Anda di halaman 1dari 9

 

 
Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    Vol.1  No.  2  Desember  2015

 
  Journal  homepage  :  http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI  

   

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA TINGKAT TIGA


PRODI D3 KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI UJI KOMPETENSI DI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Novi Anggraeni
Prodi DIII Keperawatan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia
Email: novianggraeni@gmail.com

ABSTRAK

Tingkat kecemasan merupakan suatu keadaan yang membuat mahasiswa D-III keperawatan merasa
tidak tenang, khawatir, takut dan tegang ketika akan menghadapi uji kompetensi yang baru pertama
kali akan dilaksanakan oleh calon para lulusan perawat. Dalam penelitian ini digunakan metode
penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 25
mahasiswa D-II Keperawatan Tingkat tiga. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan
mahasiswa tingkat tiga dalam menghadapi uji kompetensi di Program Studi D-III Universitas
Pendidikan Indonesia dan tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif, kognitif, fisiologi dan
perilaku mahasiswa tingkat tiga D-III Universitas Pendidikan Indonesia. Dari hasil penelitian
terhadap tingkat kecemasan secara umum didapatkan hampir setengah dari mahasiswa 48% (12 orang
mahasiswa) mengalami tingkat kecemasan ringan , tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif di
dapatkan sebagian besar dari mahasiswa 52 % (13 orang mahasiswa) berada pada kategori tingkat
kecemasan ringan, berdasarkan respon kognitif sebagian besar dari mahasiswa 60 % (15 orang
mahasiswa) berada pada kategori tingkat kecemasan ringan, berdasarkan respon fisiologi sebagian
besar dari mahasiswa 56 % (14 orang mahasiswa) berada pada kategori tidak ada gejala kecemasan
dan berdasarkan respon perilaku di sebagian besar dari mahasiswa 56 % (14 orang mahasiswa) berada
pada kategori tidak ada gejala kecemasan. Saran Jika kecemasan pada tingkat ringan tersebut
dibiarkan, maka dikhawatirkan akan meningkat menjadi tingkat kecemasan berat.

Kata kunci: Mahasiswa, tingkat kecemasan, afektif, kognitif, fisiologi, dan perilaku.

ABSTRACT

The level of anxiety is a condition that makes Nursing D-III students feel uneasy, worried, fearful
and tense when faced with the first competency test will be conducted by prospective nurse
graduates. In this study used quantitative research methods. Sampling technique using saturated
sampling technique as many as 25 students of D-II Nursing Level three. To know the description of
student level anxiety level in facing competency test at D-III Study Program of Universitas
Pendidikan Indonesia and level of anxiety based on affective, cognitive, physiology and behavioral
responses of third grade students of D-III Universitas Pendidikan Indonesia. From the results of the
study to the level of anxiety in general found almost half of the students 48% (12 students)

e-­‐ISSN  2477-­‐3743.  Universitas  Pendidikan  Indonesia  @2015  


  Anggraeni, N  

experience a mild anxiety level, anxiety level based on affective responses in get most of the
students 52% (13 students) are in the category of mild anxiety level, based on the cognitive
response most of the students 60% (15 students) are in the category of mild anxiety level, based on
physiological responses most of the students 56% (14 students) are in the category of no symptoms
of anxiety and based on behavioral responses in most of 56% students (14 students) are in the
category of no symptoms of anxiety. Suggestions If the anxiety at such a mild level is allowed, then
it is feared will increase to a level of severe anxiety.

Keywords: Student, level of anxiety, affective, cognitive, physiology, and behavior.

