Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di

samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini dapat berupa

tumor yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor

pada organ lainnya (Hakim, 2005; Wahjoepramono, 2006). Permasalahan klinis

pada tumor otak agak berbeda dengan tumor lain karena efek yang

ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Kerusakan pada

jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional pada

sistem saraf pusat, berupa gangguan motorik, sensorik, panca indera, bahkan

kemampuan kognitif. Selain itu efek massa yang ditimbulkan 2 rata survival

rate pasien tumor otak maligna dewasa adalah 18,7%. Prognosis penderita

tumor otak primer beragam, pada tumor otak primer yang maligna median

survivalnya ± 12 bulan.
Pada penelitian lain yang mengukur survival rate pasien brain tumor

didapatkan survival rate dalam 5 tahun pasien tumor otak yang terburuk adalah

glioblastoma sebesar 3% sedangkan yang tertinggi adalah ependimoma yaitu

74% (Wahjoepramono, 2006; Arber, 2010; Sloan 2002). Pada pasien dengan

semua tipe tumor otak yang dirawat di bagian neuroonkologi telah lama

didapatkan dan dilaporkan adanya simtom fatigue pada pasien dengan semua

tipe tumor otak. Fatigue ini mulai dikeluhkan dari pasien terdiagnosis tumor

dan sepanjang perjalanan penyakit, dan ternyata merupakan salah satu gejala

utama yang ditemukan dapat menurunkan kualitas hidup pasien tumor otak.

Berbagai penelitian akhir-akhir ini sudah mulai difokuskan kepada gelaja-

1
gejala spesifik seperti fatigue, gangguan tidur, nyeri, seizure, gangguan mood

dan gangguan kognitif. Beberapa penelitian pada pasien high grade glioma

maupun low grade glioma, fatigue ditemukan sebagai simtom yang paling

banyak dihadapi (Winningham, 1994; Osaba, 2000; Brow, 2006; Sallo, 2002).
Prevalensi fatigue pada tumor dan kanker selama dekade terakhir ini

cenderung meningkat dan berefek buruk pada kualitas hidup, sehingga

memerlukan intervensi yang efektif untuk mencegah dan mengobatinya.

Fatigue digambarkan sebagai gejala berupa kelemahan, kelelahan, lesu, sulit

berkonsentrasi, malaise, mengantuk dan kurangnya motivasi. Pada pasien

tumor dan kanker, fatigue dapat muncul mulai dari saat terdiagnosis,

meningkat selama terapi, berlangsung berbulan–bulan sampai tahun setelah

selesai terapi. Sekitar 3 60% sampai lebih dari 80% penderita tumor

mengeluhkan fatigue sebagai simtom yang umum. Fatigue pada kanker dapat

disebabkan oleh kanker itu sendiri atau karena efek. Tujuan setiap pengobatan

kanker adalah untuk meminimalisir gejala, menstabilkan kondisi, atau

meningkatkan kualitas hidup merupakan tujuan utama dari pengobatan. Oleh

karena itu manfaat adanya pengobatan harus benar–benar 4 diperhitungkan

terhadap kemungkinan penurunan kualitas hidup pasien. Fatigue, gangguan

tidur dan nyeri merupakan simtom yang paling banyak dikeluhkan pada pasien

low grade glioma dan 45% di antaranya mempunyai kualitas hidup secara

keseluruhan yang rendah sedangkan pada pasien High Grade Glioma, fatigue

ditemukan pada sepertiga pasien dan merupakan independent predictor kualitas

hidup terburuk (Taphoorn, 2005; Gustafsson, 2006; Osaba, 2000).


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi tumor otak pada anak?
2. Bagaimana etiologi tumor otak pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi tumor otak pada anak?

2
4. Apa saja klasifikasi tumor otak pada anak ?
5. Bagaimana penatalaksanaan tumor otak pada anak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang tumor otak pada anak?
7. Apa saja komplikasi yang muncul pada anak dengan tumor otak ?
8. Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan tumor otak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui defenisi tumor otak pada anak
2. Untuk mengetahui etiologi tumor otak pada anak
3. Untuk mengetahui patofisiologi tumor otak pada anak
4. Untuk mengetahui klasifikasi tumor otak pada anak
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan tumor otak pada anak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tumor otak pada anak
7. Untuk mengetahui komplikasi yang muncul pada anak dengan tumor otak
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan tumor otak

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Tumor Otak

Tumor otak anak adalah massa atau pertumbuhan sel abnormal yang

terjadi di otak anak atau jaringan dan struktur yang ada di dekatnya. Ada

berbagai jenis tumor otak pada anak-anak ada yang non-kanker (jinak) dan

beberapa bersifat kanker (ganas) (MayoClinic.org, 2019).

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)

ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala

(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma

pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun

metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut

tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti

kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak

sekunder. (Mayer. SA, 2002 dalam Sukartini dkk, 2016).

B. Etiologi Tumor Otak

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.

Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau (Anna, 2011 dalam Purba, 2014),

yaitu :
1. Herediter
Faktor keturunan memainkan peran kecil dalam penyebab tumor otak.

Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang

menderita brain tumor. Faktor tersebut diantaranya herediter yaitu

sindrome seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous sclerosis,

4
retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko

tumor otak. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti

yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada

neoplasma.
2. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Sel-sel embrional berkembang menjadi sel-sel yang mempunyai morfologi

dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari

sel embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak sel di

sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada

kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi
Radasi jenis inonizing radition bisa menyebabkan tumor otak jenis

neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu,

paparan terhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak.


4. Virus
Penelitian tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.

Kini telah diakui bahwa substansi yang karsinogenik seperti nitrosamides

yang bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya, virus Epseien-barr.


5. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak

massa otak akhirnya terjadi tumor otak.

5
C. Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang

disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan

tekanan intracranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat

penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada

parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah

akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis

jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat

dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan kejang

sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan

perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.


Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti

bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan

sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang

diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan

penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh

kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan

meningkatkan TIK. Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan

cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-

bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan

intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah

intrakranial, volum CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel

parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan

herniasi untuk serebellum.

6
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke

inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak.

Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan

menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser

ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi

medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.

Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang

cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan

pernapasan.

D. Klasifikasi Tumor Otak

1. Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat

dilakukan berdasarkan grading) :


a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas

pasca reseksi cukup baik.


b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah,

namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat

progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.


c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan

infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.


d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya

berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post

operasi.

2. Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi

menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
1) Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)

7
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
2) Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
3) Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
b. Ependymal tumors
c. Choroid plexus tumors
d. Pineal Parenchymal tumors
e. Embryonal tumors :
1) Medulloblastoma
2) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
f. Meningeal tumors : Meningioma
g. Primary CNS Lymphoma
h. Germs cell tumors
i. Tumors of the sellar region
j. Brain metastase of the systemic cancers.

8
Tabel skema untuk mengklasifikasi Tumor Otak
Tipe Tumor Kriteria
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang
berkembang dengan normal.
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur; kemungkinan
anaplastik ada gambaran mitotic (gambaran mitotic menunjukkan
peningkatan pembelahan sel dan perubahan keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya
multiformis gambaran mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan dan
batas tumor yang tidak jelas.

3. Berdasarkan Jenis Tumor


1. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul

sehingga mudah dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena

berbatas tegas. Pembesaran tumor akan menekan jaringan di dekatnya

dan dapat menyebabkan obstruksi atau atrofi.


1) Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh

dari sel selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region

meatus auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah

gangguan pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan

oleh kerusakan nervus delapan dalam meatus (lesi

intrakanalikular). Ekspansi tumor lebih lanjut ke sudut

serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang berdekatan

(nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut menyebabkan

ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-serebelum dan palsi

nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya, terjadi

gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika terjadi

hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel keempat. tumor

9
lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk

meningioma dan metastasis.


2) Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak

menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang

berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan

lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali

memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap

isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.


3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai

struktur di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi

suprasela dan parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini

adalah hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi

kiasma optikum oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan

patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi kiasma,

sehingga menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis,

meningioma suprasela, dan kraniofaringioma (tumor yang berasal

dari sel perkembangan epitel bukan yang secara embriologis dekat

dengan tangkai hipofisis).


Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin

bersamaan dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor

dapat bersifat fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis

anterior (akromgeali yang disebabkan oleh kelebihan hormone,

prolaktinoma, penyakit Cushing akibat tumor yang mensekresi

kortikortropin). selain itu, dapat terjadi hipopituitarisme akibat

supresi sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang adenoma

10
hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien menunjukkan gejala

nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai perdarahan

subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi hipofisis).

Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan hemianopia

bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia bilateral

akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.


4) Astrocytoma (Grade 1)
b. Tumor ganas
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat

dan cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya

tidak tegas dan jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi

nama sesuai dengan asal jaringan saat embrio. Tumor ganas yang

berasal dari ectoderm dan endoderm disebut karsinoma, dan yang

berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika jaringan tumor

ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut sebagai

blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari

dua lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari

tiga lapis jaringan embrio disebut sebagai teratoma.

1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)


2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang

dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan

menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan

tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang

paling bersifat kemosensitif.


3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat

pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling

11
sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.

Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor

dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan

letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk

progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara,

dan ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak

metastasis. Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang

membuatnya lebih sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di

dalam otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu

sendiri atau di meningen yang melapisi otak.

12
4. Berdasarkan Lokasi Tumor

a. Ependymoma muncul dari sel-sel yang melapisi permukaan internal

otak, dengan demikian, mereka glioma. Tumor muncul dari 'ependyma,'

sel yang melapisi ruang cairan otak dan sumsum tulang belakang.

Ependymoma yang terletak di belahan otak terjadi terutama pada anak-

anak dan remaja. Meskipun tumor ini mampu berperilaku ganas,

mereka hampir selalu jinak.

b. Astrositoma pilosit muncul dari sel-sel otak yang membentuk bagian

dari sistem pendukung otak, khususnya, sel-sel yang disebut "astrosit"

untuk penampilan berbentuk bintang mereka. Tumor ini biasanya

tumbuh lambat dan banyak yang dianggap dapat disembuhkan.

