Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian

Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,40°c tanpa adanya

infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat

kejang sebelumnya (IDAI, 2009).

Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami demam akibat proses diluar

intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat

menyebabkan kerusakan sel-sel otak (Tikoalu J.R, 2009).

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral yang ditandai dengan

serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)

2. Etiologi

Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian besar anak dipicu oleh

tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8°C dan

terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh (Dona Wong L,

2008).

3. Patofisiologi

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan kenaikan kebutuhan metabolisme

basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun

sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran

sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran

tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel

maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.

10
11

4. Manifestasi Klinis

a. Demam yang biasanya di atas (38,9 º C)

b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)

c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas)

d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang

b. Penurunan kesadaran

c. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus

d. Muntah

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium

Elektroensefalografi (EEG)

(CT-Scan atau MRI kepala)

6. Manajemen Medik

a. Terapi farmakologi

Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling cepat diberikan untuk menghentikan kejang adalah

diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-

lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal sebanyak 20

mg.

b. Terapi non-farmakologi

1) Baringkan pasein di tempat yang rata.


12

2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasein.

3) Semua pakaian ketat yang mengganggu pernapasan harus dibuka misalnya ikat pinggang.

4) Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut anak.

5) Tidak memberikan obat atau cairan secara oral.

6) Jangan memaksa pembukaan mulut anak.

7) Monitor suhu tubuh.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan klien dengan Kejang Demam Sederhana

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan

prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

d. Riwayat psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

e. Pola Fungsi kesehatan

f. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien

2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki

2. Diagnosa keperawatan

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis


13

b. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus

3. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana adalah sebagai

berikut :

Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan suhu Tupan: 1. Pantau suhu 1. Suhu 38,9-41,1 0C
tubuh Setelah pasien (derajat menunjukkan proses
berhubungan dilakukan dan pola): penyakit infeksius
dengan proses tindakan perhatikan akut.
patologis keperawatan menggigil?diafore
selama 4 x 24 si.
suhu tubuh 2. Pantau suhu 2. Suhu ruangan,
normal. lingkungan, jumlah selimut harus
batasi/tambahkan dirubah untuk
TTV stabil linen tempat tidur mempertahankan
Suhu tubuh sesuai indikasi. suhu mendekati
dalam batas normal
normal
3. Berikan kompres 3. Dapat membantu
hangat: hindari mengurangi demam,
penggunaan penggunaan air
kompres alkohol. es/alkohol mungkin
menyebabkan
kedinginan
4. Berikan selimut 4. Digunakan untu
pendingin kengurangi demam
umumnya lebih besar
dari 39,5-40 0C pada
waktu terjadi
gangguan pada otak.
Kolaborasi:
5. Berikan antipiretik 5. Digunakan untuk
sesuai indikasi mengurangi demam
dengan aksi sentral

3. Tidak efektifnya Tupan: setelah 1. Anjurkan pasien 1. Menurunkan risiko


bersihan jalan nafas dilakukan untuk aspirasi atau
b.d peningkatan tindakan mengosongkan masuknya sesuatu
sekresi mucus perawatan selama mulut dari benda asing ke faring.
4 x 24 jam jalan benda/zat tertentu.
nafas kembali 2. Letakkan pasien 2. Meningkatkan aliran
efektif pada posisi miring, (drainase) sekret,
permukaan datar, mencegah lidah jatuh
Suara nafas miringkan kepala dan menyumbat jalan
vesikuler selama serangan nafas.
kejang.
14

Respirasi rate 3. Tanggalkan pakaian 3. Untuk memfasilitasi


dalam batas pada daerah usaha
normal leher/dada dan bernafas/ekspansi
abdomen. dada.
4. Masukan spatel 4. Jika masuknya di
lidah/jalan nafas awal untuk membuka
buatan atau rahang, alat ini dapat
gulungan benda mencegah tergigitnya
lunak sesuai dengan lidah dan
indikasi. memfasilitasi saat
melakukan
penghisapan
lendiratau memberi
sokongan terhadap
pernafasan jika di
perlukan.

5. Lakukan 5. Menurunkan risiko


penghisapan sesuai aspirasi atau asfiksia.
indikasi

Kolaborasi :

6. Berikan tambahan 6. Dapat menurunkan


oksigen/ventilasi hipoksia serebral
manual sesuai sebagai akibat dari
kebutuhan pada sirkulasi yang
fase posiktal. menurunkan atau
oksigen sekunder
terhadap spasme
vaskuler selama
serangan kejang.

4. Pelaksanaan

Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008).Implementasi adalah pelaksanaan dari

rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan

dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan

intervensi. Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat

pada kriteria hasil intervensi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai