Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) 2013 jumlah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta
jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta
jiwa perempuan. Menurut kelompok umur, penduduk yang masih tergolong
anak-anak (0-14 tahun) mencapai 70,49 juta jiwa atau sekitar 26,6% dari total
populasi. Untuk populasi yang masuk kategori usia produktif (14-64 tahun)
179,13 juta jiwa (67,6%) dan penduduk usia lanjut 65 ke atas sebanyak 85,89
juta jiwa (5,8%).
Berdasarkan proyeksi tersebut, jumlah kelahiran pada tahun ini
mencapai 4,81 juta jiwa sedangkan jumlah kematian 1,72 juta jiwa. Adapun
rasio angka ketergantungan (usia produktif terhadap usia non produktif)
sebesar 47,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 48,1% dan juga
turun dari posisi 2010 yang mencapai 50,5%.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
menjadi visi untuk mewujudkan ”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga
yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah
anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana
nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk. Kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil
menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting
adalah keberhasilan mengubah sikap mental dan perilaku masyarakat
dalamupaya membangun keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain
dapat diamati dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi

1
(prevalensi). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997
memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (21,1%),
pil (19,4%), AKDR (18,1%), Norplan (16%), Sterilisasi wanita (3%),
Kondom (0,7%), Sterilisasi pria (0,4%), dan sisanya merupakan peserta KB
tradisonal yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang
berkala maupun senggama terputus.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian AKDR
2. Apa saja jenis – jenis AKDR
3. Bagaimana cara kerja AKDR
4. Apa saja indikasi AKDR
5. Apa saja kontraindikasi AKDR
6. Apa saja keuntungan dan kerugian AKDR
7. Kapan waktu pemasangan AKDR

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian AKDR
2. Mengetahui jenis – jenis AKDR
3. Memahami bagaimana cara kerja AKDR
4. Mengetahui indikasi AKDR
5. Mengetahui kontraindikasi AKDR
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian AKDR
7. Mengetahui waktu pemasangan AKDR

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian AKDR
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam rahim
wanita. IUD atau AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang efektif, aman,
dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode kontrasepsi
reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia dengan pemakai saat
ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR memiliki efektifitas lebih dari
99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1 tahun atau lebih (Anna,
2006).
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke
dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit
tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin
banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral tersebut
dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan terlatih).
Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk
memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau
segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).
IUD/AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(Handayani, 2010:141). IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini
sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu
yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun
kadar air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu
memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk - beluk alat kontrasepsi ini
(Manuaba, 2010).

3
B. Jenis-jenis AKDR
IUD yang banyak dipakai di indonesia dewasa ini dari jenis Un
Medicate yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicate Cu T, Cu-7,
Multiload dan Nova-T. (Handayani, 2010)
1. AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai
generasi plastic (polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device): Misalnya : LippesLoop, CUT,
Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device): Misalnya : Ota-Ring, Atigon
dan Graten Berg Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di
mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
2) Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Coper-T.
3) Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene)
dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang
fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.

4
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.
4) Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya
seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri
dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5
mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi
perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastic (Erfandi, 2008).
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung
4) Daya kerja : 18 bulan
5) Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20
mcg per hari.
2) Sedang ditelit di Firlandia.
3) Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100
wanita per tahun.

5
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,
karena 25% mengalami amenore atau pendarahan haid yang
sangat sedikit.
C. Cara kerja
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
1. Menghambat kemampuan sperma masuk ketuba fallopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu.
4. IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
5. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
(Sarwono, 2007)

D. Indikasi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR
(IUD) adalah :
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Resiko
rendah dari IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
9. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
10. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi
11. Sedang memakai antibiotika atau antikejang
12. Gemuk ataupun kurus

6
13. Perokok

E. Kontraindikasi
Ada beberapa ibu yang dianggap tidak cocok memakai kontrasepsi jenis IUD
ini. Ibu-ibu yang tidak cocok itu adalah mereka yang menderita atau
mengalami beberapa keadaan berikut ini :
1. Kehamilan.
2. Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb).
3. Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya.
4. Tumor jinak atau ganas dalam rahim.
5. Kelainan bawaan rahim.
6. Penyakit gula (diabetes militus).
7. Penyakit kurang darah.
8. Belum pernah melahirkan.
9. Adanya perkiraan hamil.
10. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak
normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker
Rahim
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2006).

F. Keuntungan
Keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
1. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
2. IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan,
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

7
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid
terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin. AB, 2006).

G. Kerugian

1. Efek samping yang umum terjadi :


a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan antar menstruasi (spotting).
d. Saat haid lebih sakit.

2. Komplikasi lain
a. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan
benar)
3. Tidak mencegah IMS.

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan yang


sering bergantian pasangan.