PENDAHULUAN sangat terlihat pada pelaksanaan uji


Profil kesehatan Indonesia tahun kompetensi nasional yang dilakukan oleh
2010 mencatat jumlah lulusan perawat KNUKP PPNI 2008 (Masfuri, et al, 2012:
selama lima tahun terakhir mencapai 2). Sejalan dengan usaha PPNI , menteri
141.347 orang atau rata-rata 26.928 orang kesehatan RI mengeluarkan Permenkes
per tahun. Jumlah ini hanya yang berasal /1796/ Menkes /per/ VIII/ 2011 Pasal 2
dari program Diploma III politeknik mengenai registrasi tenaga kesehatan
kesehatan milik pemerintah dan perguruan pengganti Kemenkes nomor 161 2010
tinggi swasta. Lulusan program sarjana dan dimana dalam peraturan tersebut, kelulusan
magister tidak termasuk dalam jumlah ini. uji kompetensi yang dibuktikan dengan
Kebutuhan perawat di Indonesia sertifikat kompetensi merupakan syarat
sebenarnya masih sangat tinggi. Sebagai bagi tenaga kesehatan (termasuk perawat)
pembanding, Jepang yang berpenduduk agar dapat di registrasi sebagai perawat dan
130 juta orang memiliki 1,3 juta perawat. di perkenankan menjalankan
Sementara Indonesia yang memiliki 240 praktik/pekerjaan profesinya di wilayah
juta penduduk hanya memiliki 624.000 Indonesia dan setiap tenaga kesehatan
lulusan perawat. Itu pun tidak semuanya dalam menjalankan tugas kepropesianya
termanfaatkan angka ini sesuai dengah data wajib memiliki tanda surat registrasi (STR)
Depkes (2010) yang mencatat 52.000 ( Masfuri, et al, 2012: 2-3). Dengan
perawat yang bertugas di Puskesmas dan beredarnya surat Permenkes tersebut
108.000 perawat bertugas di Rumah sakit ( seakan-akan memberikan kabar yang
Tp, 2011, http://www.kompas.com. 25 hangat dikalangan keperawatan, terutama
Oktober 2012). di kalangan D-III Keperawatan Universitas
Pendidikan Indonesia yang baru berdiri
Saat ini jumlah institusi pendidikan
beberapa tahun ke belakang. Uji
keperawatan sangat banyak di Indonesia,
kompetensi ini baru akan di laksanakan
proses pendidikan keperawatan berjalan
pertama kali oleh para calon perawat di
dengan sangat bervariasi dan sistem
Indonesia. Sebelum tenaga kesehatan di
kendali mutu proses penyelenggaraan
registrasi tenaga kesehatan wajib mengikuti
pendidikan belum berjalan sepenuhnya,
uji kompetensi. Pada uji kompetensi ini
sehingga mutu atau kompetensi lulusan
ada tiga aspek yang perlu di perhatikan
sangat beragam ( Masfuri, et al, 2012: 2).
dalam mengukur tenaga kesehatan
Besarnya variasi mutu pendidikan
(Perawat) yaitu pengetahuan, ketrampilan,
keperawatan dan kesehatan variasi ini
dan sikap. Materi uji kompetensi disusun
132   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)  

