Anda di halaman 1dari 2

Bentuk Surat Dakwaan

Dalam KUHAP tidak pernah diatur berkenaan dengan bentuk dan susunan dari Surat Dakwaan.
Sehingga dalam praktek hukum masing-masing penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan
pada umumnya dipengaruhi oleh strategi dan rasa seni sesuai dengan pengalaman prakteknya
masing-masing namun demikian tetap berdasarkan pada persyaratan yang diatur dalalm pasal 143
ayat 2 KUHAP. Dalam praktek hukum dikenal beberapa bentuk surat dakwaan antara lain :[1]
1) Surat Dakwaan Tunggal
Dalam Surat Dakwaan tunggal terhadap terdakwa hanya didakwakan melakukan satu tindak pidana
saja yang mana penuntut umum merasa yakin bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana yang
didakwakan tersebut, misalnya penuntut umum merasa yakin apabila terdakwa telah melakukan
perbuatan “pencurian” sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP maka terdakwa hanya didakwa
dengan pasal 362 KUHP.
2) Surat Dakwaan Subsider/Berlapis
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk subsider di dalamnya dirumuskan beberapa tindak pidana
secara berlapis dimulai dari delik yang paling berat ancaman pidannya sampai dengan yang paling
ringan. Akan tetapi yang sesungguhnya didakwakan terhadap terdakwa terdakwa dan yang harus
dibuktikan di depan sidang pengadilan hanya “satu” dakwaan. Dalam hal ini pembuat dakwaan
bermaksud agar hakim memeriksa Dalam praktiknya Surat Dakwaan disusun sebagai berikut:
Primair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 340 KUHP)
Subsidair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 338 KUHP)
Lebih Subsidair :
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 355 ayat (2) KUHP)
3) Surat Dakwaan Alternatif
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk alternatif, rumusannya mirip dengan bentuk Surat Dakwaan
Subsidair, yaitu yang didakwakan adalah beberapa delik, tetapi sesungguhnya dakwaan yang dituju
dan yang harus dibuktikan hanya satu tindak pidana. Jadi terserah kepada penuntut umum tindakan
mana yang dinilai telah berhasil dibuktikan di depan pengadilan tanpa terkait pada urutan dari
tindak pidana yang didakwakan. Sering terjadi penuntut umum mendapatkan suatu kasus pidana
yang sulit menentukan salah satu pasal diantara 2-3 pasal yang saling berkaitan unsurnya, karena
tidak pidana itu unsure yang menimbulkan keraguan bagi penuntut umum untuk menentukan
diantara 2 pasal atau lebih atas satu tindak pidana. Dalam praktek disusun sebagai berikut :
Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 362 KUHP)
Atau
Kedua :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)
Atau
Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
4) Surat Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan Kumulatif didakwakan secara serempak beberapa delik/ dakwaan yang
masing-masing berdiri sendiri (Samenloop/Concursus/ Perbarengan), yang dalam praktik disusun
sebagai berikut:
Kesatu :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 365 KUHP)
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368 KUHP)
Ketiga:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
5) Surat Dakwaan Kombinasi
Dalam Surat Dakwaan Kombinasi didakwakan beberapa delik secara kumulatif yang terdiri dari
dakwaan subsider dan dakwaan alternatif secara serempak/ sekaligus, yang dalam praktik disusun
sebagai berikut :
Kesatu :
Primair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 340 KUHP)
Subsidair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 338 KUHP)
Kedua :
Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368 KUHP)
Atau
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
Atau
Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)

Anda mungkin juga menyukai