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS


memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas

6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam


pemasangan IUD

8
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari

8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas


kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR

9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
IUD dipasang segera setelah melahirkan)

10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD


mencegah kehamilan normal

11. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-75)

H. Waktu pemasangan
1. Kapan saja dalam siklus haid selama yakin tidak hamil
2. pemasangan setelah persalinan : boleh dipasang dalam waktu 48 jam
setelah persalinan, dan dapat pula dipasang setelah 4 minggu pasca
persalinan, dengan dipastikan tidak hamil antara 48 jam sampai 4
minggu pasca persalinan, tunda pemasangan, gunakan metode
kontrasepsi yang lain
3. Setelah keguguran atau aborsi : jika mengalami keguguran dalam 7
hari terakhir, boleh dipasang jika tidak ada infeksi. Jika keguguran
lebih dari 7 hari terakhir, boleh dipasang jika dipastikan tidak hamil
jika terjadi infeksi, boleh dipasang 3 bulan setelah sembuh. Pakai
metode kontrasepsi yang lain.
4. Jika ganti dari metode yang lain : jika telah memakai metode lain
dengan benar atau tidak bersenggama sejak haid terakhir, AKDR
boleh dipasang (tidak hanya selama haid, termasuk melakukan MAL
dengan benar).

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KB IUD
A. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan - keluhan yang dirasakan klien pada
saat pengkajian. Dikaji keluhan klien yang behubungan dengan penggunaan
KB IUD antara lain amnorea / perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak,
keputihan, nyeri saat berhubungan.
3) Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
4) Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
5) Riwayat Menstruasi lalu
Dikaji menarche umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid,
dysmenorhea atau tidak
6) Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM dan TBC
7) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi, dan kanker payudara
8) Pola kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas sosial, pola personal hygiene dan kebiasaan sehari- hari.
9) Pemeriksaan Umum
Meliputi tekanan darah, pernapasan, nadi, suhu, BB dan TB

10
7) Pemeriksaan Khusus
a. Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma), adanya oedem,
konjugtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
b. Leher : diraba adanya pemebesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan jugularis
c. Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanaya massa pada payudara
d. Genetalia : dilihat dari candiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya
infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene
e. Ekstremitas : dilihat adanaya oedem pada ekstremitas bawah dan
ekstremitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2) Ansietas b. d kurang terpapar informasi
3) Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif
4) Intoleransi aktivitas b.d ketikseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

C. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : klien terlihat tidak meringis dan skala nyeri berkuran
Tindakan Keperawatan
a. Kaji skala nyeri
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri
d. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
e. Kolaborasi :Pemberian analgetik sesuai dosis
2) Ansietas b. d kurang terpapar informasi
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil : klien terlihat tenang, tidak ada kecemasan

11
Tindakan keperawatan :
a. Kaji sumber kecemasa
b. Ajarkan teknik relaksasi
c. Berikan informasi sesuia kebutuhan
d. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
3) Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Tidak ada tanda- tanda infeksi
Tindakan keperawatan :
a. Kaji tanda-tanda infeksi
b. Pastikan semua perawatan dalam keadaan bersih/ steril
c. Kolaborasi dengan dokter
d. Berikan antibiotik sesuai program
4) Intoleransi aktivitas b.d ketikseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Tujuan : intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil : peningkatan toleransi aktivitas
Tindakan Keperawatan
a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan gerak.
b. Rencanakan tentang pemberian program latihan sesuai kemampuan
pasien.
c. Observasi TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
d. Berikan lingkungan yang tenang
e. Libatkan keluarga untuk melatih mobilitas fisik.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IUD/AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(Handayani, 2010:141). IUD yang banyak dipakai di indonesia dewasa ini dari
jenis Un Medicate yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicate Cu T, Cu-7,
Multiload dan Nova-T. (Handayani, 2010).
Indikasi : usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang, menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya,
setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi resiko rendah dari
ims, tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat-
ingat minum pil setiap hari, tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama, pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi, sedang memakai antibiotika atau antikejang, gemuk ataupun
kurus, dan perokok.
Kontraindikasi : kehamilan, penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, aids,
dsb), perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya, tumor jinak
atau ganas dalam rahim, kelainan bawaan rahim, penyakit gula (diabetes
militus), penyakit kurang darah, belum pernah melahirkan, adanya perkiraan
hamil, kelainan alat kandungan bagian dalam seperti : perdarahan yang tidak
normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim, dan
ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (saifuddin, 2006).

B. Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi
yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke
tenaga kesehatan.

13
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan
keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk
melakukan infomconsent pada klien.

14
Daftar Pustaka

Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Saifudin, Abdul Bari. (2006). Buku acuan Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :EGC.
https://www.scribd.com/doc/242774993/Makalah-KB-IUD diakses tanggal 12
Maret 2019

15

Anda mungkin juga menyukai