   
Anggraeni, N  

mengacu kepada standar kompetensi yang serta adanya tekanan pada diri mahasiswa,
tercantum dalam standar profesi. Materi uji dan berbagai upaya pun di coba untuk
kompetensi dikembangkan dan disusun dilakukan agar dapat meminimalisir
oleh divisi standarisasi MTKI perasaan-perasaan yang tidak
berkoordinasi dengan Dirjen DIKTI menyenangkan tersebut, sehingga
Kementerian Pendidikan Nasional dan mahasiswa siap menghadapi uji
LPUK serta Tim Ad-hock di MTKI yang kompetensi.
berasal dari masing-masing organisasi Kecemasan (ansietas) adalah istilah
profesi (Kemenkes RI, 2010: 16). Jumlah yang sangat akrab dengan kehidupan
soal yang digunakan dalam uji kompetensi sehari-sehari yang menggambarkan
adalah 180 soal dan disediakan waktu 3 keadaan khawatir, gelisah, takut. Tidak
jam untuk mengerjakan. Jenis soal yang tentram disertai berbagai keluhan fisik.
digunakan adalah soal pilihan ganda (MCQ Keadaan tersebut dapat terjadi atau
type A question/dengan 5 alternatif jawaban menyertai kondisi situasi kehidupan dan
(a, b,c,d,e), dengan memilih satu jawaban berbagai gangguan kesehatan (Dalami, et
yang paling tepat (one best answer). al, 2009: 67). Menurut Suprajitno (Tn,
Jumlah soal tersebut dipertimbangkan 2012:1) Kecemasan dapat timbul dengan
dapat mengukur kompetensi lulusan baru intensitas yang berbeda-beda, tingkatan ini
dengan akurat (memenuhi reliabilitas soal). terbagi menjadi kecemasan ringan, sedang,
Soal yang di gunakan juga telah melalui berat hingga menimbulkan kepanikan dari
proses uji validitas (Kariasa, et al, 2012: individu itu sendiri, terkadang dapat
27). menimbulkan halangan untuk melakukan
Uji kompetensi ini sama halnya suatu pekerjaan.
dengan Ujian Nasional (UN) yang pernah Berdasarkan hasil simulasi try out uji
di alami pada waktu SMA. Pelaksanaan uji kompetensi yang di laksanakan pada
kompetensi dirasakan sebagai beban yang tanggal 20 Januari 2013 yang di adakan
semakin bertambah berat terutama bagi oleh collage colaboration dan diikuti oleh 5
mahasiawa D-III Keperawatan, di institusi D-III Keperawatan, termasuk D-III
karenakan sebelumnya tidak ada uji Keperawatan Universitas Pendidikan
kompetensi. Hal ini di karenakan majelis Indonesia 1 orang mendapatkan nilai
tenaga kesehatan indonesia menetapkan uji Excellent, tidak ada mahasiswa yang
kompentesi harus dilalui oleh semua mendapatkan nilai yang sangat
lulusan. Pelaksanaan uji kompetensi memuaskan, 10 orang mendapatkan nilai
menjadi perhatian tersendiri dikarenakan cukup memuaskan dan sebagian besar
akibatnya kalau tidak lulus uji kompetensi mendapatkan nilai kurang memuaskan
maka mahasiswa D-III Keperawatan tidak yaitu sebanyak 15 orang dengan
lulus sehingga tidak dapat mengikuti presentase 57,69%.
wisuda dan tidak akan teregistrasi untuk Berdasarkan studi pendahuluan pada
menjadi calon perawat di wilayah tanggal 04 Februari 2013 terhadap 10
Indonesia, hal ini menyebabkan adanya orang mahasiswa tingkat tiga D-III
fenomena yang dapat memunculkan Keperawatan Universitas Pendidikan
perasaan khawatir, takut, tegang, cemas Indonesia didapatkan data 8 orang
Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)   133  
   

 
  Anggraeni, N  

mahasiswa mengatakan cemas, khawatir, 2012: 37)