Astrositoma sering bersifat kistik, dalam hal ini mereka sangat mudah

dihilangkan sepenuhnya.

c. Glioma saraf optik adalah tumor yang tumbuh lambat yang terbentuk di

sepanjang saraf optik. Mereka biasanya terjadi pada anak-anak di

bawah usia 10 tahun. Jenis sel yang umum adalah astrocytoma

pilocytic.

d. Glioma batang otak , yang terletak di batang otak, dapat tumbuh lambat

atau cepat. Tergantung pada jenis jaringan pendukung dari mana

mereka muncul, mereka dapat berupa astrositoma, astrositoma

anaplastik, glioblastoma multiforme, atau tumor campuran. Secara

umum, tumor batang otak lebih sering terjadi pada anak-anak daripada

pada orang dewasa. Pembedahan biasanya tidak memungkinkan pada

13
tumor ini, dan radiasi dan kemoterapi harus digunakan sebagai

gantinya.

e. Oligodendroglioma adalah tumor yang tumbuh lambat yang muncul

dari sel-sel yang membuat mielin yang mengisolasi serat saraf. Mereka

terletak di belahan otak, terutama lobus frontal dan temporal, dan pada

anak-anak lebih umum di thalamus.

f. Ganglioglioma biasanya tumbuh lambat, dan jarang ganas. Tumor ini

dapat ditemukan di mana saja di otak, tetapi paling sering ditemukan di

lobus temporal. Mereka timbul dari ganglia (ganglion adalah

sekelompok sel saraf). Mereka paling sering terjadi pada anak-anak dan

dewasa muda.

g. Craniopharyngioma adalah tumor bawaan (tidak kanker), bawaan.

Mereka biasanya kistik dan ditemukan terutama pada anak-anak dan

remaja.

h. Daerah Pineal Tumor terletak di kelenjar pineal di bagian posterior

ventrikel ketiga. Tumor paling umum dari daerah pineal adalah

germinoma. Germinoma (tumor sel germinal) mewakili lebih dari

sepertiga dari tumor di wilayah ini. Germinoma dari daerah pineal

paling sering terjadi pada remaja. Tumor tambahan yang ditemukan di

area ini termasuk tumor tipe embrional lainnya, teratoma, astrositoma,

pineocytoma, dan pineoblastoma.

14
E. Manifestasi Klinik

1. Gejala umum

a. Nyeri kepala merupakan gejala awal yang sering dikeluhkan penderita

yakni 20% yang kemudian menjadi lebih sering. Nyeri bersifat

intermitten, dan bertambah hebat karena perubahan posisi, batuk atau

mengedan. Biasanya nyeri kepala bersamaan dengan muntah yakni

sekitar 50% penderita. Nyeri dapat dirasakan ipsilateral, terutama bila

tumor berada di daerah supratentorial. Sedangkan pada fossa posterior

akan memberikan sensasi berupa nyeri alih ke oksiput dan leher.

b. Perubahan status mental, gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan

kepribadian, dan berku-rangnya inisiatif adalah umum pada penderita

dengan tumor lobus frontal atau temporal. Bila tidak ditangani dapat

memburuk dengan penurunan kesadaran sampai koma.

c. Kejang, kejang merupakan gejala utama dengan tumor yang tumbuh

lambat, seperti astrositoma.

d. Papil edema, papil edem pada awalnya tidak mennyebabkan hilangnya

kemam-puan untuk melihat, tetapi edem papil yang berkelanjutan dapat

memperluas bintik buta dan penyempitan lapangan pandang perifer

serta penglihatan kabur.

e. Muntah, muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dan

pergeseran otak. Sifat muntah berulang dan proyektil tanpa didahului

mual.

15
2. Gejala klinik lokal

a. Tumor kortikal, tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang

umum yang diikuti paralisis post iktal. Jika hemisphere dipengaruhi

dapat mengakibatkan disatria dan afasia. Anosmia unilateral

menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius.

b. Tumor lobus temporalis, gejala tumor pada lobus ini adalah disfungsi

traktus kortikos-pinal kontralateral, defisit lapa-ngan pandang

homonim, peruba-han kepribadian, disfungsi memori dan kejang.

c. Tumor lobus oksipitalis, hemianopsia homonim yang kongruen

merupakan gejala tumor di lobus oksipitalis disamping kejang yang

bersifat fokal dan episodik bila terkena cahaya senter dan warna.

d. Tumor pada ventrikel III dan regio pineal tumor pada daerah ini akan

menghambat ventrikel yang mengakibatkan hidrosepalus. Perubahan

posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit

kepala hebat bahkan pingsan. Keadaan ini juga dapat mengakibatkan

gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.

e. Tumor batang otak, sering ditandai dengan disfungsi saraf kranialis,

defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstrimitas.

