
Umur : 40 thn
Pekerjaan : iburumahtangga
Pendidikan : SMA
Alamat : jln. A.H Nasution no.13
b. KeluhanUtama
Klienmengeluhbadan lemah
c. RiwayatKesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dating ke RS dengan keluhan badan lemah. Penurunan
nafsu makan, sesak nafas, dan sulit berjalan karena kelemahan
otot, wajah Tn. C kelihatan pucat dan emosi labil mudah
tersinggung.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu ditemukan riwayat menderita campak
ketika muda, walaupun menurut ibunya bahwa sewaktu kecil
klien mendapatkan imunisasi yang lengkap, klien pernah dirawat
2 tahun yang lalu dengan keluhan sakit lambung, klien juga
pernah kecanduan minum alcohol sejak masih muda, namun
sudah berhenti sejak dirawat 2 tahun yang lalu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwat penyakit keturunan yang sama.
16
d. Pemeriksaanfisik
KeadaanUmum : klientampaklemah
1) Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2) Tandatanda vital :
a) TD : 110/70 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c) Respirasi : 18 x/menit
d) Suhu : 36,6oC
e. Antropometri
Berat badan sekarang : 45
Berat Badan dahulua : 51
Tinggi badan : 160
f. Pemeriksaan Fisik
a. system pernafasan :
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Ada cuping hidung, kebersihan hidung, bibir sianosis, kesimetrisan
dada, dan punggung saat nafas, ada luka di dada, terpasang alat bantu
nafas, perkusi paru, ada nyeri tekanan di dada, masa, tekstur, ada
krepitasi, suara nafas normal – tidak normal, nafas ireguler/tidak.
b. System Kardiovaskuler:
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut:
Kejelasan ictuskordis, kebiruan pada dada jantung, perkusi jantung,
ukur besar jantung dengan perkusi seluruh bagian jantung, palpasi dada,
suara jantung normal/tidak normal, CRT berapa, raba akral
hangat/dingin, JVP normal/tidak, kongjutiva/anemis/tidak. CTR (cardio
thorax ratio berapa)
c. System Integument
Terlihat wajah pucat
d. System Musculoskeletal
Sulit berjalan karena kelemahan otot
e. System Perkemihan/genital:
17
Keluhan - -
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 1-1,8 liter (4-8x) 1400 ml
Warna Kuning jernih Kuningjernih
Bau Khas urine Khas urine
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
Frekuensi 1xsehari 1x harisekali
Konsistensi Lunak Lunak
Bau Khas feses Khas feses
Warna Kuning Kuning
kecoklatan Kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidakada
-
3. Istirahat Tidur
a. Siang Tidaktidur -
b. Malam 4 jam -
c. Keluhan 01.00-05.00
Tidak ada
4. Personal Hygiene
19
a. Mandi 2x/hari -
b. Gosok Gigi 2 harisekali -
c. Keramas 3x/hari -
d. Gunting Kuku 5 harisekali -
B. Data Psikologis :
Klien mengalami emosi labil dan mudah tersinggung
C. Data Sosial :
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Berisi hubungan klien dengan yang lain, keluarga, teman, kerabat dan perawat.
D. Data Spiritual:
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Hubungan Klien dengan Allah SWT, Spirit dari siapa saja, melaksanakan Sholat
saat sehat atau sakit, sakit menurut agama klien seperti apa.
E. Data Penunjang:
I. HasilLaboratorium
Kimia Klinik Hasil Normal Interpretasi
Hemoglobin 8,2 gr/dl 14-18 gr/dl Kurang
Hematocrit 25% 40-50% Kurang
Red Blood (RBCs) 2,5 mill/mcl 4,7-6,1 mill/mcl Kurang
Terapi farmakologi :-
Terapi gizi :-
Hasil pemeriksaan diagnostik : -
20
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Eritrosit
HB
DS : S
- Klien mengeluh Intake nutrisi menurun
lemah Ketidakseimbanga
- Klien mengeluh nafsu Pola nutrisi terganggu n nutrisi kurang
makan menurun dari kebutuhan b.d
DO : Nafsu ketubuh berkurang intake kurang,
- Hb 8,2 g/dl anoreksia
- RBCs 2,5 mill/md BB menurun Lemah penurunan
Nafsu makan
2. DS : Anemia
- Klien mengeluh Keletihan b.d
ATP berkurang
Keletihan
PENUTUP
B. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia defisiensi
asam folat merupakan anemia megaloblastik yang sering terjadi dan berjalan
progresif secara lambat. Biasanya anemia ini terjadi pada bayi, remaja, ibu hamil
dan menyusui, peminum minuman keras (alcohol), lanjut usia (lansia), dan pasien
dengan penyakit yang malignan atau dengan penyakit intestinal.
C. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak. Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah dijelaskan.
24
25