takut tidak lulus dan tidak bisa mengikuti
wisuda tahun ini. Mahasiswa tingkat tiga HASIL dan PEMBAHASAN
D-III Keperawatan Universitas Pendidikan Tabel 1. Tingkat Kecemasan Mahasiswa
Indonesia merasa cemas dikarenakan D-III Keperawatan Tingkat tiga
berbagai faktor di antaranya belum ada Universitas Pendidikan Indonesia
persiapan untuk menghadapi uji
kompetensi. Berdasarkan 1 dapat dilihat bahwa
dari 25 orang Mahasiswa D-III
METODE Keperawatan tingkat tiga Universitas
Penelitian ini menggunakan jenis Pendidikan Indonesia yang di teliti hampir
penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek yang setengah dari mahasiswa (44.0%) tidak
mengalami gejala kecemasan, hampir
diteliti yaitu mahasiswa tingkat tiga D-III
setengah dari mahasiswa (48,0%)
Keperawatan Universitas Pendidikan
mengalami tingkat kecemasan ringan,
Indonesia tingkat tiga yang akan
sebagian kecil dari mahasiswa (8,0%)
menghadapi uji kompetensi berjumlah 25
mengalami tingkat kecemasan sedang dan
orang atau total sampling.
tidak ada seorangpun dari mahasiswa (0%)
Instrumen penelitian yang digunakan
yang mengalami tingkat kecemasan berat.
diadaptasi dari item-item pertanyaan dalam
Halmilton Anxiety Rating Scale (HARS)
yang telah di modifikasi oleh peneliti. Tingkat kecemasan berdasarkan respon
Pertanyaan dalam kuesioner tersebut terdiri afektif, kognitif, fisiologi dan perilaku
dari 14 symtom sesuai dengan respon pada Mahasiswa D-III Keperawatan
kecemasan yaitu respon fisiologi, kognitif, Tingkat tiga Universitas Pendidikan
perilaku dan afektif. Responden memilih Indonesia
satu dari lima pilihan jawaban yang ada
pada kuesioner dengan menggunakan skala Respon Afektif
likert, menurut Sugiyono (Damarwati, Tingkat kecemasan berdasarkan respon
afektif pada Mahasiswa D-III
Tingkat Frekuensi Persentase Keperawatan tingkat tiga Universitas
kecemasan % Pendidikan Indonesia, sebagian kecil dari
Tidak ada 11 44.0% mahasiswa (20,0%) tidak mengalami gejala
gejala kecemasan, sebagian besar dari mahasiswa
kecemasan (52,0%) mengalami tingkat kecemasan
ringan, hampir setengah dari mahasiswa
Kecemasan 12 48.0%
(28,0%) mengalami tingkat kecemasan
ringan
sedang dan tidak seorangpun dari
Kecemasan 2 8.0% mahasiswa (0%) yang mengalami tingkat
sedang kecemasan berat.
Kecemasan 0 0%
berat Respon Kognitif
Tingkat kecemasan berdasarkan respon
Jumlah 25 100%
Kognitif pada mahasiswa D-III
134   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)  

   
Anggraeni, N  

Keperawatan tingkat tiga Universitas Secara umum hasil penelitian menunjukkan


Pendidikan Indonesia, hampir setengah dari bahwa mahasiswa D-III Keperawatan
mahasiswa (32,0%) tidak mengalami gejala tingkat tiga Universitas Pendidikan
kecemasan, sebagian besar dari responden Indonesia Kecemasan mahasiswa D-III
(60,0%) mengalami tingkat kecemasan Keperawatan tingkat tiga Universitas
ringan, sebagian kecil dari mahasiswa Pendidikan Indonesia hampir setengah dari
(8,0%) mengalami tingkat kecemasan mahasiswa (48,0%) berada pada kategori
sedang dan tidak seorangpun dari tingkat kecemasan ringan didukung oleh
mahasiswa (0%) yang mengalami tingkat keempat respon pendukungnya, yaitu
kecemasan berat. kognitif, afektif, fisiologi dan perilaku. dan
sisanya hampir setengah dari mahasiswa
Respon Fisiologis (44.0%) tidak mengalami gejala
Tingkat kecemasan berdasarkan respon kecemasan, sebagian kecil dari mahasiswa
fisiologi pada Mahasiswa D-III (8,0%) mengalami tingkat kecemasan
Keperawatan Tingkat tiga Universitas sedang dan tidak ada seorangpun dari
Pendidikan Indonesia, sebagian besar dari mahasiswa (0%) yang mengalami tingkat
mahasiswa (56,0%) tidak mengalami gejala kecemasan berat. Menurut stuart dan
kecemasan, hampir setengah dari sundeen (Navianti, 2011: 21) menjelaskan
mahasiswa (40,0%) mengalami tingkat Kecemasan ringan dapat di sebabkan oleh
kecemasan ringan, sebagian kecil dari ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
mahasiswa (4,0%) mengalami tingkat Hal tersebut menyebabkan seseorang
kecemasan sedang dan tidak seorangpun menjadi waspada dan meningkat lahan
dari mahasiswa (0%) yang mengalami persepsinya. Cemas dapat menjadi motivasi
tingkat kecemasan berat. untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
Sedangkan Menurut Dalami et al. (2009:
Respon Perilaku 66), ansietas ringan berhubungan dengan
Tingkat kecemasan berdasarkan respon ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
perilaku pada Mahasiswa D-III ansietas pada tingkat ini menyebabkan
Keperawatan Tingkat tiga Universitas seseorang menjadi waspada dan
Pendidikan Indonesia, sebagian besar dari meningkatkan lahan presepsinya. Ansietas
mahasiswa (56,0%) tidak mengalami gejala ini dapat memontivasi belajar dan
kecemasan, hampir setengah dari menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
mahasiswa (28,0%) mengalami tingkat Respon Fisiologi: sesekali napas pendek,
kecemasan ringan, sebagian kecil dari nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
mahasiswa (16,0%) mengalami tingkat pada lambung dan muka berkerut dan bibir
kecemasan sedang dan tidak seorangpun bergetar. Respon Kognitif: lapangan
dari mahasiswa ( 0% ) yang mengalami persepsi melebar, mampu menerima
tingkat kecemasan berat. rangsangan yang kompleks, konsentrasi
pada masalah dan menjelaskan masalah
PEMBAHASAN secara efektif. Respon perilaku dan emosi:
tidak dapat duduk tenang, tremor halus

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)   135  


   

 
  Anggraeni, N  

pada tangan dan suara kadang-kadang gugup. Sedangkan menurut Tresna (2011:
meninggi. 6), respon afektif yang tidak terkendali
Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi ujian adalah kecemasan
tingkat tiga D-III Keperawatan dalam muncul sebagai akibat mahasiswa/siswa
menghadapi uji kompetensi di Universitas merasakan perasaan yang berlebihan saat
Pendidikan Indonesia secara keselurahan menghadapi ujian yang diwujudkan dalam
berada pada kategori kecemasan ringan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut
artinya mahasiswa merasa cemas dalam dalam menghadapi ujian terutama pada
menghadapi ujian, sehingga rasa takut dan mata pelajaran/kuliah yang dianggap sulit
khawatir membuat mahasiswa menjadi oleh mahasiswa/ siswa. Berdasarkan
tidak berdaya untuk berpikir dengan baik definisi tersebut, maka indikator kondisi
karena selalu dibayangi oleh rasa takut afektif dalam kecemasan menghadapi
yang dibayangkan karena kemungkinan ujian, yaitu: takut, khawatir dan gelisah.
tidak bisa mendapatkan nilai yang Tidak terkendalinya konsep afektif tersebut
memuaskan, merasa khawatir apabila soal disebabkan oleh cara pandang
ujian terlalu sulit untuk dijawab, perkiraan mahasiswa/siswa yang membayangkan
antara apa yang dipelajari tidak keluar bahwa ujian yang akan dihadapinya
dalam ujian, takut tidak lulus sehingga terlampau sulit, takut tidak lulus dan
tidak bisa wisuda tahun ini sehingga tidak membayangkan akan kegagalan.
bisa tenang dalam ujian. Kedua, kognitif. Tingkat kecemasan
Mahasiswa D-III tingkat tiga Universitas
Pertama, Afektif. Tingkat kecemasan Pendidikan Indonesia berdasarkan respon
Mahasiswa D-III tingkat tiga dalam kognitif sebagian besar dari mahasiswa
menghadapi uji kompetensi Universitas (60,0%) berada pada kategori tingkat
Pendidikan Indonesia berdasarkan respon kecemasan ringan dan sisanya hampir
afektif sebagian besar dari mahasiswa setengah dari mahasiswa (32,0%) tidak
(52,0%) berada pada kategori tingkat mengalami gejala kecemasan, sebagian
kecemasan ringan, dan sisanya sebagian kecil dari mahasiswa (8,0%) mengalami
kecil dari mahasiswa (20,0%) tidak tingkat kecemasan sedang dan tidak
mengalami gejala kecemasan, hampir seorangpun dari mahasiswa (0%) yang
setengah dari mahasiswa (28,0%) mengalami tingkat kecemasan berat.
mengalami tingkat kecemasan sedang dan Menurut Dalami et al. (2009: 66), respon
tidak seorangpun dari mahasiswa (0%) kognitif pada tingkat kecemasan ringan
yang mengalami tingkat kecemasan berat. yaitu lapangan persepsi melebar, mampu
Menurut Dalami et al. (2009: 66), respon menerima rangsangan yang kompleks,
afektif (emosi) pada tingkat kecemasan konsentrasi pada masalah, menjelaskan
ringan yaitu tidak dapat duduk tenang, masalah secara efektif.
tremor halus pada tangan, suara kadang- Menurut Stuart dan Sundeen (Astria,
kadang meninggi. 2009: 44), respon kognitif berupa
Menurut Stuart dan Sundeen (Astria, konsentrasi terganggu dan pelupa, salah
2009: 44), respon afektif berupa mudah dalam memberikan penilaian, hambatan
terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang, berfikir, kreatifitas dan produktifitas
ketakutan, kecemasan, khawatir, dan menurun, bingung, sangat waspada,
136   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)  

   
Anggraeni, N  

kesadaran diri meningkat, kehilangan pingsan, dan denyut nadi menurun.


objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut Pernafasan: responnya berupa nafas cepat
pada gambaran visual, takut cidera atau dan dangkal, nafas pendek, tekanan pada
kematian. Sedangkan menurut Tresna dada, pembengkakan pada tenggorokan,
(2011: 6), respon kognitif yang tidak sensasi tercekik, dan terengah-engah.
terkendali dalam menghadapi ujian adalah Neuromuskuler: responnya berupa refleks
munculnya kecemasan sebagai akibat dari meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-
cara berpikir mahasiswa/siswa yang tidak kedip, tremor, gelisah, wajah tegang,
terkondisikan yang seringkali memikirkan kelemahan umum, kaki goyang, dan
tentang kejadian buruk yang akan terjadi gerakan yang janggal. Gastrointestinal:
dalam menghadapi ujian. Adapun indikator responnya berupa kehilangan nafsu makan,
respon kognitif dalam kecemasan menolak makan, rasa tidak nyaman pada
menghadapi ujian yaitu: sulit konsentrasi, abdomen, mual, dan diare. Traktus
bingung dan mental blocking. Tidak urinarius : responnya berupa sering
terkendalinya respon kognitif tersebut berkemih, tidak dapat menahan BAK.
disebabkan karena pikiran Kulit: responnya berupa wajah kemerahan,
mahasiswa/siswa yang terlalu tegang berkeringat setempat (telapak tangan),
berada dalam situasi ujian. Penelitian gatal, rasa panas dan dingin pada kulit,
Komalasari & Herdi (2011) mendukung wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.
penelitian ini yang menunjukkan bahwa Sedangkan menurut Zeidner (Komalasari
tingkat kecemasan berdasarkan respon & Herdi, 2011: 6-7), gejala fisiologis
kognitif dalam menghadapi Tes/ Ujian kecemasan yang dirasakan mahasiswa
Nasional di SMA Negeri DKI Jakarta dalam menghadapi tes atau ujian seperti
didominasi oleh tingkat kecemasan Ringan. gangguan lambung, rasa mual, berkeringat,
Ketiga, fisiologi, tingkat kecemasan tangan dingin dan lembab, buang air kecil,
Mahasiswa D-III tingkat tiga Universitas mulut kering, tangan atau tubuh gemetar,
Pendidikan Indonesia berdasarkan respon dan dada berdebar-debar.
fisiologi sebagian besar dari mahasiswa Keempat, Perilaku, tingkat
(56,0%) berada pada kategori tidak kecemasan mahasiswa D-III Tingkat tiga
mengalami gejala kecemasan, dan sisanya Universitas Pendidikan Indonesia
hampir setengah dari mahasiswa (40,0%) berdasarkan respon perilaku. sebagian
mengalami tingkat kecemasan ringan, besar dari mahasiswa (56,0 berada pada
sebagian kecil dari mahasiswa (4,0%) kategori tidak mengalami gejala
mengalami tingkat kecemasan sedang dan kecemasan, hampir setengah dari
tidak seorangpun dari mahasiswa (0%) mahasiswa (28,0%) mengalami tingkat
yang mengalami tingkat kecemasan berat. kecemasan ringan, sebagian kecil dari
Menurut Stuart dan Sundeen (Astria, mahasiswa (16,0%) mengalami tingkat
2009: 43), respon fisiologis individu kecemasan sedang dan tidak seorangpun
terhadap kecemasan, yaitu: dari mahasiswa (0%) yang mengalami
Kardiovaskuler: responnya berupa tingkat kecemasan berat.
palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah Menurut Stuart dan Sundeen (Astria,
meningkat atau menurun, rasa mau 2009: 44), respon perilaku berupa gelisah,
Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)   137  
   