F. Penatalaksanaan Tumor Otak

Menurut Syarif, I. Fitri, R. (2009) penatalaksanaan pasien dengan massa

tumor dibedakan dalam 3 bagian :

16
1. Pasien dengan peningkatan TIK atau tanda-tanda fokal, diterapi dengan

pemberian steroid dosis 12 mg intravenous, diikuti 4 mg yang diturunkan

bertahap. Adapun pemberian ini bertujuan untuk mengurangi edema

pretumoral. Terapi non operatif lainnya adalah dengan pemberian

Acetazolamide sebagai inhibitor enzim karbonik anhidrase sehingga

sekresi natrium akan dihambat yang mengakibatkan menurunnya pro-

duksi LCS. Disamping itu posisi tubuh 30º akan melancarkan

pengosongan vena otak sebesar 7 mmHg. Radioterapi konvensional

dengan fraksi beberapa arah dengan dosis 5000-6000 Gy, akan mampu

memperbaiki kerusakan subletal. Pada tipe ganas penata-laksanaan dengan

radioterapi juga sangat dianjurkan. Dari beberapa literatur kemoterapi juga

dianjur-kan untuk penderita tumor otak, yakni dengan PCV (kombinasi

dari procarbazine, nitrosourea dan vinkristine) atau kemoterapi baru pil

temozolamide (tremodal), walaupun demikian hanya sedikit bermanfaat

untuk penderita malignant glioma dan astrositoma tingkat rendah. Tetapi

sebaliknya untuk pasien oligodendroglioma.

2. Pasien yang menunjukkan gejala epilepsy, pasien yang dicurigai

astrositoma tingkat rendah, biopsi harus ditunda hingga CTScan ulang

adanya tanda fokal yang menunjukkan adanya progresi. Tumor jenis ini

sebaiknya dilakukan eksisi lengkap atau parsial. Pada lokasi tertentu

pembedahan tidak dapat dilaku-kan. Bila terjadi hidrosepalus, dapat

dilakukan VP-Shunt atau atrial bilateral. Untuk mengatasi kejang, dapat

diberikan phenitoin 300-400 mg/hari atau pheno-barbital 90150 mg/hari.

17
3. Imunoterapi merupakan pengobatan terbaru yang masih perlu diteliti lebih

lanjut. Dasar pemikirannya bahwa sistem imun tubuh dapat menolak

tumor.

Menurut MayoClinic.org, (2019). perawatan untuk Tumor Otak meliputi :

1. Anak-anak dengan tumor otak harus dilihat di pusat kesehatan anak multi-

disiplin, dikelola dengan tim berikut: ahli bedah saraf pediatrik, ahli saraf

onkologi anak, hem-onc anak, ahli saraf radiologi anak, dan ahli saraf

pediatrik. Menurut NCI PDQ, terapi radiasi tumor otak anak secara teknis

sangat anjurkan dan harus dilakukan di pusat-pusat yang memiliki

pengalaman di daerah itu untuk memastikan hasil yang optimal.

2. Tumor otak diobati dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi. Perawatan

dan prognosis spesifik tergantung pada jenis, tingkat, dan lokasi tumor.

Tergantung pada jenis tumor dan ketepatan diagnosis, tingkat

kelangsungan hidup 5 tahun adalah 40-80%. Manajemen jangka panjang

dari penderita kanker otak adalah kompleks dan membutuhkan pendekatan

multi-disiplin.

G. Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak

Menurut Muttaqin (2008) dalam Sukartini dkk, (2016) ada beberapa

pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor

otak, diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)

Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik diagnostik

dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala

18
dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi

gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan

perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks, struktur subkortikal,

dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau monitor TV dan

difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan yang

berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai

indikasi kemungkinan adanya massa tumor, infark otak dan atrofi kortikal.

Oleh karena itu, CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam

evaluasi pasen yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan

untuk mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak

pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak

sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak

disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat

jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau

invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang

hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu

pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

Penilaian CT Scan pada tumor otak:

a. Tanda proses desak ruang:

1. Pendorongan struktur garis tengah itak

2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel

b. Kelainan densitas pada lesi:

1. Hipodens

2. Hiperdens atau kombinasi

19
c. Klasifikasi, perdarahan

1. Edema perifokal

Gambar 5 Pemeriksaan CT scan pada Tumor Otak (Pearce, 2009 dalam Sukartini dkk,

2016).

2. Positron Emmision Tomography (PET)


Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan

nuklir berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi

organ secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan

dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila

positron ini berkombinasi dengan elektron-elektron bermuatan negatif

(normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gamma dapat

dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun

dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua

dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh

komputer dan memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak. PET

20
memungkinkan pengukuran aliran darah, komposisi jaringan, dan

metabolisme otak. PET mengukur aktifitas ini secara spesifik pada

daerah otak dan dapat mendeteksi perubahan penggunaan glukosa. Uji ini

digunakan untuk melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi

seperti adanya tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan

metabolisme pada otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer

serta penyebab lain dari demensia. Hasil yang didapatkan seperti pada

(Gambar 2-6).

Gambar 6 Positron Emmision Tomography (PET) (Pearce, 2009 dalam Sukartini dkk,

2016).

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan

menggunakan fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan

sagital dengan gambaran yang sangat baik pada fosa posterior, karena

tidak ada artefak tulang. MRI merupakan pemeriksaan yang sangat

sensitif dalam mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis dan neuroma

akustik. MRI menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda

penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari

21
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari

abses ataupun proses lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan nampak

warna yang kontras dengan warna organ normal dan terjadi penebalan

jaringan otak.

Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009 dalam Sukartini dkk, 2016).

4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di

otak, dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala

atau dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak.

Pemeriksaan ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG

bertindak sebagai indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut,

bekuan darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda

dari pola normal irama dan kecepatan. Pemeriksaan ini pada tumor otak

berfungsi untuk mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.

