Anak PDF
Anak PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga
hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian yang sama juga
merupakan usia perkembangan anak antara usia tiga hingga lima tahun. Pada usia
ini terjadi perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu
psikososial, kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah
mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang berbahaya
yang berlanjut dan stabil terutama kemampuan kognitif serta aktivitas fisik
(Hidayat, 2008). Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah
(inisiative vs guilty). Rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasi anak
sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam usia prasekolah belum
mampu membedakan hal yang abstrak dan tidak abstrak. Menurut Wong (2009)
8
9
sepanjang siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami proses
perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan perkembangan kognitif
Pada anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik
yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg pertahun
dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada usia 4 tahun
dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan tetap bertambah dengan
tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah
95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al,
berlari dan melompat. Namun pertumbuhan otot dan tulang masih jauh dari matur
Anak usia pra sekolah pada perkembangan kognitif mempunyai tugas yang lebih
berpikir yang sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut (Wong, et al,
2009). Pemikiran anak akan lebih kompleks pada usia ini, dimana
diajukan (Potter dan Perry, 2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori mengenai
a. Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini konsep anak belum
pemikiran yang berorientasi pada diri sendiri, dan membuat klasifikasi yang
b. Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun belum dapat
berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa
moral dari orang tuanya. Perkembangan moral anak berada pada tingkatan paling
dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat diterima untuk bertindak
sesuai dengan standar norma yang berlaku serta merasa bersalah bila telah
Anak usia prasekolah menurut Hockenberry & Wilson (2009) sudah siap dalam
sepenuhnya. Konflik akan timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di
rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari keadaan
sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas dalam
(2004) merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit dalam menjalani terapi dan
berencana maupun darurat yang mengharuskan anak untuk dirawat atau tinggal di
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat berdampak pada perubahan
psikis pada anak yang terjadi akibat suatu tekanan atau krisis pada anak.
Reaksi anak terhadap penyakit dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pengalaman
dirawat dan lama dirawat. Reaksi anak terhadap penyakit dapat berupa rasa
cemas, takut akan sakit, kurang kontrol dalam emosi, marah, tidak adaptif dan
regresi (Potter & Perry, 2009). Reaksi hospitalisasi pada anak usia prasekolah
menunjukan reaksi tidak adaptif dimana dapat berupa menolak untuk makan,
12
keluarga, dan teman sehingga menimbulkan kecemasan. Selain itu anak berada
pada lingkungan rumah sakit yang menyebabkan anak sulit beradaptasi. Reaksi
yang sering ditunjukan adalah menolak perawatan atau tindakan dan tidak
Prasekolah
hospitalisasi pada usia prasekolah akan lebih berat dibandingkan dengan anak
usia sekolah. Reaksi anak terhadap hospitalisasi menurut Hockenberry & Wilson
(2009) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, pengalaman sakit,
(Supartini, 2004).
tinggi hingga anak menjalani hospitalisasi lebih dari 2 hari (Stubbe, 2008)
Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi
kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan
perubahan. Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah
bermain pada semua usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot
di ruangan.
14
Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua
sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap yang
diterima masyarakat.
berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas
dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan
6) Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat. Melalui
kecemasan dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka
ekspresikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat anak dalam
yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk bermain, sehingga
energi.
2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu untuk bermain
3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan
4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa
6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Anak
dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau saudara sehingga anak
diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil
sebaya. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah yaitu
berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
Pemilihan permainan untuk terapi bermain harus disesuaikan dengan usia anak.
kasar dan halus (Mary, 2005). Terapi bermain Clay therapy sesuai dengan
jenis permainan meremas dan membentuk clay yang membantu anak melatih
Tahap Prainteraksi:
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi:
5. Memperkenalkan diri
Tahap Kerja:
11. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan permainan clay
18
12. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan atau dibuatnya dengan clay
Tahap Evaluasi:
Clay therapy merupakan terapi bermain dengan menggunakan media clay sebagai
bagian dalam terapi ( Rahmani dan Moheb, 2010). Clay therapy sebagai sebuah
Wirastania, 2012). Terapi bermain clay therapy akan dilakukan dengan beberapa
tema seperti buah-buahan, sayuran, hewan, bunga dan desain lainnya. Penetapan
tema dilakukan untuk membantu mengarahkan klien membuat karya dengan clay.
Clay merupakan tanah liat, dengan materi alam yang diolah dan dibentuk menjadi
macam-macam bentuk yang akan dibuat sebagai keramik (Designs, 2011 dalam
menyebut adonan yang menyerupai tanah liat atau clay buatan (Wahyuningsih,
2012).
Clay sebagai alat terapi yang terbukti efektif bagi anak-anak dalam meningkatkan
(1996) dalam Suryani (2011) menjelaskan bahwa bermain clay membantu dalam
19
imanjinasi dan melatih kerja saraf motorik anak. Macam-macam clay buatan
a. Paper clay: clay ini dibuat dari bubur kertas dan pengeringannya dapat
kertas koran, air, lem, tepung kanji dan dapat dipercantik dengan warna yang
ditambahkan.
b. Lilin malam: clay ini biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak yang
Bentuk akhirnya lunak dan tidak akan mengeras sehingga dapat diolah
kembali.