 
  Anggraeni, N  

ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara


cepat, kurang koordinasi, cenderung
mendapat cidera, menarik diri dari DAFTAR PUSTAKA
hubungan interpersonal, menghalangi, dan Alimul Hadayat, A.A. (2007). Metode
menghindar dari masalah. Sedangkan Penelitian Keperawatan dan
menurut Tresna (2011: 7), perilaku motorik Teknik Analisa Data. Jakarta:
yang tidak terkendali adalah gerakan tidak Salemba Medika.
menentu seperti gemetar dan tegang pada Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian
otot yang dirasakan oleh mahasiswa/ siswa Suatu Pendekatan Praktek.
ketika menghadapi ujian. Berdasarkan Jakarta: Rineka Cipta.
definisi tersebut, maka indikator perilaku Astria, Y. (2009). hubungan karakteristik
motorik dalam kecemasan menghadapi ibu hamil trimester III dengan
ujian, yaitu: gemetar. Menurut Barah kecemasan dalam menghadapi
persalinan di Poliklinik
(Tresna, 2011: 7), gemetar adalah suatu Kebidanan dan Kandungan
gerakan yang dilakukan tanpa sengaja, RSUP Fatmawati. Skripsi
karena merasakan suatu ancaman ketika Keperawatan pada FKIK UIN
menghadapi ujian seperti diharuskan untuk Syarif Hidayatulloh Jakarta:
menjawab soal dengan cepat, diharuskan Tidak diterbitkan.
duduk di depan dan keterbatasan waktu Dalami,E. et al. (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan
yang tersedia saat ujian. Semua gerakan ini
Masalah Psikososial. Jakarta:
tanpa disadari dan dapat mempengaruhi CV. Trans Info Media.
tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara Damarwati, T. (2012). Gambaran tingkat
dan kaki. kecemasan orang tua terhadap
bayi yang dirawat di ruang
SIMPULAN NICU RSUP Rumah sakit
Jakarta. Skripsi Keperawatan
pada FIK UI Defok: tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang
diterbitkan
dilakukan di Program Studi D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Ibrahim, R. Dan Komarudin. (2008).
Indonesia tingkat kecemasan secara umum Psikologi Olahraga. Bandung:
FPOK UPI.
mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan
Kariasa, I. M. et al. (2012). Blue Print Uji
Universitas Pendidikan Indonesia dalam Kompetensi Perawat
menghadapi uji kompetensi dari 25 sampel Indonesia. [Online].
yang diteliti, hampir setengah dari Tersedia:
mahasiswa (44.0%) tidak mengalami gejala http://www.ebookbrowse.
kecemasan, hampir setengah dari com/uj/uji-kompetensi-
perawat-indonesia. Html
mahasiswa (48,0%) mengalami tingkat
[08 Februari 2013]
kecemasan ringan, sebagian kecil dari
mahasiswa (8,0%) mengalami tingkat Kemenkes, RI. (2011). MTKI, Pedoman
kecemasan sedang dan tidak ada Uji Kompetensi. [Online].
Tersedia:http://www.webh
seorangpun dari mahasiswa (0%) yang
akli.com/attachments/articl
mengalami tingkat kecemasan berat. e/85/Pedoman%