22
Gambar 8 Contoh Gambaran EEG pada Tumor Otak (Pearce, 2009 dalam Sukartini dkk,

2016).

5. MR-Spectroscopy
MR-Spectroscopy (MRS) mampu membedakan berbagai lesi pada

otak. Derajat akurasinya mencapai 95-100% untuk membedakan lesi

neoplasma atau nonneoplasma. Choline adalah marker spesifik pada

neoplasma intrakranial. Peningkatan konsentrasi choline atau jumlah

rasio Cho/Cr atau Cho/NNA menunjukkan adanya suatu neoplasma

(Castillo et al, 1998). Kelainan spesifik tertentu dapat mempersulit untuk

membedakan diagnostik antara tumor atau proses inflamasi seperti pada

high grade glioma dan abses serebri dimana puncak konsentrasi choline

dapat tidak muncul karena adanya proses nekrosis. Berbagai cara tertentu

dapat digunakan seperti penggunaan long TE dapat mempermudah

identifikasi puncak choline. Adanya puncak cytosolic amino acids pada

0,9 ppm adalah karakteristik khusus untuk abses. Pada diffusion weight

image, abses menunjukkan high signal intensity sedangkan pada tumor

dengan degenerasi nekrosis menunjukkan ISO sampai low signal

23
intensity. Pada abses biasanya menunjukkan hipoperfusi sedangkan pada

glioma menunjukkan hiperperfusi (Fatterpekar et al, 2001).

Gambar 9 Gambaran Grafik MR-Spectroscopy Tumor Otak (Sukartini dkk, 2016).

6. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh

darah serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh

darah pada siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan mengalami

pembesaran masa pembuluh darah saat dilakukan pemeriksaan ini.

Gambar 10 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak (Pearce, 2009

dalam Sukartini dkk, 2016).

7. Pemeriksaan Lumbal Pungsi

24
Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang

mencerminkan TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar

glukosa, dan terkadang sel-sel tumor pada CSS. Dilakukan untuk

melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan

ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang

besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan

patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor

dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

Gambar 11 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009 dalam Sukartini dkk, 2016).

H. Komplikasi Tumor Otak

Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg (2008) dalam

Sukartini dkk, (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara

lain:

1. Peningkatan Tekanan Intrakraial


Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua

faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan

serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor

diatas akan memicu:


a. Edema Serebral

25
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi

sehingga menambah efek masa yang mendesak.

b. Hidrosefalus

Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena

adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa

tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu

terjadinya hidrosefalus.

c. Herniasi Otak

Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra,

unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon

sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak

ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008 dalam Sukartini dkk, 2016).

2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam

selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor

(Yustinus, 2006 dalam Sukartini dkk, 2016).


3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak

adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002 dalam Sukartini dkk,

2016). Penurunan fungsi neurologis ini tergantung pada bagian otak yang

terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke organ lain.
6. Kematian

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Laurent (2017), pengkajian pada kasus tumor otak adalah
sebagai berikut:
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
a. Riwayat keluarga tumor
b. Terpapar radiasi berlebih
c. Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan
diplopia
d. Kecanduan alkohol
e. Perokok aktif/pasif
f. Gangguan kepribadian
2. Pola nutrisi metabolik
a. Riwayat epilepsi
b. Nafsu makan hilang
c. Adanya mual, muntah selama fase akut
d. Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
e. Kesulitan menelan
3. Pola eliminasi
a. Perubahan pola berkemih
b. Buang air besar
c. Bising usus negatif
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot
b. Gangguan tingkat kesadaran
c. Risiko trauma karena epilepsi
d. Hemiparase, ataksia
e. Gangguan penglihatan
f. Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (hemiplefia)
5. Pola tidur dan istirahat
Sulit untuk beristirahat atau mudah tertidur.
6. Pola persepsi kognitif dan sensori
a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Kelemahan tinitus, afasia motorik
d. Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
e. Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
f. Penurunan memori, pemecahan masalah
g. Kehilangan kemampuan masuknya rasang visual
h. Penurunan kesadaran sampai dengan koma
i. Tidak mampu merekam gambar
j. Tidak mampu membedakan kanan/kiri
7. Pola persepsi dan konsep diri

27
a. Perasaan tidak berdaya dan putus asa
b. Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
a. Masalah bicara
b. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi
9. Reproduksi dan seksualitas
a. Adanya gangguan seksualitas atau penyimpangan seksualitas
b. Pengaruh / hubungan penyakit terhadap seksualitas
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a. Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar atau marah
b. Mekanisme koping yang biasa digunakan
c. Perasaan tidak berdaya dan putus asa
d. Respon emosional klien
e. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
f. Mudah tersinggung
11. Sistem kepercayaan
Kegiatan ibadah terganggu atau tidak.

28
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada anak dengan brain tumor
menurut Herdman & Kamitsuru (2015) adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Hipertermi
4. Ketidakefektifan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
5. Risiko Infeksi
6. Ansietas
7. Defisiensi pengetahuan

29
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
No
Keperawatan

1 Nyeri akut NOC: Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri 1. Pengakajian nyeri secara
berhubungan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dapat
Outcome Dipertahanka Ditingkatkan secara komprehensif
dengan agen injury mengetahui nyeri yang
n meliputi lokasi,
biologis Mengenali dirasakan klien
karakteristik, awitan dan
kapan nyeri 2. Tanda nonverbal dapat
durasi, frekuensi,
terjadi kualitas, intensitas atau memperkuat nyeri yang
Menggambarkan keparahan nyeri dan dilaporkan klien
faktor penyebab factor presipitasinya 3. Informasi akan
Menggunakan 2. Observasi isyarat menambah pengetahuan
tindakan nonverbal klien mengenai apa yang
pencegahan ketidaknyamanan, sedang klien rasakan
nyeri khususnya pada mereka 4. Distraksi dapat
Menggunakan yang tidak mampu mengalihkan rasa nyeri
tindakan nyeri berkomunikasi efektif
yang disakan oleh klien
tanpa analgesik 3. Berikan informasi tentang
5. Analgetik merupakan
Melaporkan nyeri, seperti penyebab
nyeri yang nyeri, berapa lama akan obat yang digunakan
terkontrol berlangsung. untuk mengurangi rasa
Melaporkan 4. Ajarkan penggunaan nyeri
gejala yang teknik nonfarmakologi
tidak terkontrol (relaksasi, distraksi,
pada profesional terapi)
kesehatan 5. Berikan analgetik
Keterangan :

30
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang-kadang menunjukkan
4 = Menunjukkan
5 = Secara konsisten menunjukkan

NOC: Tingkat Nyeri

Outcome Dipertahankan Ditingkatkan


Nyeri yang
dilaporkan
Panjangnya
episode nyeri
Ekspresi nyeri
wajah
Agitasi
Tidak bisa
beristirahat
Mengerang dan
menangis
Keterangan :
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan

5 = Tidak Ada

31
2 Hipertermi NOC: Termoregulasi (hlm 564) NIC : Pengaturan Suhu
Outcome Dipertahankan Ditingkatkan 1. Monitor suhu dan warna 1. Suhu sebagai indikator
Menggigil kulit. hipertermi
saat panas 2. Monitor dan laporkan 2. Jika ada kegawatan akan
Peningkatan adanya tanda dan gejala ditangani dengan segera
suhu kulit dari hipotermia dan 3. Antiperitek merupakan
Melaporkan hipertermia. intervensi penurun suhu
kenyamanan 3. Berikan pengobatan
antipiretik. secara farmakologi
suhu 4. Peningkatan cairan akan
Sakit kepala 4. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi yang adekuat segera menggantikan
Keterangan : cairan yang menguap
5. Edukasi pada pasien dan
1 = Sangat terganggu
keluarga tentang karena hipertermi
2 = Banyak terganggu
pentingnya termoregulasi 5. Keluarga akan segera
3 = Cukup terganggu
dan kemungkinan efek melapor jika ada maslah
4 = Sedikit terganggu
samping dari demam dengan termoregulasi
5 = Tidak terganggu
yang berlebihan

NIC : Perawatan Demam 1. Peningkatan cairan akan


1. Dorong konsumsi cairan. segera menggantikan
2. Tutup pasien dengan
cairan yang menguap
selimut atau pakaian
ringan tergantung fase karena hipertermi
demam. 2. Akan mengurangi
3. Ajarkan keluarga pasien penguapan
kompres hangat. 3. Kompres hangat akan
4. Mandikan pasien dengan membuka pori-pori
spons hangat. sehingga panas akan
keluar dari tubuh dengan
mudah

32
4. Mandi dengan air hangat
akan membuka pori-pori
tubuh
3 Risiko NOC: Perfusi Jaringan: Serebral NIC: Manajemen Edema
ketidakefektifan Serebral
perfusi jaringan Outcome Dipertahanka Ditingkatkan
n 1. Monitor tanda-tanda
otak dengan faktor 1. Mengetahui keadaan umu
Sakit kepala vital
risiko tumor otak 2. Monitor pola pernafasan pasien
Kegelisahan 2. Pola nafas dapat
Kelesuan 3. Monitor status neurologi
dengan ketat mengetahui oksigen
Kecemasan
4. Monitor adanya mencukupi kebutuhan
yang tidak
kebingungan, perubahan tubuh atau tidak
dijelaskan
pikiran, keluhan pusing, 3. Mengetahui fungsi
Agitasi
pingsan
Muntah neorologi
5. Monitor nilai
Demam 4. Mengetahui gangguan
laboratorium
Penurunan 6. Kurangi stimulus dalam fungsi neurologi
kesadaran lingkungan pasien 5. Mengetahui kompikasi
Keterangan: 7. Posisikan kepala tempat dari hasil lab
1 = Berat tidur 30 derajat 6. Mengurangi stressor
2 = Cukup berat
3 = Sedang pasien
4 = Ringan 7. Mengurangi peningkatan
TIK
5 = Tidak Ada

4 Ketidakefektifan NOC: Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan NIC: Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari 1. Identifikasi adanya 1. Mengurangi terjadinya

33
kebutuhan tubuh Outcome Dipertahanka Ditingkatkan alergi atau intoleransi alergi pada klien
berhubungan n makanan
Asupan 2. Anjurkan kepada 2. Menambah napsu makan
dengan faktor
makanan secara keluarga untuk klien
biologis membawa makanan
oral
Asupan cairan favorit pasien sementara 3. Mencukupi kebutuhan
secara oral pasien di rumah sakit makan klien dengan
Asupan cairan atau fasilitas perawatan, adekuat
secara iv yang sesuai
Asupan nutrisi 3. Atur diet yang 4. Mengurangi kuman yang
parental diperlukan masuk bersama dengan
Keterangan : 4. Ciptakan lingkungan
makanan
1 = Tidak adekuat optimal pada saat
2 = Sedikit adekuat mengkonsumsi
5. Indikator penegakan
3 = Cukup adekuat makanan (misal bersih,
santai, bebas dari bau diagnosa
4 = Sebagian besar adekuat
5 = Sepenuhnya adekuat menyengat)
6. Menentukan kebutuhan
5. Monitor kecenderungan
terjadinya penaikan atau makanan klien
NOC: Status Nutrisi: Asupan Nutrisi penurunan berat badan
6. Anjurkan pasien atau
Outcome Dipertahanka Ditingkatkan keluarga untuk
n memonitor kalori dan
Asupan kalori intake makanan
Asupan protein
Asupan lemak
Asupan
karbohidrat
Asupan serat
Asupan vitamin

34
Asupan mineral
Asupan zat besi
Asupan kalsium
Asupan natrium
Keterangan :
1 = Tidak adekuat
2 = Sedikit adekuat
3 = Cukup adekuat
4 = Sebagian besar adekuat
5 = Sepenuhnya adekuat

5 Ansietas NOC: Tingkat Kecemasan NIC: Pengurangan


berhubungan Outcome Dipertahanka Ditingkatkan Kecemasan
dengan perubahan n 1. Gunakan pendekatan 1. Dapat terbina hubungan
Tidak dapat yang tenang dan saling percaya
besar (status
beristirahat meyakinkan 2. Tanda non verbal adalah
kesehatan) 2. Kaji tanda verbal dan
Distress ekspresi alami klien
Wajah tegang non verbal kecemasan
3. Dukung penggunaan 3. Mekanisme koping
Otot tegang
mekanisme koping yang sesuai akan menurunkan
Rasa takut yang
sesuai ansietas yang dirasakan
disampaikan
secara lisan 4. Dengarkan klien klien
Rsa cemas yang 5. Puji/kuatkan perilaku 4. Mendengarkan akan
disampaikan yang baik secara tepat mengurangi pikiran
secara lisan 6. Berikan informasi
klien
Fatigue faktual tentang
diagnosis, perawatan, 5. Penguatan akan
Dilatasi pupil menambah rasa percaya
dan prognosis
Keringat dingin diri klien
7. Dorong keluarga untuk
Gangguan tidur
mendampingi klien 6. Informasi yang faktual
Peningkatan dengan cara yang tepat

35
frekuensi akan menambah
pernapasan informasi klien
Keterangan: 7. Dukungan keluarga
1 = Berat dapat menambah
2 = Besar
NIC: Terapi Trauma: Anak kekuatan klien
3 = Sedang
4 = Ringan 1. Eksplorasi trauma dan
5 = Tidak ada maknanya bagi anak
2. Gunakan bahasa yang 1. Mengetahui trauma
sesuai dengan tahapan dimasa lalu
perkembangan untuk 2. Anak dapat bercerita
bertanya mengenai secara terbuka
trauma 3. Mengurangi perasaan
3. Bantu mengidentifikasi
cemas klien
dan mengatasi perasaan
4. Gunakan seni dan 4. Anak dapat
bermain untuk mengekspresikan apa
meningkatkan ekspresi yang ia rasakan
5. Edukasi orangtua dalam 5. Orang tua mengetahui
rangka proses terapi dan penanganan yang tepat
respon anak terhadap kepada anak
trauma
6. Meningkatkan
6. Bantu anak untuk
membangun kembali kepercayaan diri klien
rasa aman dan hal yang
dapat diramalkan dalam
hidupnya
6 Defisiensi NOC: Pengetahuan: Proses Penyakit NIC: Pengajaran: Proses
pengetahuan Outcome Dipertahanka Ditingkatkan Penyakit
berhubungan n 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui edukasi
pengetahuan pasien yang tepat untuk klien

36
dengan kurang Karakter terkait dengan proses 2. Klien dapat mengetahui
informasi spesifik penyakit yang spesifik bagian tubuh mana yang
penyakit 2. Jelaskan patofisiologi sakit
Faktor-faktor penyakit dan bagaimana 3. Mengetahui apalah
penyebab hubungannya dengan klien mengenali
Tanda dan gejala anatomi dan fisiologi
sesuai kebutuhan. penyekitnya
penyakit
3. Kenali pengetahuan 4. Klien akan melapor jika
Proses
perjalanan pasien mengenai ada tanda gejala yang
penyakit kondisinya parah
biasanya 4. Jelaskan tanda dan 5. Pasien mengetahui
Strategi untuk gejala yang umum dari tentang keparahan
meminimalkan penyakit, sesuai penyakit yang ia derita
perkembangan kebutuhan 6. Pasien mengetahu sebab
penyakit 5. Jelaskan mengenai ia sakit
Potensial proses penyakit, sesuai 7. Menjalani gaya hidup
komplikasi kebutuhan
sehat bagi klien
penyakit 6. Identifikasi
8. Sesuai kehendak klien
Keterangan: kemungkinan penyebab
7. Diskusikan perubahan dan keluarga
1 = Tidak ada pengetahuan 9. Untuk mendapatkan
2 = Pengetahuan terbatas gaya hidup yang
mungkin diperlukan penanganan segera
3 = Pengetahuan sedang
4 = Pengetahuan banyak untuk mencegah
5 = Pengetahuan sangat banyak komplikasi dimasa yang
akan datang dan
mengontrol proses
penyakit
8. Diskusikan pilihan
terapi/penanganan.
9. Edukasi kepada pesien
mengenai tanda dan