c. Polymer clay: clay ini dilakukan pengeringan dengan cara di panggang dalam
d. Air dry clay: clay ini sering disebut dengan clay jepang atau clay korea karena
e. Jumping clay: clay ini menyerupai air dry clay, namun hasil akhirnya akan
f. Plastisin (clay tepung): clay ini hampir sama dengan lilin malam, namun
bentuknya tidak selunak lilin malam dan lebih keras dibandingkan dengan lilin
malam. Clay ini dapat dibuat sendiri dengan bahan dasar tepung jagung dan
Clay yang terbuat dari tepung memiliki karakter yang mudah dibentuk, tidak
lengket pada tangan dengan hasil akhir yang cukup diangin-anginkan dan clay
beberapa bahan yaitu: Tepung maizena (tepung jagung), Lem putih, baby oil dan
Pewarna makanan. Bahan dicampur hingga kalis, dan tidak lengket. Sehingga
akan menghasilkan clay dengan warna-warna yang menarik bagi anak. Pemilihan
clay maizena ini karena bahan mudah ditemukan dan aman bagi anak-anak.
respon dari individu yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang
yang terjadi pada diri individu maupun lingkungannya yang akan mempengaruhi
masalah yang dialami dalam batas internal. Perilaku adaptif meliputi: Solitude
(menyepi) sebagai respon yang diperlukan individu dalam menuangkan apa yang
Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengalami beberapa perubahan yang
terhadap stres diperlihatkan dengan cara yang unik oleh karena usia dan
kepribadian individu, namun respon regresif, agresif serta menarik diri merupakan
respon yang paling umum muncul pada anak hospitalisasi. Perilaku ini seiring
dengan waktu akan berkurang pada saat anak sudah merasa nyaman dan aman
Reaksi anak serta keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi menurut Suparto
(2003) dalam Kartikayani (2012) yang dialami yaitu kecemasan, stress, dan
perubahan perilaku. Anak beradaptasi terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit
dengan cara:
situasi yang membuat anak tertekan, dan usaha anak dalam menolak
22
perawatan yang diberikan seperti: menolak minum obat, disuntik, tidak mau
perhatiannya dari pikiran atau hal-hal yang membuat anak tertekan. Perilaku
anak lakukan selama dirawat di rumah sakit seperti anak minta diceritakan,
c. Berupaya aktif (active) merupakan usaha anak dalam mencari jalan keluar
pada tenaga medis, minum obat secara teratur, serta beristirahat sesuai dengan
tersebut dapat berupa pendampingan anak oleh orang tua selama hospitalisasi.
Saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit menurut Nursalam, Susilaningrum, R.
dan Utami, S. (2005) merupakan krisis utama yang dialami anak. Jika anak
dirawat di rumah sakit akan mudah mengalami krisis yang diakibatkan karena
stress yang dialami anak terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan yang
dialami anak dapat berupa perubahan kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak juga
Pemicu stress pada anak yang mengalami hospitalisasi dapat berupa perubahan
ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang tidak sesuai atau tidak membuat anak
yang membuat anak merasa terganggu yaitu suara yang gaduh hingga anak
menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding atau tirai dapat membuat anak
merasa kurang nyaman. Lingkungan fisik tersebut membuat anak merasa tidak
nyaman dan tidak aman. Perubahan fisiologis akan tampak dengan tanda dan
gejala yang dialami anak. Adanya prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
perawatan yang dijalani anak, dimana anak akan merasa terpisah dari lingkungan,
kegiatannya sehari-hari dan orang yang dekat dengannya. Hubungan dekat yang
dimiliki anak dengan orang tua, anak akan merasa kehilangan orang tuanya akibat
lingkungan baru di rumah sakit. Hal tersebut dapat menibulkan perasaan cemas
dan tidak aman pada anak (Nursalam, Susilaningrum, R., dan Utami, S., 2005).
Anak usia prasekolah dalam mengatasi stress yang dialaminnya dengan sistem
pertahanan berupa perilaku yang tidak adaptif seperti regresi, supresi, penolakan
24
dan agresi (Potter & Perry, 2009). Selain itu beberapa anak memiliki koping yang
berbedan dimana berupa ketidakaktifan anak (apatis, diam total dan kurang
dialami dengan serangan fisik atau verbal atau menolak serta mengendalikan
Anak juga dapat merasa hilangnya kendali karena mereka mengalami kehilangan
kekuatan terhadap diri sendiri. Rasa takut yang timbul akibat cedera tubuh akan
membuat anak takut terhadap prosedur yang menimbulkan nyeri dan pengetahuan
2.4.5. Pengaruh Clay Therapy terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia
Prasekolah
dimana stress yang timbul akibat hospitalisasi menyebabkan anak cemas, takut
dan akhirnya berperilaku tidak adaptif (Wong, 2009). Bermain sebagai salah satu
aktifitas yang menyenangkan bagi anak (Desmita, 2005). Terapi bermain akan
membantu anak beradaptasi lebih adaptif terhadap stress dan ketegangan yang
dialaminya (Pedro-Carroll & Reddy, 2005 dalam Association for Play Therapy,
2014).
25
Clay therapy merupakan jenis permainan yang sesuai dengan perkembangan anak
usia prasekolah yaitu motorik halusnya (Kearns, 2004). Clay therapy sebagai
salah satu jenis therapy bermain yang telah banyak diteliti. Hasil penelitian
Rahmani & Moheb (2010) menunjukan bahwa intervensi clay therapy mampu
menurunkan kecemasan pada anak. Selain itu Salvagoni, Denise, Eler, dan
bagi seseorng yang mengalami kecemasan. Selain itu clay therapy membantu
dan membantu anak beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Anak dapat
bermain clay (Schaefer & Kaaduson, 2006). Berdasarkan penelitian dan sumber-
sumber diatas diharapkan clay therapy akan membantu anak yang mengalami