138   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)  

   
Anggraeni, N  

0Uji%20Kompetensi.pdf. Unsoed Purwokerto: Tidak


html [ 25 Oktober 2012] diterbitkan.

Komalasari, G. dan Herdi ( 2011). Coping Nira, D. A. (2011). Gambaran Umum


Skills untuk mengatasi Tingkat Stress Pada Mahasiswa
kecemasan menghadapi ujian Dalam Menghadapi Proses
Nasional pada Siswa Sekolah Belajar Mengajar Di Program
Menengah atas Negeri di Studi Diploma III Keperawatan
Provinsi DKI Jakarta. Universitas Muhammadiyah
Universitas Negeri Jakarta: Sukabumi. KTI Keperawatan
Tidak diterbitkan. pada UMS Sukabumi: Tidak
Kusumawati, F. dan Hartono. Y. (2012). diterbitkan.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Riyadi, S. dan Purwanto, T. (2009). Asuhan
Jakarta: Salemba Medika. Keperawatan Jiwa.
Masfuri. et al. (2012). Pedoman latihan uji Yogyakarta: Graha Ilmu.
kompetensi perawat. Jakarta: Setiadi. (2007) . Konsep dan Penulisan
Pengurus pusat PPNI. Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Mustofa, Z. (2009). Mengurai Variabel Graha Ilmu.
Hingga Instrumentasi. Subana, M. dan Sudrajat. (2005). Dasar-
Yogyakarta: Graha Ilmu. Dasar Penelitian Ilmiah.
Na’im, N. J. ( 2010). Hubungan dukungan Bandung: Pustaka Setia.
Keluarga dengan tingkat
kecemasan ibu Primipara Supratman. (2009). Membandingkan hasil
menghadapi persalinan Di belajar matematika siswa yang
Puskesmas Pemulang Kota pembelajaranya menggunakan
Tanggerang Selatan. Skripsi model kooperatif tipe jigsaw
Keperawatan pada FKIK UIN dengan tipe STAD pada materi
Syarif Hidayatulloh Jakarta: lingkaran. Skripsi pada FKIP
Tidak diterbitkan. Universitas Siliwangi
Tasikmalaya: Tidak diterbitkan.
Navianti, E. ( 2011). Hubungan Dukungan Tp. ( 2011, 3 Desember). Lulusan Perawat
Perawat dengan tingkat Hanya Terserap 4-10 Persen.
kecemasan orang tua Di ruang Kompas [ Online]. Tersedia:
rawat anak RSAB Harapan kita http://www.kompas.com. [ 25
Jakarta. Tesis Magister Oktober 2012]
Keperawatan pada FIK UI
Depok: tidak diterbitkan. Tresna (2011). Evektivitas konseling
behavioral dengan teknik
Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian desensitisasi sistematis untuk
Kesehatan. Jakarta: Rineka mereduksi kecemasan
Cipta. menghadapi ujian. Tesis studi
bimbingan dan konseling UPI
Rahajeng, W.M. (2011). Hubungan Bandung: tidak di terbitkan.
pelatihan clinical instructor (CI)
dengan lingkungan belajar klinik Wati, N. L. (2013). Nilai Simulasi Ujian
di RSUD Dr.R.Goeteng Kompetensi. Bandung: tidak
Taroenadibrata purbalingga. diterbitkan.
Skripsi Keperawatan pada FKIK

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia    1(2)  :  131-­‐139  (2015)   139  


   

Anda mungkin juga menyukai