37
gejala yang harus
dilaporkan kepada
petugas kesehatan
7 Risiko infeksi NOC: Keparahan Infeksi NIC: Kontrol Infeksi
dengan faktor risiko Outcome Dipertahankan Ditingkatkan 1. Pantau hasil 1. Mengetahui infeksi
prosedur invasif Demam laboratorium (hitung yang terjadi di dalam
Malaise darah lengkap, hitung tubuh
Peningkatan granulosit, absolute, 2. Memutus rantai infeksi
leukosit hitung jenis, protein 3. Antibiotik mematikan
Menggigil serum, albumin) kuman penyebab infeksi
Keterangan : 2. Ajarkan kepada 4. Mengurangi paparan
1 = Berat pengunjung untuk kuman
2 = Cukup berat mencuci tangan sewaktu
5. Mengurangi paparan
3 = Sedang masuk dan meninggalkan
ruang pasien kuman
4 = Ringan 6. Mengurangi kuman
5 = Tidak Ada 3. Berikan terapi
antibiotic, (kecuali masuk melalui saluran
ambroxol) IV
4. Pertahankan tehnik
isolasi, bila diperlukan
5. Batasi jumlah
pengunjung, bila
diperlukan
6. Pastikan penanganan
aseptic dari semua
saluran IV.

( Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013 dan Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013)

38
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap aplikasi dari perawat tentang rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Tindakan perawatan
mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah
aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Sedangkan
tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama,
seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwanto dan Wartonah, 2015).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Menurut
Tarwanto dan Wartonah (2015), evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan
status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria yangsudah
ditetapkan.

39
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Tumor otak

adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)

membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum

tulang belakang (medulla spinalis).


Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak

primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat

diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum

diketahui. Penyebab tumor otak terjadi karena herediter, sisa sel embrional,

radiasi, virus, dan substansi karsinogen. Faktor –faktor prognostik sebagai

pertimbangan penatalaksanaan meliputi usia, general health, ukuran, lokasi dan

jenis tumor. Tumor otak dapat ditatalaksana dengan terapi konsevatif dan terapi

operatif. Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian

kortikostreoid yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Selain itu terapi

suportif yang dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon

vial 1 gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6

jam. Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,

yaitu pembedahan dan terapi medikamentosa. Ada beberapa pemeriksaan

diagnostik yang digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya

CT-Scan, MRI, foto polos dada, pemeriksaan cairan serebrospinal, biopsy

stereostatik, angiografi serebral dan EEG.

40
B. Saran

Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang

penyakit tumor otak ini untuk diterapkan ditempat kerja. Dan juga diharapkan

pula perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor

otak dengan semaksimal mungkin.

41
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2018-2020 . Jakarta: EGC.
Laurent, 2017. Askep Pasien dengan Tumor Otak. [Online] Available at:
http://braintumorcenter.id/wp-content/uploads/2017/12/Ns-Laurent-Materi-
Sympo-Asesmen-Keperawatan-Pasien-dengan-Tumor-Otak.pdf[Diakses 16
April 2018].
MayoClinic.org,. 2019. Pediatric Brain Tumors. Artikael. Mayo Foundation for
Medical and Research.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
Purba, I,. M. 2014. Analisis Keperawatan Masyarakat Perkotaan Pada Tn. A Dengan
Tumor Otak Post Kraniotomi Di Lantai V Bedah RSPAD Gatot Soebroto.
Karya Ilmiah Akhir. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Profesi Ners
Universitas Indonesia.
Sukartini, T. Lailaturrohmah, K. Fajar, E., S,. P. Nila, S., I,. F. Thoriq, H., M.
Wahyuni, P. 2016. Asuhan keperawatan klien dengan tumor otak
(gliosblastoma, meningioma, dan cerebral metastase). Makalah keperawatan
neurobehaviour II. Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya.
Syarif, I. Fitri, R. 2009. Fibrillary Astrocytoma. Jurnal Kedokteran Andalas No.1.
Vol.33. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas
Tarwanto., Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
https://www.google.com/search?
safe=strict&biw=1366&bih=608&ei=kCrJXIW2JYzGvQSK1ZaYDw&q=prevalensi
+tumor+otak+di+indonesia&oq=pre+tumor+otak&gs_l=psy-
ab.1.0.0i7i30j0i7i5i30l2.272279.276129..278429...2.0..0.277.1727.0j7j3......0....1..gw
s-wiz.......0i71j0i67j0j0i13.o40rJz1f1mM# diakses pada tanggal 1 mei pukul 12.30
WIB.

42

Anda mungkin juga menyukai